Professional Documents
Culture Documents
Makalah Anemia Aplastik
Makalah Anemia Aplastik
PENDAHULUAN
Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup karena memiliki fungsi yang
sangat penting antara lain sebagai pembawa oksigen, mekanisme pertahanan tubuh
terhadap infeksi dan mekanisme hemostasis dimana dapat menghentikan perdarahan secara
spontan. Namun pada beberapa keadaan darah tidak dapat menjalankan fingsinya secara
maksimal disebabkan oleh beberapa gangguan salah satunya yaitu pada keadaan Anemia.
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal. Anemia berupa penurunan kuantitas
atau kualitas sel-sel darah merah dalam sirkulasi, yang dapat disebabkan oleh gangguan
pembentukan sel darah merah, peningkatan kehilangan sel darah merah melalui perdarahan
kronik atau mendadak, atau lisis (destruksi) sel darah merah yang berlebihan (Elizabeth
Corwin,2002).
Salah satu jenis anamia yang diakibatkan oleh gangguan/ kegagalan produksi sel
darah merah adalah anemia Aplastik, sedangkan Menurut bentuk eritrositnya anemia
aplastik merupakan anemia normokromik normositer.
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang diantaranya
ditandai oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit dan platelet tanpa adanya
bentuk kerusakan sumsum lainnya. Dalam pemeriksaan sumsum dinyatakan hampir tidak
ada hematopoetik sel perkusi dan digantikan oleh jaringan lemak. Kerusakan ini bis
adisebabkan oleh zat kimia beracun, virus tertentu, atau bisa juga karena faktor keturunan.
Anemia aplastik tergolong penyakit yang jarang dengan insiden di negara maju 3-6
kasus/ 1 juta penduduk/ tahun. Manifestasi anemia aplastik juga sangat beragam dimulai
dari kasus yang bersifat ringan hingga berat, dan juga sampai menimbulkan kematian. Oleh
sebab itu, pada makalah ini akan dibahas mengenai anemia aplastik berupa etiologi,
klasifikasi, patofisiologi, gambaran laboratorium dan diagnosis lain terkait anemia aplastik.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis merumuskan beberapa masalah yang akan
dibahas dalam makalah ini, yaitu:
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu untuk :
Definisi anemia
Anemia adalah Keadaan dimana massa eritrosit dan/atau massa hemoglobin yang beredar
tidak dapat memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. (I Made
Bakta, 2007)
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas
hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah. (Price,
2006)
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen
darah, eleman tidak adekuat atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah dan ada
banyak tipe anemia dengan beragam penyebabnya. (Marilyn E, Doenges, Jakarta, 1999)
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit,
melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh
dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang
seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
Anemia , dalam bahasa yunani tanpa darah adalah penyakit kurang darah yang
ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah
dibandingkan normal.
Kriteria anemia
Untuk menjabarkan definisi anemia di atas maka perlu ditetapkan batas hemoglobin
atau hematokrit yang kita anggap sudah terjadi anemia. Batas ini disebut sebagai cut off
point (titik Pemilah), yang sangat dipengaruhi oleh: umur, jenis kelamin, ketinggian tempat
tinggal dari permukaan laut, dan lain-lain
Cut off point yang umum dipakai ialah kriteria WHO tahun 1968. Dinyatakan
anemia bila:
Laki-laki dewasa: hemoglobin < 13 g/dl
Perempuan dewasa tak hamil: hemoglobin < 12 g/dl
Perempuan hamil: hemoglobin < 11 g/dl
Klasifikasi Anemia
Anemia dapat di klasisifikasikan dengan berbagai cara, tergantung dari sudut
manakita melihat dan tujuan kita melakukan klasifikasi tersebut.
Kalsifikasi yang paling sering dipakai adalah:
Gambar 1. Gambar 2.
Spesimen sumsum tulang dengan biopsy dari Spesimen sumsum tulang dengan biopsi
pasien normal dari pasien anemia aplastik
B. Terapi suportif
Terapi ini diberikan untuk mengatasi akibat pansitopenia.
Mengatasi infeksi. Untuk mengatasi infeksi antara lain : menjaga higiene
mulut, identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat.
Sebelum ada hasil, biarkan pemberian antibiotika berspektrum luas yang dapat
mengatasi kuman gram positif dan negatif. Biasanya dipakai derivat penicillin
semisintetik (ampisilin) dan gentamisin. Sekarang lebih sering dipakai sefalosporin
generasi ketiga. Jika hasil biakan sudah datang, sesuaikan hasil dengan tes sensitifitas
antibiotika. Jika dalam 5-7 hari panas tidak turun maka pikirkan pada infeksi jamur.
Disarankan untuk memberikan ampotericin-B atau flukonasol parenteral,
Transfusi granulosit konsentrat. Terapi ini diberikan pada sepsis berat kuman
gram negatif, dengan nitropenia berat yang tidak memberikan respon pada antibiotika
adekuat. Granulosit konsentrat sangat sulit dibuat dan masa efektifnya sangat pendek.
Usaha untuk mengatasi anemia. Berikan tranfusi packed red cell atau (PRC)
jika hemoglobin <7 g/dl atau ada tanda payah jantung atau anemia yang sangat
simtomatik. Koreksi sampai Hb 9%-10% tidak perlu sampai Hb normal, karena akan
menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk
transplantasi sumsusm tulang pemberian transfusi harus lebih berhati-hati.
Usaha untuk mengatasi pendarahan. Berikan transfusi konsentrat trombosit
jika terdapat pendaran major atau jika trombosit kurang dari 20.000/mm 3. Pemberian
trombosit berulang dapat menurunkan efektifitas trombosit karena timbulnya antibodi
anti-trombosit. Kortikosteroid dapat mengurangi pendarahan kulit.
BAB III
KESIMPULAN
Anemia aplastik merupakan suatu kelainan dari sindrom klinik yang diantaranya
ditandai oleh defisiensi sel darah merah, neutrophils, monosit dan platelet tanpa adanya bentuk
kerusakan sumsum lainnya. Dalam pemeriksaan sumsum dinyatakan hampir tidak ada
hematopoetik sel perkusi dan digantikan oleh jaringan lemak.
Permulaan dari suatu anemia aplastik sangat tidak spesifik dan berbahaya, yang disertai
dengan penurunan sel darah merah secara berangsur sehingga menimbulkan kepucatan, rasa
lemah dan letih, atau dapat lebih hebat dengan disertai panas badan namun pasien merasa
kedinginan, dan faringitis atau infeksi lain yang ditimbulkan dari neutropenia.
Penemuan laboratorium juga dapat mempertegas diagnosis anemia aplastik antara lain
penemuan pada darah (hapusan darah tepi dan darah lengkap), sumsum tulang, radiologi urin
dan plasma darah.
Tedapat beberapa terapi untuk mengatasi anemia aplastik. Secara garis besarnya terapi
untuk anemia apalstik dapat dibagi menjadi 4 yaitu: terapi kausal; terapi suportif; terapi untuk
memperbaiki fungsi sumsum tulang; serta terapi definitif.
1. Shadduck RK. Aplastic Anemia. In: Beuttler E, Coller BS, Lichtman M, Kipps TJ.
Williams Hematology. 6th ed. USA: McGraw-Hill;2001. p. 504-523.
2. Bakta IM. Anemia Karena Kegagalan Sumsum Tulang. In: Hematologi Klinik Ringkas.
Cetakan I. Jakarta: EGC;2006. p. 97-112.
4. Young NS, Shimamura A. Acquired Bone Marrow Failure Syndromes. In: Handin RI,
Lux SE, Stossel TP. Blood Principle and Practice of Hematology. 2nd ed. USA:
Lippincott Williams & Wilkins;2003. p. 55-59.
6. Widjanarko A. Anemia aplastik In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al (eds). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi Keempat. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FK UI, 2006;637-43.
7. Aghe NS. Aplastic anemia, myelodysplasia, and related bone marrow failure syndromes.
In: Kasper DL, Fauci AS, et al (eds). Harrison’s Principle of Internal Medicine. 16th ed.
New York: McGraw Hill, 2009:617-25.