You are on page 1of 8

STRUKTUR FORECAST KESELURUHAN

Cara yang terbaik untuk meramal kinerja masa depan adalah melakukannya secara
komprehensif, yaitu membuat tidak hanya forecast laba, tetapi juga peramalan arus kas dan
neraca. Pendekatan forecasting komprehensif berguna bahkan pada kasus dimana seseorang
berfokus pada satu aspek kinerja saja. Pendekatan komprehensif memberikan petunjuk untuk
melawan asumsi implisit yang tidak realistis.

Manajer atau analyst tertarik untuk berfokus pada forecast arus kas, tidak pada laba per saham.
Namun, forecast arus kas sebenarnya merupakan praktik mendasar dalam forecast akuntansi,
termasuk penjualan, laba, aset, dan kewajiban. Secara prinsip sangat mudah untuk
memindahkan secara langsung forecast arus kas, seperti arus kas masuk dari customer, arus kas
keluar ke pemasok dan karyawan. Hal ini merupakan cara termudah untuk dilakukan.

Kerangka Praktik Forecasting

Pendekatan praktik yang paling banyak untuk membuat forecasting laporan keuangan adalah
dengan berfokus pada laporan keuangan ringkas. Beberapa alasan untuk rekomendasi ini
adalah :

 Pendekatan tersebut menggunakan asumsi yang sangat sedikit mengenai kondisi masa depan
perusahaan, sehingga analis dapat berfikir lebih banyak tentang asumsi kas secara lebih hati-
hati.
 Forecasting yang terperinci cenderung membosankan, dan analis tidak mempunyai dasar asumsi
yang baik yang dibutuhkan untuk membuat forecast.
 Laporan keuangan ringkas dibutuhkan untuk analisis dan pengambilan keputusan. Sehingga
lebih banyak digunakan pendekatan ini untuk membuat forecast.

ROE dapat digunakan dalam rangka untuk menganalisis secara terpisah konsekuensi pada
profitabilitas manajemen operasi, investasi non operasi, dan keputusan pembiayaan. Untuk
membuat informasi yang diperoleh menjadi berguna melalui dekomoposisi ROE, forecast juga
harus mengikuti proses yang sama, membuat forecast operasi terlebih dahulu, kemudian
investasi non operasi, dan terakhir pembiayaan.

Item Operasi
Untuk membuat forecast operasi dari laporan laba rugi ringkas, satu yang dibutuhkan adalah
dimulai dengan membuat asumsi mengenai penjualan di periode selanjutnya. Di luar asumsi
tentang margin NOPAT, semua dibutuhkan untuk membuat laporan laba rugi periode ini. Untuk
membuat forecast neraca ringkas di akhir periode, kita dapat membuat asumsi tambahan sebagai
berikut :

 Rasio operating working capital terhadap penjualan untuk mengestimasi level modal kerja yang
dibutuhkan untuk mendukung penjualan.
 Rasio aset operasi tidak lancar bersih terhadap penjualan untuk menghitung perkiraan level aset
operasi tidak lancar bersih.

Item Investasi Non Operasi

Forecasting untuk bagian investasi dari laporan laba rugi ringkas dan neraca membutuhkan
asumsi mengenai 2 hal sebagai berikut :

 Rasio aset investasi terhadap penjualan untuk menghitung perkiraan level aset operasi tidak
lancar bersih.
 ROI aset.

Item Pembiayaan

Untuk membuat forecast bagian pembiayaan dari laporan laba rugi dan neraca, dibutuhkan
asumsi berikut :

 Rasio hutang terhadap modal untuk mengestimasi level hutang dan ekuitas yang dibutuhkan
untuk membiayaai jumlah estimasi aset di neraca.
 Tingkat bunga rata-rata (setelah pajak) yang perusahaan akan bayar atas hutangnya.

Informasi untuk forecasting

Ada 3 tahap analisis sebelum melakukan analisis prospektif, yaitu analisis strategi, akuntansi,
dan keuangan yang dapat menginformasikan keputusan yang dibuat analis mengenai prediksi
kinerja, terutama pada jangka pendek dan menengah. Forecasting dapat dilihat sebagai
kebalikan dari analisis keuangan. Analisis keuangan ingin mengetahui hubungan historis antara
kinerja keuangan perusahaan dan faktor ekonomi yang diidentifikasi pada analisis strategi dan
akuntansi. Sebaliknya, forecasting ingin melihat bagaimana dampak dari perubahan yang
diantisipasi dalam faktor ekonomi yang relevan pada kinerja perusahaan dan posisi keuangan di
masa yang akan datang.

PERILAKU KINERJA : SEBUAH TITIK AWAL

Setiap perkiraan memiliki, setidaknya secara implisit, sebuah tolok ukur awal—beberapa gagasan
tentang bagaimana jumlah tertentu, seperti penjualan atau pendapatan, diharapkan berperilaku
tanpa adanya informasi terperinci. Misalnya, dalam mempertimbangkan profitabilitas fiskal 2011
untuk TJX, kinerja 2010 mungkin menjadi titik awal. Pada saat seseorang telah menyelesaikan
analisis strategi bisnis, analisis akuntansi, dan analisis keuangan terperinci, perkiraan yang
dihasilkan mungkin berbeda secara signifikan dari titik awal awal.

Namun, seringkali informasi tertentu sulit atau tidak tersedia, terutama ketika membuat forecast
jangka panjang. Sehingga, setiap forecast mempunyai setidaknya satu “benchmark” titik awal
yang mengasumsikan bagaimana perilaku rasio-rasio tertentu dapat diprediksi tanpa ada
informasi yang detail. Titik awal yang rasional untuk membuat forecast angka akuntansi
didasarkan pada bukti sebagai berikut :

 Perilaku pertumbuhan penjualan


Pertumbuhan penjualan cenderung “mean-reverting” (berbanding terbalik). Perusahaan dengan
tingkat pertumbuhan di atas atau di bawah rata-rata pertumbuhan industri cenderung kembali ke
level normal (secara historis dalam kisaran 7 hingga 9 persen untuk perusahaan AS) dalam tiga
sampai sepuluh tahun. Gambar 6-1 mendokumentasikan efek pembalikan rata-rata ini untuk periode
1993 hingga 2010 untuk semua perusahaan AS yang diperdagangkan secara publik yang dicakup
oleh database Compustat.
Gambar tersebut menunjukkan bahwa kelompok perusahaan dengan pertumbuhan tertinggi (top
fifth) pada awalnya— tingkat pertumbuhan penjualan sedikit di atas 70 persen—mengalami
penurunan hingga sekitar 8 persen. Tingkat pertumbuhan dalam tiga tahun (third fifth) dan tidak
pernah jauh di atas 20 persen dalam tujuh tahun ke depan. Mereka yang memiliki tingkat
pertumbuhan penjualan awal terendah (bottom fifth), negatif 10 persen, segera meningkat ke
pertumbuhan penjualan yang sedikit positif di tahun ke-2 dan menunjukkan pertumbuhan positif
sepanjang tahun ke-10.
Salah satu penjelasan untuk pola pertumbuhan penjualan yang terlihat pada Gambar 6-1 adalah
bahwa sebagai industri dan perusahaan yang tumbuh dengan cepat, tingkat pertumbuhan mereka
dapat melambat karena kejenuhan permintaan dan persaingan intra-industri. Oleh karena itu ketika
sebuah perusahaan tumbuh pesat saat ini, umumnya tidak realistis untuk mengasumsikan bahwa
pertumbuhan tinggi saat ini akan bertahan lama atau tanpa batas. Tentu saja, seberapa cepatnya
pertumbuhan perusahaan berbalik ke rata-rata industri tergantung pada karakteristik industri itu
sendiri dan posisi kompetitif yang dimiliki oleh perusahaan.

 Perilaku Laba
Laba cenderung mengikuti proses yang dapat diperkirakan oleh pola acak (random walk) atau
pola acak menyimpang (random walk with drift). Sehingga gambaran laba tahun sebelumnya
merupakan titik awal yang baik dalam mempertimbangkan potensi laba masa depan. Dampak
dari bukti ini adalah, dalam permulaan untuk melihat kemungkinan laba di masa depan, angka
yang berguna adalah laba tahun sebelumnya. Rata-rata laba pada beberapa periode sebelumnya
tidak berguna. Karena, prediksi laba final akan selalu sangat berbeda dari benchmark pola acak.
 Perilaku ROE
Mengingat bahwa laba tahun sebelumnya berfungsi sebagai tolok ukur yang berguna dalam
memprediksi laba sebelumnya, hal yang sama juga berlaku untuk tingkat kembalian investasi,
seperti ROE. Alasannya, pertama, walaupun rata-rata level laba perusahaan cenderung tetap,
tidak mungkin memiliki level ROE yang tidak biasa. Perusahaan dengan ROE yang terlalu
tinggi atau rendah cenderung mengalami kenaikan laba atau penurunan laba. Kedua, perusahaan
dengan ROE yang lebih tinggi cenderung melakukan ekspansi investasi lebih cepat dari lainnya,
yang menyebabkan komponen ROE naik.

Gambar 6-2 mendokumentasikan efek pembalikan rata-rata ini untuk perusahaan AS dari tahun 1993
hingga 2010. Semua perusahaan diberi peringkat dalam hal ROE mereka pada tahun 1993 (tahun 1)
dan dibentuk menjadi lima portofolio dengan cara yang mirip dengan analisis pertumbuhan
penjualan di atas di gambar 6-1. Dari pola pada Gambar 6-2 dapat dilihat itu persis seperti yang
diprediksi oleh persaingan ekonomi. Kecenderungan turunnya ROE yang tinggi merupakan
cerminan dari profitabilitas yang tinggi yang menarik persaingan; kecenderungan naiknya ROE
yang rendah mencerminkan mobilitas modal dari usaha yang tidak produktif menuju usaha yang
lebih menguntungkan.

 Perilaku Komponen ROE


Perilaku tingkat ROE dapat dianalisis lebih jauh dengan melihat perilaku komponen utama.
ROE didapatkan dari persamaan berikut :
Sehingga, komponen utama ROE adalah : margin NOPAT(Net Operating Profit After Tax),
turnover aset operasi, return on investment asset, spread, dan leverage keuangan. Margin laba
seperti ROE cenderung digerakkan oleh kompetisi yang normal dari waktu ke waktu. Apa yang
membentuk menjadi normal tergantung dari teknologi yang digunakan oleh industri dan strategi
yang diterapkan perusahaan. Dalam ekuilibrium yang sepenuhnya kompetitif, margin laba
diharuskan tetap tinggi untuk perusahaan yang beroperasi pada tingkat turnover yang rendah.

PERTIMBANGAN PERAMALAN LAINNYA

Analisis Strategi Perusahaan, Akuntansi, dan Kinerja Keuangan


Analisis strategi perusahaan, akuntansi, dan kinerja keuangan dapat menghasilkan pertanyaan dan
wawasan penting tentang kinerja masa depan perusahaan. Oleh karena itu, proyeksi kinerja masa
depan perusahaan mana pun harus didasarkan pada pemahaman atas pertanyaan yang diajukan oleh
analisis ini, seperti:

Dari analisis strategi bisnis/perusahaan: Apa karakteristik industri tempat perusahaan


beroperasi? Apakah ada hambatan signifikan untuk masuk yang mungkin menghalangi persaingan
di masa depan? Jika demikian, berapa lama mereka diharapkan untuk bertahan? Bagaimana
prospek pertumbuhan industri? Bagaimana pengaruhnya terhadap persaingan di masa depan?
Dan, apakah perusahaan yang bersangkutan memiliki strategi yang jelas yang memposisikannya
untuk kesuksesan di masa depan?

Dari analisis akuntansi: Analisis akuntansi memberikan pemahaman kepada analis tentang
bagaimana akuntansi perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan yang dilaporkan. Apakah aset
dilebih-lebihkan,? Apakah perusahaan memiliki aset di luar neraca, seperti R&D, yang melebih-
lebihkan tingkat pengembalian yang dilaporkan? Jika demikian, apa implikasinya untuk laporan
akuntansi masa depan?
Dari analisis keuangan: Apa sumber kinerja perusahaan yang buruk atau kuat akhir-akhir
ini? Apakah kinerja ini berkelanjutan? Apakah ada pola yang terlihat dalam kinerja masa lalu
perusahaan? Jika ya, apakah ada alasan mengapa tren ini kemungkinan akan berlanjut atau
berubah? Wawasan ini membantu analis dalam menjawab pertanyaan apakah dan untuk
berapa lama perusahaan akan dapat mempertahankan keunggulan kompetitif dan tingkat
kinerja saat ini, yang sangat penting untuk peramalan.

Faktor Makroekonomi dan Peramalan


Untuk perusahaan yang kinerja keuangannya sangat sensitif terhadap siklus ekonomi, analis juga
ingin mempertimbangkan kondisi makroekonomi saat membuat prakiraan. Misalnya pada
perusahaan TJX, hal tersebut mungkin terjadi pada TJX, yang pada paruh pertama tahun 2011
menghadapi pemulihan ekonomi AS yang lambat setelah krisis ekonomi tahun 2008. Meskipun
belanja konsumen meningkat, pengeluaran secara keseluruhan belum pulih ke tingkat sebelum
resesi. Fokus TJX pada nilai telah membantunya mempertahankan pertumbuhan selama masa
ekonomi yang sulit, dengan penjualan tumbuh rata-rata 5 persen per tahun dari 2007 hingga
2010.
Faktor makroekonomi tentu akan berdampak pada kinerja TJX dalam jangka pendek, menengah,
dan panjang, namun faktor-faktor tersebut tidak dapat diramalkan dengan tingkat kepastian yang
tinggi. Akibatnya, untuk tujuan peramalan, umumnya disarankan untuk mengasumsikan bahwa
dampak perubahan dalam siklus bisnis akan merata dalam jangka panjang.

Answer:
6. a. -Model 1 (random walk model): $2.80
-Model 2 (mean-reverting model): $1.90 (=average of five years EPS)

b. -Model 1: $3.30
-Model 2: $2.28

Model 1 menggambarkan pola laba per saham lebih baik daripada Model 2. Model 1 adalah
model jalan acak sederhana yang menggunakan laba per saham tahun berjalan sebagai tolok
ukur, sedangkan Model 2 menggunakan rata-rata pendapatan per saham lima tahun sebelumnya
sebagai tolok ukur.

Penelitian menunjukkan bahwa, untuk perusahaan tipikal, informasi penjualan yang


berumur lebih dari satu tahun hanya berguna sejauh hal itu berkontribusi pada tren
tahunan rata-rata. Tingkat rata-rata penjualan selama lima tahun sebelumnya tidak
membantu dalam memperkirakan EPS di masa depan.

7. Berdasarkan asumsi Joe Fatcat, ROE setelah tiga tahun akan terus meningkat
selamanya karena, secara implisit, ia mengasumsikan bahwa rasio perputaran aset
(penjualan/TA) akan tumbuh setiap tahun pada tingkat inflasi dan akan menyebabkan
peningkatan ROA. Jika semua rasio lainnya (margin dan leverage) tetap konstan, ini
menyiratkan pola peningkatan ROE selamanya. Pola seperti itu tidak konsisten dengan
bukti bahwa ROES kembali ke rata-rata rata-rata.

You might also like