You are on page 1of 33

Framing Pemberitaan tentang Tragedi Kematian Suporter Sepakbola di

Stadion Kanjuruhan pada Media Online Narasi News, Antara News, dan

Tribrata News.

PROPOSAL TESIS

OLEH:

ARIS DARUSSALAM

NIM. 55221120059

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Media massa memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk persepsi

publik terhadap suatu kejadian atau isu tertentu. Salah satu contoh kejadian yang

menjadi sorotan media adalah tragedi kematian suporter sepak bola di stadion

Kanjuruhan, Malang, pada 01 Oktober 2022 saat pertandingan antara Arema FC

menjamu Persebaya Surabaya, kerusuhan yang terjadi ini memakan korban

sejumlah 488 orang berjatuhan. Dari 488 orang tersebut, sebanyak 302 orang

mengalami luka ringan, 21 orang mengalami luka berat, dan 135 orang menjadi

korban meninggal dunia.

Kerusuhan terjadi usai peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, diawali

oleh supporter yang melempari pemain serta staff official Persebaya dengan

sejumlah botol mineral, serta benda-benda lainnya. Seakan tidal puas meluapkan

amarah dan kekecewaannya, tepat pada pukul 22.00 WIB, sejumlah Aremania

(sebutan supporter Arema FC) turun ke lapangan guna menghampiri para pemain

Arema FC serta staff official, tidak hanya itu aparat kepolisian pun yang mencoba

ingin melerai kejadian tersebut ikut menjadi sasaran para supporter. Berbagai

peringatan yang dilontarkan pun tidak dihiraukan sehingga aparat keamanan

menggunakan gas air mata sebagai senjata peringatan terakhir untuk

membubarkan kerusuhan. Diketahui gas air mata ditembakan ke arah lapangan,

tribun selatan (11, 12, dan 13) serta Tribun timur (nomor 6).3 Tak hanya

1
penembakan gas air mata, tindakan aparat keamaan yang represif juga ditunjukan

dalam menangkap dan menertibkan massa yang membludak. Diketahui banyak

pula massa yang diamankan dengan ditendang dan diperlakukan kasar oleh aparat.

Setelah gas air mata dengan jumlah besar-besaran ditembakkan ke penonton di

tribun, banyak penggemar panik dan berebut turun dari tribun. Banyak massa

yang terjepit hingga 3 terinjak-injak dan terengah-engah. Untuk menghilangkan

anarki massa, aparat keamanan kembali menembakkan gas air mata untuk

membubarkan para maniak, namun para anarkis tidak bergerak dan berbalik

menyerang aparat keamanan.

Akibat penembakan gas air mata serta kerusuhan yang tak terbendung, banyak

korban mengalami sesak napas dan terbaring lemah sehingga dievakuasi di unit

kesehatan stadion Kanjuruhan. Setelahnya, beberapa water cannon masuk ke

dalam stadion untuk memadamkan bara api yang menghanguskan berbagai sudut

stadion. Akibat peristiwa pelik Kanjuruhan tersebut, pihak PT. Liga Indonesia

Baru menghentikan berbagai pertandingan selama satu pekan kedepan.

Kelamnya tragedi kerusuhan didalam stadion tersebut menewaskan ratusan

orang tersebut menjadi cacatan tersendiri sebagai tragedi terbesar dalam sejarah

sepak bola Indonesia dan kedua terbesar dalam sejarah kelam sepak bola di dunia.

Tentu tragedi ini pun menjadi perhatian publik nasional, internasional, serta

menjadi sorotan media massa sejagat raya pada saat itu.

Pemberitaan media massa tentang isu tertentu memiliki pengaruh yang sangat

besar dalam membentuk persepsi dan opini publik terhadap suatu peristiwa.

2
Dalam konteks pemberitaan tentang kejadian tragis seperti kematian suporter di

stadion, media massa seringkali memberikan framing yang berbeda-beda dalam

melaporkan peristiwa tersebut. Framing tersebut dapat mempengaruhi bagaimana

publik memandang kejadian tersebut dan bagaimana opini publik terbentuk.

Peneliti tertarik untuk mengkaji berita yang ada di Narasi News, Antara News,

dan Tribrata News. Beberapa media tersebut meliput denga framing berita yang

ditampilkan yang cukup berbeda berbeda, perbedaan ini sering tercermin pada alat

pengumpulan fakta yang digunakan, misalnya pemilihan sumber, penyajian grafis,

dan metode lainnya. Selain itu, penggunaan kata-kata, penjajaran kalimat,

gambar-gambar, dan penempatan judul membuat media tampak berbeda dari satu

media ke media lainnya untuk mendeskripsikan realitas yang terjadi. Perbedaan

representasi lantaran latar belakang ideologi, politik, dan ekonomi biasanya

penentu asumsi tertentu.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui analisa ideologi kekuasaan yang

ingin diungkapkan dalam wacana ini melalui Analisis Framing. Framing juga

digunakan untuk memvisualisasikan kondisi nyata, di mana pada kondisi tersebut

fakta yang ada tidak dalam sepenuhnya ditolak, tetapi didistorsi lebih baik secara

halus dengan adanya penekanan pada beberapa aspek yang ada atau menyoroti

aspek spesifik dari pertanyaan yang terkait dengan dokumen. Ketika bagian

tertentu dari suatu peristiwa dipilih untuk tertulis, yang lekat hubungannya dengan

penggunaan frasa, kalimat, unggahan gambar atau foto dan ilustrasi tertentu yang

disajikan kepada khalayak. Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diketahui

bagaimana media massa memberikan framing yang berbeda dalam pemberitaan

3
mengenai tragedi kematian suporter di stadion Kanjuruhan dan bagaimana

framing tersebut mempengaruhi persepsi dan opini publik terhadap peristiwa

tersebut.

Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi

pada pemahaman mengenai peran media massa dalam membentuk opini publik

dan bagaimana framing yang diberikan oleh media massa dapat mempengaruhi

persepsi publik terhadap suatu peristiwa. Penelitian ini juga dapat menjadi acuan

bagi media massa dalam memberikan framing yang tepat dalam melaporkan

peristiwa tragis, sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dan konflik di

masyarakat.

Dalam hal ini, peran media sangatlah penting dalam memberikan informasi

dan membangun persepsi publik terhadap tragedi ini. Media massa dapat

memberikan framing atau kerangka berpikir tertentu dalam pemberitaan yang

disampaikan kepada masyarakat. Framing yang diberikan media dapat

mempengaruhi persepsi publik terhadap kejadian tersebut. Oleh karena itu,

analisis Framing Pemberitaan tentang Tragedi Kematian Suporter Sepakbola di

Stadion Kanjuruhan pada Media Online Narasi News, Antara News, dan Tribrata

News menjadi penting untuk dilakukan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan penelitian ini, maka masalah pada

penelitian ini dapat dirumuskan menjadi “Bagaimana Framing Pemberitaan

tentang Tragedi Kematian Suporter Sepakbola di Stadion Kanjuruhan pada Media

4
Online Narasi News, Antara News, dan Tribrata News berdasarkan analisis

framing model Robert N. Entman?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Framing

Pemberitaan tentang Tragedi Kematian Suporter Sepakbola di Stadion

Kanjuruhan pada Media Online Narasi News, Antara News, dan Tribrata News

berdasarkan analisis framing model Robert N. Entman pada tanggal 01 Oktober

2022 – 30 Oktober 2022.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Akademis

Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pemahaman yang

lebih mendalam mengenai peran media dalam membentuk persepsi publik

terhadap kharakter dari masing-masing media online Narasi News, Antara News,

dan Tribrata News dalam melakukan pemberitaab tragedi kematian supporter di

Stadion Kanjuruhan pada Oktober 2022.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi pihak media

khususnya Narasi News, Antra News, dan Tribrata News dalam memberikan

penelitian hingga pemberitaan yang lebih obyektif dan akurat terhadap tragedi

serupa di masa depan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu adalah upaya peneliti untuk mencari perbandingan

dan selanjutnya untuk menemukan inspirasi baru untuk peneltiain selanjutnya di

samping itu kajian terdahulu membantu penelitian dapat memposisikan penelitian

serta menujukkan orsinalitas dari penelitian. Pada bagaian ini peneliti

mencamtumkan berbagai hasil penelitian terdahulu terkait dengan penelitian yang

hendak dilakukan, kemudian membuat ringkasannya, baik penelitian yang sudah

terpublikasikan atau belum terpublikasikan.

Penelitian dengan judul ini sudah pernah diuji oleh beberapa peneliti

lainnya, namun di dalam pengambilan penelitian terdahulu ini memiliki fungsi

untuk mendapatkan bahan sebagai pembanding dan sebagai acuan dalam

penelitian. Dengan adanya penelitian terdahulu maka menghindari pula dari

kesamaan data dan kesamaan teori dari isi karya ilmiah yang pernah dilakukan.

Maka dengan itu peneliti memaparkan hasil dari penelitian terdahulu sebagai

berikut:

1. Penelitian berjudul “Analisis Framing Pemberitaan Kasus Kekerasan Pada

Orientasi Pengenalan Kampus” oleh Dwi Mutiara dan Eriyanto dari

Universitas Syiah Kuala. Artikel ini terdapat pada Jurnal Komunikasi

Global Volume 9 Nomor 1, 2020. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

kualitatif dengan metode analisis framing model Robert N. Entman dan

6
berfokus pada pembingkaian berita kasus kekerasan terhadap mahasiswa

baru yang dilakukan beberapa oknum mahasiswa senior dalam rangkaian

kegiatan orientasi siswa dan pengenalan kampus (OSPEK) di Universitas

Khairun pada media online Liputan6.com dan Detik.com periode 30

Agustus hingga 6 September 2019.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya framing yang

dilakukan oleh Liputan6.com dan Detik.com. Pada media online

Liputan6.com, lebih mengedepankan sumber yang kredibel. Sedangkan

pada media online Detik.com, lebih mengkritisi kasus kekerasan OSPEK

dari siapa yang memiliki kuasa, maka mereka yang akan mendapatkan

tempat pemberitaan, dalam hal ini adalah pihak kampus. Namun, selain

adanya perbedaan pembingkaian, kedua media ini memiliki persamaan

pembingkaian berita. Hal ini terlihat dari penggunaan kata yang serupa

pada headline berita dan potongan foto mahasiswa baru yang mengalami

tindak kekerasan OSPEK. Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian

yang dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan metode analisis

framing model Robert N. Entman. Sedangkan perbedaan penelitian ini

dengan penelitian yang dilakukan peneliti adalah subjek yang diteliti.

Jurnal ini meneliti tentang framing kasus kekerasan terhadap mahasiswa

baru saat OSPEK.

2. Penelitian berjudul “Kekerasan Seksual Anak dalam Pemberitaan Media

Online” oleh Amani Astari dan Doddy Iskandar dari Universitas Islam

Bandung. Artikel ini terdapat pada Jurnal Prosiding Jurnalistik Volume 7,

Nomor 1, Februari 2021. Penelitian ini merupakan jenis penelitian

7
kualitatif dengan metode analisis framing model Zhongdang Pan dan

Gerald M. Kosicki dan berfokus pada pembingkaian berita kasus

kekerasan seksual anak yang terjadi di Gereja Depok. Pada media

Kompas.com dan Wartakota. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa

adanya framing yang dilakukan oleh media Kompas.com dan Wartakota.

Kedua media tersebut menampilan sisi yang berbeda dan konten yang

digiring ke dalam sebuah berita berdasarkan kerangka teknis framing Pan

dan Kosicki. Secara Sintaksis, kedua media memperlihatkan sisi pro

kepada korban kekerasan seksual, hal tersebut dikemukaan pada setiap

kata pada teks berita. Secara Skrip, Kompas.com kurang menampilkan

unsur ‘how’ pada berita. Sedangkan Wartakota kurang menampilkan unsur

‘who’ pada berita yang ditampilkan. Secara Tematik, dalam penuturan

kata-kata Kompas.com sedikit sarkas terhadap pihak aparat hukum.

Sedangkan Wartakota penuturannya menyindir aparat hukum akan tetapi

seperti mencari aman dalam memasukkan kata-kata. Secara Retoris, dalam

menampilkan gambar kedua media tersebut sama-sama menggunakan

ilustrasi anak kecil. Sedangkan pada headline berita, Kompas.com lebih

pro terhadap korban kekerasan seksual, hal itu berbeda dengan Wartakota

yang terlihat mencari aman dan menjadi pihak yang netral.

Relevansi penelitian tersebut dengan penelitian yang dilakukan peneliti

adalah sama-sama jenis penelitian kualitatif, menganalisis pembingkaian

berita. Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan peneliti adalah perangkat framing yang digunakan Jurnal ini

8
menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.

Kosicki.

2.2 Kajian Teoritis

2.2.1 Media Massa

Media massa adalah media atau sarana penyebaran informasi secara massa

dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal (Bungin, 2006:7), maksudnya

media massa adalah sarana yang digunakan menyebarkan informasi kepada

khalayak secara luas. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa

menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada khalayak yang luas dan

heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah

ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu

menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin,

2007:40).

Peran media massa dalam kehidupan sosial kerap dipandang secara

berbedabeda, namun tidak ada yang menyangkal atas perannya yang signifikan

dalam masyarakat modern. Menurut Mcquail dalam bukunya mass communication

theories (2000:6). Media merupakan pilar ke empat demokrasi setelah eksekutif,

yudikatif, dan legislatif walaupun berada diluar sistem politik keberadaan media

sangat berperan penting dalam informasi massa. Peran media massa dalam

kehidupan sosial, terutama dalam masyarakat modern telah memainkan peranan

yang begitu penting.

2.2.2 Media Online

Perkembangan komunikasi akhir-akhir ini, terutama secara teknologi tidak

pernah ada satu garis perkembangan yang tunggal. Internet merupakan teknologi

9
yang menyimpan segudang fasilitas dan layanan yang patut dipahami dan dikuasai

oleh siapa pun di zaman modern. Namun internet bagaikan hutan rimba. Penjelajah

yang belum berpengalaman tentu membutuhkan peta dan pemahaman baik konsep

maupun teknis aksesnya agar tidak tersesat dan dapat menikmati kegiatan

penjelajahan. Internet pada dasarnya merupakan sebuah jaringan antar computer

yang saling berkaitan jaringan ini tersedia secara terus-menerus sebagai pesan

elektronik, termasuk email, transmisi file, dan komunikasi dua arah antar individu

atau computer. (Werner&Tankard,2005:6).

Media Online adalah sebutan umum untuk sebuah bentuk media yang

berbasis pada telekomunikasi dan multimedia dengan informasi yang bersifat

update, actual dan menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet. Media

online merupakan media yang berbasiskan teknologi komunikasi interaktif.

Menurut Everett M. Rogers merangkumkan perkembangan media komunikasi

kedalam empat era. Yang pertama yaitu era komunikasi tulisan, kedua era

komunikasi cetak, ketiga era telekomunikasi, dan empat adalah era komunikasi

interaktif. Salah satu media baru tersebut adalah dunia maya. Istilah dunia maya

memiliki beberapa makna berbeda, berikut adalah sebuah definisi lebih formal yang

dikembangkan dari konsep Gibson tetapi memberikan keterkaitan langsung dengan

system syaraf: “dunia maya adalah realita yang terhubung secara global, didukung

computer, berakses computer, multidimensi, virtual. Dalam realita ini dimana setiap

computer adalah sebuah jendela, terlihat atau terdengar objek-objek yang bukan

bersifat fisik dan representasi objek-objek fisik. Namun lebih merupakan gaya,

karakter, dan aksi pembuatan data, pembuatan informasi murni.” (Werner&

Tankard,2009:445).

10
Oleh karena itu, peranan teknologi komunikasi dalam hal ini internet,

sangatlah besar dalam mendukung setiap proses penyelenggaraan media online.

Besarnya pengaruh teknologi Internet dalam penyelenggaraan media online

ditunjukkan lewat pengeksplorasian setiap karakter yang dimiliki internet yang

kemudian diadopsi oleh media online.

2.2.3 Kontruksi Realita dalam Pemberitaan

Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas menurut

Berger dan Luckman adalah proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui

bahasa dalam kehidupan sehari-hari pada sebuah komunitas primer dan semi

sekunder. Media adalah agen yang secara aktif menafsirkan realitas untuk disajikan

kepada khalayak (Eriyanto, 2002:26). Kesibukkan utama media massa adalah

mengkonstruksikan berbagai realitas yang akan disiarkan. Media menyusun realitas

dari berbagai peristiwa yang terjadi hingga menjadi cerita atau wacana yang

bermakna (Hamad, 2004:11). Berita adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu

melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media.

Bagaimana realitas itu dijadikan berita sangat tergantung pada bagaimana fakta itu

dipahami dan dimaknai. Proses pemaknaan selalu melibatkan nilai-nilai tertentu

sehingga mustahil berita merupakan pencerminan dari realitas.

Eriyanto (2002:19-36) mendefinisikan media dan berita dalam paradigma

konstruksionis sebagai berikut:

1. Fakta atau peristiwa adalah hasil konstruksi Realitas itu bersifat subjektif,

realitas itu hadir karena dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas

tercipta lewat konstruksi sudut pandang tertentu dari wartawan. Fakta atau

11
realitas bukanlah sesuatu yang tinggal ambil dan menjadi bahan dari berita.

Fakta atau realitas pada dasarnya di konstruksi. Eriyanto dalam tahap

pertama ini menekankan, bahwa fakta itu merupakan hasil dari konstruksi

atas realitas, sebab kebenaran suatu fakta bersifat relatif berlaku sesuai

konteks tertentu.

2. Media adalah agen konstruksi Dalam tahap ini media bukanlah sekedar

saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkontruksi realitas, lengkap

dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Disini media dipandang

sebagai agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas. Lewat bahasa

yang dipakai, media dalam pemberitanya dapat membingkai peristiwa

tertentu yang pada akhirnya menentukan bagaimana khalayak dapat memilih

dan memahami peristiwa dalam kacamata tertentu. Dalam tahap ini Eriyanto

lebih menekankan kepada media sebagai agen konstruksi pesan.

3. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya konstruksi dari realitas. Berita

itu diibaratkan seperti sebuah drama. Ia bukan menggambarkan realitas,

tetapi potret dari arena pertarungan antara berbagai pihak yang berkaitan

dengan peristiwa. Berita adalah hasil konstruksi sosial dimana selalu

melibatkan pandangan, ideologi, dan nilai-nilai dari wartawan atau media.

Bagaimana realitas itu disajikan berita sangat tergantung pada bagaimana

fakta itu dipahami dan dimaknai. Dalam tahap ini Eriyanto menekankan

bahwa berita tidak mungkin merupakan cermin dan refleksi dari realitas,

karena berita yang terbentuk merupakan konstruksi atas realitas.

4. Berita bersifat subjektif atau konstruksi atas realitas berita adalah produk

dari konstruksi dan pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas

12
suatu realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya

menghasilkan realitas yang berbeda pula. Kalau ada perbedaan antara berita

dengan realitas yang sebenarnya, maka tidak dianggap sebagai kesalahan,

tetapi memang seperti itulah pemaknaan mereka atas realitas. Penempatan

sumber yang menonjol dibandingkan dengan sumber lain, menempatkan

wawancara seorang tokoh lebih besar dari tokoh lain, liputan yang hanya

satu sisi dan merugikan pihak lain, tidak berimbang dan secara nyata

memihak satu kelompok. Semuanya tidaklah dianggap sebagai kekeliruan

atau bias, tetapi dianggap memang itulah praktik yang dijalankan oleh

wartawan. Dalam tahap ini yang ditekankan adalah bahwa berita bersifat

subjektif, opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan

melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif.

5. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas Wartawan tidak bisa

menyembunyikan pilihan moral dan keberpihakannya, karena ia merupakan

bagian yang instrinsik dalam membentuk berita. Lagipula berita bukan

hanya individual, melainkan juga dari proses organisasi dan interaksi antara

wartawan. Wartawan dipandang sebagai aktor ataua agen konstruksi.

Wartawan bukan hanya melaporkan fakta, melainkan juga turut

mendefinisikan peristiwa. Realitas dibentuk dan diproduksi tergantung pada

bagaimana proses konstruksi berlangsung. Realitas bersifat subjektif yang

terbentuk lewat pemahaman dan pemaknaan subjektif dari wartawan.

6. Etika, pilihan moral, dan ketrampilan wartawan adalah bagian yang integral

dalam produk berita. Aspek etika, moral, dan nilai-nilai tertentu tidak

mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot

13
yang meliput apa adanya, apa yang dia lihat. Etika dan moral dalam banyak

hal berarti keberpihakan terhadap satu kelompok atau nilai tertentu,

umumnya dilandasi oleh keyakinan tertentu. Bagian yang integral dan tidak

terpisahkan dalam membentuk dan mengkontruksi realitas. Wartawan

menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, tetapi mengkontruksi peristiwa

dari dirinya sendiri dengan realitas yang diamati. Penekanan dalam tahap ini

adalah, nilai, etika, atau keberpihakan wartawan tidak dapat dipisahkan dari

proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.

7. Etika dan pilihan moral peneliti menjadi bagian yang integral dalam

penelitian Peneliti bukan subjek menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari

proses penelitian. Peneliti adalah entitas dengan berbagai nilai dan

keberpihakanyang berbeda-beda yang ditekan oleh Eriyanto dalam tahap ini

adalah nilai, etika, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu

penelitian.

8. Khalayak mempunyai penafsiran tersendiri atas berita; Khalayak bukan

dilihat sebagai subjek yang pasif. Ia juga subjek yang aktif dalam

menafsirkan apa yang ia baca. sebuah foto yang sebetulnya dimaksudkan

untuk mengkomunikasikan stop kekerasan dan seksual, bisa jadi dimaknai

pembaca sebagai penyebaran pornografi.

Realitas yang sama bisa jadi menghasilkan berita yang berbeda, karena ada

cara melihat yang berbeda (Eriyanto, 2002:29). Berita tidaklah dibentuk dari ruang

hampa. Berita diproduksi dari ideologi dominan dalam suatu wilayah kompentensi

tertentu. Ideologi disini tidak harus selalu dikaitkan dengan ide-ide besar. Ideologi

juga bisa bermakna politik penandaan atau pemaknaan (Eriyanto, 2002:154).

14
2.2.4 Analisis Framing

Framing di sini dipahami sebagai proses bagaimana seseorang

mengklasifikasikan, mengorganisasikan, dan menafsirkan pengalaman sosialnya

untuk mengerti dirinya dan realitas luar dirinya. Selain itu, framing di sini berfungsi

membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi karena sudah ditandai dengan label

tertentu. Menurut Erving Goffman secara sosiologis konsep frame analysis

memelihara kelangsungan kebiasaan kita mengklasifikasi, mengorganisasi dan

menginterpretasi secara aktif pengalaman-pengalaman hidup kita untuk dapat

memahaminya. Schemata interpretasi itu disebut frames, yang memungkinkan

individu dapat melokalisasi, merasakan, mengidentifikasi dan memberi label

terhadap peristiwa - peristiwa serta informasi (Sobur, 2009:163).

Secara metodologi analisis framing memiliki perbedaan yang sangat

menonjol dengan analisis isi (content analysis). Analisis isi dalam studi komunikasi

lebih menitik beratkan pada metode penguraian fakta secara kuantitatif dengan

mengkategorisasikan isi pesan teks media. Pada analisis isi, pertanyaan yang selalu

muncul seperti apa saja yang diberitakan oleh media dalam sebuah peristiwa.

Tetapi, dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagaimana peristiwa itu

dibingkai. Analisis framing yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan

pesan dari teks. Framing, terutama, melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi

oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyajikannya

kepada masyarakat (Eriyanto, 2009:3). Metode analisis framing yang kita lihat

adalah bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai

kasus/peristiwa yang diberitakan. Metode semacam ini tentu saja berusaha mengerti

15
dan menafsirkan makna dari suatu teks dengan jalan menguraikan bagaimana media

membingkai isu. Peristiwa yang sama bisa jadi dibingkai berbeda oleh media.

Ada beberapa model yang digunakan dalam analisis framing, antara lain

sebagai berikut:

1. Framing Model Murray

Edelman Murray Edelman adalah ahli komunikasi yang banyak menulis

mengenai bahasa dan simbol politik dalam komunikasi. Menurut Edelman,

apa yang kita ketahui tentang realitas atau tentang dunia tergantung pada

bagaimana kita membingkai dan mengkonstruksi atau menafsirkan realitas.

Realitas yang sama bisa jadi akan menghasilkan realitas yang berbeda ketika

realitas tersebut dibingkai atau dikonstruksi dengan cara berbeda (Eriyanto,

2002; 155). Berdasarkan penyataan Edelman, dapat dipahami bahwa dari

sebuah realitas, kita dapat membingkainya sesuai dengan apa yang kita

tafsirkan. Sebuah realitas yang sama bisa saja menjadi berbeda ketika

dikonstruksikan secara berbeda. Jadi, walaupun realitasnya sama, hasil yang

akan dicapai berbeda-beda tergantung bagaimana kita menafsirkan realitas

tersebut. Edelman mensejajarkan framing sebagai ketegorisasi. Kategori

dalam pandangan Edelman, merupakan abstraksi dan fungsi dari pikiran.

Kategori, membantu manusia memahami realitas yang beragam dan tidak

beraturan tersebut menjadi realitas yang mempunyai makna. (Eriyanto,

2002; 156).

2. Framing Model Robert N. Entman

Konsep framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses

seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing

16
dapat dipandang sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks

yang khas sehingga isu tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada

isu yang lain (Eriyanto, 2002; 186). Berdasarkan pernyataan tersebut,

penulis memahami framing bagi Entman digunakan untuk menonjolkan

suatu aspek yang ingin ditonjolkan dengan menempatkan isu-isu tertentu

yang penting untuk diketahui pembaca. Menurut Entman “Framing memberi

tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi ditampilkan dan bagaimana

yang ditonjolkan/ dianggap penting oleh pembuat teks” (Eriyanto,

2002;186). Maksudnya adalah suatu teks akan menjadi lebih bermakna

ketika sudah dikonstruksi dengan menggunakan penonjolan tertentu pada

sebuah realitas. “Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi

isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau

isu. Penonjolan adalah proses membuat informasi lebih bermakna, lebih

menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak” (Eriyanto, 2002; 186).

3. Framing Model William A. Gamson

Gagasan Gamson terutama menghubungkan wacana media di satu sisi

dengan pendapat umum di sisi yang lain. Dalam pandangan Gamson,

wacana media adalah elemen yang penting untuk memahami dan mengerti

pendapat umum yang berkembang atau suatu isu atau suatu peristiwa

(Eriyanto, 2002; 217). Dapat dipahami, menurut Gamson fungsi framing

adalah untuk menghubungkan wacana yang ada di media dengan pendapat

umum yang sedang berkembang mengenai suatu peristiwa yang terjadi.

“Gamson melihat wacana media (khususnya berita) terdiri atas sejumlah

kemasan (package) melalui mana konstruksi atas suatu peristiwa dibentuk”

17
(Eriyanto, 2002; 223). Jadi, semua berita yang diberitakan media adalah

hasil konstruksi berdasarkan cara pandang dan ideologi media.

4. Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki

Eriyanto dalam bukunya “Analisis Framing” mengatakan model framing

yang diperkenalkan oleh Pan dan Kosicki ini adalah salah satu model yang

paling populer dan banyak dipakai. Framing didefinisikan sebagai proses

membuat suatu pesan lebih menonjol, menempatkan informasi lebih dari

pada yang lain sehingga khalayak lebih tertuju pada pesan tersebut.

Penonjolan dilakukakan agar suatu pesan lebih bermakna dan mudah

dipahami oleh khalayak. Menurut Pan dan Kosicki, ada dua konsepsi dari

framing yang saling berkaitan. Pertama, dalam konsepsi psikologis. Framing

dalam konsepsi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang

memproses informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan

proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah sejumlah informasi dan

ditunjukkan dalam skema tertentu, kedua, konsepsi sosiologi. pandangan

sosiologis lebih melihat bagaimana konstruksi sosial atas realitas (Eriyanto,

2002:252-253). Model ini berasumsi bahwa setiap berita mempunyai frame

yang berfungsi untuk membuat sebuah berita penting untuk diketahui

khalayak. Dengan menggunakan frame tertentu sebuah penonjolan akan

lebih mudah dipahami khalayak. “Frame ini adalah suatu ide yang

dihubungkan dengan elemen yang berbeda dalam teks berita (seperti kutipan

sumber, latar informasi, pemakaian kata atau kalimat tertentu) ke dalam teks

secara keseluruhan” (Eriyanto, 2002; 255).

18
2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian di atas, maka kerangka penelitian dapat digambarkan

sebagai berikut:

Narasi News Antara News Tribata News

Kematian Suporter Sepak


Bola di Stadion
Kanjuruhan

Analisis Framing Robert N. Entman

Make Moral Treatment


Define Problems Diagnose Causes Judgment Recommendation

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Sumber: Hasil Pengolahan Penulis, 2023

Gambar di atas merupakan gambaran kerangka pemikiran dari proses

penelitian yang pertama adalah memaparkan studi empirik suatu fenomena dalam

hal ini peneliti akan memaparkan pemberitaan yang diberitakan oleh media online

Narasi News, Antara News dan Tribata News dalam membingkai pemberitaan

tragedi kematian supporter sepak bola di Stadion.

19
Bersamaan dengan studi empirik, peneliti juga mengumpulkan teori-teori

yang relevan dengan penelitian yang akan dibahas, teori tersebut diantaranya teori

media masa dan media online, kontruksi realita dalam pemberitaan, dan analisis

faming. Kedua studi tersebut akan memberikan gambaran peneliti mengenai

penelitian yang akan dilaksanakan dan bersifat objektif menurut teori dan realita

yang ditemukan.

Pemberitaan tragedi kematian supporter sepak bola di Stadion oleh media

online Narasi News, Antara News dan Tribata News diteliti dengan pendekatan

teori framing dengan model Robert N. Entman dengan empat dimensi utama

yaitu: Define Problems, Diagnose Causes, Make Moral Judgment dan Treatment

Recommendation.

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tipe Penelitian

Di dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Tujuan dari penggunaan tipe ini adalah untuk mengungkap fakta,

keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang terjadi pada saat penelitian

berlangsung dan memberikan data apa adanya. Dalam penelitian deskriptif

peneliti memposisikan diri sebagai pengamat dalam mengamati berita yang

memiliki tema sama tetapi dari sudut pandang tiga media berbeda.

Menurut Pawito, penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengemukakan

gambaran atau pemahaman mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala atau

realitas komunikasi terjadi.

Penelitian deskriptif ditujukan untuk :

1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang

ada.

2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek

yang berlaku.

3. Membuat perbandingan atau evaluasi.

4. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah

yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan

rencanadan keputusan pada waktu yang akan datang.

21
Selain itu penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk melukiskan secara sistematis

fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara cermat.

3.2. Metode Penelitian

Pada umumnya, untuk suatu penelitian khususnya hal yang berhubungan dengan

analisis framing akan berkaitan juga dengan tahapan di atasnya yaitu agenda

setting dan yang dibawahnya adalah priming. Ketiga poin ini seakan sudah

menjadi suatu “paket”. Tetapi dalam penelitian ini yang akan dibahas lebih

kepada analisis framing nya saja tanpa masuk ke tahap priming atau dampak yang

diakibatkan dari suatu pemberitaan. Secara logika jika berita itu sudah sampai

tahap publikasi kepada khalayak pasti sudah melewati proses agenda setting juga

di internal masing-masing redaksi media tersebut, oleh sebab itu dibatasi hanya

pada analisis framing yang mana diamatinya teks berita yang sudah

terpublikasikan.

Sedangkan metode analisis yang digunakan peneliti adalah pendekatan analisis

framing Robert N. Entman, model analisis framing ini melihat bahwa suatu

kejadian yang ada di publik sebagai sistem untuk diseleksi dari berbagai sudut

realitas sehingga pada suatu kejadian yang begitu menonjol dibagian tertentu

dibandingkan bagian aspek lainnya.

3.3. Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah media online Narasi

News, Antara News, dan Tribrata News. Peneliti menggunakan purposive

22
sampling untuk menentukan berita mana yang akan dipilih untuk diteliti.

Dalampurposive sampling peneliti memilih sendiri subjek dan sampel secara acak

hanya dari perilaku atau peristiwa yang relevan (Wimmer, 2011, h. 128).

Selanjutnya peneliti memilih sampel berita yang merupakan headline dalam

periode 01 Oktober 2022 - 30 Oktober 2023. Teknik ini digunakan karena

pemilihan berita yang dianalisis ditentukan sendiri oleh peneliti berdasarkan

pertimbangan dari peneliti.

Penelitian difokuskan pada pemberitaan tragedi kematian suporter sepakbola di

Stadion Kanjuruhan, dari mulai awal kejadian kerusuhan yang menjadi awal

tragedi kematian pada tanggal 01 Oktober 2022, hingga empat pekan kemudian

yaitu tanggal 30 Oktober 2022.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini peneliti tentu saja memilihberita

dari sumber jelas dan valid yaitu Narasi News, Antara News, dan Tribrata News.

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer dan data sekunder.

3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini berupa berita Tragedi Kematian Suporter

Sepakbola di Stadion Kanjuruhan pada Media Online Narasi News, Antara News,

dan Tribrata News periode 1-31 Oktober 2022 yang nantinya akan diseleksi

kembali oleh peneliti menjadi sebuah sampel untuk mengetahui framing yang

23
diberikan oleh media massa dalam pemberitaan mengenai tragedi kematian

suporter di stadion Kanjuruhan tersebut.

3.4.2. Data Sekunder

Sedangkan data sekunder yang digunakan dalama penelitian ini peneliti

menggunakan berupa data yang bersumber pada buku, jurnal, maupun karya

ilmiah lain terdahulu, maupun sumber-sumber bacaan lainnya untuk memperkuat

dari data primer.

3.5. Definisi Konsep dan Fokus Penelitian

Model Robert N. Entman memberikan penekanan pada dua demensi pokok

sebagai pisau analisisnya. Pertama, seleksi isu. proses seleksi dari berbagai realitas

sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dari pada yang lain.

Entman juga menyertakan penempatan informasiinformasi dalam konteks yang

khas sehingga sisi tertentu mendapatkan porsi lebih besar dari pada sisi lainnya.

(Eriyanto 2012:221).

Aspek ini berhubungan dengan bagaimana suatu media menyeleksi sebuah

fakta dari suatu realitas politik yang kompleks dan beragam, untuk kemudian

ditampilkan atau diberitakan kepada khalayak. Kedua, penekanan atau penonjolan

terhadap aspek tertentu dari sebuah realitas. Ini berkaitan dengan bagaimana suatu

media menuliskan fakta. Ketika fakta itu sudah dipilih, hal yang kemudian harus

diperhatikan adalah bagaimana fakta itu dituliskan dan diberitakan. Disinilah

wartawan, redaktur, pimpinan redaksi, hingga pemilik media itu sendiri,

24
memberikan pengaruhnya dan menjadikan fakta tersebut menjadi hal yang

dipengaruhi atau dikonstruksi.

Konsep framing, dalam pandangan Entman, secara konsisten menawarkan

sebuah cara untuk mengungkap the power of a communication text. Framing pada

dasarnya merujuk pada pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi

dalam suatu wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap

peristiwa yang diwacanakan. Untuk mengetahui bagaimana pembingkaian yang

dilakukan media, terdapat sebuah perangkat framing yang dikemukakan Entman

yang dapat menggambarkan bagaimana sebuah peristiwa dimaknai dan ditandakan

oleh wartawan. Entman membagi perangkat framing ke dalam empat elemen (

Eriyanto, 2012:225-227).

Tabel 2.1

Skema Framing Robert N. Entman

Define Problems (Pendefinisian Bagaimana suatu peristiwa/isu dilihat?

masalah) Sebagai apa? Sebagai masalah apa?

Diagnose causes (Memperkirakan Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa?

masalah atau sumber masalah) Apa yang dianggap sebagai penyebab

dari suatu masalah? Siapa (aktor) yang

dianggap sebagai penyebab masalah?

Make moral judgement (Membuat Nilai moral apa yang disajikan untuk

keputusan moral) menjelaskan masalah? Nilai moral apa

yang dipakai untuk melegitimasi atau

mendelegitimasi suatu tindakan?

25
Treatment recommendation Penyelesaian apa yang ditawarkan untuk

(Menekankan penyelesaian) mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang

ditawarkan dan harus ditempuh untuk

mengatasi masalah?

Sumber: Eriyanto, 2012.

1. Define Problems memberikan penekanan bagaimana suatu masalah,

peristiwa ataupun isu dilihat oleh wartawan. Dalam hal ini suatu peristiwa

dapat dipahami secara berbeda-beda oleh masing-masing wartawan.

Sehingga membentuk bingkai yang berbeda-beda pula, kemudian bingkai

yang berbeda itu dapat membuat realitas bentukan yang berbeda (Entman

dalam Eriyanto, 2012:225).

2. Diagnose Causes merupakan elemen yang digunakan untuk mengetahui

siapa (who) atau apa (what) yang dianggap actor dalam sebuah peristiwa

isu. peristiwa atau isu yang dipahami secara berbeda otomatis dapat

membawa pada penafsiran yang berbeda pula mengenai siapa aktordibalik

peristiwa atau isu yang dianggap sebagai penyebab masalah.

3. Make Moral Judgment dipakai untuk memberikan penelitian, membenarkan

argumentasi pada pendefinisian masalah yang sudah dibuat sebelumnya

(Eriyanto, 2012: 226).

4. Treatment Recommendation merupakan elemen framing yang digunakan

untuk menilai apa yang dikehendaki wawancara. Jalan apa yang dipilih

untuk menyelesaikan masalah. Hal itu tetntu tergantung pada bagaimana

cara pandang wartawan dalam memahami isu dan siapa yang dianggap

sebagai penyebab dari masalah tersebut (Eriyanto, 2012: 227).

26
Maka fokus dalam penelitian ini yaitu analisis framing pemberitaan tragedi

kematian supporter sepak bola di Stadion oleh media online Narasi News,

Antara News dan Tribata News diteliti dengan pendekatan teori framing dengan

model Robert N. Entman dengan empat dimensi utama yaitu: Define Problems,

Diagnose Causes, Make Moral Judgment dan Treatment Recommendation.

3.6. Teknik Analisis Data

Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagaianalisis untuk

mengetahui bagaimana realitas dibingkaikan oleh media. Pembingkaian tersebut

tentu saja melalui proses konstrusi. Di sini, realitas sosial dimaknai dan

dikonstruksi dengan makna tertentu. Peristiwa dipahami dengan bentukan

tertentu.

Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini adalah analisis

framing dengan pendekatan menggunakan model Robert N. Entman. Konsep

framing oleh Entman, digunakan untuk menggambarkan proses seleksi dan

menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh media. Framing dapat dipandang

sebagai penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga isu

tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada isu yang lain (Eriyanto, 2002;

186). Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis memahami framing bagi Entman

digunakan untuk menonjolkan suatu aspek yang ingin ditonjolkan dengan

menempatkan isu-isu tertentu yang penting untuk diketahui pembaca. Menurut

Entman “Framing memberi tekanan lebih pada bagaimana teks komunikasi

27
ditampilkan dan bagaimana yang ditonjolkan/ dianggap penting oleh pembuat

teks” (Eriyanto, 2002;186).

3.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menilai keabsahan data apakah data tersebut sah dan valid, maka peneliti

perlu melakukan pemeriksaan secara cermat dan teliti. Karena hanya data- data

valid yang dapat diteliti. Kevalidan suatu data dilihat dari substansi, sumber data

maupun teknik pengambilan datanya. Dalam memeriksa keabsahan data dapat

dilakukan dengan beberapa teknik yaitu ketekunan dalam pengamatan dalam

berbagai proses penelitian mulai dari pencatatan dan pendokumentasian,

pemeriksaan sejawat yang dapat dilakukan melalui diskusi dengan dosen

pembimbing dan informan maupun lainnya yang berkaitan dengan proses

penelitian. Dan teknik triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu dari luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai

pembanding terhadap data itu.

Setelah kegiatan pengumpulan data dan analisis atau pemeriksaan data dilakukan,

maka tahap selanjutnya adalah membuat laporan hasil kegiatan penelitian.

Laporan penelitan disusun setelah selesai pengolahan dan analisis data dilakukan,

karena pada dasarnya penyusunan laporan hasil penelitian yang dimaksud adalah

menyangkut pada penulisan thesis sebagai karya ilmiah.

28
TUGAS PERKULIAHAN

DAFTAR PUSTAKA

Bogdan , Robert C. Qualitative Research for Education : An Introduction to

Theory and Methods. 2002.

Cangara , Hafied H. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2011.

Effendy, Onong Uchjana. Ilmu teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bhakti. 2003.

Eriyanto. Analisis Framing : Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media. Yogyakarta:

PT. LKiS Pelangi Aksara. 2007.

Fisher , Aubrey. Teori-Teori Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. 1996.

Littlejohn, Stephen W. Teori Komunikasi. Jakarta : Salemba Humanika. 2009.

29
W522100006- Writing Course
Judul Tugas
Tugas Besar (TB) 1. Mengumpulkan Proposal Tesis
Abstrak
Jenis Tugas
Tugas Perorangan/Individu

Nama Mahasiswa & NIM

Nama dan NIM : Aris Darussalam/55221120059

Capaian Pembelajaran (CPMK)


1. Mampu memahami tekhnik penulisan ilmiah dan memetakan fenomena komunikasi mencakup Komunikasi
Korporat, Media Industri dan Bisnis dan Komunikasi Politik dan menuangkannya dalam tulisan yang kreatif dan
memiliki nilai kebaruan.
2. Mampu membuat desain penelitian berikut alur penelitiannya, baik untuk pendekatan kualitatif maupun
kuantitatif, dengan menggunakan format penulisan ilmiah
3. Mampu menggunakan aplikasi windows yang baik dalam membuat tinjauan pustakan dan visualisasi desain
penelitian
4. Mampu menuliskan data yang diperoleh dari pengumpulan data baik primer maupun sekunder
5. Mampu mengelola data dan menggunakannya untuk menganalisa dan menghasilkan solusi
6. Mampu menyajikan data penelitian dan membuat laporan akhir penelitian tesis
7. Mampu menggunakan Teknik sitasi dengan menggunakan APA style/ mendeley
8. Mampu membuat artikel sesuai format jurnal ilmiah yang bereputasi
Durasi/Tempo (Minggu)
Diberikan: Sabtu, 01 April 2023
Durasi Pengerjaan selama 3 Minggu
Batas Akhir Pengumpulan: Sabtu, 15 April 2023

Penilaian
Bobot Persentase Tugas
Bobot 30%

Instruksi Pengumpulan Tugas  Buat draft proposal tesis yang ditulis sesuai dengan Buku Panduan Penulisan Tesis Program Studi Magister Ilmu
Komunikasi Universitas Mercu Buana.
 Topik / judul tesis sesuai dengan pilihan konsentrasi masing-masing.
 Draft proposal tesis terdiri Cover, Daftar Isi, Bab I, Bab II, Bab III dan Daftar Pustaka.
 Draft tesis menggunakan teknik sitasi dengan APA style pada aplikasi mendeley.
Pernyataan
Saya/ kami yang bertanda tangan di bawah ini memahami bahwa saya/ kami telah membaca dan setuju untuk mematuhi peraturan UM
tentang plagiarisme dan penjiplakan dan kebijakan dan prosedur di Program Studi. Saya/ kami menyetujui proses pengecekan lapora
sehingga tidak ada unsur plagiarisme atau penjiplakan akademik.

Tanda tangan

Aris Darussalam
Nama Lengkap

30
Capaian Pembelajaran (CPMK):
1. Mampu memahami tekhnik penulisan ilmiah dan memetakan fenomena komunikasi mencakup
Komunikasi
Korporat, Media Industri dan Bisnis dan Komunikasi Politik dan menuangkannya dalam tulisan yang
kreatif dan
memiliki nilai kebaruan.
2. Mampu membuat desain penelitian berikut alur penelitiannya, baik untuk pendekatan kualitatif
maupun kuantitatif, dengan menggunakan format penulisan ilmiah
3. Mampu menggunakan aplikasi windows yang baik dalam membuat tinjauan pustakan dan visualisasi
desain
penelitian
4. Mampu menuliskan data yang diperoleh dari pengumpulan data baik primer maupun sekunder
5. Mampu mengelola data dan menggunakannya untuk menganalisa dan menghasilkan solusi
6. Mampu menyajikan data penelitian dan membuat laporan akhir penelitian tesis
7. Mampu menggunakan Teknik sitasi dengan menggunakan APA style/ mendeley
8. Mampu membuat artikel sesuai format jurnal ilmiah yang bereputasi
Komponen Penilaian Nilai Maksimal Nilai Diberikan

1. Kesesuain topik tesis dengan pilihan konsentrasi 10%


2. Ketepatan penyusunan menurut buku panduan penulisan tesis 15%
3. Substansi tesis sesuai dengan fenomena komunikasi 40%
30%
4. Ketepatan metode penelitian
5%
5. Kerapihan pengetikan
Pengumpulan 100% Total

Tanda tangan Tanggal XX

Apakah ada penambahan waktu? Pengurangan keterlambatan Pengurangan: Nilai Akhir:


Kesepakatan pengumpulan: pengumpulan:

Dr. Afdal Makkuraga Putra, M.Si


Ya / Tidak
Koordinator Mata Kuliah/ Kelompok Bidang
Ilmu :

31
Bagian ini digunakan untuk memberi umpan balik atau informasi lain:

32

You might also like