You are on page 1of 15

KAJIAN TERHADAP ASPEK AJARAN ISLAM

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Pengantar Studi Islam Fakultas Syariah dan Hukum Islam Pada
Program Studi Hukum Keluarga Islam IAIN Bone

OLEH:
KELOMPOK I (SATU)

MUHAMMAD TAUFIK
NIM. 742302023047

DAFILSAH AISYAH FIRDAUS


NIM. 742302023049

ANDI MUTMAINNA
NIM. 742302023048

NUR ALIFAH RINI


NIM. 742302023045

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI


IAIN BONE
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan
Makalah dengan judul: ”Pokok-pokok Ajaran Islam”. Salawat dan salam semoga
tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-
sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Atas bimbingan kekompakan dan saran dari teman-teman maka disusunlah
Makalah ini, semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami
semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Pengantar Studi Islam dan semoga
segala yang tertuang dalam Makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun
bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan
saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-
langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena
kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.

Watampone, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1
A. Latar Belakang........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Aspek Akidah............................................................................ 2
B. Aspek Syariah............................................................................. 5
C. Aspek Akhlaq............................................................................. 8
BAB III PENUTUP........................................................................................ 11
A. Kesimpulan................................................................................. 11
B. Saran .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Jaman seperti sekarang ini, banyak sekali permasalahan-
permasalahan yang terjadi dalam praktek ibadah seorang muslim. Salah satu
permasalahan yang kian menjamur adalah menyangkut praktek dasar ajaran
Islam. Dasar ajaran Islam yang terdiri dari akidah, syari‟ah, dan akhlak sering
sekali dilupakan keterkaitannya. Sudah banyak orang yang melakukan ibadah
namun hanya untuk di pamerkan kepada orang lain, padahal itu sangat
bertentangan dengan ajaran islam yang dimana apabila seseorang ingin
beribadah, maka niatkan ibadah itu untuk mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran
pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan semata-
mata karena Allah. Melihat hal tersebut, kami bermaksud untuk mengingatkan
dan menegaskan kembali komposisi dasar dari ajaran agama islam, yaitu
Akidah, Akhlak dan Syariah.1
Tidak hanya membahas komposisi dasar ajaran agama islam, disini
kami juga membahas perbedaan paham yang terjadi dikalangan umat muslim,
dimana dengan perbedaaan tersebut sering terjadi permusuhan. Jadi kami,
ingin meluruskan cara menghadapi perbedaan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Aspek Akidah?
2. Apa Pengertian Aspek Syariah?
3. Apa Pengertian Aspek Akhlaq?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Aspek Akidah.
2. Untuk Mengetahui Aspek Syariah.
3. Untuk Mengetahui Aspek Akhlaq.
BAB II
1
Nurseri Hasnah Nasution, Filsafat Dakwah, (Palembang, IAIN Raden Fatah Press,
2005), h.153

1
PEMBAHASAN

A. Aspek Akidah
1. Pengertian Akidah
Akidah adalah keyakinan atau keimanan yang mengikat hati
seseorang terhadap sesuatu yang diyakini dan diimani selama hidupnya.
Dalam berakidah tidak boleh setengah hati tetapi harus meyakini dengan
sepenuh hati tanpa ada keraguan sedikitpun didalam hatinya.2
Pengertian Aqidah Menurut Para Ahli Ulama:3
a. Pengertian Aqidah Menurut Hasan al-Banna
Menjelaskan bahwa aqidah adalah perkara yang harus dan wajib untuk
di yakini oleh hati seseorang. hal tersebut menyangkut tentang
ketentraman hati dan jiwa dan tidak ada sedikitpun keraguan di
dalamnya.
b. Pengertian Aqidah Menurut Imam Al-Ghazali
Beliau menerangkan bahwa aqidah telah tumbuh dalam jiwa
seseorang, maka orang tersebut akan merasa bahwa hanya allah swt lah
yang penguasa seluruh alam semesta, dan semua yang ada di dalamnya
hanyalah makhluk belaka.
c. Pengertian Aqidah Menurut Abdullah Azzam
Menurut beliau, aqidah merupakan iman dengan semua rukun-
rukunnya, yang di maksud adalah rukun iman yang berjumlah 6 rukun,
yaitu kepercayaan akan adanya allah swt, malaikat-malaikat allah,
kitab-kitab allah, nabi-nabi allah, hari akhir, serta qadha dan qadar.
d. Pengertian Aqidah Menurut Ibnu Taimiyah
Dalam bukunya yang berjudul "aqidah al-wasithiyah" beliau
menerangkan bahwa aqidah adalah suatu perkara dalam hati dan jiwa
yang harus di benarkan dan di luruskan agar menjadi tenang, tentram
tanpa ada keraguan apapun di dalamnya.

2
Mahmud Syaltut, Al-Islam ‘Aqidah wa Syariah (Cet.VI, Beirut: Dar al-Syuruq,
1972), h. 22.
3
Zainal dzamari, Islam Aqidah dan Syari’ah, (Cet.I; Jakarta:Raja Grafindo persada,
1996), h. 19

2
e. Pengertian Aqidah Menurut Abu Bakar Jabir Al-Jazairy
Menurut beliau, aqidah merupakan kebenaran yang dapat di terima
oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. semua kebenaran
tersebut terpatri dalam hati manusia dan di yakini kesahihannya secara
pasti.
2. Rukun Iman
Rukun iman juga berkaitan dengan akidah. Karena tentang
keimanannya terhadap rukun-rukun iman dan peranannya dalam
kehidupan beragama. Rukun iman yang berupa keimanan kepada Allah
dan para rasul, para malaikat,kitab-kitab yang diturunkan pada rasul-
rasul,hari akhir, dan qadha’ dan qodar.4
a. Iman Kepada Allah
Iman kepada Allah yaitu percaya dengan sepenuh hati akan
kebesaran yang dimiliki Allah, mengikuti petunjuk Allah yang terdapat
dalam al-qur’an, mengerjakan apa yang telah diperintahkan sesuai
dengan tuntunan al-qur’an dan hadits. Dampak positif sekalipun
manfaat iman kepada Allah yaitu mendorong seseorang untuk
bertakwa kepada Allah dengan menyadari adanya Allah bawasannya
Allah selalu mengawasi segala perbuatan kita, menimbulkan kekuatan
batin, ketabahan, keberanian,serta saling menghargai sesame manusia,
mendatangkan rasa tentram, aman, dan damai.
b. Iman Kepada Malaikat
Malaikat mempunyai kekuatan yang luar biasa dengan ijin
Allah, malaikat senantiasa bertasbih, bertunduk, serta patuh terhadap
Allah. Tugas tugas malaikat Malaikat Jibril brtugas menyampaikan
wahyu, Malaikat Mikail bertugas memberi rejeki kepada makhluk
Allah, Malaikat Israfil bertugas meniup sangkakala, Malaikat Izra’il
bertugas mencabut nyawa, Malaikat Ridlwan bertugas menjaga surge,
Malaikat Malik bertugas menjaga neraka, Malaikat Raqib dan Atid
bertugas mencatat amal perbuatan manusia, Malaikat Munkar dan
Nakir bertugas menanyai manusia didalam alam kubur. Manfaat iman
4
Dr. H. Abudinnata, Metodologi Studi Islam, (Cet.VIII, Jakarta:Raja Grafindo persada,
2003), h. 85

3
kepada malaikat yaitu dapat mendorong seseorang untuk selalu
bersikap baik, berhati-hati dalam berperilaku, menjadi seseorang
merasa nyaman dan tentram dalam menjalankan hidupnya.
c. Iman Kepada Kitab-kitab Allah
Beriman kepada kitab-kitab Allah berarti meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah telah menurunkan beberapa kitabnya kepada
rasulnya yang berisi tentang aturan-aturan Allah. Manfaat beriman
kepada kitab-kitab Allah yaitu mendidik umat islam untuk bersikap
toleran terhadap pemeluk agama lain, memberikan keyakinan kepada
umat islam bahwa al-qur’an merupakan kitab penerus dan pelengkap
terhadap semua kitab sebelumnya.
d. Iman Kepada Para Nabi dan Rasul
Iman kepada para Nabi dan Rasul berarti percaya bahwa Allah
telah memilih untu bertugas menyampaikan segala wahyu yang
diterima dari Allah kepada umat manusia. Sifat-sifat para Nabi yaitu
Shiddiq artinya benar dan jujur dalam berkata, Amanah artinya
terpercaya , Tabligh artinya menyampaikan segala wahyu/amanat
Allah, Fathanah artinya cerdas , pandai, dan bijaksana. Manfaat iman
kepada para Nabi dan para Rasul yaitu menjadikan seseorang muslim
untuk bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain, memberi
keyakinan kepada orang muslim bahwa semua Nabi dan Rasul
mempunyai misi suci yang sama.
e. Iman Kepada Hari Kiamat
Iman kepada hari kiamat atau hari akhir berarti percaya semua
akan mati yang kemudian akan dibangkitkan kembali. Kiamat dibagi
menjadi dua yaitu kiamat sugra yang artinya kiamat kecil seperti
bencana, dan kiamat kubra artinya kiamat besar yaitu lenyapnya seluru
alam semesta. Tanda-tanda kecil hari kiamat yaitu banyaknya jumlah
wanita disbanding laki-laki, penghianatan dianggap berjasa atau
pahlawan, manusia berlomba membangun gedung-gedung tinggi
dengan maksud riya’, perhiasan masjid berlebihan, penyalah gunaan
jabatan , perzinaan dan minuman keras merajalela. Tanda-tanda besar

4
hari kiamat diantaranya yaitu keluarnya dajjal, nabi isa turun ke bumi
untuk mengoreksi kesalahan doktrin agama Kristen, bintang yang
misterius sekali keluar dari bumi, matahari terbit dari arah baratkitab
suci al-qur’an lenyap dari muka bumi. Hikmah iman pada hari akhir
yaitu berperilaku baik,menjaga diri dan senantiasa taat kepada Allah.
f. Iman Kepada Qadar atau Takdir
Beriman pada qadar atau takdir berarti percaya bahwa Allah
itulah yang menjadikan mkhluknya dengan kodrat (kekuasaan),iradat
(kehendak), dan hikmahnya (kebijaksanaan), dan juga percaya bahwa
Allah mempunyai beberapa sunnah/hukum dalam menciptakan
makhluknya. Iman kepada qadla’ dan qadar tidak berarti membuat
manusia untuk pasif atau menyerah terhadap keadaan yang
dihadapinya tanpa adanya usaha ,tanpa adanya untuk mengubah
nasibnya menjadi yang lebih baik lagi sesuai dengan apa yang kita
inginkan. Karena dalam salah satu firman Allah telah ditegaskan
bahwa Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa hingga bangsa itu
sendiri mau mengubah nasibnya. Manfaat iman kepada qadla’ dan
qadar yaitu dapat mendorong seseorang untuk bersikap berani dalam
menegakkan keadilan dan kebenaran, dan dapat menimbulkan
ketenangan jiwa dan pikiran pada diri seseorang.

B. Aspek Syariah
Istilah syariah dalam konteks kajian hukum islam lebih
menggambarkan kumpulan norma-norma hukum yang merupakan hasil dari
proses tasyri’. Maka dari itu ada baiknya jika sebelum kita memaparkan
tentang syariah terlebih dahulu memaparkan apa itu tasyri’.
Kata tasyri’ adalah bentuk mashdar dari syarra’a, yang berarti
menciptakan dan menetapkan syariah5. Sedangkan istilah ulama fiqih
bermakna “menetapkan norma-norma hukum untuk menata kehidupan

5
Jamaluddin bin Muhammad al-Afriqi, Lisan al-arab, (Cet.VII, Beirut: Dar al-Shhadir,
t.th), h. 157.

5
manusia baik dalam hubungannya dengan Allah SWT, maupun dengan
manusia lainnya”.6
Pada dasarnya Allah SWT-lah yang memiliki wewenang untuk
menetapkan hukum tersebut, karena Dia adalah pencipta umat manusia dan
segenap Makhluk-Nya yang lain, sementara norma-norma hukum tersebut
merupakan ketentuan yang mengatur kehidupan mereka. Dan para Rasul-lah
yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan dan menerangkan norma-
norma hukum tersebut kepada manusia. Akan tetapi, karena pernyataan-
pernyataan eksplisit Al-Quran itu banyak yang mujmal, umum dan merupakan
respond yuridis terhadap produk-produk kultur manusia, sementara
penjelasan-penjelasan Al-Sunnah juga terkait dengan zaman dan lingkungan
tertentu, maka untuk beberapa hal perlu kajian-kajian ijtihadi sebagai
penjelasan lebih lanjut terhadap tuntutan nash, serta jawaban terhadap
berbagai persoalan yang belum tersentuh oleh kedua sumber hukum tersebut.
Oleh karena itu, para ulama membagi tasyri’ menjadi dua, yaitu tasyri’
samawi (ilahy) dan tasyri’ wadh’i. Yang di maksud dengan tasyri’ samawi
(ilahy) adalah penetapan hukum yang dilakukan langsung oleh Allah dan
Rasul-Nya dalam Al-Quran dan Al-Sunnah. Ketentuan-ketentuan tersebut
bersifat abadi dan tidak bisa berubah, karena hanya Allah SWT-lah yang bisa
mengubah semua ketentuan-ketentuan tersebut, manusia hanya bisa
mengamalkan dari ketentuan-ketentuan Allah tersebut. Sedangkan maksud
dari tasyri’ wadh’i adalah penentuan hukum yang dilakukan oleh para
mujtahid, baik mujtahid mustambith maupun muthabiq. Ketentuan-ketentuan
dari kajian mereka itu tidak abadi dan dapat berubah, karena merupakan hasil
manusia biasa yang jauh dari kata kesempurnna dalam melakukan sesuatu
termasuk dalam mengkji ketentuan-ketentuan tersebut. Kajian ketentuan-
ketentuan hukum jenis kedua ini, meskipun kajian manusia dapat tetap
dikatakan syariah apabila kiblatdari kajian tersbut adalah Al-Quran dan Al-
Sunnah.
Berpindah ke syariah. Kata syariah menurut bahasa adalah jalan
tempat keluarnya air untuk diminum”. Lalu bangsa Arab mengartikan kalimat
6
Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal li-Tassyri’ al-Islami (Beirut : Dar al-Qalam,
1981), h.11.

6
tersebut untuk konotasi jalan yang lurus. Dan pada saat itu dipakai dalam
pembahasan hukum jadi bermakna “segala sesuatu yang disyariatkan Allah
kepada hamba-hamba-Nya, sebagai jalan lurus untuk memperoleh kebahagian
dunia dan akhirat.
Menurut Manna’ Al-Qathan istilah syariah itu mencakup aspek akidah
dan akhla selain aspek hukum.Sebagaimna yang telah dikatakan “segala
ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-hamba-Nya”. Dengan
pengertian ini, Manna’ al-Qhatan ingin membedakan antara syariah sebagai
ajaran yang langsung dari Allah SWT dengan perundang-undangan hasil
pemikiran manusia. Namun dia mengidentikkan syariah dengan agama.
Sejalan dengan ini, Faruq Nabhan juga berpendapat bahwa syariah itu
mencakup aspek akidah, akhlak, dan amaliah. Namun menrutnya, istilah
syariah itu terkadang terkonotasi fiqh, yaitu pada norma-norma amaliah
beserta implikasi kajiannya.
Muhammad Shaltout memberikan pengertian tentang syariah juga,
yang mana menurut Mahmud Shalout syariah itu adalah ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan Allah SWT atau hasil pemahaman atas dasar ketentuan
tersebut, untuk dijadikan pegangan oleh umat manusia baik dalam
hubungannya dengan Allah SWT, dengan umatmanusia lainnya, orang islam
dengan non-muslim, dengan alam maupun dalam menata kehidupan ini.
Mahmud Shaltout berpendapat lebih jauh bahwa aspek akidah tidak
termasuk pada pembahasan dan kajian syariah karena akidah menurutnya
merupakan landasan bagi tumbuh di berkembangnya syariah, sedangkan
syariah adalah sesuatu yang harus tumbuh di atas aqidah tersebut.
Pengertian yang dikemukakan Shaltout ini dapat mewakili dua jenis
syariah, yaitu ketentuan-ketentuan yang diturunkan serta dikeluarkan oleh
Allah SWT dan Rasul-Nya, serta norma-norma hukum hasil kajian paraulama
mujtahid, baik melalui qiyas maupun maslahah. Dan pengertian itu juga
membatasi syariah pada aspek hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan Allah SWT, manusia dengan manusia, dan manusia dengan
alam/lingkungan sosialnya.

7
Aspek hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT
disebut ibadah, sementara aspek hukum yang mengatur hubungan manusia
dengan manusia lain, alam dan lingkungannya disebut muamalah.

C. Aspek Akhlaq
1. Secara etimologi kata akhlak berasal dari bahasa arab akhlaq, yang
merupakan bentuk jamak dari kata khuluk, yag artinya budi pekerti,
peringai, tngkah laku atau tabiat. 7 Kesamaan akar kata seperti ini
mengisyaratkan bahwa salam akhlak tercakup pengerian tercipanya
keterpaduan antara kehendak khaliq (tuhan) dengan perilaku makhluk
(manusia).
2. Secara terminologis, ada beberapa definisi tentang akhlak, antara lain:
a. Menurut al ghazali:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.8
b. Menurut Ibrahim anis:
Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa, yang buruk
dengannya lahirlah perbuatan-perbuatan, baik atau buruk, tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan9
c. Menurut abd al-kharim zaidan
Akhlak adalah kumpulan nilai-nilai dan sifat-sifat yang
tertanam dalam jiwa, yang dengan sorotan dan timbangannya
seseorang dapat menilai perbuatannya baik atau buruk .10
Ketiga definisi tersebut sepakat menyatakan bahwa akhlak adalah
sifat yang tertanam dalam jiwa manusia , shingga ia akan muncul secara
spontan bilamana diperlukan tanpa memerlukan pemikiran atau
pertimbangan terlebih dahulu.

7
Muhammad Musthafa Abu al-‘Ula, Hadist al-Islam, (Mesir: tp., 1958), h. 28.
8
Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din (Cet. III, Beirut: Dar al-Fikr, 1989), h. 58.
9
Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith (Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972), h. 202.
10
Abd. Al-Karim Zaidan, Ushul al-Dakwah (Baghdad: Jam’iyyah al-Amani, 1976), h. 75.

8
Disamping istilah akhlak, juga dikenal istilah etika dan moral.
Akhlak standartnya adalah al quran dan hadist nabi, etika standartnya
pertimbangan akal pikiran, dan moral standartnya adat kebiasaan yang
umum berlaku dimasyarakat.
3. Beberapa madzhab akhlak
Para pakar akhlak sejak dahulu tidak sependapat dalam persoalan
sumber yang mendorong munculnya akhlak atau ukuran untuk
menentukan baik dan buruk, sehingga memunculkan beberapa madzhab
atau pendapat,.
a. Adat istiadat
Setiap suku bangsa atau bangsa mempunyai adat istiadat dan
aturan-aturan yang diharapkan munculnya kebaikan jika diikuti
sehingga mereka mendidik anak-anak mereka untuk tunduk pada adat
itu. Sebagian pakar berpendapat bahwa adat istiadat itulah yang
menjadi parameter akhlak atau sebagian ukuran baik dan buruk.
b. Manfaat materi
Sebagian pakar berpendapat bahwa manfaat materi adalah
sebagai parameter akhlak. Pendapat ini sangat berbahaya bagi
terjalinnya hubungan kemasyarakatan, baik antar individu, individu
dengan masyarakat, bahkan antar masyarakat.
c. Hedonisme/kesenangan
Bahagia adalah tujuan akhir dari hidup manusia. Mereka
mengartikan bahagia dengan kelezatan dan sepi dari penderitaan.
d. Egoistic hedonism
Mazhab ini menyatakan bahwa manusia itu hendaknya mencari
sebesar besarnya kelezatan untuk dirinya sendiri. Mazhab ini memiliki
kelemahan, yaitu pengikutnya menjadi orang yang bersifat angkuh,
tidak melihat dalam segala perbuatannya kecuali dirinya sendiri dan ia
tidak peduli apakah perbuatannya mengakibatkan orang lain hidup atau
mati. Universitalic hedonisme, Paham ini menghendaki agar manusia
itu mencari kebahagiaan yang sebesar-besarnya untuk sesama manusia,
bahkan segala makhluk yang berperasaan. Maka kejujuran adalah

9
teruji karena menyebabkan kebahagiaan manusia, dan dengan
kejujuran masyarakat akan menjadi terhormat dan kekal.
e. Moderat
Madzhab ini yang paling banyak tersebar dan banyak pula
pengaruhnya terhadap para peneliti dan pelajar, sejak aristoteles
meletakkan ukuran akhlak dengan mengatakan bahwa prinsip
kemuliaan ialah pertengahan diantara dua sisi.

10
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pokok-pokok ajaran islam terdiri dari 3 hal, yaitu: Aqidah, Syariah dan
Akhlak. 3 pokok ajaran islam tersebut adalah 3 hal dasar yang wajib kita
pegang teguh dan kita tanam dalam diri kita sebagai umat islam. Kita sebagai
umat islam yang bukan islam KTP harus benar-benar paham dan mengerti
dengan 3 hal dasar tersebut. Umat islam yang dikatakan paham dan mengerti
dengan 3 pokok ajaran islam tersebut apabila bisa langsung mengamalkan apa
yang ada dalam 3 hal pokok tersebut.
Apabila 3 pokok ajaran islam itu sudah benar-benar tertanam dalam
diri kita sebagai umat manusia, maka ketika kita bertemu dengan paham-
paham yang begitu banyak dengan membawa-bawa nama islam, kita tidak
gampang goyah, karena kita sudah menjadi umat islam yang bukan islam
KTP. Kita dapat mengetahui dengan jelas bahwa mana pahamyang benar
(sesuai dengan ajaran islam) dan mana paham yang salah (tidak sesuai dengan
ajaran islam)

B. Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan
manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Al-Karim Zaidan, Ushul al-Dakwah, Baghdad: Jam’iyyah al-Amani, 1976

Abu Hamid al-Ghazali, Ihya’ Ulum al-Din Cet. III, Beirut: Dar al-Fikr, 1989

Dr. H. Abudinnata, Metodologi Studi Islam, Cet.VIII, Jakarta:Raja Grafindo


persada, 2003

Ibrahim Anis, al-Mu’jam al-Wasith, Kairo: Dar al-Ma’arif, 1972

Jamaluddin bin Muhammad al-Afriqi, Lisan al-arab, Jilid I Beirut: Dar al-Shhadir,
t.th

Muhammad Faruq Nabhan, al-Madkhal li-Tassyri’ al-Islami (Beirut : Dar al-


Qalam, 1981.

Muhammad Musthafa Abu al-‘Ula, Hadist al-Islam, Mesir: tp., 1958

Mahmud Syaltut, Al-Islam ‘Aqidah wa Syariah, Cet.VI, Beirut: Dar al-Syuruq,


1972.

Nurseri Hasnah Nasution, Filsafat Dakwah, Palembang, IAIN Raden Fatah Press,
2005.

Zainal dzamari, Islam Aqidah dan Syari’ah, Cet.I; Jakarta:Raja Grafindo persada,
1996.

12

You might also like