Professional Documents
Culture Documents
Radda Luthfia Trauma - Intoksikasi
Radda Luthfia Trauma - Intoksikasi
1911102411018
DOSEN PENGAMPU
PRODI S1 KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.Alhamdulillah,
Segala puji bagi Allah SWT. Karena berkat rahmat dan petunjuk-Nyalah, saya
dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang berjudul:“ Intoksikasi Alkohol
dan Keracunan Makanan”. Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada
Ibu Ns. Zulmah Astuti., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah keperawatan
gawat darurat.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………….ii
DAFTAR ISI……...…………………………………………………iii
DAFTAR TABEL………………………..……………………...…..iv
1. Konsep Teori……..………………………………………………1
a. Pengertian…...……………………………………………...1
b. Etiologi……………………………………………………..1
c. Klasifikasi…………………………………………………..3
d. Tanda dan Gejala…………………………………………...4
e. Patofisiologi………………………………………………...4
f. Pathway Keperawatan…………………….………………...5
g. Pemeriksaan Penunjang……………………….…………….6
h. Penatalaksanaan Medis……………………………….……..6
i. Penatalaksanaan Non Medis………………………………...9
2. Konsep Asuhan Keperawatan……………………………...10
a. Survey Primer……………………………………………...10
b. Survey Sekunder……………………………………….…..13
c. Analisa Data………………………………………….…….16
d. Intervensi dan Luarannya…………………………………..18
e. Implementasi…………………………………….…………23
f. Evaluasi……………………………….……………………25
g. Discharge Planning…………………….…………………..27
DAFTAR PUSTAKA……………..…………….………………….30
3
DAFTAR TABEL
4
1. Konsep Teori
a. Pengertian
Keracunan atau intoksikasi adalah suatu kejadian apabila substansi
yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera
atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara
yaitu termakan, terhirup, disuntikkan (Ginanjar Sasmito Adi, 2017).
Keracunan atau intoksikasi menurut WHO adalah kondisi yang
mengikuti masuknya suatu zat psikoaktif yang menyebabkan gangguan
kesadaran, kognisi, persepsi, afek, perlaku, fungsi, dan respon psikofisiologis.
Sumber lain menyebutkan bahwa keracunan dapat diartikan sebagai masuknya
suatu zat kedalam tubuh yang dapat menyebabkan ketidak normalan
mekanisme dalam tubuh bahkan sampai dapat menyebabkan kematian (Galih
Arya Gunawan, 2013).
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan
oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain.
Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja,
tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu
yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat
disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja (Brunner and Suddarth, 2010).
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan
berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat
menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit bahkan kematian. Keracunan
sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia (Ade Ria Carisna, 2017).
b. Etiologi
5
b. Staphilococus aureus
c. Salmonella
d. Bacillus Parahemolyticus
e. Clostridium Botulisme
f. Streptokkkus
2. Bahan Kimia
a. Peptisida golongan organofosfat
b.Organo Sulfat dan karbonat
3. Toksin
a. Jamur
b. Keracunan Singkong
c. Tempe Bongkrek
d. Bayam beracun
e. Kerang
c. Klasifikasi
Racun diklasifikasikan menurut (Fathoni, 2016) sebagai berikut:
a. Racun Korosif: racun ini adalah agen pengiritasi yang sangat aktif yang
menghasilkan peradangan dan ulserasi jaringan. Kelompok ini terdiri dari
asam kuat dan basa.
b. Racun Iritan : racun ini menghasilkan gejala sakit di perut, muntah
1) Racun Anorganik
Logam : arsen, merkuri, timbal, tembaga dan antimon Non logam : fosfor,
klorin, bromin, dan iodin
2) Racun organik
Tumbuh-tumbuhan : minyak jarak Hewan : ular, kalajengking,laba-laba
3) Racun mekanik : bubuk kaca, debu berlian
c. Racun Saraf
Racun ini beraksi di sistem saraf pusat. Gejala yang dirimbulkan biasanya
sakit kepala, ngantuk, pusing, delirium, stupor, koma, dan kejang.
1) Racun serebral: opium, alkohol, agen sedatif, agen hipnotik, anastetik.
2) Racun spinal: Strychinine.
3) Periferal: Curare.
d. Racun jantung : Digitalis, rokok.
6
e. Asphyxiants: Gas batubara, CO, CO2, war gasses.
f. Lain-lain: Analgesik, antipiretik, penenang, antidepresan.
a. Anoreksia
b. Nyeri kepala
c. Rasa lemah
d. Rasa takut
e. Tremor pada lidah dan kelopak mata
f. Pupil miosis
Keracunan sedang:
a. Nausea
b. Muntah – muntah
c. Kejang dan kram perut
d. Hipersalifa
e. Hiperhidrosis
f. Fasikulasi otot
g. Bradikardi
Keracunan berat
a. Diare
b. Reaksi cahaya negatif
7
c. Sesak nafas
d. Sianosis
e. Edema paru
f. Inkontinensia urine dan feses
g. Kovulsi
h. Koma
i. Blokade jantung akhirnya meninggal
e. Patofisiologi
Keracunan dapat di sebabkan oleh beberapa hal di antaranya yaitu faktor
bahan kimia, mikroba, toksin dll. Dari penyebab tersebut dapat mempengaruhi
vaskuler sistemik shingga terjadi penurunan fungsi organ – organ dalam tubuh.
KhE bekerja untuk menghidrolisis arakhnoid (AKH) dengan jalan mengikat Akh –
KhE yang bersifat inakttif. Bila konsentrasi racun lebih tingggi dengan ikatan IFO-
KhE lebih banyak terjadi. Akibatnya akan terjadi penumpukan Akh di tempat –
tempat tertentu, sehingga timbul gejala – gejala rangsangan Akh yang berlebihan,
8
Makanan terkontaminasi yang mengandung
Masuk ke saluran cerna
Botolinum, jamur, jengkol, ikan laut, tempe,
singkong dll
Hambatan mobilitas
fisik Diare
Gangguan fungsi saraf
Kematian
Kaku sendi Gangguan bicara Sulit menelan
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Gangguan saraf otonom
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d agen cedera biologis.
2. Pola nafas tidak efektif b/d distress pernafasan.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat
(anoreksia, mual dan muntah), kesulitan menelan.
4. Defisit volume cairan b/d muntah, diare.
5. Hambatan mobilitas fisik b/d paralisis, ketidakmampuan otot berkontraksi.
6. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan fisik.
10
C. Rencana Asuhan Keperawatan
a. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang bermanfaat dalam diagnosis toksikologi
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Laboratorium: Pada pemeriksaan laboratorium biasanya
dilakukan tes darah, tes urin, tes kondisi tinja, dan pemeriksaan parasit.
Tes-tes ini bertujuan untuk mengetahui jenis organisme penyebab
terjadinya keracunan. Pemeriksaan laboratorium sederhana dapat
dilakukan di layanan kesehatan primer yang memiliki fasilitas, misalnya:
pemeriksaan mikroskopis feses untuk keberadaan telur cacing dan parasit;
pewarnaan Gram, KOH dan metilenblue Loeffler untuk membantu
membedakan antara penyakit invasif dan non-invasif (PMK No. 5 Tahun
2014).
2. Gas Darah Arteri: Hipoventilasi akan menyebabkan peningkatan PCO2
(hiperkapnia). PO2 dapat rendah dengan aspirasi pneumonia atau obat-
obat yang menginduksi edema paru. Oksigenisasi jaringan . yang kurang
akibat hipoksia, hipotensi. Atau keracunan sianida akan menghasilkan
asidosis metabolik. PO2 hanya mengukur oksigen yang larut dalam plasma
dan bukan merupakan total oksigen dalam darah. karena itu pada
keracunan
3. karbon monoksida mungkin PO2 tampak normal meskipun ada defisiensi
oksihemoelobin yang nyata dalam darah.
4. Uji Fungsi Ginjal: Beberapa toksin mempunyai efek nefrotoksik; dalam
kasus lain, gagal ginjal merupakan akibat syok, koagulasi intravaskular
yang menyebar (disseminated irrtravascular coagulation, DTC), atau
mioglohinuria. Tingkat kadar nitrogen urea darah dan kreatinin harus
diukur dan dilakukan urinalisis.
5. Osmolalitas Serum: Perhitungan osmolalitas serum terutama bergantung
pada natrium serum, glukosa serum serta nitrogen urea darah.
6. Elektrokardiogram: Pelebaran lama kompleks QRS yang lebih besar dari
0,1 detik adalah khas untuk takar lajak antidepresan trisiktik dan kuinidin.
1
7. CT-Scan: fotopolos abdomen mungkin berguna, karena beberapa tablet,
khususnya besi dan kalium, dapat berbentuk radiopaque. Foto toraks dapat
menunjukkan pneumonia aspirasi, pneumonia hidrokarbon, atau edema
paru. Bila dicurigai adanya trauma kapitis, dianjurkan untuk pemeriksaan
CT-scan.
2
3) Circulation
Jika ada gangguan sirkulasi segera tangani kemungkinan syok yang
tepat, dengan memasang IV line, mungkin ini berhubungan dengan
kerja kardio depresan dari obat yang ditelan, pengumpulan aliran vena
di ekstremitas bawah, atau penurunan sirkulasi volume darah, sampai
dengan meningkatnya permeabilitas kapiler. Kaji TTV, kardiovaskuler
dengan mengukur nadi, tekanan darah, tekanan vena sentral dan suhu.
Stabilkan fungsi kardioaskuler dan pantau EKG.
4) Disability
Pantau status neurologis secara cepat meliputi tingkat kesadaran dan
GCS, ukuran dan reaksi pupil serta tanda-tanda vital. Penurunan
kesadaran dapat terjadi pada klien keracunan alcohol dan obat-obatan.
Penurunan kesadaran dapat juga disebabkan karena penurunan
oksigenasi, akibat depresi pernapasan seperti pada klien keracunan
baygon, botulinum
2. Survey Sekunder
Kaji adanya bau baygon dari mulut dan muntahan, sakit kepala,
sukar bicara, sesak nafas, tekanan darah menurun, kejang-kejang,
gangguan penglihatan, hipersekresi hidung, spasme laring, brongko
kontriksi, aritmia jantung dan shock.
Langkah selanjutnya setelah survey primer (resusitasi) dan survey
sekunder adalah sebagai berikut :
a. Dekontaminasi gastrointestinal
Dekontaminasi sistem pencernaan dapat dilakukan dengan beberapa
cara, termasuk emesis yang di induksi, pemberian arang aktif atau
arang dengan beberapa dosis yang diaktifkan, lavase lambung,
cathartics, dan irigasi usus menyeluruh (whole-bowel irrigation/WBI.
Hemodialisis dan hemoprfusion rang (charcoal) juga digunakan pada
kasus keracunan yang parah (Amelia Kurniati, Yanny Trisyani, 2018).
1) Induksi Emesis
Meskipun induksi emesis ini merupakan penanganan yang
diandalkan, namun peran sirup ipecac dalam pengelolaan
3
pasien keracunan telah menurun secara signifikan dalam
beberapa tahun terakhir.
2) Arang Aktif (Charcoal Activated)
Penggunaan arang aktif saja setara atau bahkan lebih unggul
mengobati keracunan daripada pengobatan modalitas dan
kombinasi lainnya. Namun, belum ada penelitian yang
menunjukkan hasil yang baik secara signifikan terhadap
peningkatan outcome pasien
3) Bilas/ lavage lambung
Bilas lambung dapat dipertimbangkan untuk keracunan yang
berpotensi mengancam jiwa.
4) Cathartics (Obat Pencahar)
Obat pencahar telah lama ditambahkan ke arang aktif untuk
meningkatkan eleminasi racun dari saluran pencernaan.
Namun, jangan trlalu sering menggunakan obat pencahar
menyebabkan diare, mual dan muntah, nyeri perut, peningkatan
kadar magnesium, ketidakseimbangan elektrolit dan
hypovolemia katartik.
5) Irigasi Usus Menyeluruh (Whol Bowel Irrigation/WBI)
Irigasi usus menyeluruh melibatkan penggunaan larutan
elektrolit yang diberikan secara oral atau melalui NGT.
6) Hemodialisis dan Hemoperfusi Arang (Charcoal
Hemoperfusion)
Hemodialisis diindikasikan untuk keracunan serius yang
menyebabkan asidosis metabolik berat, kelainan elektrolit atau
gagal ginjal.
a. Analisa Data
Analisa data intoksikasi dan keracunan makanan menurut (Atik
Nurhayati, 2017) sebagai berikut:
4
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
Do:
1. Px meringis
kesakitan
2. Px memegangi
area nyeri
3. Px pucat
4. TD: 100/60
S : 36 derajat
5
N : 82x/menit
6
Do:
1. Penurunan
berat badan
2. TD : 100/60
3. RR : 28x/mnt,
cepat dan
dangkal
7
dengan agen Setelah dilakukan Observasi
cedera tindakan keperawatan
1. lokasi, karakteristik, durasi,
biologis 3x24 Jam diharapkan frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
(D.0077) tingkat nyeri menurun
2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respon nyeri non
verbal
1. Keluhan nyeri
4. Identifikasi faktor yang
dari skala 2 memperberat dan
memperingan nyeri
menjadi skala
5. Identifikasi pengetahuan dan
5 keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya
2. Meringis dari
terhadap respon nyeri
skala 2 7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
menjadi skala
8. Monitor keberhasilan terapi
5 komplementer yang sudah
diberikan
3. Gelisah dari
9. Monitor efek samping
skala 2 penggunaan analgetik
menjadi skala
Terapeutik
5
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
Keterangan
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
1. Meningkat terapi pijat, aroma terapi,
2. Cukup teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin, terapi
Meningkat bermain)
3. Sedang 2. Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
4. Cukup Suhu ruangan, pencahayaan,
Menurun kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Menurun 4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
8
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Tarik
nafas dalam)
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Cukup
menurun
Terapiutik
3. Sedang
4. Cukup 1. Atur interval waktu
9
membaik
pemantauan respirasi sesuai
5. Membaik
kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Observasi
Terapeutik
10
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Kolaborasi
11
3. Sedang 7. Hentikan pemberian makan melalui
4. Cukup selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
membaik
5. Membaik
Edukasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetik), jika perlu Kolaborasi
2. dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
c. Implementasi
Menurut (Arifin, 2016) implementasi keperawatan yang baik
dalam penanganan intoksikasi dan keracunan makanan yakni
sesuai dengan rencana keperawatan, perawat harus mempunyai
kemampuan kognitif (intelektual), kemampuan dalam hubungan
interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan tindakan. Proses
pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan,
strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.
Tindakan keperawatan dilakukan setelah perencanaan
kegiatan dirancang dengan baik. Tindakan keperawatan mulai
dilakukan selama 3 hari. Tidak semua diagnosa keperawatan
dilakukan implementasi setiap hari.
12
Implementasi dan evaluasi proses luka bakar menurut sebagai
berikut:
d. Evaluasi
13
Evaluasi keperawatan luka bakar menurut sebagai berikut:
NO EVALUASI KEPERAWATAN
1. a) Evaluasi yang dilakukan antara lain pada hari ke 1
dengan diagnosa I nyeri akut yaitu: pasien
mengatakan bahwa ia masih merasa nyeri yang
ditandai dengan pasien tampak lemah, gelisah,
meringis, skala nyeri 5 (1-10).Untuk itu dapat
disimpulkan masalah nyeri akut belum teratasi
sehingga intervensi dilanjutkan di hari kedua.
14
intervensi dilanjutkan hari ketiga.
e. Discharge Planning
15
- Kosongkan lambung untuk memuntahkan jika kurang dari 4
jam dengan merangsang tenggorokan dengan jari
2. Jika racun mengenai kulit/mata :
- Lepas pakaian yang terkena
- Cuci dan bilas dengan air mengalir
3. Jika racun melalui pernapasan
- Pindahkan korban ke tempat aman
- Beri oksigen murni
- Hati-hati untuk first aider
4. Jangan memberikan susu pada keracunan yang mengandung
fosfat, karena dapat bereaksi. Dimuntahkan, hanya efektif bila
dlakukan dalam 2 jam pertama setelah keracunan
5. Tidak boleh dimuntahkan pada :
- Menelan asam basa kuat
- Menelan minyak
- Korban kejang ataupun ada bakat kejang
Korban tidak sadar/ada gangguan kesadaran
DAFTAR PUSTAKA
16
Fathoni, M. (2016). Keperawatan Gawat Darurat Intoksikasi Alkohol. Universitas
Brawijaya.
Febri Yudo. (2018). Keracunan.
Galih Arya Gunawan. (2013). Intoksikasi Makanan.
Ginanjar Sasmito Adi. (2017). Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Intoksikasi
pembersih lanta di Ruang Melati RSD Balung Kabupaten Jember.
Universitas Muhammadiyah Jember, 0331, 1–13.
Indonesia, P. P. N. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
PPNI, T. P. D. P. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, T. P. S. D. P. P. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia.
Putri Sintiya Rahayu. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi.
Ade Ria Carisna. (2017). Asuhan Keperawatan Intoksikasi.
Amelia Kurniati, Yanny Trisyani, S. I. M. T. (2018). Keperawatan Gawat
Darurat Dan Bencana Sheehy (Elsevier (ed.); 1st ed.).
Arifin, R. (2016). Penatalaksanaan Keracunan. Fakultas Farmasi, 1969, 9–26.
http://repository.ump.ac.id/266/3/Laila Safitrih_BAB II.pdf
Atik Nurhayati. (2017). Analisa Data Keracunan Makanan.
Brunner and Suddarth. (2010). Text Book Of Medical Surgical Nursing (LLW
(ed.); 12th ed.).
Dwi Retno Setiani. (2016). Asuhan Keperawatan Anak Dengan Keracunan.
0520014712.
Fathoni, M. (2016). Keperawatan Gawat Darurat Intoksikasi Alkohol. Universitas
Brawijaya.
Febri Yudo. (2018). Keracunan.
Galih Arya Gunawan. (2013). Intoksikasi Makanan.
Ginanjar Sasmito Adi. (2017). Asuhan Keperawatan Ny. S Dengan Intoksikasi
pembersih lanta di Ruang Melati RSD Balung Kabupaten Jember.
Universitas Muhammadiyah Jember, 0331, 1–13.
Indonesia, P. P. N. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
PPNI, T. P. D. P. P. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 1. DPP PPNI. Jakarta.
PPNI, T. P. S. D. P. P. (2018). Standar intervensi keperawatan indonesia.
17
Putri Sintiya Rahayu. (2018). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Intoksikasi.
18