You are on page 1of 24

MAKALAH

KECELAKAAN KERJA DI LABORATORIUM

Mata Kuliah : Kesehatan Keselamatan Kerja


Disusun Oleh
Hasriana (21101098)
Nur Cahaya (21101008)

Nirmayana (2110106)
Zainul Muttaqin (21101048)
Siti Rahma Azzahra (21101024)
Santi Wahyuni (21101035)
Hasan (21101085)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS


INDONESIA TIMUR MAKASSAR TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami Rahmat, Hidayah
Tanpa pertolongannya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan untuk Nabi Muhammad SAW.
Makalah kami susun atas perintah atau tugas yang diberikan oleh dosen kami.
Selain itu, kami menyusun makalah ini dengan harapan agar makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi para pembacanya, dan bagi kami tim
penyusun pada khususnya. “Kecelakaan Kerja Laboratorium” ini kami susun
berdasarkan informasi dan data dari berbagai sumber.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
perlu dilakukannya perbaikan, oleh karena itu Kami mengharap kritik dan saran
membangun dari para pembaca. Kami dari selaku penulis memohon maaf apabila
terdapat kesalahan penulisan maupun kesalahan lain yang ada di dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan para
pembaca. Terimakasih.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................2
DAFTAR ISI.................................................................................................................3
BAB I.............................................................................................................................4
PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang....................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................5
1.3 Tujuan Masalah...................................................................................................6
1.4 Manfaat...............................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN............................................................................................................6
2.1 Definisi dan Tujuan Keselamatan Kerja..............................................................6
2.2 Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium..............................................8
2.3 Contoh Kasus Kecelakaan Dilaboratorium.......................................................12
2.4 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium...........................................16
BAB III........................................................................................................................20
PENUTUP...................................................................................................................20
5.1 Kesimpulan.......................................................................................................20
5.2 Saran.................................................................................................................20
KESIMPULAN...........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja di
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja.

Mengenai penjelasan undang-undang nomor 3 tahun 1992 tentang Kesehatan


telah mengamanatkan antara lain jamsostek khususnya yang termuat dalam Pasal 10
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja yang
telah mengatur bahwa pengusaha wajib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa
tenaga kerjak kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Peyelengara
dalam waktu tidak lebih dari 2 kali 24 jam setelah tenaga kerja yang tertimpa
kecelakaan tersebut mendapatkan surat keterangan dokter yang menyatakan bahwa
kondisi tenaga kerja tersebut sembuh, cacat atau meninggal dunia seperti penelitian
(Kharismawan, 2014) yang mengharuskannya ada jamsostek bagi pekerja. Setiap
tempat kerja harus pengembangan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dilaboratorium
analis kesehatan melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan
kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan disekitarnya (Anonim,
2010).

Setelah mengetahui bagimana cara kerja, prinsip kerja serta pengantar kecelakaan
kerja dan keamanan kerja di laboratorium maka dapat berguna bagi kita sebagai
panduan sebelum melakukan praktikum di laboratorium. Cara kerja dan prinsip kerja
di laboratorium ini merupakan langkah-langkah sebelum dan sesudah kita melakukan
praktikum agar selama proses praktikum tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang tidak
di inginkan serta dapat menimbulkan kecelakaan yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain (Salim, 2012). Untuk keamanan kerja di laboratorium kita
mengetahui bagaimana agar diri kita bisa terhindar dari kecelakaan di laboratorium
dan jika terjadi kecelakaan maka kita sudah mengetahui bagaimana cara
menanganinya. Dalam keamanan kerja hal pertama yang harus di patuhi adalah
kedisiplinan terhadap tata tertib serta aturan-aturan yang ada di laboratorium agar
tidak terjadinya kecelakaan (Subiantoro, 2011).
4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Apakah sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di laboratorium?
b. Bagaimana contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium?
c. Bagaimana pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah dalam makalah ini adalah:
a. Mengetahui definisi dan tujuan dari keselamatan kerja.
b. Mengetahui sumber yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
di laboratorium.
c. Mengetahui contoh kasus kecelakaan kerja di laboratorium.
d. Mengetahui pengendalian kecelakaan kerja di laboratorium.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah:
a. Menambah ilmu pengetahuan Mahasiswa khususnya didalam
bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).
b. Memberikan alternatif supaya dapat mengantisipasi dan menghindari
kecelakaan di laboratorium.
c. Memberikan informasi tentang Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang
sangat bermanfaat didalam dunia kerja.

5
laboratorium, agar kita dapat melaksanakan praktikum dengan aman dan lancar.
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat
laboratorium, bahan dan proses praktikum, tempat praktikun & lingkungannya serta
cara-cara melakukan praktikum. Menurut (Salim, 2012) keselamatan kerja
menyangkut segenap proses Praktikum di laboratorium. Sedangkan kecelakaan kerja
adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan yang terjadi pada saat
praktikum sedang berlangsung. Oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat
unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan (Rahayuningsih, 2013).

Menurut (Syartini, 2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) akan menciptakan
terwujudnya pemeliharaan laboratorium serta juga tenaga kerja yang baik.
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ini harus ditanamkan pada diri masing-masing
individu karyawan dengan cara penyuluhan dan pembinaan yang baik agar mereka
menyadari arti penting keselamatan kerja bagi dirinya maupun untuk laboratorium
dan bagi para pekerja.

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan


masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor
potensial yang mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa
dan Karyawan). Bahaya pekerjaan (akibat kerja), seperti halnya masalah kesehatan
lingkungan lain, bersifat akut atau kronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya
mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara
langsung maupun tidak langsung. Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan,
oleh karena selain dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan
masyarakat kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium. Dalam
laboratorium harus ada manajemen K3 yang berguna untuk mengantisifasi terjadinya
kecelakaan, dan harus di dukung dengan enabling factor/ pendukung (lingkungan
fisik dan ketersediaan fasilitas dan alat pendukung diri) dan rein forcing factor/ faktor
pendorong (dukungan sosial) dengan kecelakaan kerja yang terjadi dilaboratorium
(Wulandari, 2011). Selain di laboratorium manajemen K3 juga harus diterapkan di
rumah sakit (Salikkuna, 2011).

Adapun contoh manajemen dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah
pada RSIA Kasih Ibu Manado dimana disana menerapkan analisis penerapan Sistem
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) Hasil dari penelitian ini
adalah

6
adanya komitmen dan kebijakan manajemen dalam pelaksanaan SMK3, perencanaan
disusun oleh pimpinan RS secara lisan dan pelaksanaan K3 sudah terprogram tetapi
belum mempunyai organisasi khusus dan ahli K3 antara lain penyediaan APD dan
pelatih K3 bagi pegawai RS serta pengukuran dan evaluasi belum maksimal
dilaksanakan (Toding, 2016).

Menurut hasil penelitian (Sholihah, 2015) menyatakan penyuluhan K3 dalam


penerapannya selama satu tahun efektif meningkatkan pengetahuan dan sikap budaya
K3, namun belum efektif meningkatkan kesehatan pekerja. Penelitian ini berdasarkan
hasil observasi di PT X, Rantau, Kalimantan Selatan, nilai ambang batas debu tidak
diketahui. Manajemen perusahaan tambang batu bara hanya menyatakan secara lisan
bahwa nilai ambang batas debu dalam keadaan normal. Kadar debu lebih dari 350
mg/m3 udara/hari (OR = 2,8; 95% CI = 1,8 – 9,9) merupakan salah satu faktor
intrinsic yang terbukti berhubungan dengan penurunan kapasitas paru. Maka dari itu
Penerapan dan penyuluhan K3 sangat penting supaya bisa mengantisipasi penyakit
diparu-paru akibat terhisap debu.

2.1 Sumber Terjadinya Kecelakaan Di Laboratorium


Kecelakaan kerja dapat terjadi kapan saja dan dimana saja yang dapat menimpa
setiap pekerja. Kecelakaan kerja mengakibatkan kerugian baik bagi pekerja dan pihak
yang mempekerjakan. Oleh karena itu perlu dilakukan identifikasi kecelakaan kerja
guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja tersebut. Melalui identifikasi bahaya
kerja maka akan meminimalkan bahkan mencegah bahaya melalui pengendalian
bahaya kerja yang dilakukan sesuai hasil analisa identifikasi bahaya kerja. Agar
tindak lanjut
7
penangan dari hasil identifikasi lebih maksimal maka perlu dilakukan juga suatu
penilaian risiko. Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas
kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang
cocok untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cidera di tempat kerja.
Penilaian ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk
menghilangkan, mengurangi atau meminimalkan resiko (Amanah, 2010).

Selain itu terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan
pertama adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan
golongan kedua adalah faktor manusia (unsafe action). Beberapa penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor manusia menempati posisi yang sangat
penting terhadap kecelakaan kerja yaitu antara 80-85% (Soyuno, 2013).

Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi dari analisis
terjadinya kecelakan menunjukkan bahwa hal-hal berikut adalah sebab-sebab
terjadinya kecelakan kerja di labolatorium:

a. Kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia dan


proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam
melakukan kegiatan
b. Kurangnya kejelasan petunjuk kegiatan labolatorium dan juga kurangnya
pengawasan yang dilakukan selama melakukan kegiatan labolatorium.
c. Kurangnya bimbingan terhadap siswa atau mahasiswa yang sedang
melakukan kegitan labolatorium.
d. Kurangnya atau tidak tersedianya perlengkapan keamanan dan perlengkapan
perlindungan kegiatan labolatorium.
e. Kurang atau tidak mengikuti petunjuk atau aturan-aturan yang semestinya
harus ditaati.
f. Tidak menggunakan perlengkapan pelindung yang seharusnya digunakan atau
menggunakan peralatan atau bahan yang tidak sesuai.
g. Tidak bersikap hati-hati di dalam melakukan
kegiatan. (Suyono, 2013).

Risiko bahaya, sekecil apapun kadarnya, dapat muncul di saat kapan pun, di
manapun, dan dapat menimpa siapapun yang sedang melakukan pekerjaan. Bahaya
8
kerja di laboratorium dapat berupa bahaya fisik, seperti infeksi, terluka, cidera atau
bahkan cacat, serta bahaya kesehatan mental seperti stres, syok, ketakutan, yang bila
intensitasnya meningkat dapat menjadi hilangnya kesadaran (pingsan) bahkan
kematian (Winarni, 2014).

Berasarkan kasus di rumah sakit Islam Yarsis Surakarta penyebab kecelakaan kerja

Selain itu hasil survei pendahulaun yang dilakukan di laboratorium RSUD dr.
Mohamad Saleh Kota Probolinggo diperoleh informasi bahwa laboratoium tersebut
memiliki berbagai potensi bahaya yang dapat menimbulkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Bahaya yang paling menonjol di laboratorium itu adalah
bahaya biologis yang berasal dari spesimen-spesimen pasien yang akan diperiksa.
Spesimen- spesimen tersebut antara lain darah, sputum dan urin. Dari berbagai
spesimen tersebut para petugas laboratorium bisa tertular berbagai penyakit terutama
yang ditularkan melalui darah dan cairan tubuh, seperti HIV, hepatitis B, tuberculosis
dan penyakit menular lainnya (Rahman, 2013).

Sumber bahaya dapat dibedakan menjadi sumber dari :


a. Perangkat/alat-alat laboratorium, seperti pecahan kaca, pisau bedah, korek api,
atau alat-alat logam.
b. Bahan-bahan fisik, kimia dan biologis, seperti suhu (panas-dingin), suara,
gelombang elektromagnet, larutan asam, basa, alkohol, kloroform, jamur,
bakteri, serbuksari atau racun gigitan serangga.
c. Proses kerja laboratorium, seperti kesalahan prosedur, penggunaan alat yang
tidak tepat, atau faktor psikologi kerja (terburu-buru, takut dan lain-lain)
(Hidayati, 2011).
d. Kecelakaan di laboratorium dapat berbentuk 2 jenis yaitu :

e. Kecelakaan medis, jika yang menjadi korban adalah pasien.


f. Kecelakaan kerja, jika yang menjadi korban adalah petugas laboratorium itu
sendiri.

Beberapa contoh kecelakaan yang banyak terjadi di laboratorium :

9
a. Terpeleset, biasanya karena lantai licin. Terpeleset dan terjatuh adalah bentuk
kecelakaan kerja yang dapat terjadi di laboratorium. Akibatnya :
b. Ringan: memar
c. Berat: fraktura, dislokasi, memar otak, dan lain-lain.

Pencegahannya :
Pakai sepatu anti slip, jangan pakai sepatu dengan hak tinggi, tali sepatu longgar,
hati-hati bila berjalan pada lantai yang sedang dipel (basah dan licin) atau tidak rata
konstruksinya dan pemeliharaan lantai dan tangga.

Risiko terjadi kebakaran (sumber: bahan kimia, kompor) bahan desinfektan yang
mungkin mudah menyala (flammable) dan beracun. Kebakaran terjadi bila terdapat 3
unsur bersama sama yaitu: oksigen, bahan yang mudah terbakar dan panas. Akibatnya
a. Timbulnya kebakaran dengan akibat luka bakar dari ringan sampai
berat bahkan kematian.
b. Timbul keracunan akibat kurang hati-hati.
Pencegahannya :
Konstruksi bangunan yang tahan api, sistem penyimpanan yang baik dan terhadap
bahan-bahan yang mudah terbakar, pengawasan terhadap terjadinya kemungkinan
timbulnya kebakaran didalam laboratoruim (Anonim, 2010).

a. Sistem tanda kebakaran


b. Manual yang memungkinkan seseorang menyatakan tanda bahaya dengan
segera.
c. Otomatis yang menemukan kebakaran dan memberikan tanda secara.

Pengantar kecelakaan kerja ini dilakukan supaya dapat mengurangi dan


menghindari terjadinya kecelakan dilabolatorium supaya dapat dikurangi sampai
tingkat paling minimal jika setiap orang yang menggunakan labolatorium mengetahui
tanggung jawabnya. Menurut (Hidayati, 2011) berikut adalah orang yang seharusnya
bertanggug jawab terhadap keamanan labolatorium :

10
a. Lembaga atau staf labolatorium bertanggung jawab atas fasilitas labolatorium
yaitu kelengkapannya, pemeliharaan, dan keamanan labolatorium.
b. Dosen atau guru bertanggung jawab didalam memberikan semua petunjuk
yang diperlukan kepada mahasiswa atau siswa termasuk didalamnya aspek
keamanan.
c. Mahasiswa atau siswa yang bertanggung jawab untuk mempelajari aspek
kesehatan dan keselamatan dari bahan-bahan kimia yang berbahaya, baik
yang digunakan maupun yang dihasilakan dari suatu reaksi, dan keselamatan
dari teknik dan prosedur yang akan dilakukannya. Dengan demikian
mahasiswa atau siswa dapat menyusun peralatan dan mengikuti prosedur yang
seharusnya, sehingga bahaya kecelakaan dapat dihindari atau dikurangi.

Selain hal diatas dalam pengantar kecelakaan kerja kita harus mengetahui pokok-
pokok tindakan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) yang berguna untuk
membantu dalam proses penanganan apabila terjadi kecelakaan dilaboratorium.
Pertolongan pertama pada kecelakaan dimaksudkan untuk memberikan perawatan
darurat bagi korban sebelum pertolongan yang lebih lanjut diberikan ke dokter
(Hudori, 2010). Beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam melakukan
tindakan P3K yaitu :

a. Jangan panik tidak berarti boleh lamban.


b. Perhatikan pernafasan korba
c. Hentikan pendarahan.
d. Perhatikan tanda-tanda shock.
e. Jangan memindahkan korban terburu-buru.

2.2 Contoh Kasus Kecelakaan Dilaboratorium


Adapun contoh kasus kecelakaan dilaboratorium pada hasil temuan dalam
beberapa keadaan yang menimbulkan potensi kecelakaan kerja di laboratorium
Teknik Lingkungan UNDIP. Selain aspek (keadaan dan tindakan) yang berpotensi
celaka, dilakukan juga penilaian resiko untuk mengetahui tingkat risiko di
Laboratorium. Penilaian risiko dilakukan dengan tujuan agar memperoleh nilai
tingkat risiko dari masing-masing potensi bahaya diatas. Berdasarkan hasil perkalian
anatar paparan, peluang dan konsekunsi maka diketahui tingkat risiko dari masing-
masing potensi bahaya dilaboratorium (Amanah, 2010).
11
Menurut (Hati,2015) bahwa faktor lingkungan mempengaruhi keselamatan dan
kesehatan kerja yang sangat penting diperhatikan bagi Mahasiswa. Dari hasil 50
responden, sebanyak 66,67% menyatakan sangat setuju nterhadap pentingnya faktor
lingkungan untuk keselamatan dan kesehatan kerja di laboratorium sudah baik.
Sedangkan 29,33% responden menyatakan setuju. Sisanya 0,89% tidak setuju dan
0,44% menyatakan sangat tidak setuju terhadap faktor lingkungan untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dilaboratorium.

Berdasarkan hasil identifikasi di Laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP yang


sebelumnya telak dibagi area kerja berdasarkan kelompok aktivitasnya maka
diketahui jenis bahaya pada

Hasil Identifikasi Bahaya

1. Aktivitas
a. Pengambilan reagen dari lemari asam
2. Potensi/Bahaya
a. Keracunan
b. Sesak nafas
c. Iritasi mata
d. Iritasi kulit
e. Luka bakar
1. Aktifitas
a. Pengisian buret
2. Potensi/Bahaya
a. Luka
b. Iritasi mata

12
Tertelan bahan kimia
3. Pemipetan
- luka gores
4. Pengguna gelas yang sudah gumpil
- luka gores
5. Penggunaan tabung reaksi
- Iritasi kulit
6. Pengguna oven
-terpapar panas
7. Penggunaan BOD reactor
-Tersengat aliran listrik
8. Pengisian tower air
-Terpelest
-Keseleo
-Patah Tulang
9. Pensolderan
-Iritasi mata
-Terpapar panas
-Batuk
10. Analisa logam dan uji sampel air Kebakaran
-Ledakan
-Keracunan
11. Pengambilan reagen dari lemari penyimpana bahan kimia
-Pusing
-Mual

13
Berdasarkan studi kasus (Amanah, 2010) hasil identifikasi bahaya yang dilakukan
pada tiga bagian ruangan di laboratorium Undip (ruang praktikum, ruang komputer
laboran dan ruang tempat penyimpanan alat dan bahan) diketahui terdapat beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya kecelakaan antara lain :
a. Tidak tersedianya prosedur keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Tidak tersedianya MSDS.
c. Tidak tersedianya APD.
d. Tidak tersedianya kelengkapan P3K dan eyewash.
e. Tidak tersedianya alat pemadam api.
Hal ini merupakan pekerjaan yang berbahaya akibat kurangnya pengetahuan dalam
mengoperasikan peralatan sehingga tindakan control bahaya sangat diperlukan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan. Selain itu hasil penelitian ini dengan menganalisa
risiko menunjukkan bahwa risiko terbanyak terdapat pada katagori acceptable risk
yaitu kebakaran, tersengat arus listrik, fatigue, mengangkat beban berat, human error,
minyak pelumas bekas, tangan masuk kemesin gerinda, peralatan mengalami panas
berlebih, rambut tersangkut pada mesin dan tertarik, sharp edges/ point, percikan
tatal/ beram benda kerja, tangan terkilir, masalah ergonomik dan terpeleset.

14
2.3 Pengendalian Kecelakaan Kerja Di Laboratorium
Hal-hal yang penting dalam mengantisipasi pengendalian kecelakan kerja
dilboratorium adalah untuk mengetahui aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya
yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal yang perlu dilakukan jika terjadi suatu
kecelakaan. Menurut (Fathimahhayati, 2015) kecelakaan didalam laboaratorium dapat
dianalisis potensi bahayanya dengan Metode Job Safety Analysis (JSA) sebagai
upaya penerapan kesehatan dan keselamatan kerja di dalam laboratorium.

Berikut adalah aturan umum yang berkaitan dengan keamanan dilaboratorium:

a. Penataan ruangan yang baik sangatlah penting untuk keamanan kerja di


laboratorium. Ruangan perlu ditata dengan rapi, berikan tempat untuk jalan
lewat dan tempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
b. Setiap orang harus cukup akrab dengan lokasi dan perlengkapan darurat
seperti kotak P3K, pemadam kebakaran, botol cuci mata dan lain-lain.
c. Gunakan perlengkapan keamanan bila sedang melakukan eksperimen.
d. Sebelum mulai bekerja kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi
dan ambil tindakan untuk mengurangi bahaya tersebut.
e. Berikan tanda peringatan pada setiap perlengkapan, reaksi atau keadaan
tertentu.
f. Eksperimen yang tanpa izin harus dilarang dan bekerja sendirian di
laboratorium juga perlu dicegah.
g. Gunakan tempat sampah yang sesuai untuk sisa pelarut, pecahan gelas, kertas
dan lain-lain.
h. Semua percikan dan kebocoran harus segera
dibersihkan. (Fathimahhayati, 2015)

Melaui kerja dengan berbagai bahan kimia korosif dan bahan dengan zat warna,
maka pengetahuan mengenai metode perlindungan pribadi dalam hal ini sangatlah
penting (Ramli, 2012). Sedangkan tujuan utama adalah untuk mencegah kecelakaan,
penting untuk menggunakan perlengkapan keselamatan pribadi sebagai perlindungan
untuk mencegah luka jika terjadi kecelakaan. Kajian penerapan K3 dalam proses
mengajar dilaboratorium harus dilakukan dengan baik. Dimana fungsi dari
keselamatan kerja yaitu antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi dari praktek
berbahaya (Indriyani, 2014).

15
Beberapa perlengkapan pribadi yang biasa digunakan adalah:

a. Jas laboratorium (labjas) untuk mencegah kotornya pakaian. Pakaian


pelindung harus nyaman dipakai dan mudah untuk dilepaskan bila terjadi
kecelakaan atau pengotoran oleh bahan kimia.
b. Pelindung lengan, tangan, dan jari. Sarung tangan yang mudah dikenakan
dan dilepas merupakan prasyarat perlindungan tangan dan jari dari panas,
bahan kimia, dan bahaya lain. Sarung tangan karet diperlukan untuk
menangani bahan-bahan korosif seperti asam dan alkali. Sarung tangan kulit
digunakan untuk melindungi tangan dan jari dari benda-benda tajam seperti
pada saat bekerja di bengkel. Sarung tangan asbes diperlukan untuk
menangani bahan- bahan Sarung tangan karet perlu disimpan dengan
baik dan perlu ditaburi talk agar tidak lengket saat disimpan.
c. Pelindung Kaca mata pelindung digunakan untuk mencegah mata dari
percikan bahan kimia dan di laboratorium perlu disediakan paling sedikit
sepasang. Ideal setiap siswa memilikinya. Kacamata pelindung harus nyaman
dipakai dan cukup ringan. Kacamata pelindung perlu dipakai bila bekerja
dengan asam, bromin, amonia atau bila bekerja dibengkel seperti memotong
logam natrium, menumbuk, menggergaji, menggerinda dan pekerjaan sejenis
yang memungkinkan terjadinya percikan ke mata.
d. Respirator dan lemari uap. Respirator sebaagai pelindung terhadapap gas, uap
dan debu yang dapat mengganggu saluran pernafasan. Bila bekerja dengan
gas- gas beracun walaupun dengan jumlah sedikit, seperti khlorin, bromine
dan nitrogen dioksida maka perlu dilakukan dilemari uap dan pelu ventilasi
yang baik untuk melindungi dari keracunan. Kecelakaan sering terjadi karena
meninggalkan kran gas dalam keadaan terbuka. Kran pengeluaran gas di
dalam lemari uap harus selalu ditutup bila tidak digunakan.
e. Sepatu pengaman. Sepatu khusus dengan bagian atas yang kuat dan solnya
yang padat harus dipakai saat bekerja dilaboratorium atau bengkel. Jangan
menggunakan sandal untuk menghindari luka dari pecahan kaca dan
tertimpanya kaki oleh benda-benda berat.
f. Layar pelindung. Digunakan jika kita ragu akan terjadinya ledakan dari bahan
kimia dan alat-alat hampa udara.

16
Menurut (Subiantoro, 2011) upaya keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
melingkupi pengelolaan sebelum aktivitas kerja (pre-activity), saat kegiatan (in doing
process) sampai dengan penangan resiko (risk taking action). Ruang lingkup ini
menjadi tanggung jawab guru, koordinator laboratorium dan laboran secara bersama.
Meski tidak sedikit atau sederhana dan berpotensi menambah beban pekerjaan,
namun tanggung jawab moral bagi terciptanya situasi atau lingkungan yang nyaman
dan memberi jaminan keselamatan bagi praktikan adalah tujuan utama. Dalam
Laboratorium juga terdapat limbah yang harus ditanggualangi, ini merupakan salah
satu cara supaya dalam pengantar kecelakaan kerja dapat dikurangi.

Adapun langkah nyata yang dapat dilakukan untuk mengurangi limbah di


laboratorium:

a. Penggunaan kembali limbah laboratorium berupa bahan kimia yang telah


digunakan, setelah melalui prosedur daur ulang yang sesuai. Sebagai contoh:
(hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan) Pelarut organik
seperti etanol, aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan di dalam
laboratorium secara terpisah dan dilakukan di
b. Sebelum melakukan reaksi kimia, dilakukan perhitungan mol reaktan-reaktan
yang bereaksi secara tepat sehingga tidak menimbulkan residu berupa sisa
bahan kimia. Selain menghemat bahan yang ada, hal ini juga akan mengurangi
limbah yang dihasilkan.
c. Pembuangan langsung dari laboratorium. Metode pembuangan langsung ini
dapat diterapkan untuk bahan-bahan kimia yang dapat larut dalam air. Bahan-
bahan kimia yang dapat larut dalam air dibuang langsung melalui bak
pembuangan limbah laboratorium. Untuk bahan kimia sisa yang mengandung
asam atau basa harus dilakukan penetralan, selanjutnya baru bisa dibuang.
Untuk bahan kimia sisa yang mengandung logam-logam berat dan beracun
seperti Pb, Hg, Cd dan sebagainya, endapannya harus dipisahkan terlebih
dahulu. Kemudian cairannya dinetralkan dan dibuang.
d. Dengan pembakaran terbuka. Metoda pembakaran terbuka dapat diterapkan
untuk bahan-bahan organik yang kadar racunnya rendah dan tidak terlalu
berbahaya. Bahan-bahan organik tersebut dibakar ditempat yang aman dan
jauh dari pemukiman penduduk.
e. Pembakaran dalam Metoda pembakaran dalam insenerator dapat diterapkan
untuk bahan-bahan toksik yang jika dibakar ditempat terbuka akan
menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat toksik.

17
f. Dikubur didalam tanah dengan perlindungan tertentu agar tidak merembes ke
badan air. Metoda ini dapat diterapkan untuk zat-zat padat yang reaktif dan
beracun.
(Salim, 2012).

18
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
A. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan penggunaan alat alat
laboratorium, bahan dan proses praktikum. Tujuanya adalah agar kita dapat terhindar
dari kecelakaan dan tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja dan lingkungan
disekitarnya, serta melindungi diri dengan APD.
B. Sumber terjadinya kecelakaan dilaboratorium diantanya kurangnya pengetahuan
dan pemahaman tentang bahan-bahan kimia, kurangnya atau tidak tersedianya
perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan laboratorium dan
lain-lain.
C. Contoh kasus yang terjadi akibat kecelakaan kerja dilaboratoium yaitu di
Laboratorium Teknik Lingkungan UNDIP karena tidak tersedianya prosedur K3,
tidak tersedianya MSDS, APD, kelangkapan P3K dan alat pemadam api.
D. Pengendalian kecelakaan kerja dilaboratorium diantaranya sebelum mulai bekerja
kenalilah dulu kemungkinan bahaya yang akan terjadi dan ambil tindakan untuk
mengurangi bahaya tersebut, menggunakan perlengkapan keamanan, setiap orang
harus mengetahui letak kotak P3K dan lain-lain.
5.2 Saran
Disarankan kepada praktikan, dosen dan peneliti agar dapat mematuhi prosedur
keselamatan kerja di laboratorium dan harus mempelajari pengantar kecelakaan kerja
supaya dapat meminimalisir dan dapat menangani apabila terjadi kecelakaan di
laboratorium.

19
KESIMPULAN

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk
upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran
lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja. Dengan pengantar keselamatan kerja dilaboratorium maka dapat
meminimalisir dan dapat dihindari kecelakaan yang akan terjadi didalam
laboratorium. Sehingga dengan K3 ini maka suasana laboratorium dapat menjadi
lebih aman. Apabila terjadi kecelakaan kerja didalam laboratorium maka kita sudah
bisa menangani dan mengantipasi kecelakaan tersebut. Karena kecelakaan kerja dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya stres, kecapekan, kelelahan dan lain-
lain yang tanpa sengaja dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Terjadinya kecelakaan kerja disebabkan karena dua golongan. Golongan pertama


adalah faktor mekanis dan lingkungan (unsafe condition), sedangkan golongan kedua
adalah faktor manusia (unsafe action). Sedangkan bahaya pekerjaan (akibat kerja),
seperti halnya masalah kesehatan lingkungan lain, bersifat akut atau kronis
(sementara atau berkelanjutan) dan efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu
lama. Efek terhadap kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.
Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain dapat
menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat kerja tersebut
dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja khususnya adalah para
pekerja dan peralatan kerja di lingkungan laboratorium.

20
DAFTAR PUSTAKA

Amanah Ila, dkk. 2010. Identifikasi Bahaya Dan Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Di Laboratorium Studi Kasus Di Laboratorium Lingkungan Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro. Undip. Semarang.

Andarini Desheila. 2014. Penilaian Risiko Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada
Unit Laboratorium Teknik Sepeda Motor SMKN 2 Kota Palembang. UGM.
Yogyakarta.

Anonim. 2010. Standar Laboratorium Analisis Kesehatan Pendidik Tenaga


Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI Badan PPSDM Kesehatan Pusat
Pendidik Tenaga Kerja. Jakarta.

Fathimahhayati Lina, dkk. 2015. Analisis Potensi Bahaya dengan Metode Job
Safety Analysis (JSA) Sebagai Upaya Penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja Di Laboraorium X. Fakultas Teknik Universitas
Mulawarman. Samarinda.
Vol 4 No.1 Tekinfo.

Harlan Arta, dkk. 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Penggunaan APD
Pada Petugas Laboratorium Rumah Sakit PHC Surabaya. FKM Universitas
Airlangga. Surabaya. Vol 1 No.1 Hal 107-119.

Hati Shinta, W. 2015. Analisis Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada
Pembelajaran Di Laboratorium. Program Studi Teknik Mesin Politeknik
Negeri Batam. Riau.

21
Hidayati Wahyu. 2010. Tingkat Pengetahuan Keselamatan Kerja dan Keterampilan
Kerja di Laboratorium Kimia Peserta Didik Kelas XI IPA Semester 1 SMAN
Di Kecamatan Temanggung Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. UIN
Sunan Kalijaga. Yogyakarta.

Indrayani, dkk. 2014. Kajian Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
dalam Proses Belajar Mengajar Bengkel dan Laboratorium Politeknik Negeri
Sriwijaya. Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwijaya.
Palembang. Vol. 10 No. 1 Pilar. ISSN: 1907-6975.

Kharismawan I Gusti, 2014. Penerapan Jaminan Kecelakaan Kerja di Perusahaan PT.


Narmada Awet Muda Di Tinjau dari Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992
Tentang Jamsostek. Fakultas Hukum Universitas Mataram. Mataram.

Rahman Jayus. 2013. Manajemen Resiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di


Laboratorium RSUD DR. Mohammad Soleh Kota Probolinggo. FKM
Universitas Jember. Jember.

Ramadan Prilia. 2014. Pegaruh Pengetahuan K3 dan Sikap Terhadap Kesadaran


Berperilaku K3 Di Laboratorium CNC dan PLC SMK Negeri 3 Yogyakarta.
Fakultas Teknik UNY. Yogyakarta.

Sholihah Qomariyatus, dkk. 2015. Analisis Sif Kerja, Masa Kerja, dan Budaya
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan Fungsi Paru Pekerja Tambang Batu
Bara. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional. Vol. 10, No. 1: 24-28.

Salikkuna Nur, dkk. 2011. Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan


Keselamatan Kerja Di Rumah Sakit Bersalin Pertiwi Makassar. Fakultas
MIPA. Universitas Tadulako. Makassar. Vol. 5 No. 1 Biocelebes Hal 31-42.
ISSN: 1978-6417.

22
Salim Abdul. 2012. Program Kerja Laboratorium IPA SMA Muhammadiyah 4
Bengkulu. Majelis Pendidik Dasar dan Menengah SMA Muhammadiyah 4.
Bengkulu.

Subiantoro Agung. 2011. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Laboratorium Sains.


Fakultas Mipa UNY. Yogyakarta.

Suyono Karina., dkk. 2013. Hubungan Antara Faktor Pembentukan Budaya


Keselamatan Kerja dengan Safety Behavior di PT DOK dan Perkapalan Surabaya
Unit Hull Construction. Univ Airlangga. Surabaya.

Syartini, Titi. 2010. Penerapan SMK3 dan Upaya Pencegahan Kecelakaan di PT.
Indofood CBP Sukses Makmur Divisi Noodle Cabang Semarang. UNS. Surakarta.

Toding Ryane, dkk. 2016. Analisis Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (SMK3) Di RSIA Kasih Ibu Manado. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Univ. Sam Ratulangi. Manado. Vol 5 No. 1. ISSN 2302-2493.

Widyasari Jhohana. 2010. Hubungan Antara Kelelahan Kerja dengan Stres Kerja
Pada Perawat Di Rumah Sakit Islam Yarsis Surakarta. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Surakarta.

Wijayanti Nur. 2014. Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Ketersedian Alat Pelindung
Diri Terhadap Perilaku Keselamatan dan Kesehatan Kerja Petugas Laboratorium.
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta.

Winarni Airo, dkk. 2014. Cara Kerja Dilaboratorium. Sekolah Tinggi Keguruan dan
Ilmu Pendidikan (STKIP) Arrahmaniyah. Depok.

23
Wulandari Nindi. 2011. Hubungan Perilaku dan Penerapan Manajemen
Keselamatan Kesehatan Kerja dengan Terjadinya Kecelakaan Kerja Di
Laboratorium Patologi Klinik RSD dr. Soebandi Jember. FKM Universitas Jember.
Jember.

Zulyanti Noer. 2013. Komitmen Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap Tenaga Kerja. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik. Universitas 17 Agustus 1945. Surabaya. Vol. 11 No. 2 Hal 264- 275.

24

You might also like