You are on page 1of 17

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA MELALUI

METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD


(STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS)

Eka Firmansyah
Dosen Tetap STKIP Kusuma Negara

Abstract: Attitudes and understanding of students' abilities can still be said to be unfavorable to
the learning outcomes, especially in the Madrasah. One effort that can be done by teachers in
improving student learning outcomes is to choose the model that suits the learning objectives to
be achieved. One of the methods were deemed always effective and efficient in teaching is
STAD cooperative learning method that emphasizes the activities and interaction among
students to motivate each other, help each other to master the subject matter to achieve
maximum performance. The purpose of this study was to determine 1) whether the ability of
students to use mathematical understanding of cooperative learning is better than the ability of
students to use mathematical understanding of conventional learning. 2) increase the quality of
students' understanding of mathematics skills using cooperative learning and conventional
learning 3) whether the student has a good attitude towards learning mathematics using
cooperative learning. 4) increase the quality of students' understanding of mathematics abilities
seen from the attitude of students using cooperative learning STAD 5) the effectiveness of the
learning is done in this study. The method used in this study is experimental methods. The
instrument used in this study is the ability of understanding the math test and attitude scale.
Where the research population in MTsS Alif Al-Ittifaq class VIII with a randomly selected
sample of the class VIII-A and VIII-B.

Keywords: STAD cooperative learning models, learning models


conventional understanding of mathematical ability, effectiveness
action on learning.

Abstrak: Sikap dan kemampuan pemahaman siswa masih bisa dikatakan kurang baik yang
berakibat kepada hasil belajar, khususnya di Madrasah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
oleh guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan memilih model pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu metode pembelajaran yang dirasa
efektif dan efisien dalam pengajaran adalah metode pembelajaran kooperatif STAD yang
menekankan pada aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk saling memotivasi, saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) apakah kemampuan pemahaman matematika
siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif lebih baik daripada kemampuan pemahaman
matematika siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. 2) kualitas peningkatan
kemampuan pemahaman matematika siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif dan
pembelajaran konvensional 3) apakah siswa memiliki sikap yang baik terhadap pembelajaran
matematika dengan menggunakan pembelajaran kooperatif. 4) kualitas peningkatan
kemampuan pemahaman matematika siswa dilihat dari sikap siswa yang menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe STAD 5) efektifitas tindakan dalam pembelajaran yang dilakukan
dalam penelitian ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemahaman matematika
dan skala sikap. Dimana populasi penelitiannya di MTsS Alif Al-Ittifaq kelas VIII dengan
sampelnya yang dipilih secara acak yaitu kelas VIII-A dan VIII-B.
Kata Kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, model pembelajaran konvensional,
kemampuan pemahaman matematika, efektifitas tindakan pada pembelajaran.

Pendahuluan pembelajaran yang dipakai dalam proses belajar


Sikap dan kemampuan pemahaman siswa mengajar. Salah satu alasannya adalah karena
masih bisa dikatakan kurang baik yang berakibat kebanyakan siswa di madrasah tersebut
kepada hasil belajar, khususnya di Madrasah. merupakan santri di pesantren yayasan dengan
Dan hal ini merupakan sebuah permasalahan banyak kegiatan pesantren, dan hal ini membuat
yang mungkin selalu dirasakan banyak orang. siswa kurang aktif dalam pembelajaran sekolah
Bagaimana tidak, dengan anggapan banyak khususnya dalam matematika. Oleh karena itu,
orang yang kurang baik mengenai pembelajaran peneliti akan memilih salah satu metode
di madrasah khususnya dalam mata pelajaran pembelajaran yang diharap dapat menumbuhkan
umum khususnya matematika, ini berdampak keaktifan dan sikap yang baik dari siswa.
pada persentase penerimaan murid baru yang Harapan peneliti dengan adanya penelitian
dari tahun ke tahun semakin menurun, ini, bisa mendapatkan pelajaran lebih bagi
khususnya di madrasah tempat peneliti pihak-pihak yang terkait. Sehingga pembelajaran
melakukan penelitian. matematika di madrasah kedepannya akan jauh
Sesuai dengan penjelasan diatas, hasil lebih baik dan tidak terlalu dipandang sebelah
belajar matematika siswa di Indonesia pada mata oleh beberapa pihak. Walaupun pada
masa terakhir ini dituntut untuk dapat dasarnya pembelajaran madrasah lebih
meningkat, hal ini seiring dengan makin menitikberatkan pada ilmu-ilmu keagamaan, tapi
berkembangnya kurikulum yang makin dengan penelitian ini bisa sedikit membuktikan
disempurnakan dan berkembangnya metode bahwa madrasah pun tidak kalah dengan
pengajaran matematika yang bermakna bagi sekolah-sekolah umum lainnya yang lebih
siswa. Menurut Laporan Hasil Ujian Nasional khusus mempelajari pelajaran umum seperti
Departemen Pendidikan Nasional Republik matematika. Yang sesuai dengan tujuan
Indonesia (Purwanto, 2010 : 1), nilai rata-rata Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan,
ujian nasional Matematika tahun pelajaran 2004/ khususnya tingkat satuan pendidikan menengah
2005 untuk jenjang SMP/MTs adalah 6,58. yang dirumuskan untuk meningkatkan
Capaian ini menunjukkan bahwa prestasi rata- kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
rata matematika siswa di Indonesia cukup bagus. mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri
Namun demikian hasil tes Trends in dan mengikuti pendidikan lebih lanjut (KTSP,
International Mathematics and Sciences Study 2006).
(TIMSS) (Mullis dalam Purwanto, 2010 : 1) Menurut Kurikulum (2006 : 4) bahwa
yang diselenggarakan oleh International kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
Association foe Evaluation of Educational bahwa peserta didik memiliki posisi sentral
Achievement (IEA) dan diumumkan secara untuk mengembangkan kompetensinya agar
internasional pada 14 Desember 2004 menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
menunjukkan bahwa kemampuan matematika kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia,
siswa kelas dua SMP/MTs Indonesia masih sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
cukup memprihatinkan, yaitu berada di menjadi warga negara yang demokratis serta
peringkat ke 35 dari 46 negara. bertanggung jawab. Untuk mendukung
Penelitian yang dilakukan dalam pencapaian tujuan tersebut pengembangan
pembelajaran disini mengenai metode potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Keberhasilan siswa belajar
lingkungan. itu tidak hanya sekedar berhasil belajar,
Pentingnya seseorang selaku warga negara tetapi keberhasilan belajar yang
yang baik dituntut dan diberi perlakuan yang ditempuhnya dengan belajar aktif.
sama agar mendapat hak dalam belajar dan
pembelajaran. Setiap warga mendapat Keberhasilan suatu pendidikan dapat
kesempatan yang sama untuk bisa bersekolah di terlihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa,
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. dan dapat terlihat dari perubahan sikap yang
Kesadaran bersekolah bagi warga negara diperoleh setelah proses belajar mengajar. Hasil
Indonesia saat ini masih sangat variatif belajar yang diperoleh siswa dapat berupa
tergantung lokasi dan lingkungan budaya prestasi belajar siswa yang merupakan nilai
dimana mereka berada. Motivasi belajar siswa matematika yang diperoleh siswa setelah
masih sangat beragam, belum merata, terutama mengikuti proses pembelajaran matematika
bagi masyarakat atau lingkungan yang berfanatis melalui tes hasil belajar.
sempit masih ada yang berpendapat bahwa tidak Perlu diingat bahwa berhasilnya
penting mendalami keilmuan yang didapat dari seorang siswa belajar tidak hanya
sekolah umum atau bukan dari madrasah lulusnya ia dari suatu atau keseluruhan
(sekolah agama). tes, tetapi juga terbentuknya sikap atau
Keberhasilan proses belajar mengajar pribadi yang kita harapkan sesuai
matematika tidak terlepas dari peran guru dengan tujuan instruksional yang telah
sebagai informator, komunikator dan fasilitator. dirumuskan.
Metode pembelajaran yang digunakan guru (Russeffendi, 2006 : 1)
memberi dampak terhadap interaksi antara guru,
siswa dan hasil proses belajar mengajar. Setiap Hudojo (2005:151) mengemukakan bahwa
guru hendaknya dapat memilih, kemudian orientasi pembelajaran matematika adalah
terampil menggunakan berbagai macam metode subjek didik, yaitu agar siswa belajar
mengajar yang sesuai dengan tujuan dan matematika. Agar siswa memiliki keinginan
karakteristik materi pembelajaran matematika, belajar matematika, terutama untuk tercapainya
setiap tatap muka perlu dipakai metode yang hasil belajar yang baik, maka dalam proses
mampu melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajarannya siswa tersebut harus memiliki
proses belajar mengajar. Karena belajar aktif sikap positif terhadap matematika.
dapat menyebabkan ingatan siswa mengenai apa Pandangan matematika sebagai ilmu yang
yang dipelajari lebih tahan lama dan terstruktur, menuntut agar pemahaman peserta
pengetahuan siswa menjadi lebih luas didik tidak terpisah-pisah antara satu konsep
dibandingkan belajar secara pasif. Belajar aktif dengan konsep lain, pemahaman peserta didik
dapat menumbuhkan kreatifitas, dan siswa pada topik tertentu akan menuntut pemahaman
kreatif hidupnya akan berhasil dikemudian hari. peserta didik pada topik sebelumnya. Untuk itu
Menurut Russeffendi (2006 : 1) : peserta didik dalam belajar matematika harus
Faktor yang menentukan berhasil memahami dua hal pokok tentang matematika.
tidaknya murid belajar : kemampuan Yang pertama, peserta didik harus memahami
(kompetensi) yang dimiliki seorang konsep, prinsip, hukum, aturan, dan kesimpulan
pengajar, cara belajar yang harus diikuti yang diperoleh, yang kedua peserta didik harus
siswa (materi yang harus dipelajari memahami cara memperoleh semua itu.
sendiri atau disampaikan oleh guru), Berdasarkan hal tersebut, maka
situasi pengajaran, dan kondisi pembelajaran matematika Sekolah harus
mengasah kemampuan peserta didik agar pembelajaran kooperatif merupakan bentuk
mereka memiliki kompetensi dasar dalam pembelajaran yang dapat memperbaiki sistem
matematika yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang selama ini memiliki
pembelajaran matematika dalam KTSP, yaitu : kelemahan.
pemahaman, penalaran, pemecahan masalah, Satu diantara metode pembelajaran
komunikasi matematika, koneksi matematika. kooperatif adalah Student Teams Achievement
(KTSP, 2006). Divisions (STAD) yang merupakan salah satu
Untuk memperoleh peningkatan kualitas tipe belajar kooperatif yang menekankan pada
pembelajaran, guru harus mampu memberikan aktifitas dan interaksi di antara siswa untuk
inovasi-inovasi dalam pembelajaran, karena saling memotivasi, saling membantu dalam
pembelajaran matematika yang inovatif dan menguasai materi pelajaran untuk mencapai
beragam dapat mengubah sikap peserta didik prestasi maksimal.
terhadap matematika sehingga diharapkan dapat
berpengaruh terhadap kemampuan pemahaman
peserta didik dalam matematika. Salah satu Rumusan Masalah
inovasi yang guru lakukan adalah melalui Penelitian ini mengajukan masalah
metode pembelajaran. sebagai berikut:
Salah satu metode pembelajaran yang
membantu keberhasilan belajar siswa adalah 1. Apakah kemampuan pemahaman
metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran matematikasiswa yang menggunakan
kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar pembelajaran kooperatif Tipe STAD
yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok- lebih baik dari kemampuan pemahaman
kelompok tertentu untuk mencapai tujuan matematikasiswa yang menggunakan
pembelajaran yang telah dirumuskan. Ada empat pembelajaran konvensional?
unsur penting dalam pembelajaran kooperatif, 2. Bagaimana kualitas peningkatan
yaitu : (1) adanya peserta dalam kelompok; (2) kemampuan pemahaman matematika
adanya aturan kelompok; (3) adanya upaya siswa yang menggunakan pembelajaran
belajar setiap anggota kelompok; (4) adanya kooperatif tipe STAD dan yang
tujuan yang harus dicapai. menggunakan pembelajaran
Metode pembelajaran kooperatif akhir- konvensional?
akhir ini menjadi perhatian dan dianjurkan para 3. Bagaimana sikap siswa dalam
ahli pendidikan untuk digunakan. Slavin (1995) pembelajaran matematika dengan
dalam Pasundan Journal of Mathematics menggunakan pembelajaran kooperatif
Education (2011) mengemukakan dua alasan : tipe STAD?
(1) beberapa hasil penelitian membuktikan 4. Bagaimana kualitas peningkatan
bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif kemampuan pemahaman matematika
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa siswa dilihat dari sikap siswa yang
sekaligus dapat meningkatkan kemampuan menggunakan pembelajaran kooperatif
hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima tipe STAD?
kekurangan diri dan orang lain, serta dapat 5. Bagaimana efektifitas tindakan dalam
meningkatkan harga diri. (2) pembelajaran pembelajaran yang dilakukan dalam
kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa penelitian ini?
dalam belajar berpikir, memecahkan masalah,
dan mengintegrasikan pengetahuan dengan
keterampilan. Dari dua alasan tersebut, maka
Landasan Teoritik dikerjakan siswa, selanjutnya guru dapat
a. Metode pembelajaran konvensional meminta salah seorang siswa untuk
Dalam pembelajaran konvensional, guru menyelesaikan soal tersebut, baik dibukunya
cenderung aktif sebagai sumber informasi dan maupun di papan tulis. Dengan demikian siswa
siswa cenderung pasif dalam menerima mungkin ada yang bekerja secara individual,
pelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran atau bekerja sama dengan teman-teman yang
dalam bentuk jadi. Artinya, guru lebih banyak dekat dengan tempat duduknya, dan tentunya
berbicara dan menerangkan materi pelajaran, ada semacam tanya jawab dalam proses tersebut,
memberi contoh-contoh soal, dan menjawab baik antara siswa dengan siswa maupun antara
semua permasalahan yang dihadapi siswa. guru-siswa ataupun siswa-guru. Sebagai
Sedangkan siswa hanya menerima materi kegiatan terakhir, siswa dapat mencatat materi
pelajaran dan menghafalnya, serta banyak yang telah diterangkan yang mungkin dilengkapi
mengerjakan latihan soal. Jadi, kebermaknaan dengan soal-soal tugas dikerjakan di rumah, dan
belajar siswa rendah. pada pengajaran selanjutnya guru dapat bertanya
Pembelajaran secara konvensional secara random kepada siswa mengenai hasil
(tradisional) adalah pembelajaran yang biasa dan pekerjaan rumah sebelum kegiatan belajar
sering digunakan, seperti pembelajaran yang mengajar selanjutnya dimulai.
menggunakan metode ceramah atau ekspositori. Selanjutnya Russefendi (1991),
Pada pengajaran ini guru hanya memberikan menyatakan bahwa cara ekspositori merupakan
informasi hanya pada saat-saat atau bagian- cara mengajar yang paling efektif dan efisien
bagian yang diperlukan, misalnya pada dalam menanamkan belajar bermakna
permulaan pengajaran, pada pengajaran topik (meaningful), bila metode ekspositori
baru, pada waktu memberikan contoh-contoh dipergunakan sebagaimana mestinya dan sesuai
soal dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan dengan situasi dan kondisinya maka akan jadi
pendapat Soedjana (Kurniawan, 2010 : 35), metode yang paling efektif. Walaupun demikian
“Pada metode ekspositori dominasi guru sangat bukan berarti bahwa metode ini bila
berkurang, karena tidak terus berbicara saja. Ia dipergunakan untuk semua topik matematika,
berbicara pada awal pelajaran, menerangkan untuk semua kelas dan dalam situasi dan kondisi
materi dan contoh-contoh soal pada waktu- apapun, akan menjadi metode terbaik.
waktu yang diperlukan saja”.
Russefendi (1991) menyatakan, metode b. Metode pembelajaran kooperatif
ekspositori sama dengan cara mengajar yang Slavin (1985) menyebutkan bahwa
biasa (tradisional) kita pakai dalam pengajaran pembelajaran kooperatif adalah suatu model
matematika. Arti lain dari pengajaran tradisional pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
disini ialah pengajaran klasikal. Dalam siswa untuk belajar dan bekerja dalam kelompok
pembelajaran ini guru berperan dominan, guru kecil secara kolaboratif yang anggotanya empat
sebagai pusat dari berlangsungnya pembelajaran. sampai enam orang, dengan struktur kelompok
Pada metode ini, setelah guru memberikan heterogen. Eggen dan Kauchak (Muabuai, 2009
informasi, guru mulai menerangkan konsep, : 39) mendefinisikan pembelajaran kooperatif
mendemonstrasikan keterampilannya mengenai sebagai sekumpulan strategi mengajar yang
dalil-dalil tentang konsep itu, maka siswa dapat digunakan guru agar siswa saling membantu
bertanya, guru memeriksa apakah siswa sudah dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu
memahami materi yang diajarkannya atau belajar kooperatif ini juga dinamakan “belajar
belum. Dengan memberikan beberapa contoh- teman sebaya”.
contoh soal aplikasi konsep yang harus
Malone dan Krismanto (1997) teman sebayanyadaripada oleh orang
mengungkapkan bahwa pembentukan kelompok dewasa
yang disukai siswa adalah berdasarkan 4. Dapat membuka peluang yang besar untuk
keheterogenan kemampuan siswa. Artinya, berbagi strategi melalui interaksi antar
dalam setiap kelompok terdiri dari siswa yang teman sebaya
berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. 5. Dapat menjadi media untuk memperhatikan
Dengan kelompok yang heterogen, diharapkan contoh, meniru pola, menemukan kesamaan
siswa yang pandai dapat membimbing atau pada situasi sehingga akan membantu anak
membantu siswa yang lain yang belum mengerti untuk menganalisa dan menyelesaikan
dan siswa yang kurang pandai tidak merasa masalah dengan bantuan teman-temannya
enggan untuk bertanya. 6. Dapat menemukan solusi yang lebih tepat
Model pembelajaran kooperatif dapat karena pemahaman yang lebih luas, dengan
membantu siswa untuk meningkatkan sikap kata lain dua kepala lebih baik daripada satu
positif pada matematika. Melalui kerja sama kepala
dalam kelompok, para siswa membangun 7. Dapat memelihara kepercayaan diri karena
rasapercaya diri pada diri mereka untuk dapat mereka diharuskan mencapai suatu
menyelesaikan suatu permasalahan. Seperti yang kesepakatan sehingga terdorong untuk dapat
diungkapkan oleh Malone dan Krismanto (1997) menerima pemikiran setiap orang dan
bahwa siswa mempunyai perkembangan sifat melihat kesalahan sebagai salah satu bgian
yang positif dan persepsi yang baik tentang dari pelajaran sehingga mereka cenderung
belajar matematika dalam pengelompokkan, dan lebih percaya diri, mampu berdiri sendiri
merekomendasikan penggunaan kegiatan dan gigih
kelompok dalam belajar matematika untuk 8. Dapat membantu mengendalikan pikiran
mendorong motivasi siswa dalam pembelajaran. siswa pada strategi penyelesaian masalah
Stahl (1994) berpendapat bahwa umum yang biasa dipakai oleh suatu
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran kelompok (Vygotsky dalam Slavin, 1995)
yang dapat meningkatkan belajar siswa lebih
baik, dan meningkatkan sikap tolong menolong c. Metode pembelajaran Student Teams
dalam perilaku sosial. Suryadi (1999) Achievement Divisions
menyebutkan bahwa pembelajarn kooperatif Student Teams Achievement Divisions
adalah salah satu metode pembelajaran yang (STAD) merupakan salah satu tipe belajar
dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa. kooperatif yang menekankan pada aktifitas dan
menurut Yudi (2010), pembelajaran interaksi di antara siswauntuk saling
kooperatif cocok untuk mengembangkan memotivasi, saling membantu dalam menguasai
kemampuan pemahaman matematika karena materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang
metode ini memiliki manfaat antara lain: maksimal.
1. Dapat memelihara kemampuan dalam Karakteristik belajar kooperatif tipe STAD
bidang sosial dan komunikasi adalah : terdiri dari 4-6 orang anggota, campuran
2. Dapat meningkatkan kemampuan laki-laki dan perempuan dengan tingkat
matematika yang lebih tinggi daripada kemampuan beragam; Tiap anggota saling
pendekatan individual (Slavin, 1995) membantu dan membelajarkan teman
3. Dapat lebih memperbesar kesempatan untuk sekelompoknya dalam memahami materi
mengerti matematika. Banyak anak merasa pelajaran, dan menyelesaikan tugas akademik
lebih berani ketika mereka ditantang oleh untuk mencapai ketuntasan belajar yang
maksimal.
Pada proses pembelajarannya, belajar Butir-butir a) sampai dengan d) dalam
kooperatif tipe STAD melalui lima rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas
tahapan(Slavin, 1995 : 71) , yang meliputi : menggambarkan kemampuan matematik dalam
1) tahap penyajian materi ranah kognitif, sedang butir e) melukiskan ranah
2) tahap kegiatan kelompok afektif yang harus dimiliki siswa yang belajar
3) tahap tes individual matematika.
4) tahap penghitungan skor perkembangan Dari penjelasan tersebut terlihat jelas
individu bahwa kemampuan pemahaman berada dalam
5) tahap pemberian penghargaan kelompok ranah kognitif. Menurut teori Gagne pemahaman
Beberapa penelitian telah membuktikan merupakan fase dalam proses pembelajaran yang
bahwa metode pembelajaran STAD memberikan kedua setelah motivasi (sikap). Dimana fase
manfaat yang baik terhadap hasil belajar siswa pemahaman, ialah fase di mana individu
melalui peningkatan kemampuan-kemampuan menerima dan memahami rangsangan yang
matematis yang ada. Diantaranya penelitian berupa informasi, yang diperoleh dalam
Noor (2005) yang menemukan bahwa metode pembelajaran. Dalam fase ini terjadi proses
STAD lebih baik daripada metode konvensional pemberian perhatian oleh pelajar. Perhatian ialah
terhadap hasil belajar dalam pembuktian berupa peningkatan aktivitas terhadap suatu
matematika. rangsangan yang dirasakan lebih berkenaan
dengan keadaan dirinya. Apabila individu
melakukan pembelajaran dengan perhatian,
d. Kemampuan pemahaman matematika maka informasi yang akan diterima akan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diterima secara lebih baik.
(KTSP, 2006) bidang studi matematika Pada kenyataannya matematika adalah
mencantumkan tujuan pembelajaran matematika mata pelajaran yang kurang disukai siswa
sebagai berikut : (Wahyudin, 1999) sehingga kurang diminati,
a) Memahami konsep matematika, menyebabkan lemahnya kemampuan
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan pemahaman siswa.
mengaplikasikan konsep atau algoritma Terdapat beberapa terjemahan dari kata
secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemahaman, Sumarmo (1987) menyatakan
pemecahan masalah, bahwa pemahaman merupakan arti dari kata
b) Menggunakan penalaran pada pola dan understanding. Ruseffendi (1991) menyebutkan
sifat, melakukan manipulasi matematika bahwa pemahaman terjemahan dari
dalam membuat generalisasi, menyusun comprehension, sedangkan Ansari (2004)
bukti, atau menjelaskan gagasan dan mengatakan pemahaman sebagai terjemahan
pernyataan matematika, dari istilah knowledge. Beragamnya terjemahan
c) Memecahkan masalah, kata pemahaman di atas, menunjukkan bahwa
d) Mengkomunikasikan gagasan dengan pemahaman telah menjadi salah satu fokus para
simbol, tabel, diagram, atau media lain peneliti dalam mengkaji lebih lanjut dalam
untuk memperjelas keadaan atau masalah, penelitian pendidikan matematika.
dan Bila siswa memahami sesuatu, ini berarti
e) Memiliki sikap menghargai kegunaan bahwa siswa mengerti tentang sesuatu
matematika dalam kehidupan, sikap rasa (Russefendi : 1991). Sedangkan Driver (Nanang,
ingin tahu, perhatian, dan minat dalam 2009 : 23) mengatakan bahwa pemahaman
mempelajari matematika, serta sikap ulet (comprehension) adalah suatu kemampuan
dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
untuk menjelaskan suatu situasi atau suatu
tindakan. Ini berarti pengertian esensi dari Merujuk pengertian pemahaman di atas,
pemahaman adalah memahami tentang situasi Nanang (2009 : 25) menyimpulkan bahwa
yang sedang dihadapi dan dapat mengungkapkan kemampuan pemahaman adalah suatu
serta menjelaskan maksud yang terkandung di kemampuan untuk dapat mengerti arti dari apa
dalamnya. Sementara Dimyati dan Mudjiono yang tersaji, kemampuan untuk menterjemahkan
(Nanang, 2009 : 24) berpendapat bahwa dari suatu bentuk ke bentuk yang lain dalam
pemahaman adalah kemampuan kata-kata, simbol, maupun interpretasi yang
menterjemahkan, menafsirkan, memperkirakan, berbentuk penjelasan, ringkasan, prediksi, dan
memahami isi pokok dan mengartikan tabel. hubungan sebab akibat.
Dalam matematika, Soedjadi (Nanang, 2009 : Ruseffendi (1991 : 221) menyatakan
24) mengatakan bahwa kemampuan pemahaman bahwa terdapat tiga jenis pemahaman yaitu : (1)
berarti suatu kemampuan untuk memahami yang pengubahan (translation), yaitu mampu
berkenaan dengan apa yang diajarkan tentang mengubah soal kata-kata ke dalam simbol dan
objek-objek matematika (fakta, konsep, prinsip, sebaliknya; (2) pemberian arti (interpretation),
dan relasi atau operasi). misalnya mampu mengartikan suatu kesamaan;
Pandangan matematika sebagai ilmu yang (3) dan pembuatan ekstrapolasi (extrapolation),
terstruktur, menuntut agar pemahaman peserta misalnya mampu memperkirakan suatu
didik tidak terpisah-pisah antara satu konsep kecenderungan yang tersirat dari suatu diagram.
dengan konsep lain, pemahaman peserta didik Sumarmo (2006, 2010) mengemukakan
pada topik tertertentu akan menuntut beberapa indikator pemahaman matematik
pemahaman peserta didik pada topik tertentu meliputi : mengenal, memahami, dan
akan menuntut pemahaman peserta didik pada menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide
topik sebelumnya. Untuk itu peserta didik dalam matematika.
belajar matematika harus memahami dua hal Kemampuan pemahaman matematik dapat
pokok tentang matematika. Yang pertama, digolongkan pada kemampuan tingkat rendah
peserta didik harus memahami konsep, prinsip, dan tingkat tinggi. Misalnya, mengingat,
hukum, aturan, dan kesimpulan yang diperoleh, menerapkan rumus secara langsung, menghitung
yang kedua peserta didik harus memahami cara secara sederhana, rutin atau logaritmik adalah
memperoleh semua itu. contoh pemahaman tingkat rendah atau yang
Kemampuan memahami atau mengerti dikenal juga sebagai pemahaman instrumental.
konsep-konsep matematika menurut Sabandar Sedangkan menyelesaikan perhitungan
(Nanang, 2009 : 24) merupakan kemampuan matematik disertai dengan kesadaran atas rumus,
untuk mengenal ataupun menerapkan konsep- atau aturan yang digunakan, dan mengkaitkan
konsep dalam mencari penyelesaian terhadap konsep dan prinsip yang satu dengan konsep dan
masalah yang dihadapi. Misalnya, dalam prinsip lainnya tergolong pemahaman tingkat
mencari panjang sisi yang lainnya suatu segitiga tinggi atau yang dikenal juga sebagai
siku-siku jika diketahui panjang sisi miring dan pemahaman relasional.
sisi siku-siku lainnya, siswa mengetahui bahwa
ia dapat menggunakan rumus Pythagoras. Dalam e. Evaluasi Sikap
hal ini siswa dapat mengenal bahwa situasi Tujuan pendidikan, termasuk didalamnya
mencari panjang sisi-sisi suatu segitiga siku-siku pengajaran, selain daripada daerah kognitif dan
mengandung konsep segitiga siku-siku dengan psikomotorik adalah daerah afektif. Diantaranya
teorema Pythagoras. Selanjutnya ia dapat yang berkenaan dengan sikap (attitude) sebagai
menggunakan teorema itu untuk menentukan manifestasi dari minat, motivasi, perasaan, dan
jawab terhadap pertanyaan tadi. semacamnya.
Pembentukan daerah afektif sebagai hasil b. Pengalaman belajar di kelas yang
belajar matematika relatif lebih lambat daripada diakibatkan proses pembelajaran yang
pembentukan daerah kognitif dan psikomotorik, kurang menarik hati siswa.
karena perubahan daerah afektif (baca sikap) c. Pengalaman di kelas sebagai hasil
memerlukan waktu yang lebih lama dan perlakuan guru (contohnya, guru yang
merupakan akibat dari pembentukan pada daerah selalu mencemooh siswa).
kognitif dan psikomotorik. Gagne (1974) d. Persepsi yang terbentuk oleh
menyebutkan bahwa daerah afektif ini sebagai ketidakberhasilan mempelajari
objek matematika yang sifatnya tidak langsung, matematika.
sedangkan daerah kognitif dan psikomotorik e. Tidak mengetahui kegunaan matematika.
sebagai obyek langsung, yang dapat secara Dari contoh diatas tampak bahwa
langsung dapat dimiliki dalam diri siswa setelah pembentukan sikap seseorang terhadap
kegiatan belajar mengajar berlangsung. matematika memerlukan proses yang cukup
Poerwadarminta (Dahiana, 2010 : 30), panjang, sebagai akumulasi dari pengalaman-
mendefinisikan bahwa sikap adalah pandangan pengalaman dalam belajar, melalui proses
yang berdasarkan pendirian (pendapat atau kognitif dan psikomotorik.
keyakinan). Sikap seseorang terhadap sesuatu Sesuai penjelasan diatas bahwa sikap itu
(misalnya terhadap matematika) sangat erat erat kaitannya dengan minat, maka kita perlu
kaitannya dengan minat. Sebagian dari sikap juga mengetahui apakah yang disebut dengan
bisa akibat dari minat. Agar siswa berminat atau minat. Russefendi (1991) mengemukakan bahwa
tertarik terhadap matematika, paling tidak siswa minat seseorang terhadap matematika
harus melihat kegunaannya, keindahannya, atau merupakan salah satu faktor untuk mengetahui
karena matematika menantang. Selain itu, sikap orang tersebut terhadap matematika.
mungkin juga siswa tertarik kepada matematika Artinya seseorang yang berminat terhadap
karena kesukaannya, argumentasinya jelas, soal- matematika akan menumbuhkan sikap positif
soalnya menantang, gurunya menyenangkan dan terhadap matematika. Untuk menumbuhkan
sebagainya (Darhim dalam Dahiana, 2010 ; 30). minat dan sikap positif siswa terhadap
Rajecki (Dahiana, 2010 : 28) menyatakan matematika perlu diperhatikan antara lain
bahwa sikap siswa terhadap matematika dapat kegunaan matematika bagi siswa dan cara guru
berupa sikap positif dan sikap negatif. Sikap menyampaikan matematika kepada siswa.
posiif dapat membantu siswa untuk menghargai Sehubungan dengan cara penyampaian materi,
mata pelajaran matematika dan membantu siswa Hudojo (Dahiana, 2010 : 31) menjelaskan bahwa
mengembangkan rasa percaya diri terhadap keberhasilan siswa belajar matematika
kemampuan dirinya. Sedangkan sikap negatif dipengaruhi oleh penguasaan pengajar terhadap
tidak dapat membantu siswa untuk menghargai berbagai cara penyampaian bahasan matematika
mata pelajaran matematika dan tidak dapat kepada peserta didik. Lebih jauh Marinawatie
membantu siswa mengembangkan rasa percaya (Dahiana, 2010 ; 31) menegaskan bahwa di
diri terhadap kemampuan dirinya. dalam kegiatan belajar mengajar guru
Contoh beberapa sikap negatif adalah hendaknya memusatkan perhatian pada usaha
adanya sebagian siswa tidak menyukai membangkitkan minat, semangat, daya cipta
matematika. Menurut Dahiana (2010 : 28) Hal (kreativitas) dan kemampuan siswa untuk
ini disebabkan antara lain : menemukan dan memecahkan masalah dengan
a. Persepsi umum tentang sulitnya matematika upaya siswa sendiri.
berdasar pendapat orang lain. Untuk mengetahui sikap seseorang
terhadap sesuatu terdapat tiga faktor yang perlu
diperhatikan : ada tidaknya sikap, arahnya dan yang berarti berhasil atau sesuatu yang
intensitasnya. Faktor-faktor lain yang perlu dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah
diperhatikan dalam mengungkapkan sikap populer mendefinisikan efetivitas sebagai
seseorang terhadap sesuatu ialah mengenai ketepatan penggunaan, hasil guna atau
keterbukaan, ketepatan dan relevansi. menunjang tujuan.
Ketidakterbukaannya itu mungkin karena danya Sejalan dengan pemaparan diatas menurut
unsur keseganan, takut atau demi kesopanan. Kamus besar bahasa Indonesia salah satu arti
Ketetapan sikap seseorang terhadap sesuatu kata efektif yaitu hasil guna yang berhubungan
sukar dijamin. Maksudnya ialah bila seseorang dengan usaha atau tindakan yang dilakukan.
ditanya tentang sikapnya atau intensitasnya Pengertian lain menurut Susanto (Elib :
cenderung untuk tidak sama. Persoalan ketiga 28), “Efektivitas merupakan daya pesan untuk
ialah cenderung untuk kurang relevansinya mempengaruhi atau tingkat kemampuan pesan-
jawaban seseorang (mengenai sikap) terhadap pesan untuk mempengaruhi” .Menurut
dua kalimat yang berbeda misalnya, walaupun pengertian Susanto diatas, efektivitas bisa
tujuan dari kedua kalimat/ pertanyaan itu sama. diartikan sebagai suatu pengukuran akan
Kedua pertanyaan/ pernyataan berikut tercapainya tujuan yang telah direncanakan
maksudnya sama, tetapi seseorang bisa sebelumnya secara matang.
menjawabnya secara berbeda. Dari beberapa pengertian diatas dapat
Dengan melaksanakan evaluasi sikap kita simpulkan bahwa Efektifitas tindakan pada
terhadap matematika. Ada beberapa manfaat pembelajaran merupakan ketepatan penggunaan
yang bisa diperoleh yaitu : dan keberhasilan yang dilakukan pada tindakan
a. Memperoleh balikan (feed back) sebagai pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak
dasar untuk memperbaiki proses belajar- dicapai. Tentu saja pembelajaran disini terkait
mengajar dan program pembelajaran dengan pembelajaran matematika.
remedial.
b. Memperbaiki perilaku diri sendiri (guru) Metode dan Desain Penelitian
maupun siswa Penelitian ini bermaksud memeriksa
c. Memperbaiki atau menambah fasilitas peningkatan kemampuan pemahaman
belajar yang masih kurang matematika dan sikap siswadengan
d. Mengetahui latar belakang kehidupan siswa menggunakan metode pembelajaran kooperatif.
yang berkenaan dengan aktivitas belajarnya. Dalam penelitian ini ada unsur yang
Untuk mengevaluasi sikap dapat dilakukan dimanipulasi, yaitu siswa yang mendapat
dengan wawancara, observasi, dan angket pembelajaran menggunakan metode
dengan segala kekurangan dan kelebihannya. pembelajaran kooperatif. Dengan demikian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode yang digunakan dalam penelitian ini
angket sebagai alat evaluasi sikap, serta adalah metode kuasi eksperimen.
menggunakan skala Likert sebagai skala untuk Dalam pelaksanaan penelitian diperlukan
mengungkapkan sikap yang perlu diketahui. dua kelas, dimana kelas pertama sebagai kelas
eksperimen dan kelas kedua sebagai kelas
e. Efektifitas Tindakan pada Pembelajaran kontrol. Peneliti akan memilih dua kelas tersebut
secara acak, kelas pertama diberikan
Sebelum kita membahas tentang efektifitas pembelajaran menggunakan metode
tindakan pada pembelajaran, kita perlu pembelajaran kooperatif dan kelas kedua
mengetahui terlebih dahulu apa arti kata menggunakan metode pembelajaran
efektifitas yang dibentuk dari kata efektif. Kata konvensional. Metode pembelajaran kooperatif
efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective
yang digunakan adalah metode STAD (Student Instrumen penelitian yang dibuat oleh
teams achievement divisions). Kedua kelompok peneliti ada dua jenis, yang pertama instrumen
akan diberikan pretes pada saat memulai yang digunakan sebagai pretes dan postes
pembelajaran dan diberi postes di akhir dimana instrumen tersebut disajikan dalam
pembelajaran. Adapun soal-soal pretes dan bentuk pilihan ganda (PG) beralasan yang
postes hampir sama, cuma urutan nomor yang bertujuan memperkuat jawaban yang dipilih oleh
berubah. Oleh karena itu, penelitian ini adalah siswa, dimana pretes diberikan untuk mengukur
penelitian kuasi ekspeimen yang menggunakan kemampuan awal kedua kelompok dan postes
desain kelompok kontrol pretes-postes.Dengan diberikan setelah proses pembelajaran berakhir
memperhatikan desain di atas, maka desain (akhir pertemuan) yang digunakan untuk melihat
penelitiannya adalah sebagai berikut: peningkatan kemampuan pemahaman
O X O matematika siswa. Instrumen yang kedua berupa
O O tes observasi atau yang dikenal sebagai angket
Keterangan : (skala sikap), dimana instrumen kedua ini
O : Pretes, Postes bertujuan untuk melihat bagaimana sikap siswa
X : Perlakuan pembelajaran dengan metode terhadap pembelajaran matematika dengan
pembelajaran kooperatif menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe STAD. Bentuk tes yang digunakan adalah
Sudjana (1992:84) mengemukakan, bentuk tes pilihan ganda (PG) yang disertakan
“Seluruh sumber data yang memungkinkan alasannya beserta bentuk tes uraian, adapun
memberikan informasi yang berguna bagi banyaknya soal pilihan ganda ada 10 butir dan
masalah penelitian disebut populasi. Sampel soal uraian ada 5 butir. Dengan bentuk seperti
adalah sebagian dari populasi terjangkau yang ini maka kita dapat melihat pemahaman siswa
memiliki sifat yang sama dengan populasi. akan materi yang telah diajarkan.

Tabel 3.1 Temuan dan Pembahasan


Setelah dilakukan pengolahan data yang
Keadaan Siswa kelas VIII MTsS Alif Al-
terdapat pada lampiran menunjukkan bahwa
Ittifaq Kabupaten Bandung
hasil tes awal (pretes) seperti yang tercantum
dalam tabel berikut.
Kelas Banyak Siswa Tabel 4.1
23 Data Tes Awal (Pretes) Hasil Penelitian
VIII – A
VIII – B 25 Tes Awal (Pretes)
VIII – C 27 Nilai Kelompok Kelompok
Eksperimen Kontrol
Jumlah 75
25,00 23,28
Rata-rata n = 25
Berdasarkan populasi tersebut, maka n = 23
penulis mengambil sampel sebanyak dua kelas Simpangan 14,42
15,42
yaitu kelas VIII – A dan VIII – B. Kemudian Baku
dipilih, kelas mana yang akan menggunakan
metode pembelajaran kooperatif tipe STAD atau Berdasarkan Tabel 4.1 di atas penulis
dengan metode pembelajaran konvensional dapat menginterpretasikan bahwa kelompok
(tradisional). eksperimen mempunyai rata-rata lebih besar
dibandingkan dengan nilai rata-rata kelompok
kontrol. Interpretasi ini tentunya belum dapat Tabel 4.4
menjawab hipotesis yang dikemukakan karena Tabel kualitas peningkatan kemampuan
hanya gambaran sekilas. pemahaman matematika kelas eksperimen

1. Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa Gain Kemampuan


Untuk mengetahui model pembelajaran No. Pemahaman Interpretasi
mana yang lebih baik untuk meningkatkan Matematika Siswa
kemampuan pemahaman matematika, maka S-01 0,21 Rendah
dilakukan uji t satu pihak yaitu puhak kanan. Adapun S-02 0,25 Rendah
S-03 0,06 Rendah
hipotesisnya adalah :
Tidak ada
H0 : µA ≤ µB S-04 *
peningkatan
HA : µA > µB S-05 0,08 Rendah
Indeks A menunjukkan kelas eksperimen S-06 0,16 Rendah
dan indeks B menunjukkan kelas kontrol. S-07 0,06 Rendah
Berdasarkan Sudjana (1992), kriteria pengujian S-08 0,14 Rendah
melalui uji satu pihak dengan db = n1 + n2 – 2 Tidak ada
S-09 *
peningkatan
dan taraf signifikasi α adalah, “terima H0 jika S-10 0,09 Rendah
thitung< t(1 – α) dan tolak H0 jika t memiliki harga S-11 0,07 Rendah
lain”. S-12 0,45 Sedang
Berdasarkan perhitungan di atas ternyata S-13 0,13 Rendah
thitung = 4,51 > t0,95(46) = 1,67 , karena tidak S-14 0,16 Rendah
memenuhi thitung< t(1 – α) maka Ho ditolak. Oleh S-15 0,11 Rendah
S-16 0,16 Rendah
karena itu dapat disimpulkan bahwa kemampuan
S-17 0,06 Rendah
pemahaman matematika siswa yang S-18 0,17 Rendah
menggunakan pembelajaran kooperatif lebih S-19 0,15 Rendah
baik daripada kemampuan pemahaman S-20 0,18 Rendah
matematika siswa yang menggunakan S-21 0,15 Rendah
pembelajaran konvensional. S-22 0,13 Rendah
S-23 0,69 Sedang
Dengan demikian maka “Model
∑ = 3,66
pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman X = 0,16
matematika siswa di MTs Alif Al-Ittifaq”.
Hipotesis diterima. Dari data tabel diatas dapat diketahui
rata-rata gain skor ternormalisasi sebesar 0,16,
2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman ini menunjukkan bahwa kualitas peningkatan
Matematik Siswa kemampuan pemahaman matematika siswa
memiliki peningkatan kualitas yang rendah
Pengolahan data kualitas peningkatan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
kemampuan pemahaman matematika siswa tipe STAD.
dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD dapat dilihat pada tabel Adapun pengolahan data kualitas
berikut ini : peningkatan kemampuan pemahaman matematika
siswa dengan menggunakan model pembelajaran
konvensional dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.5 Dari data tabel diatas dapat diketahui rata-rata
Tabel kualitas peningkatan kemampuan gain skor ternormalisasi sebesar 0,02, ini
pemahaman matematika kelas kontrol menunjukkan bahwa kualitas peningkatan
kemampuan pemahaman matematika siswa memiliki
peningkatan kualitas yang rendah dengan
Gain Kemampuan
Interpretasi menggunakan pembelajaran konvensional.
No. Pemahaman
Dari kedua pengolahan kualitas peningkatan
Matematika Siswa
kemampuan pemahaman matematika siswa antara
S-01 * Tidak ada
yang menggunakan pembelajaran konvensional
peningkatan
dengan yang menggunakan pembelajaran kooperatif
S-02 0,03 Rendah
tipe STAD, dapat kita lihat bahwa kualitas
S-03 0,05 Rendah
peningkatan kemampuan pemahaman matematika
S-04 * Tidak ada
siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif
peningkatan
tipe STAD lebih baik dari yang menggunakan
S-05 * Tidak ada
pembelajaran konvensional, walaupun secara
peningkatan
interpretasi sama-sama memiliki kualitas
S-06 0,03 Rendah
peningkatan yang rendah, tetapi secara perhitungan
S-07 0,05 Rendah kemampuan pemahaman matematika siswa yang
S-08 0,85 Tinggi menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD
S-09 * Tidak ada memiliki kualitas peningkatan yang lebih baik.
peningkatan
S-10 0,03 Rendah 3. Evaluasi Sikap Siswa
S-11 * Tidak ada Berdasarkan pengolahan data dari hasil
peningkatan penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa hampir
S-12 * Tidak ada seluruhnya dari jumlah siswa yang menjawab
peningkatan senang, mengerti dan bersikap positif terhadap model
S-13 * Tidak ada pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam
peningkatan pembelajaran matematika. Hal ini terlihat dari rata-
S-14 0,18 Rendah rata total skala sikap siswa yang berada diatas atau
S-15 * Tidak ada lebih besar daripada skor netral yaitu 3,53 > 3,00.
peningkatan Hal ini menunjukkan bahwa siswa bersikap positif
S-16 0,22 Rendah terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD
S-17 * Tidak ada dalam pembelajaran matematika. Dengan adanya
peningkatan minat siswa pada model ini tentu saja akan
S-18 0,02 Rendah mendukung memperlancar proses belajar mengajar
S-19 * Tidak ada yang menggunakan pembelajaran ini.
peningkatan
S-20 0,04 Rendah 4. Gain Kemampuan Pemahaman matematika
S-21 0,07 Rendah siswa yang menggunakan pembelajaran
S-22 0,02 Rendah kooperatif tipe STAD dan kaitannya dengan
S-23 0,15 Rendah Skala Sikap Siswa
S-24 * Tidak ada
peningkatan Tabel 4.7
S-25 * Tidak ada Tabel Penolong Untuk Melihat Kualitas
peningkatan Peningkatan Kemampuan Pemahaman
∑ = 0,57 Matematika Siswa dilihat dari Skala Sikap Siswa

X = 0,02
Gain Dilihat dari tabel diatas dapat diketahui
Kemampuan Skala
bahwa hampir semua siswa memiliki sikap yang
No. Pemahaman Interpretasi Sikap
Siswa (Y)
positif walaupun berbeda-beda tingkat kemampuan
Matematika pemahamannya. Disana terlihat bahwa siswa yang
Siswa (X)
memiliki sikap yang lebih baik dari siswa yang lain
S-01 0,21 Rendah 3,57
memiliki kualitas peningkatan kemampuan
S-02 0,25 Rendah 3,77
pemahaman yang baik pula, hal yang jauh lebih
S-03 0,06 Rendah 3,13
S-04 * Tidak ada 3,50
menarik adalah siswa yang memiliki kualitas
peningkatan peningkatan paling rendah diantara siswa yang lain
S-05 0,08 Rendah 3,87 tetapi masih memiliki sikap yang baik terhadap
S-06 0,16 Rendah 3,37 pembelajaran matematika yang berlangsung.
S-07 0,06 Rendah 4,10 Adapula yang tidak memiliki peningkatan
S-08 0,14 Rendah 3,30 kemampuan pemahaman matematika tetapi masih
S-09 * Tidak ada 3,37 memiliki sikap yang baik bahkan lebih baik daripada
peningkatan siswa yang lain.
S-10 0,09 Rendah 3,03 Inti dari penjelasan diatas semua siswa yang
S-11 0,07 Rendah 3,07 memiliki kualitas peningkatan maupun tidak,
S-12 0,45 Sedang 4,57 memiliki sikap yang positif terhadap pembelajaran
S-13 0,13 Rendah 3,23 matematika dengan menggunakan pembelajaran
S-14 0,16 Rendah 2,93
kooperatif tipe STAD.
S-15 0,11 Rendah 3,67
S-16 0,16 Rendah 3,83
5. Efektifitas Tindakan dalam Pembelajaran
S-17 0,06 Rendah 3,17
S-18 0,17 Rendah 3,63
yang dilakukan dalam Penelitian.
S-19 0,15 Rendah 3,37
Untuk melakukan pengukuran efektifitas
S-20 0,18 Rendah 3,07 tindakan dalam pembelajaran yang dilakukan dalam
S-21 0,15 Rendah 3,03 penelitian digunakan rumus dibawah ini :
S-22 0,13 Rendah 3,80
𝑋𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 − 𝑋𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
S-23 0,69 Sedang 4,60 d = 𝑆𝐷𝑝𝑜𝑜𝑙
∑ = 3,66 ∑ = 80,98
38,71−22,62
= 12,63
X = 0,16 Y = 3,52
= 1,27 (Interpretasi Tinggi)

Dari tabel penolong diatas dapat kita buat Pembahasan


kedalam tabel asosiasi untuk membantu kita melihat
Dari hasil penelitian diatas kita dapat
apa yang terjadi.
melihat bahwa kemampuan pemahaman
matematika siswa yang menggunakan
Tabel 4.8
Tabel Asosiasi antara Kualitas Peningkatan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik
Kemampuan Pemahaman Matematika Siswa daripada yang menggunakan pembelajaran
dengan Skala Sikap Siswa konvensional. Stahl (1994) berpendapat bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
Interpretasi Kualitas Skala Sikap Siswa yang dapat meningkatkan belajar siswa lebih
Peningkatan
Kemampuan
baik, dan meningkatkan sikap tolong menolong
<3
Pemahaman >3 3 dalam perilaku sosial. Suryadi (1999)
(Negatif)
Matematika (Positif) (Netral)
menyebutkan bahwa pembelajarn kooperatif
Tinggi - - -
Sedang 2 siswa - - adalah salah satu metode pembelajaran yang
Rendah 17 siswa - 1 siswa dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa.
Tidak ada peningkatan 2 siswa - -
Metode pembelajaran tipe STAD (Student
Teams Achievement Divisions) merupakan
salah satu metode pembelajaran kooperatif yang pembelajaran konvensional. Alhasil yang terjadi
sudah tidak diragukan dalam upaya para peserta didik setidaknya jauh lebih aktif
meningkatkan hasil belajar/ daya matematika dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
khususnya kemampuan pemahaman. dibanding pembelajaran konvensional, karena
Selain daripada itu Student Teams dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD
Achievement Divisions (STAD) merupakan peserta didik diberikan wadah untuk aktif dalam
salah satu tipe belajar kooperatif yang tiap langkah proses pembelajarannya, berbeda
menekankan pada aktifitas dan interaksi di dalam pembelajaran konvensional yang
antara siswa untuk saling memotivasi, saling memberikan waktu untuk siswa aktif dalam
membantu dalam menguasai materi pelajaran bagian-bagian tertentu dalam pembelajaran,
untuk mencapai prestasi yang maksimal. misalnya pada bagian tanya jawab dan bagian
Beberapa penelitian telah membuktikan pengerjaan soal, itu pun hanya beberapa peserta
bahwa metode pembelajaran STAD memberikan didik saja, karena beberapa peserta didik yang
manfaat yang baik terhadap hasil belajar siswa lain hanya menunggu teman sebayanya aktif dan
melalui peningkatan kemampuan-kemampuan mereka hanya menerima ilmu dari keaktifan
matematis yang ada. Diantaranya penelitian temannya saja, khususnya dalam bagian
Firman Syah Noor (2005) dalam Jurnal pengerjaan soal. Sehingga disini peserta didik
Pasundan (2012) yang menemukan bahwa yang berkemampuan tinggi semakin memahami
metode STAD lebih baik daripada metode materi dan yang berkemampuan rendah
konvensional terhadap hasil belajar dalam kebanyakan berada dalam kemampuan yang
pembuktian matematika. sama dan mungkin sebagian ada yang meningkat
Pada dasarnya model pembelajaran pemahamannya, serta peserta didik yang
koperatif tipe STAD (Students Teams berkemampuan rendah tidak terlalu terlihat
Achievement Divisions) bukanlah model peningkatan pemahamannya yang signifikan.
pembelajaran yang rumit dalam pelaksanaannya,
dalam arti lain model pembelajaran ini adalah Kesimpulan
model pembelajaran yang cukup sederhana Berdasarkan hasil analisis data dan
untuk dilakukan. Namun di berbeda sekolah, pengujian hipotesis maka dapat ditarik
berbeda pula tantangan atau permasalahan yang kesimpulan bahwa: Kemampuan pemahaman
terjadi dalam penggunaan model pembelajaran matematika siswa yang menggunakan
ini. Khususnya di tempat peneliti melakukan pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik
penelitian yang notabene sebuah madrasah. daripada kemampuan pemahaman matematika
Dari penjelasan di atas dapat kita lihat siswa yang menggunakan pembelajaran
sekilas bahwa model pembelajaran kooperatif konvensional, Siswa memiliki kualitas
tipe STAD memiliki keistimewaan tersendiri di peningkatan kemampuan pemahaman
banding pembelajaran konvensional. Secara kita matematika yang rendah dengan menggunakan
tahu bahwa model pembelajaran konvensional pembelajaran kooperatif tipe STAD maupun
cenderung lebih monoton, dan Guru memiliki yang menggunakan pembelajaran konvensional,
kapasitas yang lebih banyak dalam perannya Siswa memiliki sikap yang positif dalam
dibanding dalam pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran matematika dengan menggunakan
STAD. Dalam pembelajaran kooperatif tipe pembelajaran kooperatif tipe STAD, Siswa yang
STAD Guru memotivasi siswa agar aktif dalam memiliki kualitas peningkatan kemampuan
proses pembelajaran yang berlangsung, dan hal pemahaman matematika yang sedang memiliki sikap
itu jauh lebih tegas dibanding memotivasi positif terhadap pembelajaran matematika melalui
peserta didik dengan menggunakan pembelajaran koopertif tipe STAD, sebagian besar
siswa yang memiliki kualitas peningkatan
kemampuan pemahaman yang rendah memiliki sikap Hudojo, H. (2005). Pengembangan
positif dan satu siswa memiliki sikap negatif, serta Kurikulum dan Pembelajaran
siswa yang tidak memiliki peningkatan kemampuan Matematika. Malang. PENERBIT
pemahaman matematika memiliki sikap yang positif UNIVERSITAS NEGERI
terhadap pembelajaran matematika tersebut,
MALANG.
Pembelajaran yang dilakukan memiliki
efektifitas tindakan yang tinggi dalam penelitian
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran
ini.
Kooperatif. Pusat Sains dan
Matematika Sekolah Program
DAFTAR PUSTAKA
Pascasarjana UNESA : University
Press.
Ansari, B.I. (2004). Menumbuhkembangkan
Kemampuan Pemahaman dan
Kariadinata, R. (2001). Peningkatan dan
Komunikasi Matematik Siswa
Pemahaman Analogi Matematika
SMU melalui Strategi Think-Talk-
Siswa SMU Melalui
Write. Disertasi pada PPS UPI.
Pembelajaran Kooperatif. Tesis.
Bandung : Tidak Dipublikasikan.
Bandung: PPS UPI.

Astuti, W.W. (2000) Penerapan Strategi Belajar


Malone, J.A. dan Krismanto, A. (1997).
Kooperatif Tipe Student Teams
“Indonesian Students’ Attitudes
Achievement Divisions (STAD)
and Perception towards Small-
Pada Pembelajaran Matematika
Group Work in Mathematics’.
Kelas 2 Di MAN Magelang.
Journal of Science and
Tesis. Bandung: PPS UPI.
Mathematics Education in
Southeast Asia. XVI (2). 97-103.
Azwar, Saifuddin. (1995). Sikap Manusia, Teori
dan Pengukurannya. Yogyakarta
Mirawati, I. (2011).
: Liberty.
“Menumbuhkembangkan Sikap
Creswell, John W. (2010). Research Design. dan Kemampuan Pemahaman
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Matematika Peserta Didik
Melalui Pembelajaran Kooperatif
Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 22 Tipe TGT (Teams Games
Tahun 2006 Tentang Standar Isi Tournaments). Pasundan Journal
Sekolah Menengah. Jakarta : of Mathematics Education. 30-49
Depdiknas.
Noor, F.S. (2011). Kemampuan Menyusun
Depdiknas (2006). Permendiknas Nomor 23 Bukti Matematika: Eksperimen
Tahun 2006 tentang Standar pada Siswa SMA Menggunakan
Kompetensi Lulusan Sekolah Pembelajaran Kooperatif Tipe
Menengah. Jakarta : Depdiknas STAD. Pasundan Journal of
Mathematics Education. 86-95
Elib.unkom.ac.id/files/disk1/456/jbptunikompp-
gdl-iiphimawan-22764-7- Russeffendi, E.T. (2006). Pengantar kepada
babii.pdf Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika Pendidikan Matematika. Bandung
untuk Meningkatkan CBSA. : Wijaya Kusumah.
Bandung : Tarsito.
Sumarmo, U. (2010). Berpikir dan Disposisi
Ruseffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar Matematika : Apa, Mengapa, dan
Matematika Modern dan Bagaimana Dikembangkan
Komputer untuk Guru. Edisi Peserta Didik, Jurnal UPI.
Lima. Bandung : Tarsito. Tersedia pada
http//.www.math.sps.upi.edu
Russeffendi, E.T. (2005). Dasar-Dasar
Penelitian Pendidikan dan Sumarmo, U. (1987). Kemampuan
Bidang Non-Eksakta Lainnya. Pemahaman dan Penalaran
Bandung : Tarsito. Matematis Siswa sMA dikaitkan
dengan Kemampuan Penalaran
Siskandar. (2008). SikapdanMotivasi Logika Siswa dan Beberapa
Siswadalam kaitan dengan Hasil Unsur Proses Belajar Mengajar.
Belajar Matematika di SD. Bandung : Disertasi pada PPS
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/j UPI. Bandung : Tidak
urnal/1407208438451.pdf Dipublikasikan.
(online). diakses tanggal 6 April
2011. Sumarmo, U. (2006). Berfikir Matematik
Tingkat Tinggi. Makalah pada
Slavin, E. (1995). Cooperative Learning: Seminar Pendidikan Matematika
theory and Practice, Fourth UNPAD, Bandung
Edition. Massachusetts : Allyn
and Bacon Publisher.perensi Wahyudin. (2012). Filsafat dan Model-
Nasional Matematika X ITB, 17- Model Pembelajaran
20 Juli 2000) Matematika. Bandung : Mandiri.

Stahl, R.J. (1994). Cooperative Learning in Wahyudin. (1999). Kemampuan Guru


Social Studies. Handbook for Matematika, Calon Guru
Teacher. USA : Kane Publishing Matematika dan Siswa dalam
Service, Inc. Mata Pelajaran Matematika.
Desertasi. Bandung : FPS UPI.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk


Penelitian. Bandung : Alfabeta.

Suherman, E dan Sukjaya, Y. (1990).


Petunjuk Praktis untuk
Melaksanakan Evaluasi

You might also like