Professional Documents
Culture Documents
Rekayasa Ide BUDI PEKERTI KEEL 4
Rekayasa Ide BUDI PEKERTI KEEL 4
Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kita rahmat kesehatan dan kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas Rekayasa Ide pada mata kuliah Pendidikan Budi Pekerti.
Pembuatan tugas ini bertujuan sebagai tugas wajib mata kuliah Pendidikan Budi
Pekerti. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih atas keberhasilan dalam menyelesaikan
laporan rekayasa ide ini kepada dosen pengampu yaitu ibu Dr. Nurmayani,M.Ag yang telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunannya, serta keluarga, teman-teman, dan
bantuan dari berbagai pihak.
Kami menyadari, dalam penulisan tugas Rekayasa Ide ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan kemampuan kami, untuk itu dengan kerendahan hati kami
sangat mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun akan sangat membantu
kami untuk membenahi kekurangannya. Semoga Rekayasa Ide ini bermanfaat.
Tim Penulis
Kelompok 4
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Upaya Di Sekolah.......................................................................................................8
4.2 Pola-Pola Pembinaan Moral .......................................................................................9
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan .................................................................................................................11
5.2 Saran ...........................................................................................................................11
Moral merupakan suatu peraturan yang sangat penting ditegakkan pada suatu
masyarakat karena dapat menjadi suatu rambu-rambu dalam kehidupan serta pelindung
bagi lingkungan tersebut. Moral dihasilkan dari perilaku intelektual, emosi, atau hasil
berfikir setiap manusia yang pada hakekatnya merupakan aturan dalam kehidupan
untuk menghargai dan dapat membedakan tentang benar dan yang salah berlaku dalam
suatu masyarakat. Bila orang membicarakan moral seseorang maka yang dibicarakan
ialah kebiasaan, tingkah laku atau perbuatan orang atau kelompok masyarakat.
Moralisasi dimaksudkan usaha menyampaikan ajaran ajaran moral tersebut, sehingga
aturan-aturan, tingkah laku dan perbuatan yang telah disepakati oleh seluruh
masyarakat untuk dihayati dan dilestarikan oleh anggota masyarakat maupun
penerusnya, maka hal-hal yang dianut dan dijadikan aturan tingkah laku tersebut
dinamakan nilai-nilai moral.
Selain orang tua lembaga yang berperan dalam pembentukan moral remaja
adalah lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam lingkungan sekolah guru sangat
berpengaruh dalam pembentukan moral anak. Apabila guru mampu mendidik atau
memberikan arahan kepada si anak dalam aspek afektif, kognitif dan psikomotorik
maka guru dikatakan telah memberikan pencerahan kepada siswa tentang tujuan
pendidikan. Dalam mewujudkan siswa menjadi anak yang memiliki moral yang baik
maka guru harus memantau dan memberi motivasi kepada peserta didik. Seperti halnya
guru memberi penjelasan sepintas mengenai bahaya merokok, narkoba, dan lain-lain.
Di sini juga pihak sekolah dapat membuat kesibukan kepada siswa seperti membuat
ekstrakulikuler. Dengan adanya kegiatan ekstrakulikuler dapat menumbuhkan karakter
dan menambah karakter siswa selain mata pelajaran. Dalam kegiatan ekstrakulikuler ini
siswa diwajibkan memilih salah satu kegiatan yang cocok sesuai dengan minat dan
bakat masing-masing siswa.
Selain itu siswa juga dapat mengikuti berbagai kegiatan organisasi yang sudah
dirancang oleh sekolah, seperti organisasi pramuka, OSIS, paduan suara, Marching
band, PKS (Patroli Keamanan Sekolah), dan sebagainya. Dengan mengikuti organisasi
ini maka moral dan jiwa kepemimpinan siswa dapat terbentuk dengan baik.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Masuknya arus globalisasi tidak dapat dibendung dan diseleksi pada hal-hal
yang positif saja, terutama pada generasi muda.Realitas menunjukkan adanya pengaruh
negative yang terlihat dan semakin kuat, sehingga banyak generasi muda kita
kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat ditunjukkan
dengan fenomena-fenomena yang muncul dalam kehidupan sehari-hari generasi muda
sekarang, diantaranya yaitu semakin banyak generasi muda yang berperilaku tidak
sopan dan tidak menghormati orang yang lebih tua serta tidak perduli terhadap
lingkungan sosial,semakin banyaknya tawuran pelajar antar sekolah bahkan mahasiswa
antar fakultas dan antar universitas, semakin maraknya kelompok anak muda yang
tergabung dalam “gang motor” yang berperilaku kekerasan dan meresahkan masyarakat
karena melakukan pemalakan, penganiayaan bahkan pembunuhan, serta dikalangan
pelajar terjadi perilaku mencontek pada saat ulangan atau ujian banyak dilakukan.
Berdasarkan pengamatan banyak terjadi masalah dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) saat ini yaitu rendahnya moral siswa.Banyaknya
tindakan amoral yang dilakukan peserta didik seperti siswa yang tidak ikut belajar pada
saat KBM berlangsung, siswa yang kurang sopan terhadap guru, melawan guru,
melontarkan kata-kata kurang sopan sesama teman, tidak mengerjakan pekerjaan
rumah, emosional, merokok, siswa yang melanggar tata tertib, kurangnya semangat
belajar, membolos dan tindakan lainnya mengindikasikan bahwa pendidikan formal
belum sepenuhnya membentuk karakter peserta didik. Perilaku dan tindakan amoral
tersebut disebabkan moralitas yang rendah dan pendidikan budi pekerti di sekolah
yang masih belum baik.
Oleh karena itu perlunya dilakukan pembinaan moral kepada peserta didik
guna untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan
menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa dan negara. Pada hakekatnya
pembinaan moral siswa merupakan sebuah aspek yang sangat sentral dalam
pendidikan. Keberadaan pembinaan moral dimulai sejak dini, sehingga dalam hal ini
sudah menjadi suatu keharusan yang harus dilakukan untuk perbaikan sikap maupun
moral siswa. Dalam pembinaan moral lebih ditekankan dalam watak, kepribadian,
budi pekerti, sikap dan perilaku siswa. Pembinaan moral tidak bisa hanya dengan
kegiatan proses belajar mengajar saja, melainkan pembinaan moral disertai oleh
pengaruh lingkungan bermain, keluarga, dalam upaya mengembangkan karakter
sosialisasi siswa. Pembinaan watak tidak sekedar pembelajaran mengetahui tentang
yang baik dan buruk, tentang sikap benar dan salah, tetapi merupakan proses pelatihan
pembiasaan terus menerus tentang sikap benar dan baik, sehingga akhirnya menjadi
suatu kebiasaan.
1.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembinaan moral dalam rangka
meningkatkan moralitas peserta didik di sekolah menegah .
2. Untuk mengetahuifaktor pendukung dan penghambat dalam
pelaksanaan pembinaan moral di sekolah menengah.
1.2 Manfaat
TINJAUAN TEORITIS
311) Dan yang menjadi dasar pembinaan dan penyusian moral adalah kebaikan moral
itu sendiri. Sebagaimana telah menjadi sifat para Nabi dan menjadi perbuatan para ahli
siddiq, karena merupakan separuhnya Agama. (Imam Yahya Ibn Hamzah, 2000:49)
Secara fenomenalogis, seorang anak tiba-tiba menjadi nakal atau tidak bermoral
dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang datang dari dalam diri remaja itu sendiri
(faktor internal), maupun dari luar (faktor eksternal) :
c) Upaya masyarakat
b. Usaha kuratif
Usaha kuratif dalam menanggulangi kenakalan remaja menurut S. Willis (1981:
74) adalah usaha pencegahan terhadap gejala-gejala kenakalan tersebut supaya
kenakalan itu tidak meluas dan merugikan masyarakat. Pemerintah berkewajiban
mencegah terjadinya gejala-gejala kenakalan remaja. Terhadap mereka yang telah
melakukan kenakalan memang perlu diadakan pengusutan, penahanan, penuntutan dan
hukuman, guna menjamin rasa aman pada masyarakat dan remaja yang nakal itu
sendiri.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
Pelaksanaan dari pembinaan moral ini dapat diterapkan di sekolah-sekolah dengan cara
:
1. Peran guru Bk dengan melakukan konsultasi dengan para siswa sebanyak sekali
dalam sebulan dengan cara memberikan arahan atau nasehat mengenai
perkembangan moral peserta didik. Dan juga mendatangan orang tua siswa untuk
berkonsultasi sebanyak dua kali dalam satu semester sehingga orang tua
mengetahui bagaimana perkembangan moral si anak.
2. Melakukan sholat dzuhur secara bersama-sama pada saat memasuki waktu sholat
3. Peran guru dengan cara menyisipkan pesan moral pada saat selesai KMB
sehingga dapat meningkatkan moralitas peserta didik
4. Setiap memulai dan menyudahi pelajaran dibiasakan untuk berdoa dengan
dipimpin oleh seorang guru/ wali kelas
BAB IV
PEMBAHASAN
Selain orang tua lembaga yang berperan dalam pembentukan moral remaja
adalah lembaga pendidikan yaitu sekolah. Dalam lingkungan sekolah guru sangat
berpengaruh dalam pembentukan moral anak. Apabila guru mampu mendidik atau
memberikan arahan kepada si anak dalam aspek afektif, kognitif dan psikomotorik
maka guru dikatakan telah memberikan pencerahan kepada siswa tentang tujuan
pendidikan. Dalam mewujudkan siswa menjadi anak yang memiliki moral yang baik
maka guru harus memantau dan memberi motivasi kepada peserta didik. Seperti halnya
guru memberi penjelasan sepintas mengenai bahaya merokok, narkoba, dan lain-lain.
Di sini juga pihak sekolah dapat membuat kesibukan kepada siswa seperti membuat
ekstrakulikuler. Dengan adanya kegiatan ekstrakulikuler dapat menumbuhkan karakter
dan menambah karakter siswa selain mata pelajaran. Dalam kegiatan ekstrakulikuler ini
siswa diwajibkan memilih salah satu kegiatan yang cocok sesuai dengan minat dan
bakat masing- masing siswa.
Selain itu siswa juga dapat mengikuti berbagai kegiatan organisasi yang sudah
dirancang oleh sekolah, seperti organisasi pramuka, OSIS, paduan suara, Marching
band, PKS (Patroli Keamanan Sekolah), dan sebagainya. Dengan mengikuti organisasi
ini maka moral dan jiwa kepemimpinan siswa dapat terbentuk dengan baik.
1) Pola Pembinaan Moral Siswa yang dilakukan oleh Pihak Lembaga Sekolah
Pola pembinaan moral dalam membentuk karakter siswa yang dilakukan oleh
pihak sekolah dapat dilakukan secara terpadu yaitu keterpaduan sistem pembalajaran
di dalam kelas (intrakurikuler) dan kegiatan di luar kelas (ekstrakurikuler). Dalam
kurikulum berbasis kompetensi, prinsip pembelajaran terpadu (integrated learning)
dimaksudkan sebagai pengelolaan pembelajaran/KBM dilakukan secara terpadu, di
mana semua tujuan pembelajaran yang berupa kemampuan dasar yang ingin dicapai
bermuara pada satu tujuan akhir, yaitu mencapai kemampuan standard lulusan. Boleh
jadi terjadi integrasi meteri pembelajaran dalam KBM tertentu. Implikasi dari pola
pembinaan moral secara terpadu ini adalah mengharuskan guru untuk merencanakan
penanaman nilai-nilai moral dan karakter dalam satuan pelajaran yang dibuatnya atau
dengan kata lain guru harus mampu memasukkan nilai-nilai moral di dalam setiap
penyampaian materi pelajaran baik secara implisit maupun eksplisit ke dalam sub
pokok bahasan. Demikian halnya dengan pembinaan moral dan kareakter siswa melalui
kegiatan ekstrakurikuler di mana guru dituntut untuk mampu membuat suatu
perencanaan pembelajaran yang dapat mengintegrasikan antara materi pelajaran di
dalam kelas dengan materi pelajaran pada kegiatan praktis melalui
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
Penulis mengharapkan agar sekolah- sekolah lain di Indonesia perlu menerapkan
kegiatan pembinaan moral agar dapat meningkatkan moralitas peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA
Subianto, Jito. 2013. Peran Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat dalam Pembentukan Karakter
Berkualitas. Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam. Vol. 8 (2): 342-343