You are on page 1of 15

MAKALAH BUDIDAYA KOMODITAS UBI JALAR

MATA KULIAH : DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Dosen Pengampu : Ir. Widiwurdjani, M.P.

Disusun Oleh :

Lutfita Ayu Kusumawardani

22025010098

Kelas B

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

TAHUN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah
Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang
ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah
Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara
beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke kawasan
Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. Pada tahun 1960-an penanaman ubi jalar
sudah meluas ke seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 1968 Indonesia merupakan
Negara penghasil ubi jalar nomor empat di dunia. Sentra produksi ubi jalar adalah Provinsi
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Sumatra Utara.
Salah satu produk pertanian Indonesia yang potensial untuk dijadikan alternatif
pengganti terigu ialah ubi jalar. Keberadaan ubi jalar cukup dikenal oleh masyarakat
Indonesia, bahkan di beberapa daerah seperti Papua, ubi jalar dijadikan sebagai makanan
pokok. Selain itu, ditinjau dari segi potensinya, ubi jalar memiliki prospek yang cukup
bagus sebagai komoditas pertanian unggulan. Sebagai tanaman palawija yang memiliki
potensi produksi ± 25-40 ton/ha dan waktu tanam yang relatif singkat (3,5-6 bulan), saat
ini ubi jalar merupakan tanaman umbi-umbian yang paling produktif (Widhi dan Dahrul ,
2008).
Ubi jalar merupakan salah satu komoditas bahan pangan penting di Indonesia.
Menurut Sarwono (2005) Indonesia merupakan produsen ubi jalar terbesar kedua di Asia
setelah Cina (109 juta ton/th). Produksi ubi jalar Indonesia berdasarkan data BPS
tahun2009 mencapai 2,06 juta ton. Produktivitas ubi jalar Indonesia boleh dikatakan masih
rendah. Hasil umbi basah rata-rata pada tingkat petani 7,3 ton per hektar (Lingga,
2007);sedangkan rata-rata produksi di tingkat nasional 9,5 ton per hektar (Juanda dan
Cahyono,2000). Menurut Sumarno (1985), peningkatan produktivitas pada tanaman ubi
jalar dipengaruhi oleh penggunaan sarana produksi pupuk dan bibit yang baik. Tanaman
ubi jalar sangat boros dalam penyerapan hara, oleh karena itu perlu pemberian unsur yang
tepat dan mencukupi untuk memperoleh hasil umbi yang optimal.
1.2 Respon Masyarakat
Respon masyarakat dengan adanya tanaman ubi jalar adalah sangat menerima dan
senang karena ubi jalar bisa menjadi makanan alternatif untuk masyarakat ketika beras atau
makanan pokok yang lain tidak ada. Selain itu, ubi jalar merupakan tanaman yang bisa
dibilang mudah dalam penanamannya dan memiliki banyak manfaat. Ubi jalar juga mudah
untuk diolah mulai dari daun, buah, maupun batangnya. Ubi jalar merupakan salah satu
makanan kesukaan masyarakat Ahmad. Pasalnya, selain rasanya yang manis, ubi jalar
termasuk makanan yang mudah cara pengolahannya. Tak heran jika ada banyak macam
olahan ubi jalar yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia maupun luar Indonesia.
1.3 Kegunaan Ubi Jalar
Ubi jalar merupakan tanaman yang sangat familiar yang banyak ditemukan di pasar
dengan harga relatif murah. Terdapat beberapa jenis ubi jalar dan jenis yang paling umum
adalah ubi jalar putih, merah, ungu, kuning atau orange. Kelebihan dari ubi jalar yaitu
mengandung antioksidan yang kuat untuk menetralisir keganasan radikal bebas penyebab
penuaan dini dan pencetus aneka penyakit degeneratif seperti kanker dan jantung. Zat gizi
lain yang banyak terdapat dalam ubi jalar adalah energi, vitamin C, vitamin B6
(Piridoksin) yang berperan penting dalam kekebalan tubuh. Kandungan mineralnya dalam
ubi jalar seperti fosfor, kalsium, mangan, zat besi dan serat yang larut untuk menyerap
kelebihan lemak atau kolesterol dalam darah
1.4 Prospek Agribisnis
• Tepung Ubi jalar
Tepung ubi jalar, diperoleh dari pati ubi jalar yang telah diparut. Pati ini kemudian
dikeringkan, dan didapatlah tepung yang bisa digunakan untuk membuat berbagai
macam makanan.
• Kue Ubi Jalar
Cara membuat kue ubi jalar : Ubi Jalar dapat juga dimanfaatkan untuk membuat kue.
Caranya gula halus dan margarin dikocok hingga halus berwarna putih. Masukkan isi
telur ayam satu per satu sambil dikocok. Kemudian masukkan tepung yang sudah
dicampur dengan baking powder dan ovalet, kemudian dikocok dengan kecepatan
rendah hingga tercampur merata. Adonan dimasukkan ke dalam loyang yang sudah
diolesi margarin dan ditaburi tepung. Loyang yang telah diisi adonan dioven pada suhu
160Oc selama 50 menit. Jadilah cake ubi jalar.
• Ceriping ubi jalar
Cara membuat ceriping ubi jalar : Bahan untuk membuat ceriping ubi jalar terdiri atas:
ubi jalar segar, gala, garam, dan minyak goreng. Ubi jalar dikupas, kemudian dicuci
hingga bersih dan ditiriskan. Iris tipis-tipis dengan mesin pengiris atau pisau. Tebal
irisan 0,5 mm. Irisan ubi jalar direndam dalam air kapur sirih, kemudian tambah garam
dan gula secukupnya. Perendaman dibiarkan selama 30 menit. Keringkan dengan cara
dijemur di bawah sinar matahari atau dengan menggunakan oven. Setelah kering irisan
ubi jalar digoreng di atas yang panasnya stabil hingga matang kering. Jika menghendaki
rasa manis, ceriping ubi jalar yang sudah matang dimasak ulang dengan larutan gula.
• Selai Ubi Jalar
Cara membuat selai ubi jalar : Ubi jalar dikupas dan dicuci bersih. Kemudian direbus.
Siapkan Nanas lalu dipotong kecil-kecil. Ubi jalar dicampur dengan nanas, gula pasir
dan air. Kemudian semua bahan hancurkan dengan blender selama 3 – 5 menit. Adonan
tersebut dimasak sambil diaduk-aduk hingga kental. Menjelang pemasakan selesai.
Asam sitrat dan satu sendok gula pasir dituangkan ke dalam adonan. Setelah masak,
selai diangin-anginkan hingga dingin. Kemudian dikemas.

1.5 Kendala Berbudidaya Ubi Jalar


a. Petani masih banyak yang menggunakan varietas lokal karena kesulitan dalam
mendapatkan bibit varietas unggul.
b. Input yang diberikan pada pertanaman rendah.
c. Petani umumnya menggunakan bibit setek yang diambil dari pertanaman produksi
sehingga hasilnya kurang bagus. Seharusnya bibit setek diambil dari tunas persemaian
umbi.
d. Adanya gangguan hama boleng dan penyakit kudis.
e. Adanya hambatan non-biologis seperti kekeringan dan naungan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistematika Botani Tanaman

2.1.1 Klasifikasi Tanaman

Adapun taksonom tanaman ubi jalar menurut Heyne (1987) yaitu sebagai
berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivsio : Angospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Convolvulus

Famili : Convolvulacea

Genus : Ipomoea

Speces : Ipomoea batatas L.

2.1.2 Syarat Tumbuh

1. Iklim

Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi dengan
daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah
20°C dan suhu minimum tinggal di atas 15°C. Untuk budidaya ubi jalar temperatur
antara 15 hingga 33°C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal yang
antara 20 hingga 25°C. Temperatur rendah pada malam mendukung pembentukan
umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung perkembangan
vegetatif (perkembangan umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran suhu 20 hingga
30°C, optimum 25°C dan umumnya berhenti di bawah 10°C). Ubi jalar adalah
tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk pembangunan maksimum.
Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-hari pendek mendukung
pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan dedaunan. Kelembaban
memiliki pengaruh yang menentukan pertumbuhan ubi dan produksi. Kadar air daun
adalah (86%), batang (88,4%) dan umbi (70,6%). Kelembaban penting untuk
mencapai perkecambahan yang baik. Tanah juga harus tetap basah selama masa
pertumbuhan (60-120 hari), meskipun pada panen kelembaban harus rendah untuk
mencegah busuk umbi . Kondisi yang mendukung perkembangan bagian vegetatif
tanaman meliputi kelembaban relatif 80% dan tanah lembap. Tanaman ubi jalar
membutuhkan hawa panas dan udara yang lembap.

Daerahyang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu
21-27 °C . Daerah yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah
yang disukai. Pertumbuhan dan produksi yang optimal untuk usaha tani ubi jalar
tercapai pada musim kering (kemarau). Di tanah yang kering (tegalan) waktu tanam
yang baik untuk tanaman ubi jalar yaitu pada waktu musim hujan, sedang pada tanah
sawah waktu tanam yang baik yaitu sesudah tanaman padi dipanen. Tanaman ubi jalar
dapat ditanam di daerah dengan curah hujan 500-5000 mm/tahun, optimalnya antara
750-1500 mm/tahun.

2. Media Tanam

a) Hampir setiap jenis tanah pertanian cocok untuk membudidayakan ubi jalar.
Jenis tanah yang paling baik adalah pasir berlempung, gembur, banyak
mengandung bahan organik, aerasi serta drainasenya baik. Penanaman ubi jalar
pada tanah kering dan pecah-pecah sering menyebabkan ubi jalar mudah
terserang hama penggerek (Cylas sp.). Sebaliknya, bila ditanam pada tanah yang
mudah becek atau berdrainase yang jelek, dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman ubi jalar kerdil, ubi mudah busuk, kadar serat tinggi, dan bentuk ubi
benjol.
b) Derajat keasaman tanah adalah Ph=5,5-7,5. Sewaktu muda memerlukan
kelembaban tanah yang cukup.
c) Ubi jalar cocok ditanam di lahan tegalan atau sawah bekas tanaman padi,
terutama pada musim kemarau. Pada waktu muda tanaman membutuhkan tanah
yang cukup lembap. Oleh karena itu, untuk penanaman di musim kemarau harus
tersedia air yang memadai.

3. Ketinggian Tempat

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembap.
Tanaman ubi jalar juga dapat beradaptasi luas terhadap lingkungan tumbuh karena
daerah penyebaran terletak pada 300 LU dan 300 LS. Di Ahmad yang beriklim
tropik, tanaman ubi jalar cocok ditanam di dataran rendah hingga ketinggian 500 m
dpl. Di dataran tinggi dengan ketinggian1.000 m dpl, ubi jalar masih dapat tumbuh
dengan baik, tetapi umur panen menjadi panjang dan hasilnya rendah.

2.1.3 Bagian-Bagian Tanaman Ubi Jalar

a. Akar
Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar
lumbung atau umbi. Akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur hara
yang ada dalam tanah, sedangkan akar lumbung berfungsi sebagai tempat untuk
menimbun sebagian makanan yang nantinya akan terbentuk umbi. Kedalaman akar
tidak lebih dari 45 cm. Biasanya sekitar15 persen dari seluruh akarnya yang
terbentuk akan menebal dan membentuk akar lumbung yang tumbuh agak dangkal.
Ukuran umbi meningkat selama daun masih tetapi aktif (Sonhaji, 2007).
b. Batang
Ubi jalar merupakan tanaman dikotiledon tahunan dengan batang panjang
menjalar dan daun berbentuk jantung hingga bundar yang bertopang tangkai daun
tegak. Bagian tengah batang tempat tumbuhnya cabang lateral biasanya bengkok dan
bergantung pada panjang ruas batang, dapat terlihat berupa semak. Tipe kultivar
yaitu semak, semak menjalar atau menjalar, lebih ditentukan oleh panjang ruas
daripada oleh panjang batang, percabangan batang berbeda-beda bergantung pada
kultivar (Rybatzky dan Yamaguchi, 1998).
c. Daun
Daun ubi jalar bentuknya berbeda-beda tergantung varietasnya. Tangkai daun
melekat pada buku-buku batang. Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi
rata atau berlekuk-lekuk dangkal sampai berlekuk dalam sedangkan bagian ujung
daun meruncing. Helaian daun berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung,
tetapi ada yang bersifat menjari. Daun berwarna hijau tua atau hijau kekuning-
kuningan (Suparman, 2007).
d. Bunga
Mahkota bunga menyatu membentuk terompet, berdiameter 3-4 cm, berwarna
merah jambu pucat dengan leher terompet kemerahan, ungu pucat atau ungu,
menyerupai warna bunga “mekar pagi” (morning glory). Bunga mekar pada pagi
hari dan menutup serta layu dalam beberapa jam. Penyerbukan dilakukan oleh
serangga.
e. Biji
Biji berbentuk kapsul, sebanyak 1-4 bij. Biji matang berwarna hitam, bentuknya
memph dan keras dan biasanya memerlukan pengausan (skarifikasi) untuk
membantu perkecambahan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).Varietas unggul ubi
jalar yang dianjurkan adalah daya, prambanan, borobudur, mendut, dan kalasan.
Deskripsi masing-masing varietas unggul ubi jalar adalah sebagai berikut:
• Daya
a) Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas (kultivar) putri
selatan x jonggol.
b) Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
c) Umur panen 110 hari setelah tanam.
d) Kulit dan daging ubi berwarna jingga muda.
e) Rasa ubi manis dan agak berair.
f) Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
• Prambanan
a) Diperoleh dari hasil persilangan antara varietas daya x centenial II.
b) Potensi hasil antara 25-35 ton per hektar.
c) Umur panen 135 hari setelah tanam.
d) Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
e) Rasa ubi enak dan manis.
f) Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
• Borobudur
a) Varietas ini merupakan hasil persilangan antara varietas daya x philippina.
b) Potensi hasil antara 25-35 ton per ha.
c) Kulit dan daging ubi berwarna jingga.
d) Umur panen 120 hari setelah tanam.
e) Ubi berasa manis.
f) Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
• Mendut
a) Varietas ini berasal dari klon MLG 12653 introduksi asal IITA, Nigeria
tahun 1984.
b) Potensi hasil antara 25-50 ton per ha.
c) Umur panen 125 hari setelah tanam.
d) Rasa ubi manis.
e) Varietas tahan terhadap penyakit kudis atau scab.
• Kalasan
a) Varietas diintroduksi dari Taiwan.
b) Potensi hasil antara 31,2-42,5 ton/ha atau rata-rata 40 ton/ha.
c) Umur panen 95-100 hari setelah tanam.
d) Warna kulit ubi cokelat muda, sedangkan daging ubi berwarna orange
muda (kuning).
e) Rasa ubi agak manis, tekstur sedang, dan agak berair.
f) Varietas agak tahan terhadap hama penggerek ubi (Cylas sp.).
g) Varietas cocok ditanam di daerah kering sampai basah, dan dapat
beradaptasi di lahan marginal.

2.2 Budidaya Tanaman

1. Persiapan lahan

Penyiapan lahan bagi ubi jalar sebaiknya dilakukan pada saat tanah tidak terlalu
basah atau tidak terlalu kering agar strukturnya tidak rusak, lengket, atau
keras. Penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Tanah diolah terlebih dahulu hingga gembur, kemudian dibiarkan selama 1 minggu.
Tanah untuk budi daya ubi jalar diolah secara sempurna (dibajak dua kali dengan
kedalaman lapis olah >30 cm) dan digaru, dibersihkan dari sisa-sisa tanaman
sebelumnya.
b) Tanah langsung diolah bersamaan dengan pembuatan guludan-guludan. Dibuat
guludan tunggal dengan lebar 50-60 cm, tinggi 40-50 cm, dan jarak antar guludan
80-100 cm. Pada lahan yang miring dibuat teras bangku dan pembuatan guludan
mengikuti kontur lahan. Jika tanah yang akan ditanami ubi jalar adalah tanah sawah
maka pertama-tama jerami dibabat, lalu dibuat tumpukan selebar 60 sampai 100
cm. Kalau tanah yang dipergunakan adalah tanah tegalan maka bedengan dibuat
dengan jarak 1 meter. Apabila penanaman dilakukan pada tanah-tanah yang miring,
maka pada musim hujan bedengan sebaiknya dibuat membujur sesuai dengan
miringnya tanah. Ukuran guludan disesuaikan dengan keadaan tanah. Pada tanah
yang ringan (pasir mengandung liat) ukuran guludan adalah lebar bawah 60 cm,
tinggi 30-40 cm, dan jarak antar guludan 70-100 cm. Pada tanah pasir ukuran
guludan adalah lebar bawah 40 cm, tinggi 25-30 cm, dan jarak antar guludan 70-100
cm. Arah guludan sebaiknya memanjang Utara-Selatan, dan ukuran panjang guludan
disesuaikan dengan keadaan lahan.

2. Pemilihan varietas unggul

Pemilihan varietas ubi jalar disesuaikan dengan agroekosistem setempat dan sesuai
dengan permintaan pengguna. Varietas unggul ubi jalar umur genjah (3,5-4 bulan) dan
umur dalam (4,5-5,0 bulan).

3. Pemilihan Bibit berkualitas

Bibit diambil dari tanaman sehat berupa stek pucuk dengan panjang 20-25 cm.
Apabila telah digunakan 4-5 generasi, bibit diperbanyak terlebih dahulu dari umbi,
kemudian setelah berumur 2-3 bulan diambil stek pucuk untuk dijadikan bibit. Selain itu
Bahan stek yang digunakan sebagai bahan perbanyakan merupakan bagian tanaman yang
berasal dari batang ubi yang diambil dari klon unggul dengan keadaan pertumbuhannya
sehat dan normal. Panjang stek adalah 3 ruas buku, sekitar 15-20 cm tergantung panjang
jenis ruas setiap genotip. Panjang stek adalah 3 ruas buku, sekitar 15-20 cm tergantung
panjang jenis ruas setiap genotip (Kementan, 2000). Sebelum ditanam, bibit direndam
dalam larutan fungisida Mancozeb 80% dan insektisida karbo sulfan selama lima menit

4. Penanaman dan pengaturan populasi tanaman

Di lahan sawah, ubi jalar ditanam setelah panen padi pada awal atau pertengahan
musim kemarau dandi lahan kering pada awal/pertengahan musim hujan. Penanaman
dapat dilakukan dengan sistem kering (tanah cukup lembap) dan sistem basah
(diari). Sebelum bibit ditanam, sebagian daunnya dikurangi (dirempes) untuk
mengurangi penguapan. Stek ditanam datar/miring, sedalam 2-3 ruas (5-1 0 cm).
Penyulaman bibit yang mati dilakukan sesegera mungkin, maksimum 2 minggu setelah
tanam. Untuk penentuan pola tanam Sistem tanam ubi jalar dapat dilakukan secara
tunggal (monokultur) dan tumpang sari dengan kacang tanah.

a) Sistem Monokultur
Membuat larikan-larikan dangkal arah memanjang di sepanjang puncak
guludan dengan cangkul sedalam 10 cm, atau buat lubang dengan tugal, jarak antar
lubang 25-30 cm, lalu membuat larikan atau lubang tugal sejauh 7-10 cm di kiri dan
kanan lubang tanam untuk tempat pupuk, kemudian menanamkan bibit ubi jalar ke
dalam lubang atau larikan hingga dangkal batang (setek) terbenam tanah ½ sampai
dengan 2/3 bagian, kemudian padatkan tanah dekat pangkal setek (bibit). Lalu
memasukkan pupuk dasar berupa urea 1/3 bagian ditambah TSP
seluruh bagian ditambah KCl 1/3 bagian dari dosis anjuran ke dalam lubang
atau larikan, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Dosis pupuk yang
dianjurkan adalah 45-90 kg N/ha (100-200 kg Urea/ha)-ditambah 25 kg P2O5/ha (50
kg TSP/ha) ditambah 50 kg K2O/ha (100 kg KCl/ha). Pada saat tanam diberikan
pupuk urea 34-67 kg ditambah TSP 50 kg ditambah KCl 34 kg per hektar. Tanaman
ubi jalar amat tanggap terhadap pemberian pupuk N (urea) dan K (KCl) (Kementan,
2000).
b) Sistem Tumpang Sari
Tujuan sistem tumpang sari antara lain untuk meningkatkan produksi dan
pendapatan persatuan luas lahan. Jenis tanaman yang serasi ditumpang sarikan
dengan ubi jalar adalah kacang tanah. Tata cara penanaman sistem tumpang sari
prinsipnya sama dengan sistem monokultur, hanya di antara barisan tanaman ubi
jalar atau di sisi guludan ditanami kacang tanah. Jarak tanam ubi jalar 100 cm x 25-
30 cm, dan jarak tanam kacang tanah 30 x 10 cm.

5. Pemupukan

Pupuk kandang 10 t/ha diberikan pada saat pembuatan guludan. Pupuk


buatan(anorganik): 100-200 kg urea + 100 kg SP36 + 100 kg KCI/ha. Pemupukan
pertama: 1/3 urea + 1/3 KCI + semua SP36, diberikan 2-7 hari setelah tanam, ditugal atau
digarit di sekitar tanaman. Pemupukan kedua dengan takaran 2/3 urea + 2/3 KCI
diberikan pada umur 1,5 bulan, ditugal atau digarit.

6. Pengendalian hama, penyakit dan gulma.

a) Pengendalian hama

Hama utama pada ubi jalar adalah Penggerek batang ubi jalar, Pengendalian
dapat dilakukan dengan :

• Rotasi tanaman untuk memutus daur atau siklus hama;


• Pengamatan tanaman pada stadium umur muda terhadap gejala serangan hama: bila
serangan hama >5 %, perlu dilakukan pengendalian secara kimiawi;
• Pemotongan dan pemusnahan bagian tanaman yang terserang berat;
• Penyemprotan insektisida yang mangkus dan sangkil, seperti curacron 500 ec atau
matador 25 dengan konsentrasi yang dianjurkan.b.
b) Pengendalian penyakit
Penyakit yang biasanya menyerang pertanaman ubi jalar adalah penyakit kudis
atau Scab yang disebabkan oleh jamur Elsinoe batatas. Tingkat serangan yang berat
menyebabkan daun tidak produktif dalam melakukan fotosintesis sehingga hasil ubi
menurun bahkan tidak menghasilkan sama sekali. Pengendalian dapat dilakukan
dengan :
• Pergiliran/rotasi tanaman untuk memutus siklus hidup penyakit;
• Penanaman ubi jalar bervarietas tahan penyakit kudis, seperti daya dan gedang;
• Kultur teknik budi daya secara intensif;
• Penggunaan bahan tanaman (bibit) yang sehat (lingga, 1985).
c) Pengendalian gulma
• Identifikasi jenis gulma (rumput, teki, gulma berdaun lebar) dan menentukan tingkat
kepadatan gulma untuk menetapkan cara/teknik pengendalian
• Taktik dan teknik pengendalian
Mekanis, Kultur teknis, Kimiawi (herbisida).
• Prinsip pengendalian
Secara mekanis pada umur 3 minggu atau sebelum pemupukan ke-2.Secara mekanis
pada umur 1 ,5 bulan, bersamaan dengan pembumbunan. Pemberian mulsa jerami 2
t//ha dapat mengurangi penyiangan.

7. Pengairan dan Pembuatan Saluran Drainase

Pada 8 minggu pertama, tanaman memerlukan air yang cukup, sehingga apabila
tidak cukup hujan, tanaman harus diairi tiap minggu. Pada minggu berikutnya, tanaman
diairi 2-3 minggu sekali, bergantung pada keadaan. Pada 2-3 minggu sebelum panen,
lahan diupayakan dalam kondisi kering. Saluran drainase diperlukan terutama pada
musim hujan untuk mencegah terjadinya genangan air.

8. Pembalikan kanopi tanaman


Pembalikan dilakukan dengan mengangkat dan membalik batang/sulur tanaman
untuk mencegah munculnya akar dari ruas batang agar tidak mengganggu pertumbuhan
umbi. Pembalikan kanopi dilakukan dua kali , pada umur 2 dan 3 bulan.

9. Pemanenan

Di dataran rendah, panen dilakukan pada umur 3,5-5 bulan . Di dataran tinggi, panen
dapat dilakukan sampai tanaman berumur 6-8 bulan. Ciri- ciri tanaman yang siap dipanen
adalah sebagian daun telah menguning. Panen dilakukan dengan memotong batang dan
menyingkirkan brangkasan tanaman, kemudian membongkar guludan. Pada waktu panen
diupayakan tidak banyak terjadi pelukaan pada umbi. Umbi dibersihkan dari tanah dan
kotoran. Sebaiknya dilakukan pemisahan (grading) umbi berdasarkan ukurannya. Panen
dengan tangkai umbi akan memperpanjang masa simpan. Umbi disimpan dalam karung
atau keranjang (Juanda dan Cahyono, 2002).
DAFTAR PUSTAKA

Cheng, F.R., Staples, G., 1995. Convolvulaceae. Flora of China 16: 271– 325.

Juanda, D.J.S. dan B. Cahyono. 2002. Ubi jalar : Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius. Ahmad.

Kementerian Pertanian. 2000. Ubi Jalar atau Ketela Rambat (Ipomoea batatas L.).
http://www.litbang.pertanian.go.id/.

Lingga, P. 1985. Bertanam Ubi-Ubian. Ahmad. Penebar Swadaya, Ahmad.

Sarwono, B. 2005. Ubi jalar : Cara Budidaya yang Tepat, Efisien, dan Ekonomis. Penebar
Swadaya. Ahmad.

Sumarno. 1985. Pengaruh Dosis dan Waktu Pemberian Pupuk Urea pada Tanah Aluvial
dan Mediteran terhadap Pertumbuhan dan Produksi Ubi jalar Varietas Lokal
Grompol dan Unggul. Universitas Brawijaya. Malang. 74hal.

Suratman, Dwi P., Ahmad D.S. 2000. Analisis Keragaman Genus Ipomoea Berdasarkan
Karakter Morfologi. Biodiversitas 1(2): 72-79.

Wahyuni, S. Dan Wargiono. 2012. Morfologi dan Anatomi Tanaman. Wargiono (ed). Proc.
Ubi jalar: Inovasi Teknologi dan Prospek Pengembangan. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor : 37-56
LAMPIRAN

You might also like