You are on page 1of 3

APRA

LATAR BELAKANG
Di antara anggota pasukan Koninklijk Nederlands-Indische Leger (KNIL) banyak yang tidak
puas terhadap hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB)Ringkasnya mereka tidak suka
dengan terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang pada waktu itu bernama RIS.
Apalagi KNIL harus bergabung ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS)
bersama Tentara Nasional Indonesia (TNI)Bagi TNI sebagai pejuang kemerdekaan yang setia
tentu saja agak sulit menerima kehadiran KNIL, begitupula bagi KNIL sulit bergabung dengan
TNI sebab mereka pernah berhadapan satu sama lain dalam pertempuran pada masa Perang
Kemerdekaan. Kecemburuan KNIL terhadap TNI semakin menjadi setelah diputuskan bahwa
pimpinan APRIS harus berasal dari TNI Hal ini diperparah dengan sambutan rakyat yang lebih
simpatik terhadap keberadaan TNI Pada titik inilahkaum reaksioner yang subversif
memanfaatkan situasi untuk terus menyebar hasutan guna merongrong pemerintah Indonesia.
Atas dasar kekhawatiran akan hukuman KNIL pasca bersatu dengan TNI membuat eks kesatuan
KNIL melakukan pemberontakan dibawah APRA. Komandan dari kesatuan Depot Speciale
Troopen (DST), Raymond Westerling kemudian memanfaatkan momen ini dan mengumpulkan
sebanyak 8.000 pasukan. Westerling menamakan gerakannya sebagai Angkatan Perang Ratu
Adil (APRA) yang diambil dari Jangka Jayabaya tentang “Sang Ratu Adil”.

TUJUAN
Westerling dikenal sebagai seorang militer yang berpengalaman dan kejam. Pada awalnya, ia
ditugaskan sebagai Kapten Tentara Kerajaan Belanda untuk melumpuhkan semangat juang
rakyat di Sulawesi Sealatan. Kedatangannya disertai 150 anggota Corps Speciale Troepen .
Dalam melaksanakan tugasnya itu, ia membunuh 40.000 rakyat Sulawesti Selatan.Selesai
bertugas di Sulawesi, ia ditarik ke Jawa Barat sebagai pimpinan atas 1.500 orang Speciale
Troepen .Westerling kembali melakukan pembantaian terhadap penduduk di Cibarusah,
Cikalong, Tasikmalaya, dan Cirebon. Di Jawa Barat, Westerling terus berusaha melebarkan
sayap. Kekejamannya itu mendapat penghargaan dari pihak yang berjuang di pihak
Belanda.Akan tetapi Pemerintah Belanda, akhirnya memecat Westerling dari dinas ketentaraan.
Namun, hal ini ternyata lebih memberikan keleluasaan kepadanya. Ia bisa lebih dekat dan
semakin aktif melakukan kegiatan bersama unsur-unsur penentang Republik
Indonesia.Westerling justru membentuk gerakan dengan nama Ratu Adil. Dengan nama ini
gerakan Westerling semakin mendapat simpati rakyat. Dalam waktu yang realtif singkat, ia telah
berhasil mengumpulkan modal dan pengikut sebanyak 8.000 orang termasuk para bekas pasukan
Belanda.Tujuan APRA dan kaum kolonialis yang ada di belakangnya adalah mempertahankan
bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan adanya tentara tersendiri pada setiap negara-
negara bagian RIS. Tujuan ini bertolak belakang dengan hasil Konferensi Antar-Indonesia di
Yogyakarta yang telah menyetujui bahwa APRIS adalah Angkatan Perang Nasional.
PEMBERONTAKAN
Tidak lama setelah APRA dibentuk, Westerling mengajukan ultimatum kepada Pemerintah
RISagar kekuasaan militer daerah Pasundan diserahkan sepenuhnya kepada APRA. Ia menilai
TNI kurangmampu menjalankan tugas itu dan meminta agar APRA dijadikan pasukan
resmi.Pemerintah RIS menganggap ultimatum itu sebagai sebuah kekonyolan. Oleh karena
itu,Westerling mulai berusaha merebut kekuasaan dengan kekerasan. Target pemberontakan
APRA adalah Jakarta dan Bandung. Jakarta menjadi target sasaran sebab pada awal Januari 1950
sedang ramai dilakukan Sidang Kabinet RIS untuk membahas kembalinya Indonesia ke bentuk
negara kesatuan. Kemudian, APRA juga menargetkan kota Bandung karena situasi kota belum
sepenuhnya dikuasai oleh pasukan Sliwangi. Ditambah pula dengan basis kekuatan militer
Belanda yang kuat di Bandung. 23 Januari 1950 pagi, pasukan yang menamakan diri APRA
bergerak dari Cimahi menuju pusat kota Bandung, utamanya ke Markas Divisi Siliwangi di Jalan
Oude Hospitaalweg (sekarang Jalan Lembong). Sepanjang jalan menuju markas Divisi
Siliwangi, pasukan APRA menembaki tentara Siliwangi yang terlihat tak bersenjata. Akhirnya,
pertempuran tak seimbang 800 APRA diantaranya 300 anggota KNIL melawan 100 tentara
Siliwangi yang tersisa di markas terjadi. Pertempuran ini menewaskan Letkol Adolf Lembong.
Akhirnya, APRA menguasai markas Siliwangi. Walaupun satu hari sebelum serangan pimpinan
Divisi Siliwangi telah mensinyalir adanya suatugerakan dari sekelompok orang bersenjata yang
bergerak dari Cimahi menuju kota Bandung, tetap sajaWesterling berhasil memasuki kota itu.
Keesokan harinya APRA telah memasuki kota Bandung dansecara ganas membunuh setiap
anggota TNI yang dijumpai.

PENUMPASAN
Aksi pemberontakan yang dilakukan Westerling dan pasukannya diantaranya merebut tempat-
tempat penting di Bandung, membunuh anggota TNI, dan menduduki markas staf Divisi
Siliwangi. Selain itu menyerang kabinet RIS dan akan membunuh Sultan Hamengku Buwono
IX, Sekjen Kementrian Pertahanan Mr. A. Budiardjo, dan Pejabat Kastaf Angkatan Perang Kol.
TB. Simatupang namun semua itu dapat digagalkan. Upaya penumpasan pemberontakan APRA
diantaranya: 1. Pemerintah Indonesia melancarkan operasi militer pada tanggal 24 Januari 1950.
2. Di Jakarta, diadakan perundingan antara Drs. Moh. Hatta dengan Komisaris Tinggi Belanda.
Hasilnya Mayor Engels mendesak Westerling dan pasukan APRA meninggalkan kota Bandung.
3. Melakukan penangkapan terhadap Westerling dan Sultan Hamid II, namun Westerling
berhasil melarikan diri ke Jakarta. Di Jakarta Westerling akan membunuh beberapa menteri.
Karena akan ditangkap, Westerling melarikan diri dengan menumpang pesawat Catalina (milik
AL Belanda). 4. Dampak dari gerakan APRA adalah parlemen Negara Pasundan mendesak agar
negara tersebut dibubarkan dan terjadi pada tanggal 27 Januari 1950.

AKHIR PEMBERONTAKAN
Pada Januari 1950, Presiden RIS Sukarno menunjuk Hamid sebagai menteri negara tanpa
portofolio sekaligus koordinator tim perumusan lambang negara.Dalam sidang kabinet 10
Januari 1950, Hamid membentuk Panitia Lencana Negara. Kemudian, diadakan sayembara
pembuatan lambang negara. Di sisi lain, Hamid menjalin mufakat dengan Westerling karena
ingin mempertahankan negara federal dan kecewa dengan jabatannya yang hanya sebagai
menteri tanpa portofolio.Hamid mengakui telah memberi perintah kepada Westerling dan
Inspektur Polisi Frans Najoan untuk menyerang sidang Dewan Menteri RIS pada 24 Januari
1950.Dalam penyerbuan itu, Hamid juga memerintahkan agar semua menteri ditangkap,
sedangkan Menteri Pertahanan Sultan Hamengku Buwono IX, Sekretaris Jenderal Ali Budiardjo,
dan Kepala Staf Angkatan Perang RIS (APRIS) Kolonel T.B. Simatupang harus ditembak
mati.Drs. Moh. Hatta turun langsung untuk berunding dengan Komisaris Tinggi Belanda.
Akhirnya, Mayor Jenderal Engels yang merupakan Komandan Tinggi Belanda di Bandung
mendesak Westerling untuk meninggalkan Kota Bandung. Berkat hal itu, APRA pun berhasil
dilumpuhkan oleh pasukan APRIS.

DAMPAK PEMBERONTAKAN
Akibat penyerangan tersebut sebanyak 94 TNI dari Divisi Siliwangi, termasuk Letnan Kolonel
Lembong, tewas. Pemberontakan ini juga berpengaruh kepada kondisi keuangan negara dan
keamanan rakyat Walau begitu, dampak positif dari peningkatan dari rasa saling memiliki,
persatuan dan kesatuan dari seluruh masyarakat Indonesia juga kembali muncul akibat peristiwa
tersebut. Dari pihak pasukan Westerling, terjadi perubahan saat mereka gagal melakukan kudeta
yang kedua. Kegagalan ini menyebabkan adanya demoralisasi anggota milisi terhadap
Westerling. Westerling pun terpaksa melarikan diri ke Belanda dan APRA resmi tidak lagi
beroperasi pada Februari 1950

You might also like