You are on page 1of 21

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN

DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGENISASI


DI RANAP RSUD JEMAJA

SUKARDI
NIM. 616080721059

CI Rumah Sakit

(Ns.Andriasman, S.Kep)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


INSTITUT KESEHATAN MITRA BUNDA BATAM
TAHUN 2023
2

1. Konsep Pemenuhan Kebutuhan Oksigenisasi

1.1 Pengertian

Oksigen merupakan salah satu unsur penting yang dibutuhkan oleh


tubuh bersama dengan unsur lain seperti hidrogen, karbon, dan nitrogen.
Oksigen merupakan unsur yang diperlukan oleh tubuh dalam setiap menit
ke semua proses penting tubuh seperti pernapasan, peredaran, fungsi otak,
membuang zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, pertumbuhan sel dan
jaringan, serta pembiakan hanya berlaku apabila terdapat banyak oksigen.
Oksigen juga merupakan sumber tenaga yang dibutuhkan untuk
metabolisme tubuh (Atoilah & Kusnadi, 2013). Oksigenasi merupakan
proses penambahan oksigen (O2) ke dalam sistem tubuh baik itu bersifat
kimia atau fisika. Oksigen ditambahkan kedalam tubuh secara alami
dengan cara bernapas. Pernapasan atau respirasi merupakan proses
pertukaran gas antara individu dengan lingkungan yang dilakukan dengan
cara menghirup udara untuk mendapatkan oksigen dari lingkungan dan
kemudian udara dihembuskan untuk mengeluarkan karbon dioksida ke
lingkungan (Saputra, 2013).

Kebutuhan Oksigenasi merupakan salah satu kebutuhan dasar


manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme tubuh dalam
mempertahankan kelangsungan hidup dan berbagai aktivitas sel tubuh
dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan oksigenasi dipengaruhi oleh
beberapa factor seperti fisiologis, perkembangan, perilaku, dan lingkungan
(Ernawati, 2012).

1.2 Tanda Dan Gejala

1. Adanya Penurunan Tekanan Inspirasi/ Ekspirasi Menjadi Tanda


Gangguan Oksigenasi.

2. Penurunan Ventilasi Permenit,

3. Penggunaaan Otot Nafas Tambahan Untuk Bernafas,


3

4. Pernafasan Nafas Flaring (Nafas Cuping Hidung),

5. Dispnea

6. Ortopnea

7. Penyimpangan Dada,

8. Nafas Pendek

9. Frekuensi Nafas Kurang,

10. Penurunan Kapasitas Vital

Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu


takikardi, hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia,
kebingungan, AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat,
kehitam-hitaman), hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika
bangun, abnormal frekuensi, irama dan kedalaman nafas (NANDA,
2018).

1.2.2 Pernapasan Normal

1. Neonatus 30-60 x/i

2. Bayi 44x/i

3. Anak 20-25 x/i

4. Dewasa – Lansia 15-20 x/i


iwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
iwayat perkembangan
a. Neonatus : 30 - 60 x/mnt
b. Bayi : 44 x/mnt
c. Anak : 20 - 25 x/mnt
d. Dewasa : 15 - 20 x/mnt
e. Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun
1.3 Etiologi
4

Menurut Ambarwati (2014) dalam Eki (2017), terdapat beberapa


faktor yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen, seperti faktor
fisiologis, status kesehatan, faktor perkembangan, faktor perilaku, dan
lingkungan.

1. Faktor fisiologis

Gangguan pada fungsi fisiologis akan berpengaruh pada kebutuhan


oksigen seseorang. Kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi
pernapasannya diantaranya adalah :

a. Penurunan kapasitas angkut oksigen seperti pada pasien

anemia atau pada saat terpapar zat beracun

b. Penurunan konsentrasi oksigen yang diinspirasi

c. Hipovolemia

d. Peningkatan laju metabolik

e. Kondisi lain yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti


kehamilan, obesitas dan penyakit kronis

2. Status kesehatan

Pada individu yang sehat, sistem pernapasan dapat menyediakan


kadar oksigen yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Akan
tetapi, pada individu yang sedang mengalami sakit tertentu, proses
oksigenasi dapat terhambat sehingga mengganggu pemenuhan
kebutuhan oksigen tubuh seperti gangguan pada sistem pernapasan,
kardiovaskuler dan penyakit kronis.

3. Faktor perkembangan

Tingkat perkembangan juga termasuk salah satu faktor penting


yang mempengaruhi sistem pernapasan individu. Berikut faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi individu berdasarkan tingkat perkembangan

a. Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan

b. Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut


5

c. Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan


dan merokok

d. Dewasa muda dan paruh baya: diet yang tidak sehat, kurang
aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-
paru

e. Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan


kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi
paru menurun

4. Faktor perilaku

Perilaku keseharian individu tentunya juga dapat mempengaruhi


fungsi pernapasan. Status nutrisi, gaya hidup, kebiasaan olahraga,
kondisi emosional dan penggunaan zatzat tertentu secara sedikit
banyaknya akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan oksigen.

5. Lingkungan Kondisi

lingkungan juga dapat mempengaruhi kebutuhan oksigen. Kondisi


lingkungan yang dapat mempengaruhi pemenuhan oksigenasi yaitu :

a. Suhu lingkungan

b. Ketinggian

c. Tempat kerja (polusi)

1.4 Fisoligi Oksigenisasi

Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan


trasportasi. Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang
masuk dan keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat
obstruksi maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan
tersebut akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
6

transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan


kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
& Suddarth, 2015).

1.4.1 Tipe 1

Permasalahan dalam hal pemenuhan kebutuhan


oksigen tidak terlepas dari adanya gangguan yang terjadi pada
sistem respirasi baik pada anatomi maupun fisiologi dari organ-
organ respirasi. Gangguan pada sistem respirasi dapat disebabkan
diantaranya oleh karena peradangan, obstruksi, trauma, kanker,
degeneratif, dan lain-lain. Gangguan tersebu akan menyebabkan
kebutuhan oksigen dalam tubuh tidak terpenuhi secara adekuat.
Secara garis besar, gangguan respirasi dikelompokkan menjadi
tiga. Yaitu:
1. Gangguan irama/frekuensi pernapas

a. Pernafasan 'cheyne-stokes' yaitu siklus pernafasan yang


amplitudonya mula-mula dangkal, makin naik kemudian
makin menurun dan berhenti. Lalu pernafasan dimulai lagi
dengan siklus baru. Jenis pernafasan ini biasanya terjadi
pada klien gagal jantung kongesti, peningkatan tekanan
intrakranial, overdosis obat. Namun secara fisiologis, jenis
pernafasan ini terutama terdapat pada orang di ketinggian
12.000-15.000 kaki diatas permukaan laut dan pada bayi
saat tidur.

b. Pernafasan 'biot' yaitu pernafasan yang mirip dengan


pernafasan cheyne-stokes, tetapi amplitudonya rata dan
disertai apnea, keadaan pernafasan ini kadang ditemukan
pada penyakit radang selaput otak.

c. Pernafasan 'kussmaul' yaitu pernafasan yang jumlah dan


kedalaman meningkat sering melebihi 20 kali/menit. Jenis
pernafasan ini dapat ditemukan pada klien dengan asidosis
7

metabolik dan gagal ginjal.

2. Gangguan frekuensi pernafasan

a. Takipnea/ hipernea, yaitu frekuensi pernafasan yang


jumlah nya meningkat diatas frekuensi pernafasan
normal.Bradipnea, yaitu kebalikan dari takipnea
dimana frekuensi pernafasan yang jumlahnya menurun
dibawah frekuensi pernafasan normal .

3. Insufisiensi pernafasan

Penyebab insufisiensi pernafasan dapat dibagi menjadi 3


kelompok yaitu:
a. Kondisi yang menyebabkan hipoventilasi alveolus
b. Kelainan yang menurunkan kapasitas difusi paru.
c. Kondisi yang menyebabkan terganggunya
pengangkutan oksigen dari paru-paru kejaringan.

4. Hipoksia

Hipoksia adalah kekuranga oksigen dijaringan, istilah


ini lebih tepat daripada anoksia. Sebab jarang terjadi tidak
ada oksigen sama sekali dalam jaringan. Hipoksia dapat
dibagi kedalam kelompok yaitu :
a. Hipoksemia
b. Hipoksia hipokinetik (stagnant anoksia/anoksia
bendunga)
c. Overventilasi hipoksia
d. Hipoksia histotoksik

1.5 Komplikasi Dan Masalah Yang Mungkin Muncul


a. Hipoksemia
b. Hipoksia
c. Gagal napas
8

d. Perubahan pola napas

1.6 Pemeriksaan Khusus Dan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya


gangguan oksigenasi yaitu:
a. Pemeriksaan fungsi paru

Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas


secara efisien.
b. Pemeriksaan gas darah arteri

Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane


kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.

c. Oksimetri

Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler

d. Pemeriksaan sinar X dada

Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses-proses


abnormal.

e. Bronkoskopi

Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel


sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.

f. Endoskopi

Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.

g. Fluoroskop

Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung


dan kontraksi paru.

h. CT-SCAN

Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.


9

1.7 Pengelolaan Yang Dilakukan

Terapi oksigen adalah tindakan pemberian oksigen melebihi


pengambilan oksigen melalui atmosfir atau FiO2 > 21 %. Tujuan terapi
oksigen adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah
respirasi respiratorik, mencegah hipoksia jaringa, menurunkan kerja napas
dan kerja otot jantung, serta mempertahankan PaO2 > 60 % mmHg atau
SaO2 > 90 %. Indikasi pemberian oksigen dapat dilakukan pada:

1.7.1 Perubahan frekuensi atau pola napas

1.7.2 Perubahan atau gangguan pertukaran gas

1.7.3 Hipoksemia

1.7.4 Menurunnya kerja napas

1.7.5 Menurunnya kerja miokard

1.7.6 Trauma berat

Kebutuhan oksigen dapat dipenuhi dengan menggunakan


beberapa metode, diantaranya adalah inhalasi oksigen
(pemberian oksigen), fisiotrapi dada, napas dalam dan batuk
efektif, dan penghisapan lender atau subtioning.
1. Inhalasi oksigen
Pemberian oksigen merupakan tindakan
keperawatan dengan cara memberikan oksigen kedalam
paru-paru melalui saluran pernapsan dengan menggunakan
alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada pasien dapat
dilakukan melalui tiga cara, yaitu melalui kanula, nasal, dan
masker dengan tujuan memenuhi kebutuhan oksigen dan
mencega terjadinya hipoksia. Menurut Tarwoto dan
Wartonah (2017), terdapat dua sistem inhalasi oksigen yaitu
sistem aliran rendah dan sistem aliran tinggi.
a. Sistem aliran rendah
10

Sistem aliran rendah ditujukan pada klien yang


memerlukan oksigen dan masih mampu bernapas sendiri
dengan pola pernapasan yang normal. Sistem ini
diberikan untuk menambah konsentrasi udara ruangan.
Pemberian oksigen diantaranya dengan menggunakan
nasal kanula, sungkup muka sederhana, sungkup muka
dengan kantong rebreathing dan sungkup muka dengan
kantong non rebreathing.
1) Nasal kanula/binasal kanula Nasal kanula
Merupakan alat yang sederhana dan dapat
memberikan oksigen dengan aliran 1 – 6 liter/menit
dan konsentrasi oksigen sebesar 20% - 40%.
2) Sungkup muka sederhana
Sungkup muka sederhana diberikan secara selang-
seling atau dengan aliran 5 – 10 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 40 - 60%.
3) Sungkup muka dengan kantong rebreathing
Sungkup muka dengan kantong rebreathing memiliki
kantong yang terus mengembang baik pada saat
inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien inspirasi,
oksigen akan masuk dari sungkup melalui lubang
antara sungkup dan kantong reservoir, ditambah
oksigen dari udara kamar yang masuk dalam lubang
ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8 – 10
liter/menit, dengan konsentrasi 60 – 80%.
4) Sungkup muka dengan kantong nonrebreathing
Sungkup muka nonrebreathing mempunyai dua
katup, satu katup terbuka pada saat inspirasi dan
tertutup pada saat ekspirasi dan satu katup yang
fungsinya mencegah udara masuk pada saat inspirasi
dan akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian
11

oksigen dengan aliran 10 – 12 liter/menit dengan


konsentrasi oksigen 80 – 100%.
b. Sistem aliran tinggi
Pemberian oksigen dengan FiO2 lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat
menambah konsentrasi oksigen yang lebih tepat dan
teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan
ventury mask atau sungkup muka dengan ventury
dengan aliran sekitar 2 – 15 liter/menit. Prinsip
pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang
menuju sungkup diatur dengan alat yang memungkinkan
konsenstrasi dapat diatur sesuai dengan warna alat,
misalnya : warna biru 24%, putih 28%, jingga 31%,
kuning 35%, merah 40%, dan hijau 60

2. Fisioterapi dada
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan
yang dilakukan dengan cara postural drainase, clapping, dan
vibrating, pada pasien dengan gangguan sistem pernapasan.
Tindakan ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
efisiensi pola pernapasan dan membersihkan jalan napas
(Eki, 2017)

2. Rencana Asuhan Keperawatan


2.1 Pengkajian Fokus
a. Identitas
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan
diagnosa medis.

b. Keluhan Utama Batuk, sesak nafas, dahak tidak bisa keluar dan
demam tidak terlalu tinggi tiga hari yang lalu.
c. Riwayat kesehatan sekarang
12

Berisi tentang kapan terjadinya sesak nafas, penyebab terjadinya


sesak nafas, serta upaya yang telah dilakukan oleh pasien untuk
mengatasinya.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat sesak nafas atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan pernafasan pada kasus terdahulu serta tindakan
medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya riwayat sakit yang sama pada keluarga atau penyakit lain
yang berpotensi menurun atau menular pada anggota keluarga lain.

f. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan pasien, kesadaran, suara bicara, tinggi
badan, berat badan dan tanda – tanda vital.

2. Kepala dan leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran


pada leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.

3. Sistem integument

Kaji seluruh permukaan kulit, adakah turgor kulit menurun, luka


atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu kulit,
tekstur rambut dan kuku.

4. Sistem pernafasan

Biasanya terdapat sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada dan


terdapat retraksi dinding dada, serta suara tambahan nafas.

5. Sistem kardiovaskuler
13

Pengkajian untuk mengetahui adakah perfusi jaringan menurun,


nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi/bradikardi,
hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.

6. Sistem urinary
Pengkajian untuk mengetahui adakah poliuri, retensio urine,
inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.

7. Sistem musculoskeletal
Kaji penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan tinggi
badan, apakah cepat lelah, lemah dan nyeri, apakah adanya
gangren di ekstrimitas.

8. Sistem neurologis
Pengkajian untuk mengetahui apakah terjadi penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, dan disorientasi.

g. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah:


1. Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil
meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau
normal,walaupun terdapat komplikasi asma
2. Analisa gas darah:
a. Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila
terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH
menunjukkan prognosis yang buruk.
b. Kadang – kadang pada darah terdapat SGOT dan LDH
yang meninggi.
c. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi.
d. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang
meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu
penderita bebas dari serangan.- Pemeriksaan tes kulit
14

untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya


dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma
atopik.

2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul untuk klien


dengan masalah oksigenasi adalah (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumukan
sekret
2. Hipertermi berhubungan proses infeksi

2.3 Rencana Keperawatan


1. Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif
a. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten (Tim Pokja SDKI
PPNI, 2016).
b. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016), penyebab dari bersihan
jalan nafas tidak efektif antara lain:
1) Fisiologis: spasme jalan napas, hipersekresi jalan napas, disfungsi
neuromuskuler,benda asing dalam jalan napas, adanya jalan napas
buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia dinding jalan napas,
proses infeksi, respon alergi, efek agen farmakologis (mis.
anastesi).
2) Situasional: merokok aktif, merokok pasif, terpajan polutan.
c. Gejala Menurut
15

Tim Pokja SDKI PPNI (2016), gejala dan tanda pada masalah
bersihan jalan napas tidak efektif ada dua yaitu tanda mayor dan
tanda minor.
1) Tanda mayor
Data Objektif: batuk tidak efektif, tidak mampu batuk,sputum
berlebihan, mengi, wheezing dan ronkhi kering, mekonium di
jalan napas.
2) Tanda minor
Data Subjektif: dispnea, sulit berbicara, ortopnea. Data Objektif:
gelisah, sianosis, bunyi napas menurun, frekuensi napas berubah,
pola napas berubah.
d. Kondisi Klinis
Terkait Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016), kondisi klinis
terkait pada masalah bersihan jalan nafas tidak efektif yaitu: gullian
barre syndrome, sklerosis mustipel, myasthenia gravis, prosedur
diagnostik (mis. bronkoskopi, transesophgeal echocardiography
[TEE]), depresi sistem saraf pusat, cedera kepala, stroke,
kuadriplegia, sindrom aspirasi mekonium, infeksi saluran napas.

2. Hipertermi
Menurut Tim Pokja SDKI PPNI (2016) sebagai berikut:
a. Definisi
Hipertermi adalah suhu tubuh di atas rentang normal tubuh.
Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh yang berhubungan
dengan ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas ataupun
mengurangi produksi panas. Suhu rektal > 38 drajat celcius karena
ketidakmampuan tubuh untuk menghilangkan panas atau mengurangi
produksi panas.
b. Etiologi
Penyebab dari hipertermia antara lain: dehidrasi, terpapar lingkungan
udara panas, proses penyakit (mis. infeksi, kanker), ketidaksesuaian
pakaian dengan suhu lingkungan, peningkatan laju metabolisme,
16

respon trauma, aktivitas berlebihan, penggunaan incubator.


c. Gejala dan tanda
Gejala pada masalah hipertermia ada dua yaitu tanda mayor dan
tanda minor:
1) Tanda mayor
Subjektif : tidak tersedia Objektif: Suhu tubuh diatas nilai normal
2) Tanda minor
Subjektif : tidak tersedia Objektif: kulit merah, kejang, takikardi,
takipnea, kulit terasa hangat

d. Kondisi klinis
terkait Kondisi klinis terkait pada masalah hipertermia yaitu: proses
infeksi, hipertiroid, stroke, dehidrasi, trauma, prematuritas.

3. Defisit pengetahuan
Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi
kognitif yang berkaitan dengan topic tertentu. Penyebab defisit
pengetahuan adalah keterbatasan kognitif, salah interpretasi informasi,
kurang pajanan, kurang minat dalam belajar, kurang dapat mengingat,
dan tidak familier dengan informasi. Pada ibu hamil penyebab terjadinya
defisit pengetahuan karena kurangnya informasi.
Gejala dan tanda menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), adalah
sebagai berikut:
1) Subjektif
Menanyakan masalah yang dihadapi Misalnya : menanyakan keadaan
ataupun kondisi kehamilannya
2) Obyektif a)
Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran Misalnya : Jarang
melakukan pemeriksaan kehamilan dan terlalu melakukan kebiasaan
(kepercayaan) yang bertentangan dengan kesehatan. b) Menunjukkan
persepsi yang keliru terhadap masalah Misalnya : Mempunyai
pemikiran yang berbeda dari segi kesehatan terhadap kehamilannya
17

karena kesalahan informasi yang di terima


18

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


No Tanggal Keperawatan Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Rasional
(SDKI) (SLKI) Indonesia (SIKI)
1 18 - 09 - Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas
2023 napas tidak tindakan keperawatan Observasi
efektif dalam 3 X 24 jam 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 1. Membantu Mengetahui kondisi
berhubungan diharapkan nutrisi klien kedalaman, usaha nafas) normal dan abnormal pernapasan
dengan terpenuhi dengan Kriteria 2. Monitor bunyi nafas tambahan klien
Penumpukan hasil : (mis, gurgling, mengi, 2. Membantu mengetahui adanya
produksi 1. Jalan nafas paten (5) wheezing, ronki kering) bunyi napas tambahan pada klien
sputum 2. Secret berkurang (5) 3. Monitor sputum (jumlah, 3. Membantu mengetahui
3. Frekuensi nafas dalam aroma, warna) pengeluaran sputum ( jumlah
batas normal(5) 4. Posisikan semi fowler aroma dan warna)
4. Klien mampu 5. Berikan minuman hangat 4. Membantu mempermudah klien
melakukan batuk 6. Lakukan fisioterapi dada jika dalam melakan pernapasan
efektif dengan benar perlu 5. Membantu pengeluaran sputum
(5) 7. Berikan oksigen jika perlu 6. Membantu memperahankan
8. Ajarkan teknik batuk efektif kepatenan napas
jika klien sadar 7. Membantu klien mengeluarkan
9. Kolaborasi pemberian sputum yang tertahan
bronkodilator, ekspetoran, 8. Membantu memperbaiki kondisi
mukolitik, jika perlu. (Nebu pasien sesuai dengan keluhan klien
Fulmicort 0.25 mg 3x1 Sehari)
Kolaborasi pemberian
Nebulisasi
19

2 18 - 09 - Defisit Setelah dilakukan Edukasi Perilaku Upaya Kesehatan


2023 Pengetahuan tindakan keperawatan Observasi
berhubungan dalam 3 X 24 jam 1. Identifikasi kesiapan dan 1. Membantu mengetahui
dengan diharapkan masalah pasien kemampuan menerima informasi kemampuan agar sesuai dengan
kurangnya Terapeutik
dapat teratasi dengan apa yang di sampaikan pemateri
terpapar 2. Sediakan materi dan media
informasi
Kriteria hasil : pendidikan kesehatan
2. Membantu klien dan keluarga agar
1. Perilaku sesuai anjuran mudah memahaminya
3. Jadwalkan pendidikan kesehatan
meningkat (5) 3. Membantu klien dan keluarga
sesuai kesepakatan
2. Mampu menjelaskan mengatur jadwal pertemuan
4. Berikan kesempatan untuk
pengetahuan tentang 4. Membantu klien dan keluarga agar
bertanya
suatu topik (5)
5. Gunakan pendekatan promosi merasa di perlakukan dengan
3. meningkat Kemampuan
kesehatan dengan memperhatikan pelayanan yang sesuai
menggambarkan
pengaruh dan hambatan dari 5. Membantu agar klien dan keluarga
pengalaman sebelumnya
lingkungan, sosial serta budaya. bersemangat unutk mendengarkan
yang sesuai dengan topik
6. Berikan pujian dan dukungan penjelasan terkait kondisi klien
(5)
terhadap usaha positif dan
4. Perilaku sesuia dengan
pencapaiannya Edukasi
pengetahuan (5)
20

DAFTAR PUSTAKA

Atoilah, Elang M. Kusnadi, Eungkus. 2013. Asuhan Keperawatan Pada Klien


Dengan Gangguan Kebutuhan Dasar Manusia. Garut: In Media
Brunner & Suddarth. 2015. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12
vol1. Jakarta: EGC
Eki. 2017. Asuhan Keperawatan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Oksigen Di
Irna Penyakit dalam di RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN
2017.
Ernawati. 2012. Konsep dan Aplikasi Keperawatan dalam Pemenuhan
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Trans Info Media
Herdman, T.H. 2018. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and
Classification 2018-2020. Jakarta: EGC
Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Binarupa
21

You might also like