You are on page 1of 14

EVIDENCE BASED MIDWIFERY DALAM KEBIDANAN

Rawat Gabung Ibu dan Anak Pada Masa Nifas

DOSEN PENGAMPU

Risnawati, S. ST., M. Keb

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3
Puji Hartati NIM : R220412012
Ria Irma Safitri NIM : R220412014
Romiatiningsih NIM : R220412015
Rusmianah NIM : R220412016

PRODI S1 KEBIDANAN REGULER TRANSFER

ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Makalah yang berjudul “Rawat Gabung Ibu dan Anak pada Masa
Nifas” dapat terselesaikan Makalah ini disusun untuk memenuhi persyaratan tugas mata
kuliah EBM Layanan dalam Kebidanan. Sehubungan dengan penulisan Makalah sampai
penyelesaian Makalah ini,dengan rendah hati disampaikan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Ibu Risnawati, S. ST., M. Keb Selaku dosen pengampu mata kuliah EBM dalam
Kebidanan.

2. Teman-Teman seperjuangan yang ikut serta membuat tugas modul,memberikan


masukan,arahan dan saran.

3. Serta berbagai pihak yang tidak mungkin dapat penulis sebutkan satu persatu

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dari makalah ini,oleh karena itu setiap upaya
perbaikan,kritik maupun saran yang di berikan kepada penulis akan diterima dengan senang
hati.Semoga keberadaan modul ini bermanfaat bagi Kampus ITKES Wiyata Husada
Samarinda hususnya,dan bagi segenap pembaca yang budiman umumnya.

Samarinda, 15 Juli 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Cover Makalah

Kata Pengantar……………………………………………….....…………………………… i

Daftar Isi……………………………………………….…….……………………………… ii

Bab I Pendahuluan………………………………………......……………………………… 1

A. Latar Belakang…………………………………...………………………………….. 2

B. Rumusan Masalah……………………………………....…………………………… 2

C. Tujuan………………………………………………...…………………….........….. 2

D. Manfaat………………………………………………………………………..…...... 2

Bab II Tinjauan Pustaka…….....…………………………………………………………….. 3

A. Landasan Teori………………………………………………………………………. 3
B. Eviden Based………………………...………………………………………………. 3
C. Konsep Rawat Gabung………………………………………………………………. 5

Bab III Penutup…………...……………………………….……………………………......... 8

a. Kesimpulan………...…………………………………………………………...…..... 8

b. Saran…………………...………………………………………………………...…... 8

Daftar Pustaka…………………………....…………………………………………….......... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun sumber daya
manusia yang berkualitas agar mereka dapat melanjutkan perjuangan pembangunan
Nasional untuk menuju masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur.Sumber daya
manusia yang berkualitas tentunya harus dibentuk sejak awal. Pemberian Air Susu Ibu
(ASI) merupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun sumber daya
manusia yang berkualitas, karena ASI adalah satu- satunya makanan yang paling
sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama dan yang
akan mendukung tumbuh kembang selanjutnya (Maritalia, 2018).
Sampai saat ini ASI masih merupakan gizi terbaik bagi bayi karena komposisi
zat-zat gizi di dalamnya secara optimal mampu menjamin pertumbuhan tubuh bayi.
Selain itu ASI juga mengandung antibody yang akan membantu bayi membangun
sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya, juga meningkatkan Intelegensi
Quotient(IQ)dan Emotional Quotient(EQ)anak. Menyusui juga dapat menciptakan
ikatan psikologi dan kasih sayang yang kuat antara ibu dan bayi, mencegah
perdarahan setelah melahirkan, mempercepat mengecilnya rahim (Ida,2013).
Salah satu goal dari program SDG’s (Sustainable Development Goals) adalah
mengakhiri segala bentuk malnutrisi dengan rencana strategi meningkatkan presentase
bayi kurang dari 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusifdari 42% menjadi 50% pada
tahun 2019 nanti (SDG’s Ditjen BGKIA, 2015). Cakupan ASI eksklusif di Indonesia,
masih tergolong rendah bila dibandingkan dengan India 46% dan lebih baik bila
dibandingkan dengan Filipina sebanyak 35% dan Vietnam 27%.
Menurut data WHO (2016), cakupan ASI eksklusif di seluruh dunia hanya
sekitar 36% selama periode 2007-2014. Berdasarkan hasil Riskesdas (2012), cakupan
pemberian ASI eksklusif di Indonesia sebesar 54,3%. Di Provinsi Kalimantan Selatan
cakupanpemberian ASI eksklusif pada 3 tahun terakhiradalah 25,42% (tahun 2009),
35,60% (tahun2010) dan 51,18% (tahun 2011). Angka tersebutmenunjukan
peningkatan dari tahun ke tahun,namun masih jauh dari target nasional yaitu 80%.

1
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar
atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Rukiyah, 2019).
Rawat gabung memungkinkan ibu menyusui bayinya kapan saja bayi
menginginkannya.Rawat gabung juga akan meningkatkan ikatan batin antara ibu dan
bayinya, bayi jarang menangis karena selalu merasa dekat dengan ibunya.
Mengingat pentingnya rawat gabung agar terlaksana program ASI Ekslusif,
maka perlu peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya rawat gabung
pada ibu pasca salin, agar pelaksanaannya menjadi lebih efektif, mengingat pemberian
ASI sebagai makanan paling sempurna bagi bayisekaligus suatu upaya nyata dalam
meningkatkan kesehatan dan gizi masyarakat dan upaya menurunkan angka kejadian
kematian anak.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Eviden Based pada Masa Nifas
2. Apakah hubungan rawat gabung antara Ibu dan Bayi pada Masa nifas
C. Tujuan
1. Menambah pengetahuan tentang Eviden Based PadaMasa Nifas
2. Memahami Hubungan rawat gabung Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai referensi bagi mahasiswa yang berhubungan dengan EBM Dalam
Kebidanan
Untuk menambah wawasan tentang hubungan pengetahuan pembaca dengan
EBM Dalam Kebidanan
2. Bagi Institusi Pendidikan
Untuk dapat menambah kepustakaan dan pengetahuan serta untuk
meningkatkan mutu pendidikan yang berguna bagi mahasiswa ITKES Wiyata
Husada Samarinda.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Teori
1. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (Post Partum) adalah masa di mulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali semula seperti sebelum hamil, yang
berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari. Selama masa pemulihan tersebut
berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan fisik yang bersifat fisiologis
dan banyak memberikan ketidak nyamanan pada awal postpartum, yang tidak
menutup kemungkinan untuk menjadi patologis bila tidak diikuti dengan
perawatan
yang baik (Yuliana & Hakim, 2020)
2. Tujuan Asuhan Masa NIfas
Asuahan yang diberikan untuk Ibu nifas bertujuan untuk :
a. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan Fisiologi Ibu
b. Penceahan Diagnosa
c. Mendukung dan memperkuat keyakinan Ibu, serta meningkatkan
pengembangan hubungan yang baik atara Ibu dan Anak.
3. Tahapan Masa Nifas
Menurut Wulandari (2020) Ada beberapa tahapan yang di alami oleh wanita
selama masa nifas, yaitu sebagai berikut :
a. Immediate puerperium, yaitu waktu 0-24 jam setelah melahirkan. ibu telah di
perbolehkan berdiri atau jalan-jalan
b. Early puerperium, yaitu waktu 1-7 hari pemulihan setelah melahirkan.
pemulihan menyeluruh alat-alat reproduksi berlangsung selama 6- minggu
Later puerperium, yaitu waktu 1-6 minggu setelah melahirkan, inilah waktu
yang diperlukan oleh ibu untuk pulih dan sehat sempurna. Waktu sehat bisa
bermingguminggu, bulan dan tahun.
B. Eviden Based
1. Pengertian

3
Evidence based Midwifery adalah pemberian informasi kebidanan
berdasarkan bukti dari penelitian yang bisa dipertanggungjawabkan. Praktik
kebidanan sekarang lebih didasarkan pada bukti ilmiah hasil penelitian dan
pengalaman praktik terbaik dari para praktisi dari seluruh penjuru dunia.
2. Manfaat Efiden Based
a. Keamanan bagi nakes karna yang dilakukan berdasarkan bukti ilmiah
b. Meningkatkan kompetensi
c. Memenuhi tuntutan dan kewajiban sebagai profesional dalam memberikan
asuhan yang bermutu
d. Memenuhi kepuasan pasien yang mana dalam asuhan kebidanan klien
mengharapkan asuhan yang benar, sesuai dengan bukti dan teori serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
3. Pekembagan Eviden Based dalam kebidanan Postnatal Care
Pada Proses Asuhan Masa Nifas Ada beberapa hal yang dahulunya bahkan
sekarang kita lakukan dan ternyata setelah dilakukan penelitian tidak bermanfaat
dan bahkan dapat merugikan pasien salah satunya perawatan terpisah antara Ibu
dan Bayi yang saat ini dilakukan rawat gabung antara ibu dan bayi.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hubungan rawat gabung dengan
produksi asi pada ibu nifas, yaitu rawat gabung sangat berpengaruh dengan
peningkatan produksi asi pada ibu, dengan melakukan rawat gabung bersama
dengan ibunya bayi dapat menyusui dengan baik kesehatan ibu pun dapat menjadi
baik karna adanya rangsangan pada hisapan bayi. ( Erni, diaz. 2020)
Beberapa perilaku ibu postpartum rendah dalam pengetahuan, tidak
mendukung dalam sikap, dan kurang dalam tindakan saat pelaksanaan rawat
gabung di ruang perawatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, pentingnya
kerja sama antara perawat dan rumah sakit untuk memperkenalkan sejak dini
tentang pelaksanaan rawat gabung pada ibu postpartum. (Anita, et al. 2019)
Secara umum, sejumlah besar ibu mengalami kesulitan pada periode
postpartum. Melakukan pencegahan merupakan strategi untuk meningkatkan
ikatan antara ibu dan bayi, dapat di lakukan dengan fokus pada dukungan sosial
selama kehamilan, skrining ibu postpartum untuk mencegah terjadinya depresi
postpartum, dan perhatian khusus untuk ibu yang menolak menyusui.
(Hailemeskel. 2022)

4
C. Konsep Rawat Gabung
1. Pengertian
Rawat gabung adalah suatu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru
dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan di tempatkan dalam sebuah ruangan kamar
atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya (Rukiyah,
2018).
Rawat gabung adalah suatu sistem perawatan ibu dan anak bersama-sama atau
pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap
saat, ibu tersebut dapat menyusui anaknya (Marmi dan Rahardjo, 2018). Rawat
Gabung adalah suatu sistem perawatan dimana bayi serta ibu dirawat dalam satu
unit, dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada disamping ibu sejak segera
setelah dilahirkan sampai pulang (Prawirohardjo, 2019).
2. Tujuan Rawat gabung
Tujuan rawat gabung adalah agar ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin
kapan saja dibutuhkan, ibu dapat melihat dan memahami cara perawatan bayi
yang benar seperti yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman
dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit dan ibu
memperoleh bekal keterampilan merawat bayi serta menjalankannya setelah
pulang dari rumah sakit. Rawat gabung juga memungkinkan suami dan keluarga
dapat terlibat secara aktif untuk mendukung dan membantu ibu dalam menyusui
dan merawat bayinya secara baik dan benar, selain itu ibu mendapatkan
kehangatan emosional karena ibu dapat selalu kontak dengan buah hati yang
sangat dicintainya, demikian pula sebaliknya bayi dengan ibunya (Mappiwali,
2018).
3. Syarat Ibu dan Bayi yang Dapat Dirawat Gabung
Bayi dan ibunya yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau
kriteria antara lain: usia kehamilan >34 minggu dan berat lahir >1800 gram
(berarti berarti refleks menelan dan menghisapnya sudah membaik), nilai APGAR
pada lima menit pertama minimal 7, tidak ada kelainan kongenital yang
memerlukan perawatan khusus, tidak ada trauma lahir atau morbiditas lain yang
berat, dan bayi yang lahir dengan sectio caesarea yang menggunakan pembiusan
umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu dan bayi sadar, misalnya 4-6 jam
setelah operasi selesai. Apabila pembiusan secara spinal, bayi dapat segera

5
disusui.Apabila ibu masih mendapat infus, bayi tetap dapat disusui dengan
bantuan petugas, dan ibu dalam keadaan sehat (Maryunani, 2018).
4. Kontaraindikasi rawat gabung
Kegiatan rawat gabung dimulai sejak ibu bersalin di kamar bersalin dan di
bangsal perawatan pasca persalinan.Akan tetapi, tidak semua bayi atau ibu dapat
segera dirawat gabung.Ibu yang tidak dapat melaksanakan rawat gabung adalah
ibu dengan kelainan jantung yang ditakutkan menjadi gagal jantung, ibu dengan
preklamsia dan eklamsia berat, ibu dengan penyakit akut yang berat, ibu dengan
karsionoma payudara, dan ibu dengan psikosis.Sedangkan bayi yang tidak dapat
di rawat gabung adalah bayi dengan berat lahir sangat rendah, bayi dengan
kelainan kongenital yang berat, bayi yang memerlukan observasi atau terapi
khusus (bayi kejang, sakit berat) (Prawirohardjo, 2018).
5. Bounding Attachment
Bounding Attachment adalah sentuhan awal atau kontak kulit antara ibu dan
bayi pada menit menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi.
Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari kamar bersalin
seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat bayi bersama ibunya.Secara fisik,
rawat gabung bermanfaat memudahkan ibu untuk menjangkau bayinya untuk
melakukan perawatan sendiri dan menyusui setiap saat, kapan saja bayinya
menginginkan. Perawatan sendiri dan menyusui sedini mungkin, akan mengurangi
kemungkinan terjadinya infeksi silang dari pasien lain atau petugas kesehatan
(Mappiwali, 2020).

a) Fisiologis
Secara fisiologis, rawat gabung memberikan kesempatan pada ibu untuk dekat
dengan bayinya, sehingga bayi dapat segera disusui dan frekuensi ibu
memberi ASI akan lebih sering. Proses ini merupakan proses fisiologis yang
alami, di mana bayi mendapat nutrisi alami yang paling sesuai dan baik. Hal
ini akan menimbulkan refleks prolaktin yang akan memacu proses produksi
ASI. Selain itu, ibu dengan menyusui akan mengalami refleks oksitosin yang
akan membantu proses fisiologis involusi rahim (Mappiwali, 2020).
b) Psikologis

6
Secara psikologis, Ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant
mother bonding) karena adanya sentuhan badan antara ibu dan bayinya. Hal
ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan psikologis bayi
karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak
dibutuhkan oleh bayi (Mappiwali, 2020).
Rawat gabung juga akan memberikan kepuasan pada ibu karena ibu
dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang ibu dalam memenuhi kebutuhan
nutrisi bagi bayinya dan keadaan ini akan memperlancar produksi ASI karena
seperti telah diketahui, refleks let- down bersifat psikosomatis. Sebaliknya
bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, merupakan dasar bagi
terbentuknya rasa percaya pada diri anak. Ibu akan merasa bangga karena
dapat menyusui dan merawat bayinya sendiri dan bila suaminya berkunjung,
akan terasa adanya suatu ikatan kesatuan keluarga (Prawirohardjo, 2018).
c) Edukatif
Secara edukatif, ibu akan diajari cara menyusui yang benar, cara
merawat payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi (Mappiwali, 2019).
Keterampilan ini diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri setelah pulang dari rumah sakit dan di samping
pendidikan bagi ibu, dapat juga dipakai sebagai sarana pendidikan bagi
keluarga, terutama suami, dengan cara mengajarkan suami cara merawat ibu
dan bayi. Suami akan termotivasi untuk memberi dorongan moral bagi istrinya
agar mau menyusui bayinya (Prawirohardjo, 2018).
d) Ekonomi
Secara ekonomi, rawat gabung memungkinkan ibu untuk memberikan
ASI sedini mungkin. Bagi rumah bersalin terutama rumah sakit pemerintah,
hal tersebut merupakan suatu penghematan anggaran pengeluaran untuk
pembelian susu formula, botol susu, dot serta peralatan lain yang dibutuhkan.
Lama perawatan ibu menjadi lebih pendek karena involusi rahim terjadi lebih
cepat dan infeksi nosokomial dapat dicegah atau dikurangi, berarti
penghematan biaya bagi rumah sakit maupun keluarga ibu (Mappiwali, 2019)
e) Medis
pelaksanaan rawat gabung akan menurunkan terjadinya infeksi
nosokomial pada bayi serta menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu
maupun bayi (Prawirohardjo, 2018).

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa Asuahan yang tepat
dapat di terapkan oleh tenaga kehatan eviden baset sangat di perlukan khusnya pada
maa nifas rawat gabung sangat berperan penting untuk kesejagtraan antara ibu dan
anak. Secara edukatif, ibu akan diajari cara menyusui yang benar, cara merawat
payudara, merawat tali pusat, memandikan bayi (Mappiwali, 2019). Keterampilan ini
diharapkan dapat menjadi modal bagi ibu untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
setelah pulang dari rumah sakit dan di samping pendidikan bagi ibu, dapat juga
dipakai sebagai sarana pendidikan bagi keluarga, terutama suami, dengan cara
mengajarkan suami cara merawat ibu dan bayi. Suami akan termotivasi untuk
memberi dorongan moral bagi istrinya agar mau menyusui bayinya
B. Saran
Untuk tenaga kesehatan khususnya seorang bidan, alangkah baiknya untuk
menerapkan praktik yang sesuai di setiap pelayanan kebidanannya. Agar resiko –
resiko yang dapat terjadi pada ibu dapat dideteksi lebih dini.

8
DAFTAR PUSTAKA

Anita, Ida, Ermiati. 2016. Perilaku Ibu Postpartum Saat Pelaksanaan Rawat
Gabung Di Rumah Sakit Bersalin Muhammadiyah Cirebon. MEDISAINS:
Jurnal Ilmiah Ilmu-ilmu Kesehatan, Vol 14 No 1, APRIL 2016
Bidan menyongsong Masa Depan, PP IBI. Jakarta

Erni, Ridwan. 2020. Hubungan rawat Gabung Dengan Produksi Asi di Puskesmas
wara Barat Kota Palopo. Jurnal kesehatan. Vol.9.No.01.2020

Hailemeskel.2022.Mother-Infant Bonding and Its Associated Factors Among Mothers in the


Postpartum Period, Northwest Ethiopia, 2021.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC9326158/
Khamzah. 2019. Segudang Keajaiban ASI yang harus anda ketahui. Jogyakarta: Flash
Books.

Mappiwali.2018. Rawat Gabung (Rooming In). Makassar: Fakultas Kedokteran.

Maritalia.2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Marmi dan Raharjo. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak Prasekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, Anik. 2019. Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi.
Jakarta: Trans Info Media.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2018. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2020. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

9
10
11

You might also like