You are on page 1of 42

TUGAS

KLIPING

TARI , ALAT MUSIK,


RUMAH ADAT DAN
PAKAIAN ADAT
DI INDONESIA
Nama : Azka Indera Yanuar
Kelas : 5A
Sekolah : SD Pakis 1

Page | 2
Tari Kecak

Jika liburan ke Bali, pasti kita nggak ingin melewatkan pementasan tari kecak yang terkenal di
daerah Uluwatu. Tari kecak dibawakan oleh puluhan penari laki-laki yang duduk melingkar,
mengangkat kedua tangannya, dan menyerukan “cak”. Tari ini menceritakan kisah Ramayana
yang mendalam.

Page | 3
Tari Jaipong

Tari tradisional asal Jawa Barat ini terkenal dengan gerakannya yang dinamis. Tarian ini
sebenarnya merupakan gabungan dari pencak silat, Tari Ronggeng, dan Tari Ketuk Tilu.Bisa
ditarikan secara perorangan atau grup. Tari ini menceritakan tentang karakteristik wanita sunda
yang pemberani, mandiri, pekerja keras, dan romantis.

Page | 4
Tari Pendet

Berasal dari pulau yang sama dengan Tari Kecak, Tari Pendet juga merupakan salah satu tari
tradisional Bali yang terkenal dan biasa dibawakan oleh penari wanita dengan mangkuk kecil
alias bokor berisi berbagai macam bunga. Tari ini dipertunjukkan sebagai tarian selamat datang
atau tarian penyambutan.

Page | 5
Tari Zapin

Dalam tarian ini, tertanam nilai-nilai ajaran Islam yang digunakan sebagai sarana dakwah. Tari
Zapin mengandung ilmu edukasi untuk penduduk Kepulauan Riau agar memiliki rasa sosial yang
tinggi dalam hidup di tengah masyakarat.

Page | 6
Tari Gambyong

Tari Gambyong menampilkan gerakan yang anggun dan indah. Gerakan memutar, maju-mundur,
menggerakan kepala, dan memainkan selendang, secara filosofis menggambarkan kecantikkan
dan kelembutan wanita Jawa. Tari Gambyong bisa dipertunjukkan untuk kebutuhan menyambut
tamu kehormatan.

Gambyong merupakan salah satu bentuk tarian Jawa klasik yang berasal-mula dari wilayah
Surakarta dan biasanya dibawakan untuk pertunjukan atau menyambut tamu. Gambyong
bukanlah satu tarian saja melainkan terdiri dari bermacam-macam koreografi.

Page | 7
Tari Yapong

Tarian kontemporer ini merupakan ciri khas kebudayaan masyarakat Betawi di Jakarta. Gerakan
Tari Yapong ini sederhana, tapi sangat dinamis, eksotis, dan ekspresif. Dalam beberapa
gerakannya, tari ini memperlihatkan suasana yang gembira dalam menyambut kedatangan tamu
kehormatan.

Page | 8
Tari Leleng

Berasal dari Kalimantan Timur, Tari Leleng menceritakan tentang seorang gadis yang
dikawinkan secara paksa oleh orangtuanya. Kemudian gadis tersebut memilih kabur dari rumah
dan melarikan diri ke dalam hutan. Ciri khas tari tradisional ini adalah kostumnya yang waran-
warni dan aksesoris bulu pada tangan.

Page | 9
Tari Piring

Tari tradisional asal Sumatera Barat ini sangat unik karena menggunakan properti berupa piring-
piring yang diayun-ayunkan sepanjang pertunjukkan. Para penari membutuhkan konsentrasi
penuh agar piring nggak jatuh dan pecah! Sudah pernah melihat pertunjukkan tari piring?

Page | 10
Tari Tor Tor

Tarian yang mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Buddha ini berasal dari Batak Toba,
Sumatera Utara. Nama tari ini merupakan bunyi hentakkan kaki penari di lantai papan rumah
adat Batak. Pada zaman dahulu, tari ini merupakan bagian dari tari persembahan bagi roh
leluhur.

Page | 11
Tari Gandrung

Tari Gandrung merupakan tari tradisional yang khas dari Banyuwangi, Jawa Timur dan telah
dipentaskan sejak ratusan tahun yang lalu. Tari Gandrung mulanya berasal dari kebudayaan Suku
Osing dan menjadi wujud dari rasa syukur atas hasil panen pertanian. Dalam pementasannya,
Tari Gandrung dibawakan oleh penari laki-laki maupun perempuan yang masing-masing
penarinya memiliki nama.

Page | 12
Pakaian Adat Ulos (Sumatera Utara)

Dari daftar macam pakaian adat di Indonesia berikutnya ada baju adat asal Sumatera Utara yang
dikenal dengan nama ulos dan memiliki perpaduan warna yang sangat indah serta penuh dengan
makna filosofis.

Warna yang paling dominan dari pakaian adat satu ini adalah merah, hitam, dan putih. Ketiga
warna tersebut memiliki pemaknaan akan sebuah simbol nilai yang ingin disampaikan dalam
sebuah pesan yang tak langsung.

Page | 13
Pakaian Adat Baju Kurung (Provinsi Jambi)

Inspirasi baju adat berikutnya ada Baju Kurung yang terbuat dari bahan beludru, saten atau
santung berwarna merah, emas, biru dan warna lain, serta memakai sulaman benang emas.

Motif bajunya bermacam-macam mulai dari bunga tanjung, bunga teratai, bunga kangkung,
bunga pucuk paku atau pakis, dan bunga pucuk rebung. Untuk paduan busananya adalah kain
songket Jambi dengan motif serupa.

Page | 14
Pakaian Adat Kesatrian Ageng (Daerah Istimewa Yogyakarta)

Pakaian adat Yogyakarta jadi macam pakaian adat berikutnya yang Mamikos bahas. Nama
busana adat DI. Yogyakarta memiliki nama Kesatriaan Ageng.

Pakaian adat Indonesia satu ini terdiri dari beberapa bagian baju antara lain adalah Surjan
sebagai atasan, celana panjang hitam untuk bawahan, kain batik di pinggang yang dililitkan
sampai atas lutut dan hiasan kepala.

Page | 15
Pakaian Adat Jawi Jangkep (Jawa Tengah)

Pakaian adat asal Jawa Tengah yang dipakai pada acara resmi adalah pakaian Jawi Jangkep. Baju
adat satu ini didominasi oleh warna hitam untuk atasannya dan lazimnya digunakan oleh pria.

Pasangan pakaian ini adalah Kebaya Jawa Tengah yang dikenakan para wanita yang menyertai
pasangannya di acara resmi saat mengenakan pakaian Jawi Jangkep.

Page | 16
Pakaian Adat Kebaya Rancongan Jawa Timur

Pakaian adat Jawa Timur yang satu ini memang kental oleh pengaruh Suku Madura, yaitu
Kebaya Rancongan. Kebaya rancongan memang sering dikenakan oleh wanita Madura. Motifnya
sederhana, biasanya terbuat dari kain tipis dan menerawang, seperti brokat. Agar kebaya ini
nampak serasi dengan bawahannya, wanita Madura mengenakan kain batik yang dikenakan
seperti rok panjang.

Motifnya bisa beragam, contohnya Lasem, Strojan, dan Tabiruan. Sebagai pelengkap
mengenakan Kebaya Rancongan, ada beberapa perhiasan yang mereka kenakan adalah giwang
emas, kalung emas yang berbentuk biji jagung, dan sisir emas yang dinamakan Sisir Dinar atau
Sisir Cucuk.

Page | 17
Pakaian Adat Payas Agung (Bali)

Payas agung merupakan pakaian adat Bali yang biasanya dipakai saat pelaksanaan upacara
pernikahan atau potong gigi.

Pakaian adat ini mempunyai kesan yang mewah dan spesial, maka tak mengherankan jika Payas
Agung tidak dipakai di semua aktivitas.

Selain baju adat Payas Agung, masih ada beberapa baju adat dari Bali lainnya yakni Baju Safari,
Payas Madya, Payas Alit, dan Kebaya Bali.

Page | 18
Pakaian Adat King Bibinge dan King Baba (Kalimantan Barat)

King Baba adalah busana adat untuk laki-laki Suku Dayak yang berada di Kalimantan Barat.
Sementara pakaian adat yang dipakai perempuan adalah King Bibinge.

Pakaian adat King Baba memiliki bentuk seperti rompi yang menggunakan kain khas yang
terbuat dari kulit kayu kapuo yang dihiasi manik-manik berwarna jingga dan merah.

Sementara untuk pakaian adat King Bibinge terbuat dari bahan yang serupa dan menutupi hingga
bagian dada dan pundak.

Page | 19
Pakaian Adat Pattuqduq Towaine (Sulawesi Barat)

Nama pakaian adat Sulawesi Barat dan khususnya berasal dari suku Mandar ini disebut dengan
nama Pattuqduq Towaine yang dipakai oleh wanita.

Pattuqduq Towaine ini terdiri dari beberapa komponen antara lain adalah: atasan berupa rawang
boko, sarung khas Mandar bernama Lipaq Saqbe untuk bawahan, dilengkapi dengan sarung
lainnya yaitu Lipaq Aqdi Diratter Duattdong.

Lalu untuk aksesorisnya ada beberapa aksesoris yang dikenakan yakni hiasan kepala, kalung,
ikat pinggang disebut dengan kliki dan gelang.

Page | 20
Pakaian Adat Laku Tepu (Sulawesi Utara)

Laku tepu merupakan pakaian adat Sulawesi Utara khas suku Sangihe yang dikenakan oleh laki-
laki dan perempuan. Ciri khas dari busana ini adalah dari bentuknya yang berupa terusan
panjang.

Baju yang dipakai pria akan mencapai lutut dan telapak kaki, serta dilengkapi dengan ikat kepala
bernama paporong.

Page | 21
Pakaian Adat Ewer (Papua Barat)

Nama busana adat Indonesia bagian Papua Barat ini disebut sebagai pakaian adat Ewer. Pakaian
ini murni terbuat dari bahan-bahan alami seperti jerami yang dikeringkan.

Dengan kemajuan dan adanya pengaruh modernisasi, pakaian adat satu ini kemudian dilengkapi
dengan kain di bagian atasan.

Page | 22
Rumah Adat Krong Bade

Krong Bade merupakan rumah adat yang berasal dari Aceh yang dilengkapi dengan tangga yang
berjumlah ganjil. Tangga pada rumah adat satu ini berjumlah tujuh sampai sembilan anak tangga.
Bentuk rumahnya pun unik, memanjang dari timur ke barat menyerupai persegi panjang.

Uniknya rumah adat ini memiliki bahan dasar bangunan yang berasal dari alam, dalam
pembuatannya tidak menggunakan paku, melainkan menggunakan tali untuk menggunakan
bahan bangunan yang satu dengan yang lainnya. Dinding rumah adat ini terbuat dari kayu enau
yang dihiasi dengan lukisan dan atap rumah terbuat dari daun rumbia.

Pada bagian pintu dibuat lebih rendah dengan balok bagian atasnya, sehingga jika tamu masuk
perlu merunduk. Bagi masyarakat setempat, bentuk pintu tersebut ditujukan sebagai bentuk
penghormatan kepada tuan rumah.

Page | 23
Rumah Adat Bolon

Rumah Bolon atau disebut juga Rumah Tradisional Batak Toba berasal dari Sumatera Utara.
Rumah ini dapat dihuni oleh 5 sampai 6 keluarga dan saat memasuki Rumah Bolon, kamu harus
menaiki tangga di bagian tengah rumah yang memiliki anak tangga berjumlah ganjil.

Bangunan Rumah Bolon terdiri dari tiang kayu raksasa (Tiang Penyangga) yang di bawah
masing-masing tiang tersebut ditanam kepala orang, hal ini dilakukan sesuai dengan kepercayaan
pada zaman dahulu yang dilakukan dengan tujuan demi keselamatan kerajaan dan keturunannya
agar terhindar dari roh-roh jahat.

Dasar rumah dibangun setinggi 1,75 meter di atas tanah, dan bagian bawah rumah digunakan
sebagai kandang babi, ayam, dan sebagainya. Rumah Bolon dibagi menjadi beberapa ruangan
karena dihuni oleh beberapa keluarga, dan pembagian ruangan ini diatur dan disesuaikan oleh
ketentuan adat mereka yang kuat.

Ruangan yang tepat di sudut belakang disebut “Jabu Bong” dan dihuni oleh anggota keluarga
tertinggi di keluarga tersebut dengan seorang istri dan anak-anaknya. Di dalam sudut kiri atas
untuk berurusan dengan Jabu Bong dikenal sebagai “Jabu Soding” diperuntukkan wanita yang
sudah menikah tetapi belum memiliki rumah sendiri. Di bagian depan sudut kiri disebut “Jabu
Suhat” diperuntukkan anak laki-laki tertua yang sudah berkeluarga. Dan dibagian luarnya adalah
“Slap Plate” yang dipergunakan untuk tamu dari tuan rumah.

Page | 24
Rumah Adat Gadang

Rumah Gadang merupakan Rumah Adat yang berasal dari Sumatera Barat. Rumah ini dicirikan
dari bentuknya yang khas dan indah serta atap yang melengkung seperti tanduk kerbau
dinamakan gonjong sehingga Rumah Gadang juga dikenal sebagai Rumah Bagonjong. Pada
bagian tengah rumah ini sangat menyerupai badan kapal.

Hebatnya Rumah Gadang tidak dibangun menggunakan paku tetapi menggunakan pasak dan
apabila terjadi gempa, rumah ini akan berayun mengikuti ritme guncangan sehingga tidak akan
roboh.

Rumah Gadang sendiri memiliki nilai sejarah yaitu bentuk atap rumah yang menyerupai tanduk
kerbau sering dihubungkan dengan cerita rakyat “Tambo Alam Minangkabau” yang
mengisahkan tentang kemenangan orang Minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang
Jawa.

Sedangkan bentuk badan Rumah Gadang yang menyerupai kapal, meniru bentuk perahu nenek
moyang pada masa lampau yang dikenal dengan sebutan Lancang.

Page | 25
Rumah Adat Selaso Jatuh Kembar

Rumah Selaso Jatuh Kembar merupakan salah satu Rumah Adat yang terdapat di Provinsi Riau
dan dijadikan sebagai Rumah Adat resmi Provinsi Riau.

Rumah Selaso Jatuh Kembar sendiri berbentuk panggung dan persegi panjang. Di puncak
atasnya, selalu ada hiasan kayu yang mencuat ke atas dalam bentuk bersilang yang disebut
Tunjuk Langit. Hiasan tersebut dimaksudkan sebagai pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.

Rumah adat satu ini memiliki selasar keliling yang lantainya lebih rendah dari ruang tengah
sehingga dinamai Selaso Jatuh Kembar. Hiasan rumah ini bermotif alam yang dihiasi corak dasar
Melayu yang umumnya bersumber dari alam. Coraknya sendiri dapat berupa flora, fauna, dan
benda-benda angkasa.

Page | 26
Rumah Adat Panggung Kajang Leko

Rumah Adat Panggung Kajang Leko merupakan Rumah adat yang berasal dari Jambi. Rumah
Kajang Leko ditetapkan sebagai rumah adat Jambi pada tahun 1970-an, penetapan ini bermula
dari sayembara rumah adat sebagai identitas Provinsi Jambi yang dilakukan oleh Gubernur Jambi
pada saat itu.

Rumah Kajang Leko berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9 x 12 meter persegi dan
dilengkapi oleh 30 tiang, 24 tiang utama dan 6 tiang palamban. Keunikan rumah adat ini dapat
dilihat dari struktur konstruksinya.

Secara keseluruhan, rumah ini termasuk rumah panggung yang dihias dengan ukiran yang indah.
Bagian atapnya dinamakan “Gajah Mabu”. Istilah ini berasal dari filosofi mengenai kegalauan
pembuat rumah yang dimabuk asmara namun tidak mendapat restu dari keluarga.

Page | 27
Rumah Adat Limas

Rumah Limas merupakan rumah adat yang berasal dari Provinsi Sumatera Selatan. Bentuk
Rumah Limas sendiri dibangun dengan gaya rumah panggung dengan ukuran minimal 15 x 30 m
atau 20 x 60 m.

Rumah Limas terdiri dari lima tingkatan dengan arti, makna dan fungsi yang berbeda-beda,
kelima tingkatan ruangan tersebut diatur dengan filosofi "Kekijing", yang artinya setiap ruangan
diatur berdasarkan anggota keluarga yang menghuni rumah tersebut.

Tingkat pertama disebut dengan "Pagar Tenggalung", bagian ini terdiri dari ruangan yang
terhampar luas tanpa dinding pembatas atau sekat. Tingkat kedua atau "Jogan" digunakan
sebagai tempat berkumpul untuk para anggota keluarga laki-laki. Tingkat ketiga atau "Kekijing",
digunakan untuk tamu khusus ketika pemilik rumah mengadakan hajatan atau rapat.

Tingkat keempat digunakan khusus orang-orang atau tetua yang dihormati dan memiliki ikatan
darah dengan pemilik rumah. Dan terakhir, tingkat kelima atau Gegajah digunakan oleh orang-
orang yang memiliki kedudukan tinggi dalam keluarga maupun masyarakat.

Page | 28
Rumah Adat Sulah Nyanda

Rumah Sulah Nyanda merupakan Rumah Adat Provinsi Banten yang terletak di dalam
pegunungan dan dihuni oleh Suku Baduy. Pembuatan Rumah Sulah Nyanda dilakukan secara
gotong royong menggunakan kayu, bambu, ijuk, rotan, dan rumbia serta pada bagian dasar
pondasinya menggunakan batu kali atau umpak sebagai landasannya.

Rumah Sulah Nyanda merupakan rumah adat sederhana yang hanya berukuran 9 x 12 meter,
masyarakat setempat memegang prinsip bahwa mereka tidak diperbolehkan merusak alam untuk
membangun rumah.

Contohnya seperti bangunan yang harus dibangun menghadap arah mata angin, tidak boleh
menggunakan paku dan besi untuk memperkokoh rumah, tidak boleh mengecat rumah agar
terjaga keasliannya. Dan biasanya untuk rumah di beberapa perkampungan Baduy, biasanya
diberi tanda dari bambu dan ijuk dengan bentuk lingkaran atau tanduk yang menandakan bahwa
rumah tersebut memiliki arti khusus.

Bentuk lingkaran tersebut menandakan bahwa penghuninya belum pernah melanggar larangan
adat dan memberikan arti ketentraman, sedangkan bentuk tanduk diartikan sebagai penghuninya
pernah berurusan dengan peradilan adat atau pernah melanggar larangan adat.

Page | 29
Rumah Adat Honai

Rumah Honai merupakan Rumah Adat yang berasal dari Provinsi Papua, tepatnya adalah Rumah
Adat milik Suku Dani. Honai sendiri berasal dari kata “Husn” yang memiliki arti laki-laki, dan
“Ai” yang memiliki arti rumah.

Sesuai dengan artinya, Honai merupakan rumah yang dikhususkan untuk laki-laki, dan
perempuan tidak boleh untuk masuk meskipun statusnya telah menikah.

Rumah Honai memiliki ciri khas yang berbentuk dasar lingkaran dengan rangka kayu beratap
kerucut yang terbuat dari jerami. Tinggi rumahnya hanya mencapai 2,5 meter. Dalam Rumah
Honai memiliki 2 lantai, meskipun dengan luas yang kecil akan tetapi memiliki dua lantai
dengan fungsi yang berbeda.

Page | 30
Rumah Adat Tongkonan

Rumah Tongkonan merupakan Rumah Adat yang berasal dari Provinsi Sulawesi, khususnya
Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Rumah Tongkonan memiliki bentuk yang sama dengan
rumah adat pada umumnya yaitu berbentuk rumah panggung tetapi Rumah Tongkonan memiliki
bentuk yang menyerupai perahu terbalik pada bagian atasnya.

Rumah Tongkonan sendiri memiliki jenis yang beragam, tiap rumah dibuat berbeda berdasarkan
peran pada pemimpinnya, seperti Tongkonan Pekamberan adalah jenis Rumah Tongkonan yang
dibangun bagi para keluarga besar dari tokoh masyarakat yang memiliki otoritas tinggi di
masyarakat.

Kemudian terdapat Tongkonan Layuk yaitu jenis rumah adat yang pertama kali digunakan untuk
urusan-urusan kekuasaan dan pemerintahan dan yang terakhir Tongkonan Batu A'riri, rumah ini
digunakan sebagai rumah masyarakat umum yang tidak memiliki kekuasaan dalam adat.

Page | 31
Rumah Adat Osing

Rumah adat Osing berasal dari timur Pulau Jawa, lebih tepatnya di Banyuwangi yang berbatasan
langsung dengan Selat Bali. Rumah adat Osing ini terbagi menjadi tiga bagian di setiap
bangunannya, seperti Tikel Balung, Baresan, dan Crocogan.

niknya, ketiga bagian tersebut memiliki makna dan filosofi berbeda-beda. Ketiganya yaitu,
Crocogan, Tikel Balung dan Baresan yang kesemuanya jika diluruskan, memilik arti yang
berkesinambungan.

Crocogan punya dua atap, Tikel Balung punya empat atap, dan Baresan beratap tiga. Ketiganya
punya arti beda namun saling menyambung

Page | 32
Alat Musik Sasando

Sasando adalah alat musik tradisional dari Nusa Tenggara Timur yang dimainkan dengan cara
dipetik menggunakan kedua tangan. Sasando memiliki jumlah dawai atau senar yang berbeda,
ada yang berjumlah 28 dan juga ada yang berjumlah 58 senar. Sasando terbuat dari bambu
sebagai wadah resonansi yang dikelilingi dengan bantalan kayu untuk menahan senar.

Saat ini, Sasando dikembangkan menggunakan listrik, sehingga meski alat musik ini masuk
dalam kategori tradisional namun dapat mengikuti perkembangan jaman yang semakin modern.

Page | 33
Alat Musik Tifa

Tifa merupakan alat musik tradisional yang berasal dari Timur Indonesia. Tepatnya dari daerah
Papua dan Maluku. Tifa memiliki bentuk seperti tabung dan dimainkan dengan cara dipukul.
Ada beberapa jenis tifa, yaitu jenis jekir, potong, dasar, dan bas. Umumnya, tifa digunakan saat
upacara adat, pertunjukan musik, dan mengiringi tarian tradisional.

Secara bentuk, ada sedikit perbedaan antara tifa Maluku dan tifa Papua. Di daerah Maluku, tifa
memiliki bentuk tabung dan tidak diberi pegangan. Sedangkan di daerah Papua, bagian tengah
tifa dibuat lebih melengkung, serta terdapat pegangan pada bagian tengah tifa.

Page | 34
Alat Musik Gamelan

Gamelan Gamelan merupakan gabungan dari beberapa alat musik tradisional khas Indonesia
yang dimainkan secara bersamaan. Gamelan terdiri dari gong, kenong, gambang, saron,
celempung, dan alat musik pendamping lainnya. Ada beragam jenis gamelan dari Pulau Jawa
dan Bali. Tak hanya di Indonesia, gamelan juga telah lama dikenal oleh mancanegara. Bahkan
beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan Kanada menyelenggarakan
pendidikan seni gamelan.

UNESCO telah mengakui gamelan sebagai warisan budaya sejak tahun 2014. Dalam falsafah
masyarakat Jawa, harmonisme irama musik gamelan melambangkan keselarasan hidup. Pada
zaman dahulu, masyarakat percaya bahwa gamelan dapat digunakan untuk memanggil dewa-
dewa yang menguasai daratan Jawa.

Page | 35
Alat Musik Tatabuang

Tatabuang adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Alat musik ini
berasal dari daerah Lamanole, Flores Timur. Masyarakat Lamanole memainkan tatabuang
dengan dua cara, yaitu dengan cara digantung atau diletakkan di pangkuan sang pemain.

Pembuatan alat ini yaitu menggunakan kayu sukun yang bagian tengahnya dihilangkan sebagai
wadah resonansi.

Page | 36
Alat Musik Bangsi Alas

Bangsi Alas adalah alat musik tradisional dari daerah Alas, Kabupaten Aceh Tenggara. Alat ini
dimainkan dengan cara ditiup dan terbuat dari bambu. Menurut situs web pemerintah Aceh,
pembuatan bangsi alas dipercaya oleh masyarakat sekitar ada kaitannya dengan orang yang
meninggal dunia di kampung/desa tempat bangsi alas dibuat.

Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, bangsi yang telah siap dibuat sengaja
dihanyutkan disungai. Bangsi yang hanyut nantinya akan diambil oleh anak-anak. Kemudian
bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak
yang mengambilnya.

Page | 37
Alat Musik Arbab

Arbab adalah alat musik tradisional yang berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh
Barat. Arbab digunakan dalam acara hiburan rakyat, seperti pasar malam. Instrumen ini terdiri
dari 2 bagian yaitu arbab (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock). Arbab terbuat
dari bahan tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai. Sekarang, alat musik ini jarang
dijumpai dan diperkirakan sudah mulai punah.

Page | 38
Alat Musik Gambus

Gambus adalah alat musik tradisional dari Riau dan dimainkan dengan cara dipetik. Dalam
khasanah musik Melayu, ada dua jenis gambus, yaitu gambus ‘ud dan gambus selodang. Di Riau,
gambus selodang semula dimainkan untuk mengiringi tari Zapin di istana Siak dan di rumah-
rumah orang terkemuka. Seiring berkembangnya zaman, gambus selodang digunakan sebagai
alat musik hiburan dan acara-acara sosial.

Kata ‘selodang’ digunakan karena bentuk punggungnya yang berfungsi sebagai resonator
menyerupai selodang (seludang), yaitu pembungkus mayang kelapa atau pinang. Ukuran
punggung (resonator) gambus selodang agak kecil, tidak sebesar dan sebuncit gambus ‘ud.

Page | 39
Alat Musik Kolintang

Alat musik tradisional kolintang berasal dari daerah Minahasa, Sulawesi Utara. Kolintang
termasuk alat musik perkusi bernada dengan bilahan dari kayu dan resonator pipa. Kolintang
dimainkan dengan cara dipukul, baik menggunakan tangan atau alat bantu lainnya.

Alat musik kolintang terbuat dari susunan bilah-bilah kayu yang diatur berjajar sesuai urutan
nada, dari rendah ke nada tinggi. Tangga nada pada alat musik kolintang awalnya adalah
pentatonis. Menurut situs web Kemendikbud, pada tahun 1954 kolintang dikreasikan dan
dikembangkan oleh Nelwan Katuuk yang menyusun nada kolintang menurut susunan nada
musik universal, yaitu tangga nada diatonis (c=1(do), d=2(re), e=3(mi), f=4(fa), g=5(sol),
a=6(la), b=7(si)).

Alat musik ansambel kolintang terdiri dari :


 Kolintang Melodi (ina taweng) yang berfungsi sebagai penentu lagu.
 Kolintang Pengiring, terdiri dari Alto (uner atau katelu) sebagai pengiring nada tinggi.
 Tenor (karua) sebagai pengiring nada rendah.
 Cello (sella) sebagai penentu irama dan pengiring (accompanion) bass.
 Kolintang Bass yang menghasilkan nada rendah (loway).

Dahulu, musik kolintang hanya dapat dimainkan untuk mengiringi lagu-lagu daerah yang
bernada pentatonis. Kini, kolintang dapat digunakan sebagai musik pengiring hampir semua jenis
lagu, baik lagu-lagu daerah, nusantara, lagu nasional atau lagu-lagu populer. Di Minahasa, untuk
mengajak orang bermain kolintang digunakan istilah mangemo kumolintang, yang artinya “mari
kita ber Tong Ting Tang”. Dari istilah tersebut muncul nama “Kolintang” yang dikenal sampai
sekarang.

Page | 40
Alat Musik Serunai

Serunai merupakan alat musik dari budaya Minangkabau di kawasan Sumatera Barat. Alat musik
ini dikenal merata di Sumatera Barat, terutama di bidang dataran tinggi seperti di daerah Agam,
Tanah Datar dan Lima Puluh Kota, dan juga di sepanjang pesisir pantai Sumatera Barat. Serunai
dimainkan dengan cara ditiup. Dari situs web Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, serunai
dimainkan dalam acara-acara hukum budaya yang ramai, seperti upacara perkawinan dan
penghulu (batagak pangulu dalam bahasa Minang).

Musik serunai juga populer untuk mengiringi pertunjukan pencak silat Minang Bahan untuk
membuat sebuah serunai terdiri dari batang padi, kayu atau bambu, tanduk kerbau atau daun
kelapa. Perbedaan variasi serunai di Sumatera Barat dipengaruhi oleh kondisi geografis. Pada
daerah yang memiliki lahan sawah yang luas, maka serunai akan banyak dibuat dari batang padi.
Sementara bagi daerah yang memiliki banyak ternak, alat musik serunai banyak terbuat dari
tanduk kerbau.

Page | 41
Alat Musik Angklung

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang
dalam masyarakat Sunda di Jawa Barat. Alat musik ini terbuat dari bambu dan dimainkan
dengan cara digoyangkan.

Bunyi angklung merupakan hasil benturan badan pipa bambu yang bergetar dalam susunan nada
2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. UNESCO mengakui angklung
sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia sejak November 2010.

Page | 42

You might also like