Professional Documents
Culture Documents
Msi Achdannnn
Msi Achdannnn
Disusun Oleh:
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan hidayahnya, sehingga makalah ini dapat tersusun dan terselesaikan. Sholawat
serta Salam tercurahkan kepada baginda mulia Nabi Besar Muhammad SAW,
yang telah menuntun manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang
benderang, Semoga syafaatnya mengalir kepada kita sebagai umatnya diyaumil
akhir kelak, amin.
Makalah yang berjudul “Studi Ilmu Hadits” ini disusun atas tugas yang
diberikan oleh Dosen pengampu mata kuliah METODOLOGI STUDI ISLAM.
Saya sangat berharap semoga Makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi saya pribadi khususnya dan kepada pembaca umumnya.
Saya merasa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Dan semoga segala
kekurangan dalam penyususan makalah ini dapat diperbaiki lewat kritik dan saran
pembaca demi kesempurnan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 2
C. Tujuan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Kodifikasi Studi Islam.................................... 3
B. Studi Klasik Hadits............................................................................... 5
C. Perkembangan Studi Hadits Pasca Klasik hingga Modern................... 6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................... 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadits merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-
Qur’an.Sebelum menerapkan sesuatu yang baru dalam hidup,ada kalanya kita
harus mengetahui asal muasal dan kualitas dari sesuatu itu. Begitu halnya
dengan Hadits, seperti yang diketahui segala sesuatu perkataan maupun
perbuatan dari Nabi Muhammad SAW dituliskan dalam hadits, sebelum
memakainya ada kalanya kita harus tau asal-usul, kuantitas, dan kualitasnya.
Di dalam makalah ini akan dibahas mengenai Pengertian dan Sejarah
Kodifikasi Hadits, pembagian hadits dari segi perawi dan penggolongan
hadits dari segi kualitas sanad meliputi: Shahih, Hasan, dan Dhaif.
Dari makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengerti dan memahimi
hadits dari segi kualitas dan kuantitas sanad sehingga tidak terjadi keragu-
raguan dalam mengikuti amalan yang akan diperbuat dari hadits. Makalah ini
disusun sedemekian rupa agar dapat memahaminya namun masih banyak
terdapat kekurangan, mohon sekiranya pembaca dapat memakluminya, terima
kasih.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Sejarah Kodifikasi Hadits?
2. Sebutkan Studi Klasik Hadits berdasarkan historisitas pembagian Hadits
dari segi jumlah perawi dan dari segi kualitas Hadits, penggolongan Hadits
kepada shahih, hasan, dhaif, dan Hadits maudhu?
3. Jelaskan Perkembangan Studi Hadits pasca Klasik hingga Modern?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian dan Sejarah Kodifikasi Hadits.
2. Mengetahui Studi Klasik, Historisitas Pembagian dan Penggolongan
Hadits.
3. Mengetahui Perkembangan Studi Hadits pasca Klasik hingga Modern.
1
5
BAB II
PEMBAHASAN
kontemporer Hadits menjadi suatu kajian yang sangat begitu di minati dari
kalangan pesantren hingga akademisi. Bahkan memasuki era-era globalisasi,
hadits sudah mulai dimasukan didalamnya guna memberikan kemudahan bagi
pengkaji hadits kajian.
Melihat perkembangan Hadits di era sebelumnya yang tidak begitu
signifikan, maka perkembangan hadits mulai di galakan kembali oleh para
ilmuwan hadits dengan sebuah kemasan menarik, hal inilah yang membuat
para ilmuan hadits ingin memasukan kajian hadits dalam era digital hal ini
guna mengembangkan studi hadits di era yang sudah memasuki globalisasi,
dengan mengembangkan keberadaan internet maka tampak hadits akan
terlihat menarik, hal ini sebagaimana melihat manfaat internet yang dapat
mempermudah tata kerja dan mempercepat suatu proses suatu pekerjaan,
sehingga segala sesuatu dapat ditemukan dengan cara praktis dan cepat.
Bahkan seiring dengan perkembangan zaman yang sudah memasuki era
digital, hadits mulai di kemas di dalamnya guna menghadirkan pengkajian
hadits dengan lebih mudah.
Perkembangan kajian hadits, era digitalisasi. Sejarah perkembangan
studi hadits dari fase ke fase menarik untuk diperbincangkan, mengingat
peran hadits sangat begitu sentral bagi umat Islam, sebagaimana peran-nya
sebagai sumber primer ajaran Islam, bahkan pelengkap keberadaan al-Quran.
Sehingga keberadaan hadits begitu pesat, sehingga studi hadits menjadi
bahasan populer kala itu, sebab di masa-masa sebelumnya para sahabat lebih
fokus dalam mengkaji al-Quran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan Dari tulisan yang sudah penulis paparkan diatas, dapat
diambil kesimpulan bahwa perkembangan yang sangat nampak dari ilmu
hadits adalah setelah wafatnya Rasulullah SAW. Yaitu ketika para sahabat
merasa penting untuk mengumpulkan hadits-hadits Nabi karena ditakutkan
hilang. Setelah generasi sahabat berlalu, langkah para sahabat dalam
penerimaan hadits diikuti oleh para tabi’in. Perkembangan ilmu hadits terus
berjalan sejalan dengan terus bertambahnya periwayatan hadits. Setiap ada
riwayat maka disanalah ulumul hadits berperan menentukan diterima atau
tidaknya sehingga pada akhirnya ulum al-hadits menjadi disiplin ilmu yang
mandiri dalam ajaran agama Islam. Perkembangan hadits berkembang pada
masa penyaringan, di lanjutkan dengan penyarahan dan seterusnya berlanjut
pada ringkasan dan takhrij. Setelah itu, studi hadits hanya meneruskan karya-
karyan yang sudah ada, hingga akhirnya memasuki era global hadits mulai
berkembang kembali dengan beragam cara digitalisasi.
Penggolongan hadits yang pertama hadits shahih yaitu hadits yang sehat
dan benar tidak terdapat penyakit dan cacat. Yang kedua hadits hasan yaitu
hadits yang muttasil sanadnya, diriwayatkan oleh rawi yang adil dan dhabit,
tetapi kadar kedhabitannya di bawah kedhabitan hadits shahih, dan hadits itu
tidak syadz dan tidak pula terdapat illat (cacat). Yang ketiga hadits dha'if
yaitu hadits lemah yang di dalamnya tidak terdapat syarat-syarat hadits shahih
dan syarat-syarat hadits hasan. Dan terakhir hadits maudhu' yaitu hadits palsu
atau hadits yang diragukan keabsahannya.
15