You are on page 1of 35

Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal “Laporan Kasus Seven Jump“

TUGAS KE-1
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan Tugas Mata Kuliah
Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal

Oleh

Kelompok 1

Aisiyah Zuhra 19221001


Al-Asyih Novera Redha 19221002
Aprialda 19221004
Bening Maira Sugeta 19221006
Hanna Herfa Rizky 19221013
Mike Soraya 19221019
Rona Saputri 19221033
Salwa Salsabila 19221034
Size Marcella Andami 19221036
Tika Putri Yesi 19221038
Welsweeta Juliarni 19221041

Dosen Pengampu :
Zulfita.S.SiT.M.Biomed

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA


DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TA 2021 – 2022
Skenario I

Seorang perempuan, usia 38 tahun, di PMB dengan keluhan utama penurunan kesadaran
setelah melahirkan anak ke 5. Penurunan kesadaran mulai tampak ±3 jam sebelum dibawa
kerumah sakit, keluarga pasien mengaku pasien terlihat lemas, tampak mengantuk, dan sulit
diajak berkomunikasi. Sebelumnya pasien telah menjalani persalinan normal ±4 jam sebelum
dirujuk kerumah sakit Ahmad Yani Metro. Selain itu pasien juga mengeluh dada terasa
sesak nafas, perut terasa penuh dan semakin membesar. Sebelumnya pasien tidak memiliki
riwayat penyakit lain seperti hipertensi, diabetes melitus, asma, alergi, dan riwayat operasi

Berdasarkan pemeriksaan fisik, didapatkan keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran
apatis, skor GCS (Glasgow Coma Scale) E=4; M=3; V=3, Total 10 poin. Tekanan
darah 80/50 mmHg, nadi 120x/menit reguler, isi kurang dan tegangan lemah, pernapasan 32
x/menit, suhu 35,7oC, Capilary Refill Time (CRT) memanjang. Pada wajah ditemukan
konjunctiva anemis, napas cuping hidung, dan sianosis sentral. Pada leher tidak ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid. Pada pemeriksaan pulmo ditemukan
bunyi vesikuler menurun dan terdapat ronkhi basah di basal kedua paru. Pada pemeriksaan
abdomen, terlihat cembung dan didapatkan nyeri tekan pada kuadran kanan atas, tidak teraba
kontraksi uterus. Pada pemeriksaan ekstrimitas superior dan inferiorakral teraba dingin. Pada
pemeriksaan labor HB. 7 gr%.

A. Klasifikasi Istilah
1. PENURUNAN KESADARAN
Penurunan kesadaran adalah kondisi ketika seseorang kurang atau tidak dapat
memberi respons terhadap rangsangan apa pun.
2. PERSALINAN NORMAL
Persalinan Normal adalah proses persalinan yang melalui kejadian secara alami
dengan adanya kontraksi rahim ibu dan dilalui dengan pembukaan untuk
mengeluarkan bayi.
3. DADA TERASA SESAK NAFAS
kondisi ketika seseorang mengalami kesulitan dalam bernapas. Dalam istilah medis,
kondisi ini juga dikenal sebagai dyspnea. Sesak napas merupakan gejala penyakit
pada jantung atau paru-paru.
4. PERUT TERASA PENUH DAN MEMBESAR
adalah kondisi ketika perut terasa kencang, penuh, dan terlihat membesar. Kondisi ini
terjadi karena gas di perut terlalu banyak sehingga menimbulkan kram atau rasa tidak
nyaman di perut.
5. HIPERTENSI
Hipertensi adalah pengertian medis dari penyakit tekanan darah tinggi. Kondisi ini
dapat menyebabkan berbagai macam komplikasi kesehatan yang membahayakan
nyawa jika dibiarkan.
6. DIABETES MELITUS
atau yang dikenal dengan kencing manis/penyakit gula merupakan penyakit dimana
kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin sehingga gula didalam darah tidak dapat dimetabolisme.
7. ASMA
Asma adalah penyakit kronis pada saluran pernapasan yang ditandai dengan sesak
akibat peradangan dan penyempitan pada saluran napas. Asma dapat diderita oleh
semua golongan usia, baik muda maupun tua.
8. ALERGI
Alergi adalah reaksi dari sistem kekebalan tubuh manusia (sistem imun) terhadap zat
tertentu yang seharusnya tidak berbahaya. Reaksi tersebut dapat menimbulkan
berbagai gejala, seperti pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas.
9. RIWAYAT OPERASI
Operasi adalah semua tindakan pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan
membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani.
10. SAKIT BERAT
Ada juga beberapa penyakit yang memang bisa menimbulkan gejala-gejala yang berat
ataupun berpotensi menimbulkan komplikasi yang berat, misalnya saja meningitis
(radang pada selaput otak) ataupun ensefalitis (radang pada otak), stroke, serangan
jantung, dll.
11. APATIS
Apatis adalah sikap tak acuh terhadap segala sesuatu yang terjadi di sekitar. Tanda-
tanda apatis sangat beragam, mulai dari kurang bersemangat melakukan sesuatu
hingga tidak peduli dengan masalah yang dihadapi.
12. SKOR GLASGOW COMA. SCALE
Skala Koma Glasgow adalah skala neurologi yang dapat digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran. Skala ini umumnya digunakan untuk menilai kesadaran setelah
cedera kepala. Ada tiga komponen yang dinilai dalam skala ini yaitu mata, verbal, dan
motorik.
13. PERNAPASAN
Pernapasan adalah proses pertukaran gas dalam tubuh dan digunakan untuk
menghasilkan energi.
14. CAPILARY RAFILL TIME
adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan. CRT yang memanjang merupakan tanda
dehidrasi pada pasien. Ini diperkuat jika disertai dengan turgor kulit dan pola
pernapasan yang abnormal.
15. KONJUNGTIVA ANAMIS
merupakan lekukan pada mata, normalnya konjungtiva itu berwarna kemerahan, pada
keadaan tertentu (misal pada anemia) konjungtiva akan berwarna pucat yang disebut
dengan nama konjungtiva anemis.
16. CUPING HIDUNG
Cuping hidung dalam dunia medis disebut sebagai "Ala" atau "Alar". Bagian tubuh ini
tersusun atas kulit yang menempel pada tulang rawan (kartilago). Bagian dalam
cuping dilapisi oleh mukosa (selaput lendir) yang ditumbuhi bulu hidung.
17. SIANOSIS SENTRAL
adalah perubahan warna biru keunguan yang ditemukan di lidah, bibir, dan membran
mukosa
18. KELENJER GETAH BENING
adalah perubahan warna biru keunguan yang ditemukan di lidah, bibir, dan membran
mukosa
19. KELENJER TIROID
adalah kelenjar hormon berbentuk kupu-kupu yang terletak di bagian depan bawah
leher.
20. PULMO
Yang dimaksud dengan pulmo adalah istilah anatomi dari paru-paru, organ yang
berperan dalam proses respirasi atau pernapasan pada manusia.
21. VESIKULER
suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal, bersifat halus,
nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
22. RONKHI BASAH
sendiri merupakan bunyi nafas tambahan yang dihasilkan karena adanya pergerakan
atau gerakan mukus dengan udara yang lewat, konsistensi mukus yang tidak solid
menyebabkan sedikit vibrasi dan menghasilkan bunyi rhonki.
23. BASAL KEDUA PARU
adalah kondisi yang terjadi akibat peradangan pada salah satu atau kedua paru-paru.
Umumnya, kondisi tersebut bisa terjadi karena terdapat infeksi, baik infeksi bakteri,
virus, maupun jamur, pada paru-paru
24. PEMERIKSAAN ABDOMEN
merupakan prosedur diagnostik yang rutin dilakukan pada berbagai kondisi dan
keluhan yang terkait sistem gastrointestinal, seperti diare, gastritis, massa
intraabdomen, atau trauma abdomen.
25. NYERI
adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak nyaman atau
tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan yang telah rusak atau
yang berpotensi untuk rusak.
26. KUADRAN KANAN ATAS
Kuadran kanan atas terdiri dari lobus kanan hepar, kantung empedu, pilorus, sebagian
duodenum, caput pankreas, kelenjar adrenal kanan, ginjal kanan, colon bagian
fleksura hepatika kanan, colon ascendens, dan setengah bagian colon transversa.
27. KONTRAKSI UTERUS
merupakan kekuatan fisiologis yang utama selama kala II. His yang terjadi pada
responden bersifat normal, yaitu kontraksi uterus terjadi 3 – 4 kali dalam 10 menit
selama 40 – 60 menit dengan interval 2 – 3 menit.
28. EKSTERMITAS SUPERIOR
Ekstermitas superior terdiri dari beberapa tulang yaitu:
Tulang tulang gelang bahu
a. os. Claviculae
b. os. scapulae
2. Tulang anggota badan bebas
a. os. Humerus
b. os. Radius
c. os. Ulanae
d. ossa manus
e.1. ossa carpalia (8 tulang)
f.2. ossa metacarpalia (5 tulang)
g.3. ossa digitorum manual
29. HEMOGLOBIN
Hemoglobin adalah metaloprotein di dalam sel darah merah yang berfungsi sebagai
pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh, pada mamalia dan hewan
lainnya. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru
untuk dihembuskan keluar tubuh.

B. Identifikasi Masalah
1. Seorang perempuan, usia 38 tahun dengan keluhan utama penurunan kesadaran
setelah melahirkan melahirkan anak ke 5, terjadi penurunan kesadaran mulai tampak
±3 jam Sebelum dibawa kerumah sakit, pasien terlihat lemas, tampak mengantuk, dan
sulit diajak berkomunikasi.
2. Ibu mengalami perdarahan
3. Mengeluh dada terasa sesak nafas, perut terasa penuh dan semakin membesar.
4. Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran apatis, Skor GCS (Glasgow Coma
Scale) E=4; M=3; V=3, Total 10 poin
5. Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 120x/menit reguler, isi kurang dan tegangan lemah,
pernapasan 32 x/menit, suhu 35,7Oc.
6. Capilary Refill Time (CRT) memanjang.
7. Pada wajah ditemukan konjunctiva anemis, napas cuping hidung, dan sianosis sentral.
8. Pada pemeriksaan pulmo ditemukan bunyi vesikule rmenurun dan terdapat ronkhi
basah di basal kedua paru.
9. Pada pemeriksaan abdomen, terlihat cembung dan di dapatkan nyeri tekan pada
kuadran kanan atas, tidak teraba kontraksi uterus.
10. Pada pemeriksaan ekstrimitas superior dan inferior akral teraba dingin.
11. Pada pemeriksaan labor HB. 7 gr%.

C. Analisis Masalah
1. Seorang perempuan, usia 38 tahun dengan keluhan utama penurunan kesadaran
setelah melahirkan melahirkan anak ke 5, terjadi penurunan kesadaran mulai tampak
±3 jam Sebelum dibawa kerumah sakit, pasien terlihat lemas, tampak mengantuk, dan
sulit diajak berkomunikasi.
a. Berapa batas usia ideal ibu untuk hamil?
Jawab :
Usia kehamilan paling ideal bagi wanita adalah 16-35 tahun, umur <16 tahun,
rahim dan panggul ibu belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya
diragukan keselamatan pertumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan.
Demikian juga dengan ibu hamil pada umur ≥35 tahun dimana mudah terjadi
penyakit pada ibu seperti (hipertensi, diabetes mellitus, obesitas), organ
kandungan menua (degenerasi sel), jalan lahir tambah kaku yang
kemungkinan lebih besar mendapatkan anak cacat, terjadinya persalinan
macet dan perdarahan (Rochjati,2011)
b. Bagaimana paritas ibu melahirkan anak ke-5
Jawab :
Paritas adalah wanita yang pernah melahirkan satu keturunan atau
lebih mampu hidup tanpa memandang apakah anak tersebut hidup pada saat
lahir (Bobak, 2004). Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan
anak 4 kali atau lebih (Bobak, 2005). Dengan seringnya melahirkan maka
rahim akan meregang sehingga dapat menimbulkan kekendoran dinding rahim
dan elastisitas dari dinding rahim menurun (Rochjati, 2011), kekendoran
dinding rahim akan menyebabkan kelainan letak pada kehamilan. Dengan
seringnya melahirkan maka akan terjadi degenarisasi dan nekrosis pada luka
bekas implantasi plasenta pada dinding endometrium sehingga keadaan
endometrium pada korpus uteri mengalami kemunduran dan berkurangnya
vaskularisasi. Sehingga apabila terjadi kehamilan maka daerah tersebut
menjadi tidak subur dan tidak siap menerima hasil konsepsi, pemberian
nutrisi dan oksigenasi kepada hasil konsepsi juga kurang maksimal dan
mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini akan berisiko pada kehamilan
dan persalinan.
Ibu yang pernah hamil atau melahirkan anak 4 kali/lebih
kemungkinan akan banyak ditemui keadaan seperti anemia, kurang gizi,
kekendoran pada dinding perut yang menyebabkan otot rahim lemah
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi yang lemah saat persalinan dan
perdarahan setelah persalinan. Persalinan yang cepat, juga bisa menyebabkan
meningkatnya risiko perdarahan vagina yang berat (Rochjati,2011)
c. Mengapa ibu mengalami penurunan kesadaran?
Jawab :
Syok hipovolemik adalah ketidakmampuan jantung memasok darah yang cukup
ketubuh akibat adanya kekurangan volume darah.
Kekurangan darah ini umumnya dipicu oleh pendarahan luar (akibat cedera atau
luka benda tajam), dan pendarahan dalam (akibat infeksi pada saluran pencernaan).
Apabila pendarahan hebat terjadi, secara langsung pasokan darah yang dipompa
jantung akan berkurang drastis, sehingga organ tidak mendapat pergantian zat
yang dibutuhkan. Keadaan tersebut disebut syok hipovolemik dengan gejala
utama penurunan tekanan darah serta suhu tubuh. Syok hipovolemik tersebut
berpotensi hilangnya nyawa seseorang, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat.

2. Ibu mengalami perdarahan


Bagaimana perdarahan yang normal?
Jawab :
Perdarahan dibagi menjadi minor yaitu 500-1000 ml atau mayor >1000 ml.
Perdarahan mayor dapat dibagi menjadi sedang yaitu 1000-2000 ml atau berat >2000
ml Pembagian lain menurut Sibai adalah perdarahan ringan (mild) apabila jumlah
perdarahan ≤ 1500 ml, berat (severe) > 1500 ml, dan massif > 2500 ml.
Berdasarkan waktu terjadinya dibagi menjadi perdarahan postpartum primer
{ primary post partum haemorrhage) yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam
pertama postpartum, sedangkan sekunder (secondary post partum haemorrhage)
merupakan perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam sampai 6 minggu
postpartum. Penyebab utama perdarahan postpartum adalah atonia uteri. (Leo
simanjuntak,2020)
Klasifikasi perdarahan postpartum berdasarkan jumlah perdarahan

Klasifikasi Perkiraan Presentase Tanda & Gejala Tindakan


Pendarahan (ml) pendarahan klinis
0(Normal) <500 <10 Tidak ada
GARIS WASPADA
1 500-1000 <15 Minimal Perlu
pengawasan
ketat dan terapi
cairan infus
GARIS BERTINDAK
2 1200-1500 20-25 Frekuensi nadi Terapi cairan
halus hipotensi infus dan
postural uterotonika
3 1800-2100 30-35 Takikardi Menajemen
akraldingin aktif agresif
takipnu
4 2400 >40 syok Menajemen
aktif kritikal
(resiko 50%
mortalitas bila
tidak
ditatalaksanakan
aktif)

3. Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran apatis, Skor GCS (Glasgow Coma
Scale) E=4; M=3; V=3, Total 10 poin
a. Bagaimana KU yang normal?
Jawab :
Keadaan umum yang dikatakan normal yaitu dapat dinilai dari kesadaraan dan
respon seseorang menjawab pertanyaan yang kita berikan,kemudian dinilai dati
tanda-tanda vital yaitu tekanan darah normal 100-120 mmHg,Pernafasan 12-20
kali/menit,suhu 36,5-37,5 celcius,dan nadi 60-100 kali/menit.
b. Bagaimana Kesadaran yang normal?
Jawab :
1. Jawab : Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya, baik
terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan
yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
2. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap
lingkungannya.
3. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan gerakan, siklus
tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
meronta-ronta.
4. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih dapat sadar
bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan tertidur kembali.
5. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang dalam, namun masih
dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi
tidak terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
6. Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap
rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih baik.
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan respons
terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang
nyeri.

Berikut nilai acuan dalam penilaian GCS pada orang dewasa:


1. Eye (respon membuka mata)
 (4) : spontan atau membuka mata dengan sendirinya tanpa dirangsang
 (3) : dengan rangsang suara, ddilakukan dengan menyuruh pasien untuk
membuka mata)
 (2) : dengan memberikan rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari
 (1) : tidak ada respon meskipun sudah dirangsang.
2. Verbal (respon verbal atau ucapan)
 (5) : orientasi baik, bicaranya jelas
 (4) : bingung, berbicara mengacau (berulang-ulang), disorientasi tempat dan
waktu
 (3) : mengucapkan kata-kata yang tidak jelas
 (2) : suara tanpa arti (mengerang
 (1) : tidak ada respon
3. Motorik (gerakan)
 (6) : mengikuti perintah pemeriksa
 (5) : melokalisir nyeri, menjangkau dan menjauhkan stimulus saat diberi
rangsang nyeri
 (4) : withdraws, menghindar atau menarik tubuh untuk menjauhi stimulus saat
diberi rangsang nyeri
 (3) : flexi abnormal, salah satu tangan atau keduanya menekuk saat diberi
rangsang nyeri
 (2) : extensi abnormal, salah satu tangan atau keduanya bergerak lurus
(ekstensi) di sisi tubuh saat diberi rangsang nyeri
 (1) : tidak ada respon
c. Berapa Skor GCS yang normal?
Jawab :
Nilai GCS yang tertinggi atau GCS normal adalah 15 sedangkan yang terendah
adalah 3
4. Tekanan darah 80/50 mmHg, nadi 120x/menit reguler, isi kurang dan tegangan lemah,
pernapasan 32 x/menit, suhu 35,7Oc.
Bagaimana Tanda-Tanda Vital (TTV) yang normal?
Jawab :
Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang
digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada
pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi
kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga
berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya
exercise.
Vital sign terdiri atas
a. Tekanan darah
Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh
jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui
nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat
sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi. Interpretasi
hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun : berdasarkan Joint National
Committee VII adalah sebagai berikut

Kategoritekanan darah pada dewasa (Keperawatan Klinis,2011)


Klasifikasi TDS* mmHg TD Diastolik(mmHg)
Tekanan Darah
Normal <120 <80
Prahipertensi 120-139 80-89
Hipertensi 140-159 90-99
(derajat1)
Hipertensi >160 >100
(derajat2)

b. Denyut nadi Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak
faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal:
 Normal: 60-100 x/mnt
 Bradikardi: < 60x/mnt
 Takhikardi: > 100x/mnt Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada:
1. Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di
atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering
dipakai secara rutin.
2. Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di
lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara.
3. Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat
arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.

Skala ukuran kekuatan / kualitas nadi (Keperawatan Klinis,2011)


Level Nadi
0
1+ Nadi menghilang, hampir tidak teraba,mudah menghilang
2+ Mudah teraba, nadi normal
3+ Nadi penuh, meningkat
4+ Nadi mendentum keras,tidak dapat hilang

c. Suhu tubuh
Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu
benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari:
 Laju metabolisme basal diseluruh tubuh
 Aktifitas otot
 Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon Tindakan dalam
pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis2
termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer
air raksa dan digital.
Metode mengukur suhu tubuh:
 Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak
dianjurkan pada bayi 2)
 Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan
menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari
pada oral
 Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral
d. Pernapasan
Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang
mempengaruhi Respiratory Rate:
 Usia
 Jenis kelamin
 Suhu Tubuh
 Posisi tubuh
 Aktivitas
Interpretasi
 Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit
 Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut
 Apnea : Bila tidak bernapas .
5. Capilary Refill Time (CRT) memanjang.
a. Bagaimana cara CRT tes?
Jawab :
Jaringan membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh oleh
systemvaskuler darah.Tes CRT dilakukan dengan memegang tangan pasien lebih
tinggi dari jantung(mencegah refluks vena ), lalu tekan lembut kuku jari tangan
atau jari kaki sampai putih,kemudian dilepaskan. Catatlah waktu yang dibutuhkan
untuk warna kuku kembali normal(memerah) setelah tekanan dilepaskan.Pada
bayi yang baru lahir, pengisian kapiler dapat diukur dengan menekan pada
tulangdada selama lima detik dengan jari telunjuk atau ibu jari, dan catat waktu
yang dibutuhkanuntuk warna kulit kembali normal setelah tekanan dilepaskan.
b. Bagaimana Hasil Tes CRT yang normal?
Jawab :
Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku kembali normal kurang dari 2
detik. Pada bayibaru lahir batas normal pengisian kapiler adalah 3 detik.CRT
memanjang (> 2 detik) pada :
 Dehidrasi (hipovolumia)
 Syok
 Peripheral vascular disease
 hipotermia
CRT memanjang utama ditemukan pada pasien yang mengalami keadaan
hipovolumia(dehidrasi,syok), dan bisa terjadi pada pasien yang hipervolumia yang
perjalanan selanjutnyamengalami ekstravasasi cairan dan penurunan cardiac
output dan jatuh pada keadaan syok
c. Apa Tujuan CRT tes dilakukan?
Jawab :
Tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi dan
jumlah aliran darah ke jaringan. CRT yang memanjang merupakan tanda dehidrasi
pada pasien. Ini diperkuat jika disertai dengan turgor kulit dan pola pernapasan
yang abnormal.
6. Pada wajah ditemukan konjunctiva anemis, napas cuping hidung, dan sianosis sentral.
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab :
Pemeriksaan fisik adalah salah satu prosedur yang biasa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan ini kemudian digunakan untuk
merencanakan perawatan lanjutan.
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan secara sistematis. Mulai dari kepala hingga
kaki (head to toe) yang dilakukan dengan empat cara, yaitu inspeksi, palpasi,
auskultasi, dan perkusi.
Ruang lingkup pemeriksaan fisik terdiri dari:
 Pemeriksaan tanda vital, seperti suhu, denyut nadi, kecepatan pernapasan,
dan tekanan darah.
 Pemeriksaan fisik head to toe.
 Pemeriksaan fisik per sistem tubuh, seperti sistem kardiovaskuler,
pencernaan, muskuloskeletal, pernapasan, endokrin, integumen, neurologi,
reproduksi, dan perkemihan.
b. Bagaimana pemeriksaan fisik yang normal?
Jawab :
Pemeriksaan fisik yang dinyatakan normal adalah ketika pemeriksaan yang kita
lakukan semuanya dalam rentang normal dan tidak ada terlihat atau teraba dan
terdengar keabnormalan pada saat pemeriksaan fisik.
7. Pada pemeriksaan pulmo ditemukan bunyi vesikule rmenurun dan terdapat ronkhi
basah di basal kedua paru.
a. Apa interprestasi pemeriksaan pulmo “ditemukan bunyi vesikule rmenurun dan
terdapat ronkhi basah di basal kedua paru.”?
Jawab :
Auskultasi paru adalah menedengarkan suara pada dinding thorax menggunakan
stetoskope karena sistematik dari atas ke bawah dan membandngkan kiri maupun
kanan suara yang didengar adalah :
a. Suara napas
1) Vesikuler : suara napas vesikuler terdengar di semua lapang paru yang normal,
bersifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspiasi.
2) Ronchi
Bunyi dengan nada rendah, sangat kasar terdengar baik inspirasi maupun ekspirasi
akibat terkumpulnya secret dalam trachea atau bronchus sering ditemui pada
pasien oedema paru, bronchitis.
b. Tujuan pemeriksaan pulmo?
Jawab :
 Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
 Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernapasan.
8. Pada pemeriksaan abdomen, terlihat cembung dan di dapatkan nyeri tekan pada
kuadran kanan atas, tidak teraba kontraksi uterus.
a. Apa interpretasi pemeriksaan abdomen, “terlihat cembung dan di dapatkan nyeri
tekan pada kuadran kanan atas, tidak teraba kontraksi uterus?”
Jawab :
Atonia uteri adalah kegagalan serabu-serabut otot miometrium uterus untuk
berkontraksi dan memendek. Hal ini merupakan penyebab perdarahan post partum
yang paling penting dan biasa terjadi setelah bayi lahir hingga 4 jam setelah
persalinan. (Taufan,2010) Atonia uteri adalah gagalnya uterus berkontraksi dengan
baik setelah persalinan. (Anggraini,2010) Atonia uteri adalah ketidakmampuan
otot rahim untuk berkontraksi sehingga tidak mampu menutup pembuluh darah
yang terdapat pada tempat implantasi plasenta. (Manuaba,2003)
Tanda dan Gejala Atonia uteri
 Perdarahan segera setelah anak lahir Perdarahan yang terjadi pada kasus atonia
uteri sangat banyak dan darah tidak merembes. Yang sering terjadi adalah
keluar disertai gumpalan, hal ini terjadi karena trombiplastin sudah tidak
mampu lagi sebagai pembeku darah.
 Uterus tidak berkontraksi dan lembek Gejala ini merupakan gejala terpenting
atau khas pada atonia uteri dan yang membedakan atonia uteri dengan
penyebab perdarahan lainnya.
 Terdapat tanda-tanda Syok Tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil,
ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain. (Anggraini,2010)
b. Tujuan pemeriksaaan abdomen?
Jawab :
Inspeksi abdomen dilakukan untuk melihat ukuran, bentuk, adanya ruam, striae
gravidarum, bekas luka, gerakan janin, atau kontraksi.
9. Pada pemeriksaan ekstrimitas superior dan inferior akral teraba dingin.
a. Apa interprestasi pemeriksaan ekstremitas “superior dan inferior akral teraba
dingin?”
Jawab :
sesak nafas,kedinginan, penurunan volume intravaskuler,masa pompa jantung
Vena arteri dan sirkulasi vulmonal dan sistemik.
b. Tujuan pemeriksaan ektremitas
Jawab :
Mendeteksi ada atau tidaknya perubahan dalam kemampuan fisik maupun
sensorik Anda. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan di bagian sendi pada lengan
maupun kaki.
10. Pada pemeriksaan labor HB. 7 gr%.
a. Bagaimana cara cek HB?
Jawab :
 Bagian yang akan disuntik akan dibersihkan dengan antiseptik.
 Pertama-tama, lengan atas Anda akan diikat oleh perban elastis agar aliran
darah di lengan dapat terkumpul.
 Darah kemudian akan diambil dengan cara menyuntikkan jarum ke pembuluh
darah.
 Darah yang diambil dimasukkan ke dalam tabung, lalu perban elastis akan
dilepas untuk mengembalikan aliran darah seperti semula dan membuat darah
tetap mengalir ke dalam tabung.
 Ketika jumlah darah yang diambil dirasa sudah cukup, suntikkan akan dilepas
dan bagian yang disuntik akan ditutup dengan perban.
 Sampel darah yang diambil kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk
diperiksa. Pasien dapat kembali beraktivitas normal setelah pengambilan darah.
b. Berapa HB yang normal ?
Jawab :
Untuk laki-laki dewasa kadar Hb normal berkisar 14–18 g/dL (gram per desiliter).
Sedangkan untuk wanita dewasa berkisar 12–16 g/dL
c. Tujuan cek HB?
Jawab :
Mendiagnosis suatu penyakit
Ada beberapa penyakit yang dapat didiagnosis dengan cara melakukan
pemeriksaan hemoglobin, misalnya anemia atau polisitemia. Kedua penyakit
tersebut sering kali tidak menimbulkan gejala yang khas dan baru terdeteksi
melalui pemeriksaan medis oleh dokter, termasuk pemeriksaan darah untuk
menilai kadar hemoglobin.

D. Menganalisa masalah yang sudah di prioritaskan dengan mencari kenapa masalah


tersebut muncul, dampak masalah, serta dihubungkan dengan berbagai
penyebabnya

Pembahasan kasus :
Penurunan kesadaran yang dimulai sejak kurang lebih dari 3 jam yang lalu serta diikuti
dengan keluhan lemas, tampak mengantuk serta sulit di ajak berkomunikasi ini merupakan
salah satu tanda persangkaan syok hipovolemik. pernapasan yang cepat terjadi karena
kurangnya pasokan oksigen ke seluruh tubuh akibat sedikitnya jumlah sel darah merah dalam
tubuh seseorang yang dikatakan anemis. Kehilangan sel darah merah pada tubuh
mengakibatkan kurangnya transport oksigen ke jaringan tubuh.
Atonia Uteri ini terjadi karena kontraksi uterus yang tidak baik sehingga terjadi
perdarahan hebat yang membuat tubuh banyak kehilangan darah dan menjadi dehidrasi berat
karena hal tersebut. Kadar kadar hemoglobin dalam tubuh juga menurun akibat perdarahan
tersebut.
Terjadinya penurunan hebat volume intravaskuler dapat terjadi akibat perdarahan atau
dehidrasi berat, sehingga menyebabkan yang balik ke jantung berkurang dan curah
jantungpun menurun. Penurunan hebat curah jantung menyebabkan hantaran oksigen dan
perfusi jaringan tidak optimal dan akhirnya menyebabkan syok.
Syok Hemoragic suatu kondisi kehilangan volume intravaskular secara cepat dan
signifikan yang menyebabkan penurunan perfusi jaringan sehingga suplai oksigen dan nutrisi
ke jaringan tidak adekuat
Anemia merupakan ketidakmampuan tubuh memproduksi sel darah merah sehingga
jumlah sel darah merah dibawah batas normal.

1. Patofisiologi

Syok merupakan keadaan ketika sel mengalami hipoksia sehingga terjadi ketidak
seimbangan antara oksigen yang diedarkan ke seluruh tubuh dan oksigen yang dibutuhkan
oleh tubuh. Hal ini sering disebabkan karena penurunan perfusi jaringan dan kegagalan
sirkulasi (Simmons and Ventetuolo, 2017).
Secara klinis, syok hemoragik terjadi karena adanya perdarahan pada pembuluh darah
besar seperti perdarahan gastrointestinal, aneurisma aorta, atonia uteri, perdarahan pada
telinga, hidung, tenggorokan. Syok terjadi karena adanya penurunan secara drastis volume
darah di sirkulasi darah, kehilangan sel darah merah secara massif sehingga meningkatkan
hipoksia pada jaringan. Syok hemoragik traumatic berbeda dengan syok hemoragik
dikarenakan adanya tambahan cedera pada jaringan lunak yang memperparah terjadinya syok.
Syok ini biasanya terjadi karena ada cedera seperti kecelakaan dan jatuh dari ketinggian.
Perdarahan difus, hipotermia (< 340C) dan asidosis merupakan tanda yang mengancam jiwa
(Gänsslen et al., 2016.).
Cedera pada jaringan lunak menyebabkan peradangan post akut, sehingga semakin
menguatkan proses dari terjadinya syok. Pada tingkat sirkulasi mikro, interaksi leukosit-
endotel dan penghancuran proteoglikan dan glikosaminoglycan yang terikat dengan
membrane endotel menyebabkan adanya disfungsi mikro vascular dan terjadi sindrom
kebocoran kapiler (Standl et al., 2018). Di intraseluler tingkat ketidakseimbangan metabolise
terjadi karena kerusakan mitokondria dan pengaruh negatif pada sistem vasomotor (Standl et
al., 2018).
Atonia uteri merupakan kegagalan otot rahim dalam melakukan kompresi pembuluh
darah pada sisi plasenta yang terbuka setelah terjadi separasi, sehingga darah dalam jumlah
besar mengalir dari pembuluh darah maternal tanpa dapat dihentikan melalui fungsi
hemostasis dan kerja ligatur (Fraser dan Cooper, 2011; Cunningham, 2018).
Atonia uteri menyebabkan perdarahan hebat dan dapat mengarah pada terjadinya syok
hipovolemik.
Anemia adalah kondisi dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi
darah atau massa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa
oksigen keseluruh jaringan (Tarwoto, 2007). Anemia merupakan suatu keadaan adanya
penurunan kadar hemoglobin, hematokrin dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada
penderitan anemia, lebih sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (Hemoglobin/Hb)
dibawah nilai normal.
Proses kekurangan zat besi sampai menjadi anemia melalui beberapa tahap. Awalnya
terjadi penurunan simpanan cadangan zat besi.Bila belum juga dipenuhi dengan masukan zat
besi, lama- kelamaan timbul gejala anemia disertai penurunan Hb (Arief, 2008).
2. klasifikasi
A. Syok Hemoragic

B. Anemia

Berdasarkan etiologinya anemia dapat digolongkan menjadi:


1) Anemia defisiensi besi ( kekurangan zat besi)
2) Anemia megaloblastik (kekurangan asam folat dan vitamin B12)
3) Anemia hemolitik (pemecahan sel-sel darah lebih cepat dari
4) pembentukan)
5) Anemia hipoplastik (gangguan pembentukan sel-sel darah). (Manuaba, 2010)
3. Manifestasi Klinis
a. Syok Hemoragic

Seorang wanita hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total
tanpa mengalami gejala-gejala klinik yang nyata. Gejala klinik baru tampak apabila
kehilangan darah telah mencapai 20%.9 Perdarahan tidak hanya terjadi pada mereka yang
memiliki faktor risiko tapi pada setiap persalinan kemungkinan terjadi perdarahan selalu ada.
Jika perdarahan terus berlanjut akan menimbulkan tandatanda syok dengan gambaran
klinisnya berupa perdarahan terus-menerus dan keadaan pasien secara berangsur-angsur
menjadi jelek. Denyut nadi menjadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, pasien berubah
pucat dan ekstrimita dingin, serta nafas menjadi sesak dan terengah-engah
b. Atonia Uteri

Menurut Ai Yeyeh dan Lia (2010), tanda gejala yang khas padaatonia uteri jika kita
menemukan: uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan segera setelah anak lahir.
Tanda dan gejala atonia uteri sendiri menurut Ralph C. Benson &Martin L. Pernoll (2009), di
antaranya:
1. Perdarahan pervaginamPerdarahan yang sangat banyak dan darah tidak merembes.
Peristiwa sering terjadi pada kondisi ini adalah darah keluar disertai
gumpalandisebabkan tromboplastin sudah tidak mampu lagi sebagai anti pembeku
darah.
2. Konsistensi rahim lunakGejala ini merupakan gejala terpenting/khas atonia dan
yangmembedakan atonia dengan penyebab perdarahan yang lainnya.
3. Fundus uteri naik
4. Terdapat tanda-tanda syok, yaitu:
 nadi cepat dan lemah (110 kali/ menit atau lebih)
 tekanan darah sangat rendah : tekanan sistolik < 90 mmHgc. pucat
 keringat/ kulit terasa dingin dan lembap
 pernafasan cepat frekuensi 30 kali/ menit atau lebih
 gelisah, binggung atau kehilangan kesadaran
 urine yang sedikit (<30 cc/jam)

c. Anemia

Sistem organ yang dapat terkena anemia dapat menimbulkan manifestasi klinis yang luas
tergantung pada usia, mekanisme kompensasi, kecepatan timbulnya anemia, tingkat
aktivitasnya, keadaan penyakit yang mendasari dan beratnya anemia (Wijaya & Putri, 2013).
Manifestasi klinis berdasarkan jenis anemia yaitu:
1. Anemia karena pendarahan
Pendarahan akut merupakan akibat kehilangan darah lebih cepat terjadi karena reflek
kardiovaskuler fisiologis berupa kontraksi arteriola, pengurangan aliran darah. Gejala
yang timbul tergantung cepat dan banyaknya darah yang hilang dan tubuh masih
dapat melakukan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15% akan tampak gejala
pucat, takikardi, tekanan darah rendah atau normal. Kehilangan darah sebanyak 15-
20% dapat mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi syock yang masih
reversible. Kehilangan darah lebih dari 20% dapat menimbulkan syock yang
irreversible dengan angka kematian tinggi. Pendarahan kronik, leukosit (15.000-
20.000/mm³) nilai hemoglobin, eritrosit dan hematocrit rendah akibat hemodelusi.
2. Anemia defisiensi
a. Anemia defisiensi besi (DB)
b. Pucat merupakan tanda yang paling sering, bila hemoglobin menurun sampai 5g/dl
iritabilitas dan anorexia, takikardi dan bising usus menurun. Pada kasus berat akan
mengakibatkan perubahan pada kulit dan mukosa yang progresif seperti lidah yang
halus, terdapat tanda-tanda malnutrisi. Hasil laboratorium hemoglobin 6-10g/dl,
trombositosis (600.000-1.000.000)
c. Anemia defisiensi asam folat
d. Tanda dan gejala pada anemia defisiensi asam folat sama dengan anemia defisiensi
besi. Anemia megaloblastic mungkin dapat ditemukan gejala neurologis seperti
gangguan kepribadian dan hilangnya daya ingat. Gambaran darah seperti anemia
pernisiosa tetapi kadar vitamin B 12 serum normal dan asam folat serum rendah,
biasanya kurang dari 3ng/ml. Menentukan diagnose adalah kadar folat sel darah
merah kurang dari 150ng/ml.
3. Anemia hemotolik
a. Anemia hemotolik autoimun
Anemia ini bervariasi dari yang anemia ringan sampai dengan anemia yang berat dan
bisa mengancam jiwa. Keluhan pada anemia ini adalah fatigue dapat terlihat bersama
gagal jantung kongestif dan angina. Biasanya ditemukan icterus dan spleno megali.
Jika pasien mempunyai penyakit dasar seperti LES atau Leukimia Limfositik Kronik,
gambaran klinis pasien tersebut dapat terlihat.
Hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan kadar HB yang bervariasi dari ringan
sampai berat (HT<10%) Retikulositosis dan Sferositosis biasanya dapat dilihat pada
apusan darah tepi. Pada kasus hemolysis berat, penekanan pada sumsum tulang dapat
mengakibatkan SDM yang terpecah.
b. Anemia hemotolik kekurangan enzim
Manifestasi klinik beragam mulai beragam mulai dari anemia hematolik neonatus
berat sampai ringan, hemolisis yang terkompensasi dengan baik dan tampak pertama
pada dewasa. Polikromatofilia dan mikrositosis ringan menggambarkan angka
kenaikan retikulosit. Manifestasi klinis sangat beragam tergantung dari jenis
kekurangan enzim, defisiensi enzim glutation reductase kadang disertai trombopenia
dan leukopenia disertai kelainan neurologis. Defisiensi piruvatkinase khasnya ada
peningkatan kadar difosfogliserat. Defesiensi Triose Phosphate-Isomerase (TPI)
gejala menyerupai sferositosis, tetapi tidak ada peninggian fragilitas osmotic dan
hapusan darah tepi tidak ditemukan sferosit
c. Sferositosis herediter
Sferositosis herediter menyebabkan penyakit hematolik pada bayi baru lahir dan
tampak dengan anemia dan hyperbilirubinemia yang cukup berat. Sebagian penderita
tidak terdapat gejala sampai dewasa sedangkan sebagian lainnya mungkin mengalami
anemia berat yang pucat, icterus, lesu dan intoleransi aktivitas. Hasil hemolisis yaitu
retikulositosis dan hiperbirubinemia. Kadar Hb biasanya 6-10g/dL. Angka
retikulositosis sering meningkat sampai 6-20% dengan nilai 10%. Eritrosit pada apus
darah tepi berukuran bervariasi dan terdiri dari retikulosit polikromatofilik dan
sferosis
d. Thalasemia
Anemia berat tipe mikrositik dengan limpa dan hepar yang membesar. Pada anak
biasanya disertai keadaan gizi yang buruk dan mukanya memperlihatkan fasies
mongoloid. Jumlah retikulosit dalam darah meningkat. Hasil laboratorium thalasiemia
ß HbF>90% tidak ada Hb A. Pada thalasiemia –a anemianya tidak sampai
memerlukan transfusi darah, mudah terjadi hemolisis akut pada serangan infeksi berat,
kadar Hb 7-10g/dL, sediaan apus darah tepi memperlihatkan tanda hipokromia yang
nyata dengan anisositosis (ukuran sel darah merah berbeda tidak seragam) dan
poikilositosis (sel darah merah berbeda bentuk karena abnormalitas).
4. Anemia Aplastik

Anemia aplastic biasanya khas dan bertahap ditandai oleh kelemahan, pucat, sesak nafas
pada saat latihan. Hasil laboratorium biasanya ditemukan pansitopenia, sel darah merah
normositik dan normokromik artinya ukuran dan warnanya normal, pendarahan abnormal
akibat trombositopenia.

4. Pemeriksaan Penunjang
A. Syok Hemoragik

Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam membantu menegakkan diagnosis dan


penatalaksanaan pada syok hemoragik. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan,
antara lain :

1. Pemeriksaan Pencitraan

Pemeriksaan pencitraan dilakukan untuk mengidentifikasi sumber trauma atau


perdarahan. Pencitraan yang dapat dilakukan pada syok hemoragik adalah :

 Focused Assessment with Sonography in Trauma (FAST) :

FAST dilakukan untuk mendiagnosis perdarahan intraperitoneal dan intratorakal pada


kasus trauma. Pemeriksaan FAST telah menggantikan diagnostic peritoneal lavage
sebagai pemeriksaan dalam mengidentifikasi cairan intraperitoneal pada kasus trauma.
Pemeriksaan FAST mengevaluasi perikardium, abdomen dan pelvis dalam upaya
identifikasi adanya cairan intraabdomen.
 Foto Rontgen :
Foto rontgen toraks dan pelvis dilakukan pada kasus syok hemoragik. Foto rontgen toraks
untuk evaluasi hemotoraks yang ditandai opasitas pada satu atau kedua rongga pleura.
Foto rontgen pelvis dilakukan untuk mengidentifikasi fraktur pelvis.
 CT-Scan :

Pemeriksaan CT-scan secara sensitif dan spesifik dalam mendiagnosis adanya perdarahan
intratoraks, intraabdominal, dan retroperitoneal. Namun, resusitasi awal harus dilakukan
terlebih dahulu dan tetap lakukan pemantauan kardiak selama CT-scan dilakukan.
 Esophagogastroduodenoscopy (EGD) dan Kolonoskopi :

EGD merupakan pemeriksaan pilihan untuk perdarahan gastrointestinal akut bagian atas
seperti varises esofagus karena memberikan diagnosis spesifik dan pilihan
penatalaksanaan. Sedangkan, kolonoskopi sebagai pemeriksaan dalam mendiagnosis
perdarahan gastrointestinal akut bagian bawah.
 Angiografi :

Dalam kasus perdarahan gastrointestinal akut bagian bawah, angiografi salah satu
pemeriksaan terbaik dalam melokalisasi sumber perdarahan, bahkan dapat mendeteksi
perdarahan minimal 1-2 mL/ menit. Angiogram selektif dari celiac, mesenterika superior
dan arteri mesenterika inferior dilakukan untuk menemukan area perdarahan. Angiografi
juga dapat dilakukan untuk mendiagnosis dan menatalaksana fraktur pelvis.
2. Pemeriksaan Laboratorium

Umumnya, nilai-nilai pemeriksaan laboratorium tidak membantu dalam perdarahan akut


karena tidak berubah sampai redistribusi cairan interstisial ke dalam plasma darah terjadi
setelah 8-12 jam. [3,6] Namun, pemeriksaan laboratorium tetap dilakukan sebagai
penunjang dalam syok hemoragik.

Pemeriksaan penunjang lainnya yang dilakukan pada syok hemoragik adalah


pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) dalam mendeteksi disritmia serta serum
ADAMTS13, HSP27 dan sP-Selectin sebagai penanda prognostik dalam memprediksi
multiple organ dysfunction syndrome (MODS) dan mortalitas setelah syok hemoragik.
B. Atonia Uteri
USG
C. Anemia

Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan diagnosa


anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:
1) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
2) Pemeriksaan darah seri anemia
3) Pemeriksaan sumsum tulang
4) Pemeriksaan khusus
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadarhemoglobin,
hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan
diagnosis lebih lanjut.
b. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap
darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat
memberikan presisi hasil lebih baik.
c. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaansistem
hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif
pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung tulang diperlukan untuk diagnosis
anemia aplastic, anemia megaloblastic serta kelainan hematologic.
d. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:


 Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin,
protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
 Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan
test schilling
 Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
 Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang

Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal
ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017).

5. Diagnosa Banding
A. Syok Hemoragik

Diagnosis banding syok hemoragik adalah jenis syok lainnya, seperti syok
kardiogenik, syok septik, dan syok neurogenik. Kemungkinan syok hemoragik terutama
harus dipertimbangkan pada pasien trauma.
 Syok Septik

Manifestasi klinis syok septik dapat berupa demam, menggigil, kaku, perubahan
status mental, serta tanda dan gejala infeksi. Riwayat operasi seperti splenektomi
(pada sickle cell disease) serta kondisi imunosupresi merupakan faktor risiko syok septik.
Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan suhu tubuh meningkat (> 38˚C), menurun
(<36˚C), atau normal. Selain itu, pasien dapat menunjukkan takikardia dan hipotensi.
Pada awal syok dapat ditemukan ekstremitas hangat, setelah itu ekstremitas akan menjadi
dingin akibat proses syok.
Diperlukan beberapa pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah lengkap
(jumlah leukosit dapat meningkat/ menurun), peningkatan serum kreatinin, CRP, fungsi
hati, Prothrombin Time (PT), International Normalized Ratio (INR) serta Partial
Thromboplastin Time (PTT). Selain itu, diperlukan pemeriksaan serum laktat, analisa gas
darah serta kultur darah.
 Syok Neurogenik

Pada anamnesis dapat ditemukan adanya trauma pada otak dan medula spinalis serta
riwayat tindakan epidural atau spinal. Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan hipotensi,
bradikardia, hipotermia, warm dry peripheries with bounding pulses, priapisme, serta
kelumpuhan anggota gerak. Untuk membantu menegakkan diagnosis, diperlukan
pemeriksaan MRI tulang belakang untuk melihat adanya cedera atau kompresi pada
medula spinalis yang menyebabkan syok neurogenik.
 Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik dapat terjadi setelah sindrom koroner akut. Manifestasi klinis dari
syok kardiogenik, antara lain nyeri dada, sesak napas, diaforesis, mual serta dusky
extremities. Untuk menegakkan diagnosis, diperlukan pemeriksaan penunjang berupa
elektrokardiogram (EKG), ekokardiogram yang dapat menunjukkan low ejection
fraction serta kerusakan struktural dari jantung serta pemeriksaan enzim jantung akan
menunjukkan peningkatan troponin dan creatinine kinase-MB (CK-MB).
 Syok Obstruktif

Sebagian besar syok obstruktif disebabkan oleh penyebab ekstrakardiak yang


menurunkan curah jantung seperti pada gangguan aliran darah dari jantung kanan ke
jantung kiri pada emboli paru serta gangguan pengisian jantung kanan secara mekanik
atau karena penurunan aliran balik vena ke jantung kanan akibat kompresi ekstrinsik
pada tension pneumotoraks, tamponade perikardial, kardiomiopati restriktif serta
perikarditis konstriktif
B. Atonia Uteri
USG
C. Anemia

Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan diagnosa


anemia. Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu:
5) Pemeriksaan penyaring (sceening test)
6) Pemeriksaan darah seri anemia
7) Pemeriksaan sumsum tulang
8) Pemeriksaan khusus
e. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring pada anemia terdiri dari pengukuran kadarhemoglobin,
hapusan darah tepi, indeks eritrosit. Dari pemeriksaan ini dapat dipastikan adanya
anemia serta jenis morfologik anemia, dan sangat berguna untuk menentukan
diagnosis lebih lanjut.
f. Pemeriksaan darah seri anemia
Pemeriksaan darah seri anemia terdiri dari hitungan trombosit, leukosit, laju endap
darah dan hitungan retikulosit. Automatic hematology analyzer yang dapat
memberikan presisi hasil lebih baik.
g. Pemeriksaan sumsum tulang
Pemeriksaan sumsung tulang memberikan informasi mengenai keadaansistem
hematopoiesis. Pemeriksaan ini dibutuhkan untuk menentukan diagnosis definitif
pada beberapa jenis anemia. Pemeriksaan sumsung tulang diperlukan untuk diagnosis
anemia aplastic, anemia megaloblastic serta kelainan hematologic.
h. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan ini hanya dikerjakan atas indikasi khusus, seperti pada:


 Anemia defisiensi besi: serum, TIBC (total iron binding capacity), reseptor transferrin,
protoporfirin eritrosit, saturasi transferrin dan pengecatan besi pada sumsum tulang
 Anemia megalobastik: Folat serum, tes supresi deoksiuridin, vitamin B12 serum dan
test schilling
 Anemia hemolitik: test comb, elektroforesis hemoglobin, bilirubin serum
 Anemia Aplastik: biopsy sumsum tulang

Jika diperlukan pemeriksaan non-hematologik tertentu seperti pemeriksaan faal hati, faal
ginjal, atau faal tiroid (Bakta , 2017).

6. Komplikasi
A. Syok hemoragik

Komplikasi utama dari syok hemoragik akibat berkurangnya perfusi jaringan


mengakibatkan pengiriman oksigen dan nutrisi yang tidak memadai untuk fungsi seluler
adalah kematian. Selain itu, komplikasi lainnya yang dapat terjadi adalah kegagalan
multi-organ seperti gagal ginjal, gagal jantung serta gagal napas yang dapat bersifat
ireversibel.
B. Atonia Uteri
 Syok Hipovelemik
 Pendarahan pervaginam
 Subinvolusi uterus
C. Anemia

Menurut Manuaba (2007) pengaruh anemia dalam masa nifas yaitu :


1) Terjadi sub involusio uteri yang menyebabkan perdarahan postpartum
2) Memudahkan infeksi puerperium
3) Terjadi decompensasio cordis yang mendadak setelah persalinan
4) Pengeluran ASI berkurang
5) Mudah terjadi infeksi mamae

7. Penatalaksanaan
A. Syok hemoragik

Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan perdarahan dan


menggantikan kehilangan volume darah.
1. Pemeriksaan jasmani

Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin, dan tingkat
kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul bila keadaan penderita
memungkinkan.
 Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan cukupnya pertukaran
ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan oksigen untuk mempertahankan saturasi
oksigen lebih dari 95%.
 Circulation – kontrol perdarahan
Termasuk dalam prioritas adalah mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat,
memperoleh akses intravena yang cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan
dari luka di permukaan tubuh (eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan
langsung pada tempat perdarahan.
 Disability – pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran,
pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan kelainan neurologi
dan meramalkan pemulihan.
 Exposure – pemeriksaan lengkap
Setelah mengurus prioritas untuk menyelamatkan jiwanya, penderita harus
ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari
mencari cedera. Pemakaian penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan
internal maupun eksternal sangat bermanfaat dalam mencegah hipotermia.
 Dilatasi lambung – dekompresi
Dilatasi lambung sering terjadi pada penderita trauma, khususnya pada anak-anak dan
dapat mengakibatkan hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat diterangkan,
biasanya berupa bradikardia dari stimulasi nervus vagus yang berlebihan. Distensi
lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien tidak sadar, distensi
lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat menjadi suatu
komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung dilakukan dengan
memasukkan NGT.
 Pemasangan kateter urin
Kateterisasi kandung kencing memudahkan penilaian urin akan adanya hematuria dan
evaluasi dari perfusi ginjal dengan memantau produksi urin. Darah pada uretra atau
prostat dengan letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan kateter uretra sebelum ada
konfirmasi radiografis tentang uretra yang utuh.3
 Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan
penderita dengan kepala 5 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat membantu
dalam meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian menaikkan curah jantung.
Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan pertama dalam pengobatan berbagai
macam syok.
B. Manajemen Atonia Uteri
a. Resusitasi
Apabila terjadi perdarahan pospartum banyak, maka penanganan awal yaitu resusitasi
dengan oksigenasi dan pemberian cairan cepat, monitoring tanda-tanda vital,
monitoring jumlah urin, dan monitoring saturasi oksigen. Pemeriksaan golongan
darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan transfusi darah.
b. Masase dan kompresi bimanual
Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan
menghentikan perdarahan.Pemijatan fundus uteri segera setelah lahirnya plasenta
(max 15 detik),Jika uterus berkontraksi maka lakukan evaluasi, jika uterus
berkontraksi tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa apakah perineum / vagina
dan serviks mengalami laserasi dan jahit atau rujuk segera (Rukiyah, 2010)
c. Jika uterus tidak berkontraksi maka :
Bersihkanlah bekuan darah atau selaput ketuban dari vagina & lobang serviks.
Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong,Lakukan kompresi bimanual internal
(KBI) selama 5 menit.
 Jika uterus berkontraksi, teruskan KBI selama 2 menit, keluarkan tangan perlahan-
lahan dan pantau kala empat dengan ketat.
 Jika uterus tidak berkontraksi, maka : Anjurkan keluarga untuk mulai melakukan
kompresi bimanual eksternal; Keluarkan tangan perlahan-lahan; Berikan
ergometrin 0,2 mg LM (jangan diberikan jika hipertensi); Pasang infus
menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml RL + 20 unit oksitosin.
Habiskan 500 ml
 pertama secepat mungkin; Ulangi KBI
 Jika uterus berkontraksi, pantau ibu dengan seksama selama kala
 empat
 Jika uterus tidak berkontraksi maka rujuk segera(Rukiyah,2010).
C. Anemia
1. Anemia ringan
a) Seorang bidan hendaknya memberikan penkes tentang pemenuhan kebutuhan asupan
zat besi dan kebutuhan istirahat (Robson, 2011) .
b) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk :
 pemberian terapi preparat Fe: Fero sulfat, Fero gluconat atau Na-fero bisitrat
secara oral untuk mengembalikan simpanan zat besi ibu (Manuaba, 2007).
Pemberian preparat Fe 60mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1 gr%
perbulan (Saifuddin, 2009).
 Jika ada indikasi perdarahan pasca persalinan dengan syok , kehilangan darah saat
operasi dan kadar Hb ibu nifas kurang dari 9,0 gr%, maka transfusi darah dengan
pack cell dapat diberikan (Prawirohardjo, 2014).

2. Anemia Sedang

Menurut Manuaba (2007) penatalaksanaan anemia sedang antara lain:


a) Meningkatkan gizi penderita Faktor utama penyebab anemia ini adalah faktor gizi,
terutama protein dan zat besi, sehingga pemberian asupan zat besi sangat diperlukan
oleh ibu nifas yang mengalami anemia sedang.
b) Memberi suplemen zat besi
 Peroral
Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi sebanyak 600-1000 mg sehari seperti
sulfas ferrosus atau glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 10 g/ 100 ml atau
lebih. Vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ferro yang lebih
mudah diserap oleh selaput usus.
 Parental
Diberikan apabila penderita tidak tahan akan obat besi peroral, ada gangguan absorbsi,
penyakit saluran pencernaan. Besi parental diberikan dalam bentuk ferri secara
intramuskular/ intravena. Diberikan ferum desktran 100 dosis total1000-2000 mg
intravena.
 Transfusi darah
Transfusi darah sebagai pengobatan anemia sedang dalam masa nifas sangat jarang
diberikan walaupun Hb-nya kurang dari 6 g/ 100 ml, apabila tidak terjadi perdarahan.

3. Anemia Berat

Menurut Prawirohardjo (2007) penatalaksanaan Anemia berat yaitu :


 Pemberian sulfas ferosis3x100 mg/hari dikombinasi dengan asam folat/ B12 : 15-30
mg/hari
 Pemberian vitamin C untuk membantu penyerapan
 Tranfusi darah sangat diperlukan apabila banyak terjadi perdarahan pada waktu
persalinan sehingga menimbulkan penurunan kadar Hb < 6 gr. Bila anemi berat
dengan Hb kurang dari 6 gr % perlu tranfusi disamping obatobatan diatas dan bila
tidak ada perbaikan cari penyebabnya.

E. Pathway
F. Membuat kasus dan penanganannya
A. Penanganan syok hemoragik

Pada syok hemoragik tindakan yang esensial adalah menghentikan perdarahan dan
mengganti kehilangan darah. Setelah diketahui adanya syok hemoragik:
a. Penderita dibaringkan dalam posisi Trendelenburg, yaitu dalam posisi terlentang biasa
dengan kaki sedikit tinggi (30 derajat).
b. Dijaga jangan sampai penderita kedinginan badannya. Setelah kebebasan jalan napas
terjamin, untuk meningkatkan oksigenasi dapat diberi oksigen 100% kira-kira 5
liter/menit melalui jalan napas.
c. Sampai diperoleh persediaan darah buat transfusi, pada penderita melalui infuse
segera diberi cairan dalam bentuk larutan seperti NaCI 0,9%, ringer laktat, dekstran,
plasma dan sebagainya.
d. Jika dianggap perlu kepada penderita syok hemoragik diberi cairan bikarbonat
natrikus untuk mencegah atau menanggulangi asidosis. Penampilan klinis penderita
banyak memberi isyarat mengenai keadaan penderita dan mengenai hasil
perawatannya.
B. Penanganan Atonia Uteri

Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tiba-tiba merupakan suatu
kegawatan dan harus segera ditangani
A. Penanganan Umum (Depkes RI,2012):
a) Mintalah Bantuan. Segera mobilisasi tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan
gawat darurat.
b) Lakukan pemeriksaan cepat keadaan umum ibu termasuk tanda vital(TNSP).
c) Jika dicurigai adanya syok segera lakukan tindakan. Jika tanda - tanda syok tidak
terlihat, ingatlah saat melakukan evaluasi lanjut karena status ibu tersebut dapat
memburuk dengan cepat.
d) Jika terjadi syok, segera mulai penanganan syok.oksigenasi dan pemberian cairan
cepat, Pemeriksaan golongan darah dan crossmatch perlu dilakukan untuk persiapan
transfusi darah.
e) Pastikan bahwa kontraksi uterus baik
f) Lakukan pijatan uterus untuk mengeluarkan bekuan darah. Bekuan darah yang
terperangkap di uterus akan menghalangi kontraksi uterus yang efektif. berikan 10
unit oksitosin IM
g) Lakukan kateterisasi, dan pantau cairan keluar-masuk.
h) Periksa kelengkapan plasenta Periksa kemungkinan robekan serviks, vagina, dan
perineum.
i) Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.
j) Setelah perdarahan teratasi (24 jam setelah perdarahan berhenti), periksa kadar
Hemoglobin:
k) Jika Hb kurang dari 7 g/dl atau hematokrit kurang dari 20%( anemia berat):berilah
sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 120 mg ditambah asam folat 400 mcg per
oral sekali sehari selama 6 bulan;
l) Jika Hb 7-11 g/dl: beri sulfas ferrosus 600 mg atau ferous fumarat 60 mg ditambah
asam folat 400 mcg per oral sekali sehari selama 6 bulan;

B. Penanganan Khusus Atonia Uteri( APN,2008 )


a) Masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir ( Maksimal 15 detik)
b) Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan lubang servik.
c) Pastikan kandung kemih kosong. Jika penuh lakukan kateterisasi.
d) Segera lakukan kompresi bimanual interna. Caranya :
 Pakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan
tangan secara obstektrik (menyatukan kelima ujung jari ) melalui introitus kedalam
vagina ibu.
 Kepalkan tangan dalam dan tempatkan pada fornik anterior , tekan dinding anterior
uterus kearah tangan luar yang menahan dan mendorongdinding posterior uterus
kearah depan sehingga uterus ditekan dari arah depan dan belakang
 Tekan kuat uterus diantara kedua tangan. Kompresi uterus ini memberikan tekanan
langsung pada pembuluh darah yang terbuka ( pada implantasi plasenta ) di dinding
uterus dan juga merangsang myometrium untuk berkontraksi.

C. Penanganan Anemia (PMK 2014)

Atasi penyebab yang mendasarinya. Jika didapatkan kegawatan (misal: anemia gravis
atau distres pernafasan), pasien segera dirujuk.
Pada anemia defisiensi besi:
a. Anemia dikoreksi peroral: 3 – 4x sehari dengan besi elemental 50 – 65 mg
1. Sulfas ferrosus 3 x 1 tab (325 mg mengandung 65 mg besi elemental,195; 39).
2. Ferrous fumarat 3 x 1 tab (325; 107 dan 195; 64).
3. Ferrous glukonat 3 x 1 tab (325; 39).
b. Pasien diinformasikan mengenai efek samping obat: mual, muntah, heartburn,
konstipasi, diare, BAB kehitaman.
c. Jika tidak dapat mentoleransi koreksi peroral atau kondisi akut maka dilakukan
koreksi parenteral segera.

Pada anemia defisiensi asam folat dan defisiensi B12 :


1) Anemia dikoreksi peroral dengan:
 Vitamin B12 80 mikrogram (dalam multivitamin).
 Asam folat 500 – 1000 mikrogram (untuk ibu hamil 1 mg).
2) Koreksi cepat (parenteral atau i.m) oleh dokter spesialis

Pemeriksaan Penunjang Lanjutan (bila diperlukan) :


 Anemia defisiensi besi: ferritin serum, SI, TIBC
 Anemia hemolitik: bilirubin, LDH, tes fragilitas osmotik, Acid Ham’s test, tes
Coombs’
 Anemia megaloblastik: serum folat, serum cobalamin
 Thalassemia: elektroforesis hemoglobin
 Anemia aplastik atau keganasan: biopsi dan aspirasi sumsum tulang

Konseling dan Edukasi :


Prinsip konseling pada anemia adalah memberikan pengertian kepada pasien dan
keluarganya tentang perjalanan penyakit dan tata laksananya, sehingga meningkatkan
kesadaran dan kepatuhan dalam berobat serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
Kriteria rujukan :
 Anemia berat dengan indikasi transfusi (Hb < 6 mg%).
 Untuk anemia karena penyebab yang tidak termasuk kompetensi dokter layanan
primer, dirujuk ke dokter spesialis penyakit dalam.
Soal Vignate
1. Aisiyah Zuhra
Yang merupakan tanda-tanda atau manifestasi klinik dari syok hemoragik adalah,
kecuali....
a. Kulit dingin, pucat dan sianosis
b. Takikardi dan hipotensi
c. Poliguria
d. Oliguria
e. Perdarahan terus menerus
Jawaban : C

2. Aprialda
terjadi karena kontraksi uterus yang tidak baik sehingga terjadi perdarahan hebat yang
membuat tubuh banyak kehilangan darah dan menjadi dehidrasi
pernyataan di atas merupakan penjelasan dari....
A.Antonia Uteri
b. rupture uteri
C. palsenta Previa
d. syok hemoragik
e. Syok anafilatik
jawaban : A

3. Rona Saputri
Pada kesadaran samnolen , TD 60mmHg dengan palpasi denyut nadi 136x / menit
terabah lemah , frekuensi napas 30x / menit , konjungtiva anemis , akral dingin , pada
pem abdomen didapatkan jejas pada regio kuadran kanan atas , pekak hepar
menghilang , nyeri tekan pada seluruh regio abdomen . Pada pem lab didapatkan Hb
6g % dokter segera melakukan tindakan resusitasi dan dilanjutkan tindakan bedah .
Syok apakah yang dialami pasien ini ?
A.syok hemoragik
b . Syok anafilaktik
c . Syok neurogenik
d . syok septik
e . Syok kardiogenik
Jawab:A

4. Mike Soraya
Kejadian yang disebabkan karena kontraksi uterus yang tidak baik sehingga terjadi
perdarahan hebat yang membuat tubuh banyak kehilangan darah disebut ?
A. Syok Hipovolemik
B. Atonia uteri
C. Syok hemoragik
D. Retensio Plasenta
Jawaban : B

5. Salwa Salsabila
Pemeriksaan laboratorium adalah penunjang diagnostic dalam menentukan diagnosa
anemia. Yang termasuk Pemeriksaan ini terdiri dari beberapa pemeriksaan yaitu :
A. Pemeriksaan penyaring (sceening test)
B. Pemeriksaan darah seri anemia
C. Pemeriksaan sumsum tulang
D. Pemeriksaan khusus
E. Semua jawaban benar
Jawaban : E

6. WelSweeta Juliarni
Penurunan kesadaran yang tidak memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak
dapat dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi
refleks kornea dan pupil masih baik, merupakan bentuk kesadaran…
A. Composmentis
B. Semi-Coma
C. Apatis
D. Samnolen
E. Delirium
Jawaban: B

7. Size Marcella Andami


Apa saja penatalaksanaan yang dapat dilakukan lanjutan jika terjadi syok hemoragik?
a. Pemasangan kateter urin
b. Circulation
c. Disability
d. Menjaga jalan nafas
e. Pemberian oksigen

8. Bening Maira Sugeta


Kapan dikatakan terjadinya syok hemorogik kategori kelas atau derajat III
berdasarkan frekuensi denyut nadi?
a. <100 x/menit
b. >120 x/menit
c. >100 x/menit
d. >140 x/menit
Jawaban : B

9. Hanna Herfa Rizky


Seorang perempuan berusia 28 tahun, telah melahirkan anak pertama 4 jam yang lalu,
ibu terlihat gelisah. Hasil pemeriksaan TD: 90/50 N: 120x/m P:40×/m Palpebra pucat,
konjungtiva pucat, telapak tangan dan bibir pucat. Penanganan yang paling tepat
dilakukan kepada ibu adalah...
A. Melakukan penilaian kegawatdaruratan dengan pemeriksaan TTV
B. Mencegah terjadinya hipotermia dengan memiringkan kepala / tubuh
C. Mencegah terjadinya aspirasi ke lambung
D. Membebaskan jalan nafas ibu
E. Mengatur posisi ibu dengan meninggikan tungkai
Jawaban : B

10. Al-Asyih Novera Redha


Untuk memperbaiki keadaan umum tersebut sebelum di lakukan rujukan pasien di
berikan ifus......
a. Plasm
b. NaCl 0,9 %
c. NaCl 10 %
d. Glukosa 5 %
e. Ringer laktat
Jawaban : B

You might also like