You are on page 1of 5

Memahami Remaja dan kenakalanya

dalam Perspektif Psikologi


Rabu, 24 Desember 2008 09:56 Kisna Anwari

Memahami Remaja dan Kenakalannya dalam Perspektif Psikologi*)

Oleh: Drs. Koentjoro, MBSc., Ph. D**)

A. Pengantar

Khalil Gibran mengatakan bahwa anak adalah ibarat anak panah.


Pertanyaannya, sudahkah anak panah ini memperoleh kebebasan untuk
mengarahkan kemana yang ia tuju? Ataukah demi gengsi, atau apalah yang lain
anak panah itu akan dibawa dan ditancapkan pada sasaran? Remaja adalah
sebuah generasi dari suatu peradaban. Karenanya mempunyai peran strategis
dalam perencanaan pembangunan dan bahkan pada arah serta pelaku
pembangunan itu sendiri. Namun demikian perlakuan yang salah pada remaja
baik yang nakal maupun yang tidak oleh para orangtua dan pengambil kebijakan
justru akan berakibat semakin buruk pada peradaban bangsa itu.Tulisan ini
hendak mengupas urgensi pembahasan kenakalan remaja, remaja dan
kenakalan remaja, faktor penyebab kenakalan remaja, kelebihan dan
kekurangan kenakalan remaja dan upaya menekan kenakalan remaja. Setelah
membaca tulisan ini diharapkan akan diperoleh pemahaman tentang remaja dan
kenakalannya, sehingga dapat diambil langkah-langkah yang tepat guna
mengarahkan perbuatannya kepada hal yang lebih positif.

B. Urgensi Pembahasan Kenakalan Remaja

Barangali ada peserta yang protes sejak dulu segala bentuk seminar tentang
kenakalan selalu saja objeknya adalah remaja, kenapa kenakalan orangtua
tidak diseminarkan? Masalahnya sederhana, kalau kenakalan orangtua yang
diseminarkan makan bukan lagi disebut sebagai kenalana apabila itu dilakukan
orangtua. Namun sudah disebut sebagai sebagai tindak kriminal. Ada
beberapa alasan yang melatarbelakangi urgensi pembahasan kenakalan remaja,
yaitu berdasarkan proyeksi jumlah dan komposisi remaja, tantangan kualitas
SDM dalam rangka menghadapi tantangan global dan pasar bebas, dan peran
generatif suatu bangsa. Berdasarkan Projeksi Penduduk dan Tenaga Kerja
Indonesia 1995-2025 (LDUI, 1995) disebutkan bahwa dari tahun 1995-2005,
jumlah penduduk terbanyak di Indonesia adalah penduduk usia muda dengan
kisaran umur antara 10-24 tahun dan jumlah kaum perempuan masih lebih
banyak jika dibanding pria (lihat gambar 1). Memperoleh kesempatan
pendidikan adalah bagian dari Hak Azasi Manusia (Rao, 1996). Oleh karena itu
seharusnya pendidikan adalah untuk siapa saja, education for all. Namun
Griffin dan McKinley (1994) mengisyaratkan bahwa di negara berkembang,
sistem sosial ternyata turut menciptakan terjadinya diskriminasi pendidikan,
khususnya yang berkaitan dengan status sosial ekonomi dan gender. Orang
kaya dan orang yang mempunyai akses dengan kekuasaan mempunyai alternatif
memperoleh kualitas pendidikan yang lebih baik dibanding dengan orang miskin
dan jauh dari kekuasaan, pria mempunyai kesempatan memperoleh pendidikan
lebih baik dibanding perempuan. Gambar 1

Jumlah Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin

1995 2005 Sumber:

Projeksi Penduduk dan Tenaga Kerja Indonesia 1995-2025, LDUI, Jakarta, 1995

Namun pada kenyataannya berdasarkan data yang diolah dari data BPS 1997
dapat dilaporkan bahwa kondisi memperoleh kesempatan pendidikan bagi kaum
perempuan di Indonesia masih sangat tertinggal (lihat tabel di bawah).

Temuan Koentjoro ini selaras dengan pendapat Griffin dan McKinley (1994)
bahwa kebutuhan sekolah untuk masyarakat miskin mungkin ditempatkan pada
prioritas ke dua, karena returns nya (ongkos yang di keluarkan dan di dapat)
yang rendah. Sekalipun pemerintah Indonesia baru-baru ini mengumumkan
pembebasan uang sekolah hingga ke SLTA, namun beaya pendidikan yang lain,
seperti beli buku, transport, dan kebutuhan yang juga tinggi. Belum lagi dampak
ekonomi yang berupa hilangnya tenaga kerja yang (karena sekolah) berarti pula
sebagai penurunan pendapatan keluarga.

Penduduk Berumur 10 tahun ke atas menurut Tingkat Pendidikannya tahun


1996

Pendidikan Pria Wanita

Tidak Pernah 3.898.776 7.705.719 1.881.97


SekolahDesaKota 660.357 9

UniversitasDesaKota 221.538 103.938


976.501 586.696

Diolah dari Data BPS. 1997. Keadaan Pekerja/Karyawan di


Indonesia 1996, p. 2-7 Tantangan globalisasi ditunjukkan pendapat Harry
Clark dan ejekan seorang profesor Singapura kepada Prof. Alwi Dahlan, bahwa
bangsa Indonesia akan menjadi buruh di negerinya sendiri. Peran strategis
generatif terkait dengan kualitas SDM periode generasi suatu bangsa. C.
Remaja dan Kenakalan RemajaApa itu remaja dan bagaimana batasan remaja?
Remaja adalah periode tanggung di mana dari segi tanggung jawab seseorang
berada dalam posisi sudah bukan anak-anak, namun juga belum dewasa dan
mampu dipertanggungjawabkan secara hukum. Berdasarkan pendapat para ahli
rentang usia berkisar antara 12/13 tahun hingga 21/22 tahun. Namun demikian
menurut WHO usia remaja di Indonesia diundur hingga usia 24 tahun karena
alasan masih adanya ketergantungan ekonomi dari orangtua.Sedang kenakalan
remaja adalah tindak kriminal atau tindak pelanggaran hukum (biasanya yang
ringan) yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang belum mampu
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apakah remaja yang melanggar hukum
selalu disebut kenakalan remaja? Tidak, sangat tergantung pada cara dan jenis
perbuatannya. Apabila itu dilakukan dengan cara dan jenis yang biasa dilakukan
oleh orang dewasa atau orangtua maka meski ia berada dalam usia remaja
namun dapat dikategorikan sebagai tindak kriminal. D. Faktor Penyebab
Kenakalan RemajaRice (1990) menyatakan ada tiga faktor penyebab kenakalan
remaja yaitu faktorfaktor sosiologis, psikologis dan biologis/a. Faktor
SosiologisFaktor-faktor yang berasal dari lingkungan masyarakat dan budaya
dimana remaja tinggal dan atau menghabiskan waktunya. Hal-hal tersebut
adalah: (a) pengaruh nilai dan budaya hedonisme. (b) status sosial ekonomi
orangtua, kekerasan dalam budaya dan media, (c) penggunaan NAPZA, (d)
keterlibatan dan pengaruh kelompok negatif, (e) pengaruh negatif dari
masyarakat dan pertetanggaan yang negatif, (f) disorganisasi sosial dan
perubahan social budaya, (g) kualitas sekolah, (h) latar belakang keluarga.b.
Faktor PsikologisFaktor-faktor yang mempengaruhi hubungannya dengan
peernya ataupun faktor kepribadian remaja. Faktor-faktor itu diantaranya adalah
(a) keluarga yang broken dan tidak berbahagia,. Kondisi ini oleh Le Flore (1988)
dianggap mempunyai pengaruh yang paling dominan. (b) komunikasi dalam
keluarga dan self disclosure atau keterbukaan diri remaja dengan orangtua, dan
orangtua dengan anak, (c) Pola asuh orangtua yang ketat, (d) hedonisme
orangtua. Sedang faktor kepribadian, meskipun kepribadian juga terbentuk
akibat interaksi dan pola asuh orang tua, namunada beberapa faktor kepribadian
yang turut berpengaruh, diantyaranya adalah: (a) kepercayaan diri yang rendah,
(b) biasanya remaja nakal justru cenderung lebih assertive secara sosial,
mempunyai pola pikir yang menyimpang, dan mempunayi sifat ambivalent
terhadap otoritas, (c) mempunyai self image yang negatif, (d) suka menghindari
kenyataan dan bahkan lari dari kenyataan, (e) adakecenderungan kecemasan
yang tinggi dan mengarah pada neuroses, (f) miskin sosialisasi, sehingga kontrol
dirinya menjadi amat lemah, (g) mempunyai dinamika psikologis yang berbeda,
karenanya sering muncul perilaku nakal yang sama. c. Faktor BiologisYaitu
faktor-faktor organik dan fisik serta mungkin heredter. Voorhes (1981)
menyatakan bahwa kenakalan remaja disebabkan karena hambatan dalam
kemasakan selama perkembangnnya pada bagian depan sistem lobe otaknya.
Ini bukan masalah kognitif yang tidak dapat diperbaiki, namun lebih merupakan
tindakan nakal yang tidak berbasis pada pengetahuan yang ia miliki. Mednick
dan Christiansen (1981) ada perbedaan dalam hal automatic nervous system.
Sedang ahli lain menyebutkan bahwa temperamen mereka sangat dipengaruhi
faktor genetiknya. Lebih dari 25% remaja nakal menurut (shepard) terjadi karena
sebab-sebab organik. Diantaranya adalah karena kurangnya insulin dalam darah
mereka, kadar gula dalam darah yang sangat rendah, dll.

E. Kelebihan dan Kekurangan Kenakalan Remaja

Apakah remaja nakal itu menang fixed behavior ataukah temporary behavior?
Remaja menjadi nakal barangkali dapat disamakan dengan bayi menangis pada
saat dirinya merasa tidak confortable ataupun merasa sakit, atau alasan lain.
Symptom-symptom ini perlu dikenali.Remaja yang temporary delinquent
barangkali kemudian menjadi fixed karena berbagai alasan seperti lebih merasa
aman, dengan sikap nakalnya keinginan terpenuhi, dengan nakal ia justru
mendapatkan teman atau pelindung, dll.Tidak semua bentuk kenakalan remaja
itu merugikan, namun dalam hal tertentu, ada juga sisi positifnya. Beberapa
kelebihan dan kekurangannya adalah:Kelebihan:1. Biasanya dilakukan secara
berkelompok, dan kelompok itu memiliki rasa solidaritas yang tinggi (tolong
menolong), kelekatan kelompok yang tinggi.2. Pada bagian dan kondisi
tertentu meningkatkan kreativitas.3. Ada sarana katarsis terhadap problema
hidup yang dihadapi.4. Apabila memiliki masalah antar kelompok
pemecahannya cenderung emotional focussed oriented.5. Lebih assertive
secara sosial, namun tidak secara individual atau ketika seorang
diri.. Kekurangan:1. Menggangu privacy orang lain 2. Merugikan hak orang
lain3. Merusak barang dan keindahan milik orang lain F. Upaya Menekan
Kenakalan Remaja Ada tiga kegiatan yang terkait dengan upaya menekan
kenakalan remaja. Yaitu dari segi prevensi, kurasi dan rehabilitasi. Pada periode
prevensi perlu adanya penguat pada aspek microsystemnya, yaitu lingkungan
yang langsung mempengaruhi kehidupan remaja. Diantaranya adalah keluarga,
masyatakat, teman dan sekolah. Karena itu upaya prevensi termasuk
diantaranya adalah bagaimana memberlakukan, mendidik dan memberdayakan
anak dan remaja melalui lingkungan tersebut dengan sebaik mungkin.
Disamping itu positive peer culture baik pada remaja maupun keluarga perlu
diselenggarakan pada berbagai level di tingkat pedesaan. Pada periode kurasi
langkah yang paling baik adalah melalukan pendekatan berdasarkan symptom
penyebab kenakalannya. Namun demikian, beberapa hal seperti kepercayaan
diri yang rendah, sifat ambivalent terhadap otoritas, mempunyai self image
yang negatif, suka menghindari kenyataan dan bahkan lari dari kenyataan,
cenderungan mudah cemas dan mengarah pada neuroses, miskin sosialisasi,
sehingga kontrol dirinya menjadi amat lemah, mempunyai dinamika psikologis
yang berbeda, karenanya sering muncul perilaku nakal yang sama, perlu
ditingkatkan kearah yang lebih baik dan confortable buat remaja. G.
Penutup Maju mundurnya sebuah peradaban bangsa sangat tergantung
pada kualitas generasinya. Peran remaja sungguh sangat bermakna bagi
peradaban sebuah generasi. Akankah kita menjadi bangsa ngedrugs ataukah
bangsa yang berprestasi? Akankah kita rela generasi muda kita hancur? Apa
yang bisa kita lakukan. Janganlah bertanya pada rumput yang bergoyang,
namun berbuatlah untuk mereka. Karena pada dasarnya mereka membutuhkan
pertolongan kita.

You might also like