You are on page 1of 13

RANCANGAN PEMBELAJARAN BAHASA ARAB SEBAGAI BAHASA ASING

MAKALAH

Disusun dan diajukan guna memenuhi tugas

Mata Kuliah: Perencanaan Pembelajaran Bahasa Arab

Dosen Pembimbing: Daimah, S.Pd.I., M.Pd.

Disusun oleh:

Muhammad Ulil Abror

Muhammad Dzikron Maghfur

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS TARBIYAH DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM AN-NAWAWI

PURWOREJO

2023
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dari zaman dahulu hingga sekarang penguasaan bahasa arab terutama bahasa
arab dan bahasa inggris mutlak diperlukan bagi seseorang yang ingin maju dan
berkompetisi di segala bidang terutama di bidang ilmu pengetahuan. Bahkan bagi
seorang pelajar, ilmuan dan akademisi dalam penguasaan bahasa arab adalah suatu
keniscayaan karena sumber ilmu pengetahuan yang asli kebanyakan menggunakan
bahasa arab dan ukuran intelektual seseorang dapat dilihat dari penguasaannya
terhadap bahasa arab termasuk penguasaannya terhadap bahasa arab.
Bahasa Indonesia memiliki hubungan erat dengan bahasa Arab. Sebagian
besar bahasa Indonesia dipengaruhi oleh bahasa Arab. Terdapat bermacam bentuk
bahasa Indoensia yang berasal dari bahasa Arab, seperti abad, abadi; berkah, derajat;
kasidah, sejarah; amanat, kalimat; dan lain-lain.
Didalam pembelajaran bahasa Arab diharapkan mampu mendorong, membimbing,
mengembangkan dan membina kemampuan anak didik serta menumbuhkan sikap
positif terhadap bahasa Arab baik Reseptif maupun Produktif. Kemampuan reseptif
merupakan kemampuan untuk memahami pembicaraan orang lain dan memahami
bacaan berbahasa Arab. Adapun kemampuan produktif merupakan kemampuan di
dalam menggunakan bahasa arab sebagai alat komunikasi baik secara lisan maupun
tulisan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Strategi Metode Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas Sebagai
Bahasa Asing?
2. Bagaimanakan Susunan Materi/Metode/Metode dan Sistem Evaluasi
Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas Sebagai Bahasa Asing?
3. Apasajakah Media yang Dibutuhkan dan Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab di Kelas Sebagai Bahasa Asing?
4. Bagaimanakah Rumusan Tujuan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas
Sebagai Bahasa Asing?

1
PEMBAHASAN

A. Strategi Metode Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas Sebagai Bahasa Asing


Pembelajaran bahasa yang mendahulukan pendengaran, ucapan kemudian
bacaan, bukanlah merupakan metode yang baru yang berkembang keseluruhannya di
Amerika seperti yang disangka oleh para pengikutnya, padahal metode ini sudah
pernah dipakai oleh orang-orang Arab dan Ajam dalam hafal-menghafal Alqur'an
menerimanya dengan cara menyimak kemudiaan mengucapkan dan seterusnya
membacanya. Di antara yang menyenangkan dan menghilangkan keheranan (al Khuli
(1988) bahwa al Qur'an itu telah lebih dulu menunjukkan pendengaran didahulukan
dari pada penglihatan (dalam hal belajar). Sebagaimana Firman Allah SWT dalam
Surah al-Isra ayat 36:
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati semuanya itu akan
diminta pertanggung jawabnya".
Di sini diuraikan bahwa pendengaran didahulukan dari penglihatan, hal yang
semacam ini terdapat juga dalam beberapa ayat yang lain. Tidak diragukan lagi bahwa
mendahulukan pendengaran sebelum penglihatan dalam penerimaan pelajaran
merupakan teknik tersendiri yang berdasarkan kepada metode dengar dan lihat.
Penting kiranya sebelum mulai merinci metode-metode tersebut menurut Al
Khuli (1988) ada dua hal penting yang perlu diperhatikan seperti berikut ini:1
1. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa bagi penuturnya yang asli berbeda
dengan pengajaran bahasa bagi bukan penutur asli. Hal ini karena orang yang
belajar bahasa ibu dapat berbicara dengan bahasa itu sebelum dia memulai untuk
mempelajari kebahasaan; membaca, menulis di sekolah. Sementara orang yang
belajar bahasa Asing dia tidak mengetahui sesuatu pun sebelum dia
mempelajarinya.
2. Bahwa metode-metode pengajaran bahasa Asing akan berbeda, karena perbedaan
tingkat usia orang yang belajar. Ada metode-metode yang cocok untuk anak-anak
yang masih muda usianya, ada juga metode yang cocok bagi orang yang sudah
dewasa. Anak-anak usia muda biasanya mempunyai potensi yang aktif yang
menolong mereka dalam mempelajari beberapa bahasa dalam waktu yang sama.
Sementara orang dewasa potensinya loyo/kurang aktif dan membutuhkan

1
Ali Khuli, M. (1986). Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah. Riyadl: Maktab Al-Faraj Daar al
Tijariyyah.

2
penyegaran/pengaktifan, dan juga kerap kali bahasa ibu mempengaruhi secara
negatif ketika mereka belajar bahasa yang baru.
Metode dan teknik yang hendak digunakan sebaiknya dipilih dan disesuaikan
dengan kemampuan yang ingin dicapai. Profesionalisme seorang pendidik di dalam
mengembangkan dan memanfaatkan metode dan teknik tersebut sangatlah dibutuhkan
agar proses belajar mengajar dapat berjalan lebih baik. Penggunaan metode menuntut
terpenuhinya syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru, yaitu sebagai berikut:
1. Guru hendaklah betul-betul memperhatikan/menguasai semua metode dengan
memungkinkan mengambil/memanfaatkan berbagai kelebihan dan kekurangan
dari metode tersebut;
2. Memilih metode yang cocok yang disesuaikan dengan tingkatan usia para pelajar
serta tingkat kebahasaan mereka; 3. Menjaring dengan baik, yaitu dengan
memilih metode yang cocok atau yang sesuai dengan buku paket yang digunakan.
Mustofa mengungkapkan bahwasannya strategi pembelajaran meliputi lima
komponen, yaitu: kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi,
partisipasi peserta didik, evaluasi, dan kegiatan lanjutan atau follow up.2
1. Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran pendahuluan merupakan cara dan upaya guru yang
dipilih dalam menjelaskan tujuan pembelajaran dan melakukan apersepsi. Pada
kegiatan pendahuluan ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas
Materi/Metode yang akan disampaikan dalam kurun waktu tertentu, pada bagian
ini memegang peranan penting karena menjelaskan proses pembelajaran secara
keseluruhan.
Kegiatan pendahuluan dapat dilakukan dengan beberapa teknik, diantaranya
menjelaskan tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapai oleh peserta didik
dan apersepsi untuk membangunkan pengetahuan lama peserta didik serta
dikaitkan dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari.
2. Penyampaian Informasi
Kegiatan ini dilakukan di dalam ruang kelas atau di luar kelas dalam rangkaian
proses belajar mengajar. Dalam penyampaian informasi ini dibutuhkan keahlian
seorang guru untuk meramunya menjadi sebuah kegiatan yang menarik dan

2
Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. (Malang: UIN-Maliki Press, 2011).
10-11.

3
menyenangkan, agar dalam mentransfer ilmu pengetahuan tercipta situasi yang
kondusif. Hal tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan kegiatan penyampaian informasi
adalah
a) urutan penyampaian Materi/Metode harus berurutan, misalnya dari teori
ke praktik atau sebaliknya, dimulai dari yang mudah ke yang lebih sulit,
serta dari hal yang bersifat konkret ke hal yang bersifat abstrak,
b) ruang lingkup Materi/Metode tergantung pada karakteristik peserta didik
dan jenis Materi/Metodenya yang telah tergambar pada saat penentuan
tujuan pembelajaran,
c) Materi/Metode yang disampaikan mencakup Materi/Metode dalam bentuk
pengetahuan (berupa fakta dan informasi terperinci), keterampilan (berupa
langkah, prosedur, keadaan, dan syaratsyarat tertentu), dan sikap (berupa
pendapat, ide, saran, tanggapan).
3. Partisipasi Peserta Didik
Proses pembelajaran saat ini peserta didik harus memiliki peran yang
lebih utama. Artinya, peserta didik diharuskan lebih aktif dalam proses
pembelajaran. Untuk menjadikan peserta didik tersebut aktif maka dibutuhkan
rancangan strategi yang tepat. Partisipasi peserta didik dapat berbentuk praktik
secara langsung atau memberikan latihan-latihan yang mengarah pada
pembentukan sikap dan mental peserta didik.
4. Evaluasi
Evaluasi perlu dilakukan untuk mengukur keberhasilan proses
pembelajaran yang telah dilakukan, evaluasi dapat berbentuk umpan balik
yang dilakukan oleh guru pada akhir proses pembelajaran yang berlangsung,
atau dalam bentuk pretest, maupun dalam bentuk memberikan soal-soal tes.
Evaluasi yang diberikan bisa berupa tes lisan ataupun tes tulis.
5. Kegiatan Lanjutan (follow up)
Kegiatan lanjutan ini perlu dilakukan oleh guru agar tercipta
pembelajaran berkelanjutan. Bentuk kegiatan lanjutan ini bias berupa
memberikan tugas pekerjaan rumah (PR), kegiatan-kegiatan yang bersifat
positif, tugas bersama atau tugas kelompok, dan lain sebagainya. Namun
kegiatan lanjutan ini tidak boleh dipaksakan, guru harus memperhatikan

4
kondisi fisik dan psikis peserta didik serta Materi/Metode yang ada, agar
terjadi proses pembelajaran yang kontra produktif.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 mengungkapkan bahwa
kegiatan belajar mengajar meliputi: kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan
penutup.3
1. Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran
yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian
peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai
kompetensi dasar yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk aktif, dan memberikan ruang bagi
kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat minat dan perkembangan fisik
dan psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
Eksplorasi melibatkan peserta didik untuk mencari informasi,
menggunakan berbagai pendekatan, media, dan sumber belajar lain,
memfasilitasi terjadi interaksi, dan melibatkan peserta didik secara aktif.
Sedangkan dalam elaborasi guru membiasakan peserta didik untuk membaca
dan menulis, memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas dan diskusi,
memberi kesempatan berfikir, analisis dan menyelesaikan masalah dan berani,
memfasilitasi dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif, berkompetisi
secara sehat, membuat laporan eksplorasi, melakukan pameran, turnamen dan
festifal, dan memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang
menumbuhkan kebanggaan dan percaya diri. Dan pada proses konfirmasi guru
memberikan uman balik positif dan penguatan, memberikan konfirmasi
terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi, memfasilitasi melakukan refleksi, dan
memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna.

3
Permendiknas. 2007. Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, (Online),
(http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2
041%20Tahun%202007.pdf), diakses 17 September 2016.

5
3. Kegiatan Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri
aktifitas pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau
kesimpulan, penelitian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

B. Susunan Materi/Metode/Metode Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas


Ada beberapa macam Materi/Metode pembelajaran bahasa arab, namun
keberadaan, penerimaan, dan penolakan terhadap Materi/Metode-Materi/Metode
ini tidak lepas dari perdebatan panjang. Para ahli ada yang sangat gigih mendukung
salah satu Materi/Metode dengan membanggakan berbagai keunggulan yang
dimilikinya dan menunjukkan kelemahan Materi/Metode lainnya. Materi/Metode
yang paling terkenal ada empat, yaitu 6 : Materi/Metode Tata Bahasa dan Terjemah
Qawa’id wa Tarjamah, Materi/Metode Langsung Tariqah Mubasyirah,
Materi/Metode Audiolingual Sam’iyyah Syafawiyyah, dan Materi/Metode Eklektik
Tariqah Intiqa’iyyah.4
a) Materi/Metode Tata Bahasa dan Terjemah Qawa’id wa Tarjamah
Metode ini memiliki beberapa nama, ada yang menyebutnya Metode
Klasik (Tariqah Qadimah) danada juga yang menyebutnya Metode Tradisional
(Tariqah Taqlidiyyah). Ada beberapa ciri utama yang dimiliki metode ini.
1) menitik beratkan keterampilan membaca, menulis, dan terjamah tetapi
kurang memperhatikan keterampilan berbicara.
2) menggunakan bahasa ibu sebagai pengantar dalam PBM. Dengan kata
lain, metode ini menggunakan penerjemahan sebagai strategi utama
dalam mengajar.
3) memperhatikan sisi gramatikal sebagai sarana pembelajaran bahasa
arab.
4) guru sering kali memfokuskan analisis gramatikal/tata bahasa pada
kalimat-kalimat bahasa yang dipelajari. Bahkan, muridpun diminta
untuk melakukan analisis tersebut.

b) Metode Langsung Tariqah Mubasyirah


4
Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.2004: 66

6
Sebagai reaksi penolakan terhadap Metode Tata Bahasa dan Terjemah
muncullah apa yang disebut dengan Metode Langsung yang memiliki
kelebihan-kelebihan yaitu:
1) lebih memprioritaskan keterampilan berbicara dari pada
keterampilan membaca, menulis, dan terjemah. Pendukung metode
ini beralasan bahwa bahasa pada dasarnya adalah berbicara.
2) menghindari penggunaan terjemah dalam pembelajaran bahasa
asing. Disamping kurang bermanfaat, juga berbahaya dalam konteks
pembelajaran bahasa arab.
3) dalam metode ini, bahasa itu tidak berperan sama sekali dalam
pembelajaran bahasa arab.
4) menggunakan penjelasan langsung antara kata yang dijarkan dengan
benda yang dimaksud. Demikian juga, antara kalimat dengan
konteknya. Oleh karena itulah, metode ini disebut metode langsung.
5) mengesampingkan kaidah-kaidah tata bahasa nahwu karena dalam
pandangan pendukung metode ini kaidah-kaiah nahwu kurang
berguna dalam penguasaan keterampilan bahasa arab yang
diajarkan.
6) menggunakan teknik “Ikuti dan Hapalkan”. Ini karena menghapal
berbagai kalimat, lagu atau dialog dalam bahasa arab sangat
membantu penguasaan bahasa tersebut.
c) Metode Audiolingual Sam’iyyah Syafawiyyah
Metode ini muncul sebagai reaksi terhadap Metode Tata Bahasa dan
Terjemah dan Metode Langsung. Metode ini memiliki beberapa nama
seperti Metode Oral, atau Metode Linguistik. Bahkan, di awal
kemunculannya metode ini disebut “Ushul al’Jaisy” karena metode ini
digunakan pertama kali oleh tentara Amerika dalam mempelajari bahasa
arab setelah perang dunia kedua. Berikut adalah beberapa asumsi pokok
yang mendasari lahirnya Metode Audiolingual:
1) pada dasarnya bahasa adalah ujaran sedangkan tulisan hanyalah
salah satu cara ekspresi atau bagian dari ujaran tersebut. Oleh
karena itu, unsur berbicara harus lebih diprioritaskan dalam
pembelajaran bahasa arab dari pada membaca dan menulis.

7
2) pembelajaran bahasa arab harus mengikuti urutan tertentu, yaitu
dimulai dari menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Artinya,
pertama sekali siswa harus mendengarkan, kemudian mengucapkan
apa yang didengar, lalu membaca apa yang diucapkan, dan
kemudian menulis apa yang dibaca.
3) cara belajar bahasa arab mirip dengan cara anak memperoleh bahasa
ibu. Mereka memulai dengan mendengarkan, kemudian menirukan
apa yang didengarnya. Setelah itu baru pergi ke sekolah untuk
belajar membaca dan menulis.
4) cara yang paling baik untuk mempelajari bahasa arab adalah
menciptakan kebiasaan-kebiasaan berbahasa melalui latihan pola
kalimat. Karena yang diperlukan siswa dalam belajar bahasa arab
bukan belajar tentang bahasa. Artinya, analisa tata bahasa bagi siswa
kurang bermanfaat, yang lebih diperlukan adalah memperbanyak
latihan pengucapan.
5) setiap bahasa memiliki sistem bahasa sendiri-sendiri. Karena itu
tidak perlu adanya studi komparatif dan kontrastif antar bahasa.
6) Terjamah membahayakan dalam pembelajaran bahasa arab. Oleh
karena itu, terjemah tidak perlu dilakukan.
7) sebaik-baik guru dalam mengajar bahasa arab adalah penutur asli
yang terlatih.
d) Metode Eklektik Tariqah Intiqa’iyyah
Metode ini muncul sebagai reaksi ketiga metode sebelumnya. Metode
ini didasari atas beberapa asumsi:
1) setiap metode memiliki kelebihan. Kelebihan ini bisa dimanfaatkan
untuk mengajarkan bahasa arab.
2) tidak ada satu pun metode yang ideal dan sempurna atau salah sama
sekali. Semua metode memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Ada pendukungnya dan ada yang menolaknya.
3) tiga metode sebelumnya hendaknya dilihat secara positif. Semuanya
saling melengkapi. Jangan pula dilihat sebagai metode yang saling
bertentangan.

8
4) tidak ada satupun metode yang cocok untuk semua tujuan
pembelajaran, semua siswa, semua guru, dan semua jenis program
pembelajaran bahasa arab.
5) yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah berpusat pada
siswa dan kebutuhannya, bukan menguasai metode tertentu.
6) hendaknya guru merasa bebas memilih strategi yang paling sesuai
dengan kondisi siswanya dan tidak terpaku pada prosedur dari
metode tertentu. Guru bisa saja memilih teknik-teknik yang paling
cocok untuk kebutuhan siswa dan kondisi proses pembelajaran dari
berbagai metode yang ada.

C. Media yang Dibutuhkan dan Evaluasi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di


Kelas Sebagai Bahasa Asing
Ada perbedaan yang signifikan antara program pembelajaran bahasa arab yang
dilengkapi dengan berbagai sarana dan media seperti kaset, film, gambar,
laboratorium, kartu, dan sebagainya dengan program pembelajaran bahasa arab yang
tidak memiliki fasilitas seperti itu. Ketersediaan sarana dan banyaknya fasilitas media
pembelajaran sangat mempengaruhi pemilihan metode pembelajaran yang variatif.
Banyak murid dan juga guru yang hanya memperhatikan masalah ujian,
terutama ujian akhir. Jika sistem ujian itu meremehkan sisi kebahasaan tertentu, maka
guru dan muridpun akan meremehkannya. Terutama sekali yang jarang muncul dalam
ujian. Keadaan seperti ini akan sangat mempengaruhi pemilihan metode
pembelajaran.

D. Rumusan Tujuan Dalam Pembelajaran Bahasa Arab di Kelas Sebagai Bahasa


Asing
Al-Fauzan menegaskan bahwa ada tiga kompetensi yang hendaknya dicapai
dalam mempelajari bahasa Arab. Tiga kompetensi yang dimaksud adalah:5
1. kompetensi kebahasaan, maksudnya adalah pembelajar menguasai sistem
bunyi bahasa Arab baik, cara membedakannya dan pengucapannya, mengenal

5
Abdurrahman al-Fauzan dkk. Durus al-Daurat al-Tadribiyah li Mua’allimi al-Lugah al-Arabiyah li
Ghairi al-Natihiqin Biha (alJanib al-Nazhari) (…: Mu’assasah al-Waqf alIslami, 1425 H), 27.

9
struktur bahasa, gramatika dasar aspek teori dan fungsi; mengetahui kosakata
dan penggunaannya.
2. kompetensi komunikasi, maksudnya adalah pembelajar mampu menggunakan
bahasa Arab secara otomatis, mengungkapkan ide-ide dan pengalaman dengan
lancar, dan mampu menyerap yang telah dikuasai dari bahasa secara mudah.
3. kompetensi budaya, maksudnya adalah memahami apa yang terkandung
dalam bahasa Arab dari aspek budaya, mampu mengungkapkan tentang
pemikiran penuturnya, nilainilai, adat-istiadat, etika, dan seni. 4 Dari tiga
kompetensi yang disebutkan di atas, terlihat bahwa tujuan pembelajaran
bahasa Arab diarahkan kepada:
a) penguasaan unsur bahasa yang dimiliki bahasa Arab, yaitu aspek bunyi,
kosa kata dan ungkapan, serta struktur.
b) penggunaan bahasa Arab dalam komunikasi yang efektif.
c) pemahaman terhadap budaya Arab, baik berupa pemikiran, nilai-nilai, adat,
etika, maupun seni.
Pernyataan al-Fauzan dkk. di atas diperkuat dengan pendapat Thu’aimah dan
al-Naqah mengenai tujuan pembelajaran bahasa Arab bagi non-Arab, yaitu:6
1. Memahami bahasa Arab secara benar; yakni menyimak secara sadar terhadap
kondisi-kondisi kehidupan secara umum.
2. Berbicara dengan bahasa Arab sebagai media komunikasi langsung dan
ekspresi jiwa.
3. Membaca bahasa Arab secara mudah, menemukan makna-makna dan
berinteraksi dengannya.
4. Menulis dengan bahasa Arab sebagai ekspresi mengenai kondisi fungsional,
dan ekspresi diri.
Pendapat Thu’aimah dan al-Naqah di atas dapat dikatakan bahwa tujuan
pembelajaran bahasa Arab mengarah kepada penguasaan penggunaan bahasa Arab
dalam berbicara, membaca, dan menulis secara fungsional. Artinya pembelajaran
bahasa Arab diharapkan dapat membawa para pembelajar dapat berkomunikasi baik
secara reseptif maupun produktif.

6
Thu’aimah dan al-Naqah, Ta’lim alLugah Ittishaliyan Baina al-Manahij wa alIstiratijiyat (Rabath:
Isesco, 1427H/2006M), 123-124.

10
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mustofa mengungkapkan bahwasannya strategi pembelajaran meliputi lima
komponen, yaitu: kegiatan pembelajaran pendahuluan, penyampaian informasi,
partisipasi peserta didik, evaluasi, dan kegiatan lanjutan atau follow up.
Para ahli ada yang sangat gigih mendukung salah satu Materi/Metode dengan
membanggakan berbagai keunggulan yang dimilikinya dan menunjukkan
kelemahan Materi/Metode lainnya. Materi/Metode yang paling terkenal ada
empat, yaitu 6 : Materi/Metode Tata Bahasa dan Terjemah Qawa’id wa Tarjamah,
Materi/Metode Langsung Tariqah Mubasyirah, Materi/Metode Audiolingual
Sam’iyyah Syafawiyyah, dan Materi/Metode Eklektik Tariqah Intiqa’iyyah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman al-Fauzan dkk. Durus al-Daurat al-Tadribiyah li Mua’allimi al-Lugah al-

Arabiyah li Ghairi al-Natihiqin Biha (alJanib al-Nazhari) (…: Mu’assasah al-Waqf

alIslami, 1425 H)

Ali Khuli, M. (1986). Asaalib Tadries al Lughah al ‘Arabiyyah. Riyadl: Maktab Al-Faraj

Daar al Tijariyyah.

Effendy, Ahmad Fuad. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang: Misykat.2004

Mustofa, Syaiful. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. (Malang: UIN-Maliki Press,

2011)

Permendiknas. 2007. Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

(Online), (http://sdm.data.kemdikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendiknas%20No%2

041%20Tahun%202007.pdf), diakses 17 September 2016.

Thu’aimah dan al-Naqah, Ta’lim alLugah Ittishaliyan Baina al-Manahij wa alIstiratijiyat

(Rabath: Isesco, 1427H/2006M),

12

You might also like