You are on page 1of 2

Indonesia dikenal dengan adanya moto gizi empat sehat lima sempurna, di mana susu

sapi terletak pada urutan paling terakhir yaitu pada kelompok lima sempurna. Hal ini
dikarenakan susu sapi masih dianggap barang mahal dan masih sulit dijangkau oleh
masyarakat banyak.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Peternakan Departemen Pertanian RI, produksi
susu sapi di Indonesia pada tahun 2019 sebanyak 0,94 juta ton dan berasal dari sapi perah
saja. Bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, produksi susu sebanyak 0,95 juta ton,
mengalami penurunan sebesar 0,68%. Penurunan produksi susu sapi perah dan kebutuhan
susu sapi yang meningkat merupakan salah satu pendorong bagi perkembangan peternakan
sapi perah di Indonesia.

Salah satu masalah dalam peningkatan produktifitas ternak adalah faktor pakan
khususnya kualitas pakan. Pada saat ini penyediaan pakan secara kontinyu baik kuantitatif
maupun kualitatif masih merupakan masalah serius yang dihadapi oleh peternak sapi perah.
Hal ini antara lain disebabkan penyediaan hijauan pakan ternak yang berkualitas baik sulit
didapatkan (khususnya musim kemarau).

Disamping itu pemberian feed additive seperti hormon dan antibiotik juga sudah sering
diterapkan namun hasilnya kurang memuaskan baik terhadap peningkatan produktifitas
ternak maupun effisiensi pakan, bahkan khususnya antibiotik memilki efek bisa
membahayakan konsumen karena residu yang menempel di produk ternak.

Probiotik, dapat digunakan sebagai pengganti peran antibiotik. Probiotik mengandung


beberapa mikroorganisme non patogen sehingga mampu membantu peningkatan kecernaan
pakan. Dari sini kita akan mengetahui pengaruh pemberian probiotik terhadap produksi dan
protein susu sapi perah.

Offer dan Newbold (1990) telah membuat suatu diagram alur (gambar 1) tahap 1-3
tentang cara kerja probiotik jamur. Peningkatan konsumsi pakan merupakan pengaruh utama
pada terjadinya peningkatan produktivitas (tahap 1). Peningkatan konsumsi disebabkan
terjadinya peningkatan laju cerna serat (tahap 2a) dan peningkatan laju alir protein mikroba
(tahap 2b). Peningkatan laju pencernaan serat pada akhirnya menyebabkan perbaikan
pertumbuhan mikroorganisme, akibat terpenuhinya kebutuhan hidup minimal bagi
perkembangbiakan mikroorganisme (Hobson dan Wallace, 1982). Penggunaan probiotik
jamur menyebabkan peningkatan populasi mikroorganisme di dalam rumen, sebagai akibat
terjadinya perbaikan daya hidup mikroorganisme (tahap 3a dan tahap 3b). Tahap 4-6
merupakan penggambaran dari hasil penelitian William et al. (1991). Perbaikan daya hidup
mikroorganisme disebabkan oleh stabilnya pH rumen yang merupakan pengaruh sekunder
(tahap 4). Kestabilan pH rumen diduga disebabkan oleh penurunan asam laktat di dalam
rumen (tahap 5).

You might also like