You are on page 1of 34

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sensorik

2.1.1. Pengertian Sensorik

Sensorik merupakan salah satu dari dua belas saraf yang terdapat di otak.

Beberapa dari saraf tersebut terdapat saraf campuran, di dalamnya terdapat saraf

motorik dan sensorik. Saraf sensorik merupakan saraf untuk panca indera.

(Andriyani, Triana, Juliarti, 2015, hlm. 39).

2.1.2. Bagian Sensorik

Didalam tubuh manusia terdapat saraf sensorik yang termasuk kedalam saraf

sensorik (Andriyani, Triana, Juliarti, 2015, hlm. 40) yaitu:

1. Saraf penghidup (nervus olfaktorius)

2. Saraf penglihat (nervus optikus)

3. Saraf otak utama yang menghubungkan antara otot kecil dan berhubungan

dengan saraf utama kulit dan wajah, salah satunya saat mengunyah (nervus

trigeminus)

4. Saraf pendengaran (nervus akustikus)

5. Saraf melindungi keseimbangan (nervus vestibula ris)

6. Saraf yang berhubungan namun memiliki sektor yang berbeda pada lidah

dan langit-langit mulut (nervus glosso-faringeics)

6
2.1.3. Perkembangan Sensorik Pada Anak Usia Dini

Dikutip dalam buku ajaran teori dan konsep perkembangan (2017) anak usia dini

tahapan sensorik yang dapat dilakukan yaitu bereaksi terhadap bunyi, menatap,

mengeluarkan suara, tersenyum, berteriak, meraih, melambaikan tangan,

berinteraksi dengan orang lain.

Pada anak usia dini dalam perkembangan sensorik seorang anak mampu

untuk menggunakan indera pengecap, berjalan kaki ataupun menjelajah, melihat,

dan pedengaran aktif. Untuk pergerakan keseimbangan seorang anak sudah bisa

berjalan tanpa bantuan orang tua dan mampu berjalan dengan membawa benda

ditangan, dan berlari. Reflek pada bagian tangan seorang anak sudah mampu

untuk melakukan “pekerjaan” dikarenakan ketangkasan dan koordinasi meningkat

(Britton, 2017, hlm. 23).

2.1.4. Aktivitas Melatih Sensorik Pada Anak Usia Dini

Tahapan aktivitas yang dilakukan anak usia dini (Britton, 2017, hlm. 54-55):

1. Usia 2 tahun ajaklah anak untuk berlari dan melompat, menendang bola,

menangkap bola, koordinasi mata dan tangan muncul. Perkenalkan anak

dengan benda- benda sederhana sehingga anak mampu berbicara 200- 300

kata.

2. Usia 3 tahun ajaklah anak untuk berlari dan melakukan aktivitas

memanjat. Orang tua dan anak dapat melakukan tanya jawab sehingga

kapasitas kosa kata anak mencapai 1.000 kata.

3. Usia 4 tahun melakukan kegiatan olahraga bersama dan melatih anak

untuk naik turun tangga dengan langkah kaki yang berbeda. Melatih anak

7
dalam menghitung dan melatih penataan kosa kata. Ajari anak untuk

membaca dan menulis dengan sederhana.

4. Usia 5 tahun ajari anak untuk mengendalikan diri dan tidak selalu

bergerak. Melatih anak dengan keseimbangan yang baik dengan bermain

sepeda sehingga keterampilan dan koordinasi berjlaan baik. Anak mampu

sudah mampu membaca dan menulis dengan sederhana.

2.2. Motorik

2.2.1. Pengertian Motorik

Motorik adalah perkembangan yang berkaitan dengan fungsi dan kemampuan

bagian tubuh yang sejalan dengan bertumbuhnya usia manusia. Hal ini berkaitan

dengan gerakan yang tidak terorganisir (Sudirjo & Alif, 2018, hlm. 5).

2.2.2. Jenis Motorik

Aspek perkembangan motorik dibagi menjadi dua (SDTITDK, 2006, hlm. 5)

yaitu:

1. Kemampuan yang dapat dilakukan olah seorang anak dalam

melakukan pergerakan dan sikap badan yang membutuhkan otot

besar seperti berdiri, berlari, duduk. Kemampuan ini disebut

dengan motorik kasar atau gerak kasar.

2. Motorik halus atau gerak yang melibatkan otot kecil dan beberapa

bagian tubuh tertantu. Gerak motorik halus memerlukan koordinasi

antara otot kecil dan bagian tubuh seperti menjepit dan menulis.

Menggunakan tangan dan jari jemari.

8
2.2.3. Perkembangan Motorik Pada Anak Usia Dini

Perkembangan anak balita (12-59 bulan) dalam buku SDITDK (2016) yaitu:

Periode penting tumbuh kembang anak. Pada priode ini anak berkembang dalam

kemampuan bicara, kreativitas, kesadaran sosial, mengenal huruf, dan berjalan.

1. Motorik Halus

Mengenal ukuran, memasukan beda dan melatih fokus, mengenal bentuk

2. Motorik Kasar

Anak memiliki keinginan untuk berjalan, menendang, melempar, dan

menangkap bola.

Tahapan perkembangan motorik anak usia dini (Britton, 2017, hlm. 54-55):

1. Usia 2 tahun perkembangan motorik anak belum tatap.

2. Usia 3 tahun anak mampu menggambar dengan adanya bentuk

3. Usia 4 tahun anak mulai menggambar sesuai dengan apa yang ada di

imajinasi bukan benda yang dilihatnya.

4. Usia 5 tahun anak mampu menghitung dan menyusun benda. Pada usia ini

bisa menulis dan menggambar untuk ketahap sekolah.

Ratuliu menuliskan tahapan perkembangan yang dapat dilakukan oleh anak usia

dini (Ratuliu, 2018, hlm. 53-54) yaitu:

1. Usia 2-3 tahun

Anak usia ini sudah melibatkan emosi dan perasaan, sudah mampu untuk

dilatih motorik kasar (gerakan tubuh menggunakan otot besar dipengaruhi

oleh usia dan berat badan) dan motorik halus (berhubungan dengan

keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil melalui kegiatan dan

9
rangsangan), mampu berimajinasi, dan mampu membedakan tekstur dan

warna.

2. Usia 3-6 tahun

Di usia 3-6 tahun anak sudah mampu mengembangkan kreativitas dan

kemampuan bersosialisasi, sudah mampu menyamakan dan membedakan,

kecerdasan, mengembangkan motorik, emosi sudah dapat terkontrol,

sudah dapat dikenalkan ilmu pengetahuan, dan saling membantu.

Dapat disimpulkan bahwa motorik halus pada anak usia dini yaitu anak mampu

melibatkan hubungan antara otot halus dan juga bagian tubuh untuk melakukan

aktivitas rangsangan. Motorik kasar pada anak usia dini di mana otor besar sudah

mulai matang dalam pertumbuhannya dengan cara melatih berjalan ataupun

berlari.

2.2.4. Aktivitas Melatih Motorik

Kementerian kesehatan (2016, hlm. 9) memberikan contoh aktivitas yang dapat

dilakukan untuk melatih motorik seorang anak yaitu:

1. Motorik Halus

- Menggambar dengan crayon

- Melakukan kegiatan menggunakan tangan dan jari

- Memasukan beras ke dalam wadah susu

- Bermain puzzle kertas karton ataupun kain yang halus

- Membuat adonan kue dari tepung

10
2. Motorik Kasar

- Berjalan mengikuti tali

- Lempar bola dengan orang tua

- Melatih keseimbangan

Ratuliu (dikutip dalam Digital Parenthink, 2018) mengatakan bahwa aktivitas

dapat meningkatkan stimulasi psikis dan dapat meningkatkan kebahagiaan pada

anak. Aktivitas dapat dibagi menyesuaikan usia anak, yaitu (hlm. 53-54):

1. Usia 2-3 tahun

Pada rentang usia 2-3 tahun seorang anak sudah dapat di ajarkan dengan

alat gambar, balok sederhana, memperkenalkan benda dengan tekstur dan

warna yang beragam.

2. Usia 3-6 tahun

Di usia ini, anak sudah mampu mengembangkan sisi motorik dan sensorik.

Maka dari itu dapat melakukan aktivitas bermain dengan memberikan

origami, buku gambar, mewarnai, melakukan kerajinan tangan yang

mudah dan sederhana.

2.3. Anak Usia Dini

2.3.1. Pengertian Anak Usia Dini

Anak usia dini atau menurut istilah masa keemasan di Indonesia memiliki tahapan

pertumbuhan dan perkembangan yang berbeda dan cukup terlihat

perkembangannya. Anak usia ini tidak dapat dituntut untuk berpikir secara logika,

anak usia dini lebih berfokus terhadap kesan dan simbol. Terdapat 2 tahapan

seorang anak disebut anak usia dini (Suryana, 2016, hlm. 26) :

11
1. Masa batita 1-3 tahun.

2. Masa prasekolah 3-6 tahun.

Menurut Sudirjo & Alif (2018, hlm. 5) seorang anak yang dapat disebut balita

yaitu ketika rentang usia anak dimulai dari 2-5 tahun atau 24-60 bulan. Usia ini

dapat disebut sebagai usia prasekolah. Maka dapat disimpulkan bahwa anak usia

dini memiliki rentang usia 2-6 tahun dikarenakan seorang anak belum masuk ke

tahap sekolah dan memulai tahap perkembangan.

2.3.2. Perkembangan Anak Usia Dini

Menurut jurnal Depkes (2006) perkembangan merupakan bertambahnya fungsi

dan struktur tubuh sehingga saraf mencapai titik kematangan dengan organ

berpengaruh. Sehingga memaksimalkan kemampuan gerak halus, kasar, bicara,

dan bersosial. Perkembangan juga merupakan bagian dari kemampuan yang

didalamnya terdapat proses penggabukan antara sel tubuh, jaringan, dan organ

sehingga memaksimalkan setiap fungsi. Didalamnya terdapat emosi, intelektual,

dan biologis (Ratnaningsih. T., Indatul. S., Peni., 2017, hlm. 4).

Pada fase perkembangan 3-6 di mana seorang anak mampu “menyerap”

namun “sadar” dan pada tahap ini pula anak memiliki keterampilan aktif. Pada

tahap umur 3-6 tahun seorang anak memiliki 6 periode sensitif (Britton, 2017,

hlm. 17) yaitu:

1. Keteraturan

2. Bahasa

3. Berjalan Kaki

12
4. Sosial

5. Benda Kecil

6. Belajar Melalui Indra

2.3.2.1. Aspek Perkembangan Anak Usia dini

Terdapat aspek perkembangan yang perlu dipantau dan diajarkan oleh

orang tua terhadap anak sehingga anak mampu berkembang dengan baik

(SDITDK, 2016, hlm. 8-9):

1. Gerak Kasar

2. Gerak Halus

3. Bicara

4. Sosial

2.3.2.2. Dampak Gangguan Perkembangan Anak Usia dini

Terdapat gangguan atau dampak tumbuh kembang yang berhubungan

dengan sensorik dan motorik anak (SDIDTK, 2016, hlm. 10).

1. Gangguan bicara dan bahasa

kurangnya stimulus dan pelatihan.

2. Cerebral Palsy

Kelainan gerak dan postur disebabkan pada sel motorik yang

sedang mengalami pertumbuhan atau belum selesai pertumbuhan.

3. Sindrom Down

Kecerdasan yang terbatas menyebabkan keterlambatan motoik

dalam diri sendiri.

13
4. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas

Kondisi seorang anak sulit untuk fokus disertai dengan gerakan

tubuh yang berlebih atau hiperaktivitas.

2.4. Buku

2.4.1. Pengertian Buku

Media cetak yang didalamnya terdapat nomor halaman dan dijadikan satu. Media

yang didalamnya terdapat informasi atau pengetahuan yang dibuat secara tertulis

memiliki arah untuk mengungkapkan dan menjabarkan pengetahuan ataupun

informasi tersebut. Buku menjadi hal utama dalam menyebarluaskan pengetahuan,

informasi, budaya, dan ekonomi (Haslam, 2006, hlm. 9-12).

2.4.2. Bagian Buku

Bagian buku menurut Haslam (2006) yaitu:

2.4.2.1. Komponen Buku

Berikut komponen buku menurut Haslam (2006, hlm. 20) yaitu:

Tabel 2.1. Tabel Komponen Buku

No Bagian Buku Makna

1 Spine Bagian untuk menutupi jilid pada cover.

2 Head band Bagian buku yang berguna untuk menutupi jilid

buku

3 Hinge Lipatan yang terdapat pada ujung lembar untuk

membalik.

4 Head square Bagian luar buku dengan ukuran yang lebih

14
besat untuk melindungi halaman dalam pada

buku.

5 Front pastedown Kertas yang dilekatkan dibagian dalam cover

6 Cover Kertas dengan ukuran tebal untuk membalut

buku.

7 Fordge square Bagian pada sisi ujung buku yang ada pada

cover bagian depan dan belakang.

8 Front board Cover yang terdapat pada bagian depan buku

9 Tail suare Bagian pada sisi ujung buku yang ada pada

cover bagian depan dan belakang.

10 End paper Kertas dengan ukuran tebal yang digunakan

untuk melapisi cover bagian dalam

11 Head Salah satu bagian permukaan buku

12 Leaves Dua sisi pada jilid kertas

13 Back pastedown Kertas tebal yang dilekatkan di cover belakang

14 Back cover Cover sisi belakang

15 Fordge Bagian ujung depan buku

16 Turn in Bagian pada cover berupa kertas yang

dilekatkan dari luar hingga cover bagian dalam

17 Tail Bagian terbawah pada buku

15
18 Flyleaf Lembar yang berguna untuk membalik halaman

19 Foot Kaki buku atau bagian bawah

Gambar 2.1. Komponen Buku

(Book design, 2006)

2.4.3. Fungsi Buku

Menurut Pudiastuti menjelaskan bahwa terdapat 3 fungsi buku (2014, hlm. 8):

2.4.3.1. Informasi

Buku dapat menjadi media mengemukakan informasi yang dibalut dengan

bahasa yang komunikatif dan mudah dipahami.

2.4.3.2. Karya

Penulis meluapkan ide dalam suatu karya ciptaan berupa buku sehingga

dapat ditaruh dalam suatu lembaga seperti perpustakaan dan dapat berguna

bagi pembaca.

2.4.3.3. Pengetahuan

Didalam buku penulis meleburkan antara informasi dan juga fakta

sebenarnya sehingga dapat mempengaruhi pembaca.

16
2.4.4. Jenis Buku

Berdasarkan Pudiastuti menuliskan bahwa terdapat 3 jenis buku berupa (2014,

hlm. 9):

2.4.4.1. Buku Fiksi

Buku fiksi yaitu buku ciptaan yang dibuat oleh kreator sesuai khayalan

yang dia miliki. Khayalan yang tumpahkan kedalam buku memiliki arah

yaitu memberikan kesenangan bagi pembaca.

2.4.4.2. Buku Non Fiksi

Buku nonfiksi merupakan buku karangan yang didalamnya terdapat ilmu

mutlak yang terbukti dari data dan dapat dipertanggung jawabkan. Buku

nonfiksi salah satu contohnya yaitu buku ilmu pengetahuan yang

didalamnya terdapat informasi.

2.4.4.3. Buku Fiksi Ilmiah

Buku fiksi ilmiah yaitu sebuah ciptaan atau karangan berupa buku yang

mengkaitkan suatu angan-angan kreator dalam bentuk cerita yang dapat

mempengaruhi pemikiran dan sikap pembaca.

2.5. Jurnal

2.5.1. Pengertian Jurnal

Berdasarkan KBBI jurnal memiliki arti yaitu buku catatan harian. Tidak hanya itu

jurnal merupakan catatan dan data yang ditulis secara terprinci yang bertujuan

untuk pendataan. Catatan pada jurnal ditulis dengan lengkap dan berurutan dari

tanggal kejadian. Catatan pada jurnal harus lengkap dengan keterangan, berupa

17
tanggal dan informasi yang mendukung catatan tersebut. Hal ini berguna agar

mempermudah pembaca berdasarkan Surprayitno (2019, hlm. 85).

2.5.2. Jenis Jurnal

Jurnal pribadi merupakan catatan yang ditulis dan dirampungkan secara pribadi,

lalu dikumpulkan setiap catatan tersebut sehingga menjadi jurnal pribadi yang

isinya bersifat informal yang pada akhirnya menjadi sebuah buku catatan (Goble,

2010, hlm. 157).

2.6. Perancangan

2.6.1. Prinsip Desain

Dikatakan dalam buku graphic design solution dalam merancang sebuah desain

dibutuhkan prinsip desain dalam meletakan setiap elemen desain (Landa, 2011,

hlm. 25-34). Prinsip desain tersebut menurut Landa yaitu:

2.6.1.1. Balance

Balance atau keseimbangan elemen visual sehingga menjadi seimbang dan

merata di setiap sisi.

Gambar 2.2. Balance

(https://s.id/aPhop, 2018)

18
2.6.1.2. Emphasis

Emphasis adalah kumpulan elemen grafis yang disusun berdasarkan

elemen utama hingga elemen yang tidak begitu penting. Emphasis dapat

dilakukan dengan mengatur komposisi penempatan, kontras, ukuran,

arahan dan juga poin utama.

Gambar 2.3. Emphasis

(https://s.id/aPh9H, 2016)

2.6.1.3. Unity

Kesatuan dapat dilakukan bila elemen desain grafis seling terikat satu

sama lain, sehingga elemen desain memiliki kesatuan, keteraturan,

kesederhanaan dan menghubungan antar elemen dengan cara

mengelompokan elemen berdasarkan kemiripan, bentuk, dan warna.

Gambar 2.4. Unity

(https://s.id/aPh9H, 2016)

19
2.6.1.4. Scale

Ukuran suatu bentuk atau elemen dalam format yang terlihat. Skala dapat

merubah ukuran visual menyesuaikan komposisi, menambah kontras, dan

dinamis.

Gambar 2.5. Scale

(https://s.id/aPh9H, 2016)

2.6.2. Ilustrasi

2.6.2.1. Pengertian Ilustrasi Pada Buku

Ilustrasi adalah gabungan dari seni murni dan juga desain grafis. Ilustrasi

lahir untuk memperindah dalam mengabadikan sebuah kejadian,

mempresentasikan dan mengkomunikasikan kejadian tersebut (Zeegen,

2009, hlm. 6). Ilustrasi dapat mempresentasikan suatu gambar atau

ekspresi dalam bentuk visual sehingga mampu memperlihatkan sisi emosi,

fantasi, dan naratif. Pada buku anak-anak ilustrasi harus menyesuaikan

usia anak dan meminimalisir teks sehingga ilustrasi dapat meningkatkan

kegembiraan terhadap anak tersebut (Arntson, 2012, hlm. 154).

20
2.6.2.2. Fungsi Ilustrasi

Ilustrasi dapat menjadi proses komunikasi dari suatu sejarah, cerita, data

atau fenomena yang dapat mempermudah pembaca dalam memahami,

mengekspresikan, dan menganalisa (Maharsi, 2016, hlm. 17-19). Menurut

Arntson bahwa ilustrasi mampu menunjukkan hasil yang terperinci

melibihi foto dan ilustrasi dapat menghilangkan detail sehingga mata

terfokus terhadap satu visual (Arntson, 2012: 152).

2.6.2.3. Tujuan ilustrasi

Ilustrasi bertujuan untuk menjelaskan dan membantu mengkomunikasikan

suatu pesan dalam kehidupan (Zeegen, 2009).

2.6.2.4. Teknik ilustrasi

Zeegen (2009, hlm. 50) teknik pembuatan ilustrasi terbagi menjadi 2,

yaitu:

1. Menggambar dan Melukis

Ilustrasi dilakukan secara manual yang menggambarkan kehidupan

manusia sehingga dapat diutarakan dalam bentuk goresan. Ilustrasi

manual mampu merefleksikan suasana hati ataupun kehidupan dengan

tekanan goresan dari suatu ilustrasi.

21
Gambar 2.6. Teknik Ilustrasi Menggambar & Melukis

(https://tinyurl.com/y2a9u39a, 2016)

2. Digital

Cara pembuatan ilustrasi dengan menggunakan media seperti

perangkat lunak. Dengan metode penggambaran digital pencipta dapat

membuat doodle, dan vector yaitu penggambaran yang menggunakan

garis atau kurva dan digital painting yaitu teknik penggambar

menggunakan software.

Gambar 2.7. Teknik Iustrasi Digital

(https://tinyurl.com/y6rmjbnt, 2016)

Menurut Mcloud pada buku understanding comics, mengenai ilustrasi

yaitu orang tua ataupun muda lebih memiliki ketertarikan degan gambar

yang sederhana dibanding gambar realis. Dikarenakan dengan

menggambar ilustrasi tidak realis hal tersebut tidak menghilangkan detail

22
utama. Melainkan mengupas habis suatu gambar realis hingga menemukan

makna utama yang mudah dimengerti (2008, hlm. 30).

2.6.3. Tipografi

2.6.3.1. Pengertian Tipografi

Dikatakan dalam buku graphic design solution tipografi merupakan suatu

desain dalam bentuk huruf dan disusun dalam area dua dimensi berupa

media cetak dan digital. Tipografi dapat digunakan dalam ruang dan waktu

seperti animasi atau media interaktif. Dalam desain, tipografi dapat

berfungsi sebagai judul, bodytext, paragraf, ataupun subtitle (Landa, 2011,

hlm. 44).

2.6.3.2. Klasifikasi Tipografi

Landa (2011) menuliskan beberapa kategori tipografi berdasarkan gaya

dan karakteristiknya, yaitu:

1. Serif

Karakteristik dari tulisan serif yaitu terdapat elemen kecil yang

terletak pada ujung atas atau ujung bawah anatomi huruf terdapat

goresan atau terdapat stroke.

Gambar 2.8. Font Serif

(https://bit.ly/2ytimCI, 2010)

23
2. San-serief

San-serief merupakan jenis tipografi yang tidak memiliki serif.

Hurus san-serief memiliki ciri garis tebal dan tipis, simpel dan

lurus.

Gambar 2.9. Font San-Serif

(https://bit.ly/2ytimCI, 2010)

3. Display & Dekorativ

Tipografi yang biasanya dibuat dengan tangan yang digunakan

untuk judul dan memiliki tingkat keterbacaan yang rumit jika

digunakan sebagai bodytext. Display memiliki karakteristik yang

rumit dan berdekorasi.

Gambar 2.10. Font Display & Dekorativ

(https://bit.ly/2lFBVDc, 2018)

24
4. Script

Jenis huruf yang memiliki ciri khas menyerupai tulisan tangan.

Karakteristik tulisn script yaitu miring dan menyambung. Tulisan

Script memberi kesan formal dan elegan. Tipografi ini dapat di

klasifikasikan menjadi kaligrafi, formal, casual, dan brush script.

Gambar 2.11. Font Script

(https://bit.ly/2lFBVDc, 2018)

2.6.3.3. Fungsi Tipografi

Fungsi dari adanya tipografi yaitu untuk mengkomunikasikan suatu pesan

ke dalam bentuk tulisan (Landa, 2011, hlm. 49). Dikatakan oleh

Sihombing (2005) bahwa fungsi dari tipografi bukan saja memberikan

suatu makna pesan namun mampu memberikan kesan visual berupa nilai

estetika.

2.6.3.4. Tujuan Tipografi

Tujuan dengan adanya tipografi adalah salah satu elemen visual yang

memiliki karakteristik sehingga mampu untuk memperkuat pesan verbal

25
dengan (Landa, 2011, hlm. 49). Dengan adanya tipografi didalam suatu

desain mampu mengidentifikasikan sifat dan juga karakteristik dari

terutama huruf (Sihombing, 2005, hlm. 13).

2.6.4. Warna

2.6.4.1. Pengertian Warna

Warna merupakan penjelasan dari kekuatan cahaya yang dipantulkan

mengenai objek maka sebagian cahaya diserap sehingga cahaya yang

dipantulkan tersebut merupkan warna yang dapat dilihat (Landa, 2011,

hlm. 19). Cahaya memiliki tiga utama warna yang disebut warna addictive

primer yaitu merah, hijau, dan biru (RGB) yang digunakan dalam monitor,

fotografi, dan web. Warna subtractive merupakan warna yang

menggambungkan pigmen-pigmen kimia yang terdiri dari cyan, magenta,

kuning, dan hitam (CMYK) digunakan dalam percetakan. Setiap warna

memiliki hue yaitu rona untuk mengidentifikasikan warna, Value tingkat

terang dan gelap dalam hue (Arntson, 2012, hlm. 132).

Gambar 2.12. CMYK & RGB

(https://bit.ly/2m07ebU, 2006)

26
2.6.4.2. Skema Warna

Menurut Arnston (2012: 135) Warna dibagi menjadi beberapa skema

yaitu:

1. Warna Compelemnts

Warna yang berlawanan

2. Warna Complementer

Skema warna yang terpisah antara satu hue dan hue lain dalam color

wheel.

3. Warna Monochromatic

Warna yang terdiri dari satu hue yang dersusun dari value.

4. Warna Triadic

Warna yang terdiri dari tiga hue berlawanan dengan jarak serupa pada

color wheel.

Gambar 2.13. Skema Warna

(https://bit.ly/2lM0Btz, 2006)

2.6.4.3. Fungsi Warna

Menurut Landa (2011, hlm. 23) warna berfungsi untuk:

1. Warna digunakan sebagai simbol.

2. Warna mampu mempresentasikan budaya dan emosi.

27
3. Warna mampu mengekspresikan kepribadian.

4. Warna meningkatkan keterbacaan.

2.6.4.4. Psikologi Warna

Warna memiliki kekuatan dalam mempresentasikan emosi dan budaya

dalam suatu kehidupan manusia ataupun sekitarnya. Warna juga mampu

memperkuat pemahaman dan mendukung kepekaan artistik. Dalam buku

Herman Carroto (2012) arti warna menurut psikologinya yaitu:

1. Oranye

Memiliki arti bersemangat, hangat, dan ceria.

2. Kuning

Menurut Hermeton makna dari warna kuning yaitu bahagia, cerah dan

cheer.

3. Pink

Dalam buku the meaning of color pink mengartikan feminism, lemah

lembut, manis dan harapan.

4. Biru

Warna biru mengartikan kepercayan, kesejukan, warna yang

dipercaya.

5. Ungu

Warna ungu mengartikan spesial dan masa depan.

Kesengsaraan, kegelapan, formalitas, keagungan, dan kekuatan.

28
2.6.5. Layout

2.6.5.1. Pengertian Layout

Layout merupakan penarataan elemen desain yang terletak pada ruang

sesuai dengan kerangka estetika. Layout bertujuan untuk menyajikan

elemen visual yang dapat dikomunikasikan dengan mudah sehingga pesan

dapat tersampaikan ke pembaca. Tidah hanya itu, pembaca mampu

mendapatkan informasi yang kompleks dengan keberadan layout baik di

media cetak ataupun media elektronik (Ambrose & Harris, 2015, hlm. 10).

Menurut Graver & Jura bahwa layout terfokus pada pengelompokan dalam

mengorganisir struktur dan keteraturan agar menciptakan ritme yang

membuat karya dapat mudah dipahami oleh pembaca (2012, hlm. 130).

Maka dalam penggunaan layout harus dengan proporsi yang adil antara

tulisan, ilustrasi, dan elemen desain lainnya.

2.6.5.2. Elemen Layout

Elemen dalam layout terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut (Ambrose

& Harris, 2005, hlm. 66-67):

1. Image

Gambar merupakan salah satu elemen desain yang tidak dapat

dipisahkan dengan layout. Gambar memiliki peran penting dalam

mengkomunikasikan suatu pesan. Dalam prinsip layout bahwa gambar

harus memiliki keselarasan dengan elemen desain lainya pada saat

disatukan dalam suatu media dengan menggunakan layout.

29
2. Text

Text atau tulisan merupakan komponen utama dalam layout yaitu

berupa konten tulisan yang disajikan untuk pembaca. Pada prinsip

layout tulisan dan gambar tidak dapat dipisahkan dan saling

berhubungan satu sama lain.

Dari kedua elemen tersebut yaitu tulisan dan juga gambar harus memiliki

penempatan yang baik seperti ruang kosong di antara tulisan dan gambar

harus diposisikan dengan baik sehingga tidak adanya ruang yang berlebih

ataupun terlalu dekatnya posisi gambar dan tulisan. Dengan peletakan

kedua elemen yang baik mampu memberi kesan ketenangan.

2.6.5.3. Fungsi Layout

Menurut Ambrose & Harris fungsi layout adalah agar elemen desain

menjadi seimbang sehingga menyajikan tingkat keterbacaan elemen pada

halaman terbaca jelas dan teratur (2005, hlm. 87).

2.6.5.4. Komponen Layout

Dalam buku basics design layout (Ambrose & Harris, 2005: 32-33) bahwa

terdapat komponen dari layout yaitu:

30
Gambar 2.14. Komponen Buku

(Ambrose & Harris, 2005)

Tabel 2.2. Tabel Komponen Layout

No Komponen Makna

1 Column Kolom yang digunakan untuk bagian margin

sehingga membatasi teks.


based grid

2 Columns Area atau bidang untuk mengatur teks agar tertata

dengan rapi.

3 Running heads Teks pada bagian judul atau bab yang muncul di

atas halaman.

4 Captions Penggunaan huruf miring pada teks dan teks dapat

diposisikan secara horizontal.

5 Folio numbers Nomor halaman di bagian margin bawah agar

31
mempermudah dalam mencari halaman.

6 Margin Ruang kosong yang ada disekeliling grid.

7 Hirarchy Gaya tipografi yang berguna untuk membedakan

kepentingan pada teks. Seperti huruf bold untuk

judul dan light untuk bodytext.

8 Image Gambar ataupun foto diletakan didalam grid agar

visual terlihat harmonis dengan teks.

9 Foot Margin bawah yang yang berukuran dua kali lebih

lebar dari margin atas.

10 Head margin Ruang kosong yang terletas di bagian atas grid.

Ukuran head margin setengah dari foot.

2.6.6. Media Informasi

2.6.6.1. Pengertian Media Informasi

Media informasi merupakan kebutuhkan informasi yang dari desain yang

terdiri dari analisis, perancangan, konten, ataupun bahasa. Dengan

merancangan informasi dengan baik akan memberikan kesan estetika dan

juga ergonomis. Tujuan utama dari media informasi adalah menyampaikan

komunikasi dengan lugas. Untuk memenuhi hal tersebut maka haru

dirancang dan diproduksi. Media informasi memiliki empat perumpamaan

yaitu (Pettersson, 2010, hlm. 168):

32
1. Multi- disciplinary

Dalam Multi- disciplinary merupakan pengembangan dari suatu

informasi dengan elemen desain. Bidang yang terkait dengan Multi-

disciplinary yaitu bahasa, seni, estetika, serta teknik produksi media.

2. Multi- dimensional

Media informasi bersifat universal tidak terikat dengan bahasa tertantu

dan budaya tertentu.

Media informasi mencakup tentang representasi dari visual agar mampu

menyampaikan pesan kepada target. Maka harus terstrukturnya antara

kata, gambar dan juga desain grafis.

2.6.6.2. Prinsip Media Informasi

Dalam jurnal information design principles and guidelines (2010, hlm.

170-171) berikut merupakan empat prinsip dalam membuat sebuah media

informasi:

1. The Sender

Mencari tahu apa yang target inginkan, tentukan konten sesuai target,

mencari tahu mengenai anggaran

2. The Representation

Media berisikan kumpulan informasi utama sehingga pesan mudah

diterima dan dipahami oleh target. Media yang digunakan dengan

pesan yang singkat dan pesan utama yaitu pamflet dan poster. Pesan

harus memiliki tujuan dan mengumpulkan data atau fakta untuk

dijadikan konten ketika melaksanakan proses desain. Dalam membuat

33
media informasi harus mempertimbangkan kosa kata, gambar, dan

bentuk desain. Dalam mempresentasikan suatu pesan maka

diharuskan untuk memilih media yang sesuai dengan teks ataupun

gambar lalu sesuaikan desain dengan media yang diambil.

3. The Receivers

The Receivers atau dapat diartikan sebagai target. Dalam hal

menentukan target maka ditentukannya target seusia dengan informasi

yang ingin diberikan, kumpulkan data seperti usia, budaya, jenis

kelamin, dan ekonomi, dan pikirkan feedback dari target mengenai

media yang dibuat.

4. The Context

Dalam sebuah buku terdapat hubungan antara ilustrasi, teks, judul,

tabel, dan elemen desain. Maka dari itu untuk dibutuhkannya koneksi

antara pesan dan elemen lainnya agar mempermudah dalam

menafrsirkan pesan.

2.6.7. Grid

2.6.7.1. Pengertian Grid

Menurut Ambrose & Harris grid merupakan bantuan untuk meletakan

posisi elemen-elemen desain sehingga sesuai dengan proporsi media.

Dengan adanya grid dapat membantu desainer dalam meletakkan konten

dengan waktu yang efisian (2005, hlm, hlm. 53).

34
Menurut Haslam terdapat cara menghitung untuk menentukan grid dengan

metode Villard De Honnecourt’s Diagram hal ini berguna untuk

menentukan promorsi yang sesuai antara format dan juga kolom tulisan.

Gambar 2.15. Komponen Buku

(Book design, 2006)

2.6.7.2. Jenis Grid

Grid memiliki 5 jenis menurut Graver & Jura (2012, hlm. 26-47) yaitu

sebagai berikut:

1. Single Coloum

Jenis grid yang menggunakan kolom tunggan atau satu kolom. Jenis

grid ini baik digunakan ke dalam buku teks yang mudah untuk dibawa

ataupun esai. Untuk bagian header, footer, dan bab harus diletakan

dengan baik sehingga meminimalisir peletakkan yang monoton. Untuk

meminimalisir visual yang monoton maka elemen harus disesuaikan

dari ukuran, proporsi, dan style.

35
Gambar 2.16. Single Coloum

(https://bit.ly/2lKJAzY, 2016)

2. Multicolumn Grids

Terdiri dari beberapa kolom yang dapat digunakan secara bebas

disebut dengan multicolumn grids. Penggunaan layout berguna dalam

menentukan jarak antar lebar kolom pada grid. Multicolumn grid

berguna bagi layout yang mempunyai material konteng yang banyak

sehingga mempermudah dalam meletakan dan mengatur material

tersebut.

Gambar 2.17. Multicolumn Grids

(https://bit.ly/2lEWsI8, 2012)

3. Modular Grids

Grids yang tergabung dalam kolom dan baris. Kombinasi yang

terdapat dalam modular grid ini menghasilkan area konten yang kecil

36
yang disebut modul. Dalam modular grid bila memiliki konten

ilustrasi berupa gambar ataupun foto menjadi grid yang fleksibel

memungkinkan untuk lebih banyak bervariasi pada peletakan ilustrasi

dan teks yang utama. Modular grid berguna konten yang memiliki

banyak material.

Gambar 2.18. Modular Grids

(https://bit.ly/2lEWW0U, 2016)

4. Hirarchical Grids

Hirarchical grids berguna untuk konten yang memiliki material

terstruktur dan spesifik seperti dalam poster, web, ataupun packaging.

Jenis grid ini mempu memberikan kesan tertib dan mengklasifikasikan

informasi sesuai dengan jenisnya.

Gambar 2.19. Hirarchical Grids

(https://bit.ly/2Iak6pG, 2018)

37
5. Baseline Grids

Baseline grids alat alat bantu berupa garis untuk menyelaraskan

tipografi sehingga dapat terlihat teratur dan konsisten berdasarkan

ukuran tipografi.

Gambar 2.20. Baseline Grids

(https://bit.ly/2Iak6pG, 2018)

6. Compound Grids

Penggabungan dari beberapa jenis grid ke dalam satu layout sehingga

menciptakan kesan terorganisir dan sistematis dengan menjaga aspek

margin dan elemen yang terletak di bawah grid seperti halaman.

Dengan adanya compound grid membuat layout menjadi lebih

bervariasi.

38
Gambar 2.21. Compound Grids

(Graver & Jura, 2012)

2.6.7.3. Fungsi Grid

Dituliskan oleh Sihombing bahwa grid dibutuhkan dalam menata gambar

dan huruf dalam kapasitas yang banyak, seperti buku, majalah, dan brosur

(2001, hlm. 89). Grid berguna untuk kebutuhan komposisi.

2.6.7.4. Tujuan Grid

Tujuan grid menurut Sihombing tujuan dari grid untuk menata elemen-

elemen visual dalam sebuah ruang sehingga menciptakan rancangan yang

dapat dipahami dan memenuhi keindahan (2018, hlm. 87).

39

You might also like