Professional Documents
Culture Documents
Makalah Ulumul Hadits
Makalah Ulumul Hadits
Makalah
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ulumul Hadist
pada Program Studi Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah dan
Hukum Islam Institut Agama Islam Negeri Bone
OLEH :
kepada Nabi Muhammad SAW. yang senantiasa membawa kita kepada jalan
kelemahan dari segala sisinya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, kami
menerima saran dan kritik dari pembaca sekalian, yang tentunya bisa
Rasa terima kasih yang terdalam kami hanturkan kepada semua pihak yang
telah ikut serta membantu penyusunan makalah ini. Terlebih ucapan terima kasih
berdoa dan bermunajat, semoga makalah ini dapat bermanfaat, khususnya pada
bidang pelajaran.
ii
DAFTAR ISI
C. Tujuan Masalah.............................................................................................
A. Kesimpulan ...................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Umat Islam pada hakikatnya di dunia sama dengan umat agama lain yaitu
sama-sama memiliki kitab sebagai pedoman. Jika umat Kristen memiliki kitab
Injil, umat Budha memiiki kitab Weda, dan umat Hindu memiliki kitab
Trimurti sebagai pedoman hidup maka umat Islam memiliki Al-Quran sebagai
ketetapan yang mutlak mengenai agama Islam. Namun ada pembahasan dalam
Al-Quran yang masih bersifat global. Oleh karena itu, muncullah Al-Hadits
Al-Qur’an sebagai
petunjuk hidup manusia
bagi orang-orang yang
bertaqwa sifatnya
mujmal (global) atau
masih ‘am(umum), maka
untuk menerapkannya
secara praktis
1
2
sangatlah membutuhkan
penjelasan-penjelasan yang
lebih jelas terutama dari
nabi
Muhammad SAW yang
menerima wahyu.
penjelasan-penjelasan dari
nabi tersebut bisa
berupa ucapan atau
perbuatan maupun
pernyataan atau
pengakuan, yang dalam
tradisi
keilmuan islam disebut
hadits. Dengan demikian,
3
periwayatannya
mempunyai kedudukan
sebagai qot’i al-wurud,
sedang hadits nabi dalam
hal ini yang berkategori
ahad, berkedudukan
sebagai dzoni al-wurud.
Untuk mengetahui
otentisitas dan orisinalitas
hadits semacam ini
diperlukan penelitian
matan maupun sanad. Dari
sini dapat dilihat bahwa
selain rowi , matan dan
sanad
5
sedang hadits ada yang mutawatir dan ada juga yang ahad. Oleh karena itu, Al-
qot’i al-wurud, sedang hadits nabi dalam hal ini yang berkategori ahad,
yang diajarkan nabi kepada umatnya. Masyarakat islam mutlak mengetahui dan
memahami sumber ajarannya, yakni Al-Qur’an dan Hadits. Akan tetapi banyak
muslim yang belum memahami tentang Hadits. Sebagian dari mereka yang
yang berisi dasar hukum baik tentang qoulun nabi, fi’lun nabi, takhrirun nabi,
maupun sifatun nabi. Di dalam suatu Hadits terdapat struktur Hadits, yang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
PEMBAHASAN
“Sanad” adalah bahasa arab yang berasal dari kata dasar “sanada, yasnudu
( )سند يسند, artinya “sandaran” atau “tempat bersandar” atau “tempat berpegang”
atau berarti “yang dipercaya”, sebab hadits itu selalu bersandar padanya dan
yang disebut pertama sampai kepada Rasulullh saw., dimana semua perbuatan,
ucapan, pengakuan, dan lainnya merupakan suatu materi atau matan hadits.2
Dalam bidang ilmu hadits sanad itu merupakan salah satu neraca yang
menimbang shahih atau dhaifnya suatu hadits. Jika para pembawa hadits jika
orang-orang yang cakap dan cukup persyaratan, yakni adil, taqwa, tidak fasik,
kepada kami Malik dari ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im
1
Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits & Mustholah Hadits, (Jombang, Darul
Hikmah, 2008), h. 29.
2
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor, Ghalia Indonesia, 2010), h. 130.
39
40
dari ayahnya berkata :”aku mendengar Rasulullah SAW. Membaca surat at-tur
dan al-musnid. Istilah tersebut kaitannya sangat erat dengan istilah sanad. Istlah
Shiddiqi,1985,43)
as-sanad mempunyai arti yang hampir sama atau berdekatan. Ibn Jama’ah
istilah tersebut mempunyai pengertan yang sama, yang keduanya dapat dipakai
secara bergantian.4
سواء كان عنده علم به او ليس له اال مجرد روايته.المسند هو من يروي الحديث باسناده
tidak mengetahui terhadap matan itu, tetapi ia sendiri menjadi sumber berita
itu”.
seseorang yang membawanya, seperti Ibn Syihab az-Zuhri, Malik bin Anas,
malik dari abu Az-zinad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah Radhiallahuanhu dia
bejana salah seorang dari kalian hendaklah dia mencucinya sebanyak tujuh
kali”
Dari definisi di atas, maka matan ialah materi atau lafal hadits itu sendiri,
materi berita yang diterima oleh sanad terakhir, baik isi pembicaraan itu berupa
sabda Nabi SAW., sahabat ataupun tabi’in, baik isi pembicaraan itu berupa
perbuatan Nabi saw maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi
SAW.6
6
Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits & Mustholah Hadits, (Jombang, Darul
Hikmah, 2008), h. 31.
42
Bukhori, Imam Muslim, Imam Abu Dawud, Imam Turmudzy dan lain
persyaratan, harus ada di dalam periwayatan hadits mereka, mulai dari matan
dan sanad sampa pada metode penerimaan dan penyampaian hadits kepada
Oleh sebab itu, diantara komponen satu dengan yang lain dalam
periwayatan hadits, harus benar-benar ada, sebab hadits tidak cukup hanya
dilihat dari matan dan matarantai sanadnya saja, melainkan diketahui pula
siapa nama mukharrijnya-nya dan nama perawi pertama (yaitu sahabat) yang
telah meriwayatkannya.7
Urutan sebagai
No. Nama Perawi Hadits Urutan sebagai sanad
perawi
Abdul Wahhab al
4. Perawi IV Sanad II
Tsaqofiy
Muhammad bin
5. Perawi V Sanad I
Mutsanna
7
Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits & Mustholah Hadits, (Jombang, Darul
Hikmah, 2008), h. 38.
43
yaitu bentuk masdar dari kata rawa ()روى, yang berarti sama dengan kata: al-
naql ()النقل, artinya “penukilan” atau al-dzikr ()الذكر, artinya “penyebutan”. Arti
tersebut dalam bahasa Indonesia diartikan sama dengan arti kata “sejarah” atau
kata “al-riwayat, yaitu suatu kegiatan penerimaan dan penyampaian hadits serta
yang telah menerima hadits dari perawi lain, tetapi ia tidak menyampaikannya
kepada orang lain, maka ia tidak dapat disebut sebagai “orang yang telah
adalah:
a. Adanya kegiatan menerima hadits dari perawinya. Hal ini dikenal dengan
b. Adanya kegiatan menyampaikan hadits kepada orang lain. Hal ini dikenal
d. Adanya kalimat yang menjadi pokok pembicaraan. Hal ini dikenal dengan
sebutan “matan”.
penyampaian hadits. Hal ini dikenal dengan istilah “tahammul wa ada’ al-
hadits”.8
8
Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits & Mustholah Hadits, (Jombang, Darul
Hikmah, 2008), h. 39 - 40.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Sanad adalah rantai penutur atau perowi (periwayat) hadits. Sanad terdiri
atas seluruh penutur mulai orang yang mencatat hadits tersebut dalam
suatu ayat.
2. Matan merupakan akhir sanad yakni sabda Nabi Muhammad SAW. ada
juga redaksi lain yang menyebutkan bahwa matan adalah ujung sanad
( gayah assanad) jadi bisa dikatakan bahwa matan itu adalah materi atau
suatu kitab apa-apa yang pernah di dengar dan diterimanya dari seorang
gurunya.
B. Saran
makalah ini tetapi kenyataannya masih banyak yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar penulis harapkan
45
46
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad Ma’sum zein, Ulumul Hadits & Mustholah Hadits, Jombang, Darul Hikmah,
2008.
47