You are on page 1of 5

TUGAS CERPEN DAN PUISI

NAMA : Kadek Ayu Karisa Dita Putri


ABSEN :
KELAS :

SMP N 2 KUTA

TAHUN AJARAN 2023/2024


Pesawat Kertas

“Plukk!” pesawat kertas itu jatuh tepat di depannya. “Mana pesawatnya?” ucap
Putri. “Emm mana yaa?” jawab Yono. “Siniin dong, plisss!” pinta Putri. “Ya udah
deh, nih” ucap Yono sambil memberikan pesawat kertas itu kepada Putri. “Nah
gitu dong” ucap Putri manis. Putri pun memainkan pesawat kertasnya kembali.

Putri memang sangat suka dengan pesawat kertas. Entah, menurutnya pesawat
kertas adalah hal yang paling menginspirasi dirinya. “Put, kenapa sih main
pesawat terus?” tanya Via teman Putri. “Memangnya kenapa?” balas Putri sinis.
“Ya gak apa-apa, kamu itu aneh!” ujar Via. Putri segera berhenti memainkan
pesawat kertasnya itu. “Aneh kenapa?” ucap Putri tak mengerti. “Liat dong,
semua anak main bareng! Tapi kamu? Asik sama dunia pesawatmu sendiri!”
gerutu Via kesal. “Tapi? Ini memang aku! Maaf aku gak mau debat sama kamu!
Aku lagi puasa” balas Putri sabar. Via hanya diam membatu setelah mendengar
ucapan itu dari Putri, dan ia langsung meninggalkan Putri begitu saja.

Putri merenungi apa yang Via katakan. “Ya Allah, apa benar aku ini salah?”
batinnya menangis. “Apa aku sibuk dengan duniaku sendiri? Tapi, ini bukan
duniaku! Ini hanyalah cita-citaku saja” perlahan ia mulai meneteskan air mata.

Keesokan harinya, saat istirahat pertama Putri masih diam di tempat duduknya.
“Put, kamu kenapa?” tanya Nita, teman Putri. “Ehh, gak gak papa kok” ucap Putri
gugup. “Kamu dari tadi melamun? Biasanya kamu main pesawat kertas?” tanya
Nita penasaran. “Iya, gak papa” ucap Putri tersenyum tipis. Putri menaruh
kepalanya di atas meja. “Kamu sakit Put?” tanya Nita khawatir. “Tidak” balas
Putri pendek. “Ya sudah kalau begitu, aku keluar ya?” ucap Nita. “Iya” jawab
Putri.
Putri masih memikirkan kejadian yang kemarin, saat dirinya ditegur oleh Via.
“Put, aku minta maaf” ucap seseorang menepuk pundak Putri. Serentak Putri
menoleh ke arahnya. “Eh Via, Iya gak papa” ucap Putri seraya mengelap air
matanya. “Putri kok nangis?” ucap Via penuh rasa bersalah. “Enggak gak papa”
ucap Putri menenangkan diri. Tanpa berkata lain, Via langsung memeluk erat
Putri. “Maaf yaa, kemarin aku ngomong gitu, karena aku ngerasa kamu gak mau
deket sama kita” ucap Via berusaha menjelaskan. “Iya, tapi bukan itu maksudku”
Putri berusaha menjawab. “Iya, ya sudahlah tidak usah dibahas kembali” ucap Via
menyelesaikan.

Dari kejadian itu, Putri membuang jauh-jauh tentang keinginannya untuk menjadi
seorang Insinyur Pesawat. Putri tak ingin ada temannya yang merasa ia jauhi
karena hanya sebuah pesawat kertas! “Mungkin mereka benar, aku hanya sibuk
dengan dunia khayalku” ucap batinnya. Putri segera membuang semua pesawat
kertasnya ke dalam tong sampah. “Loh Put kenapa dibuang?” tanya Gigih tak
mengerti. “Emm, tak apa” balas Putri ringan. “Kamu itu aneh! Kemarin kamu
buat pesawat kertas sampai buku kamu tipis? Sekarang malah dibuang?

Mubadzir Put!” ujar Gigih menasehati. Putri diam dan tak tahu harus mengatakan
apa. Akhirnya Putri langsung berlari meninggalkan Gigih. Hati Putri sangat kacau
saat itu, air matanya terus membasahi pipinya. Putri tak habis pikir, semua yang ia
lakukan selalu saja salah.

Putri segera mengambil buku diary yang ada di dalam tasnya.


“Dear diary, Putri nggak paham sama semua ini. Hati Putri rapuh! Semua yang
Putri lakukan selalu saja salah, Putri bingung Putri harus bagaimana?” tulis Putri
pada diary tersebut. Setelah selesai menulis diary, Putri segera menaruhnya
kembali ke dalam tas.

Detik berganti detik, menit berganti menit, jam berganti jam, dan hari berganti
hari. Saatnya Putri kembali untuk masuk sekolah. Hari ini hari bagi Putri
melaksanakan tugas piket. “Put, ini diisi dulu absensi kelasnya” ujar Aan. “Iya,
taruh saja dulu di mejaku” balas Putri yang sedang menyapu lantai kelas. “Oke”
ucap Aan sambil meletakkan absensi di meja Putri. Setelah lantai kelas terlihat
bersih, Putri segera mengembalikan sapu di pojok kelas, dan segera kembali ke
mejanya untuk mengisi absensi kelas.

Waktu pun berputar dengan sangat cepat, tak terasa sudah saatnya pulang. Putri
segera meraih tasnya dan segera meninggalkan tempat duduknya. Ketika Putri
sedang berjalan keluar kelas tiba-tiba hujan lebat pun turun. “Yahh? Kok hujan?”
ucap Putri dengan nada kecewa. Putri pun memutuskan untuk menunggu hujan itu
sampai reda. Setelah menunggu beberapa menit, hujan itu belum juga reda.
“Pulangnya bagaimana ini?” hati Putri bertanya. Putri kebingungan karena hujan
semakin deras. Seketika Putri memandang langit, Putri segera mengeluarkan buku
diarynya. “Dear diary, Langit kenapa kamu nangis? Jangan menangis sekarang,
cukup aku saja yang merasakan perih ini. Hentikan sekarang juga tangisanmu, aku
sedih jika kau sedih. Kumohonn” tulis Putri pada diary tersebut. Ajaibb! Seketika
langit langsung memunculkan senyumannya melalui cahaya matahari. Tanpa
berpikir panjang, Putri langsung bergegas untuk kembali ke rumah.

Pagi pun telah datang kembali. Saatnya berangkat sekolah. Pagi ini Putri kelihatan
sangat lesu. “Kenapa? Sakit?” tanya Nikmah. “Tidak” singkatnya. “Tapi wajahmu
pucat pasi” tanyanya kembali. “Sudah biasa” balas Putri renyah. “Biasa
bagaimana?” ucapnya penasaran. “Sudahlah lupakan saja” ujar Putri. “Hari ini
kamu sangat aneh” ucap Nikmah. “Sudah cukup! jangan bilang aku aneh lagi!”
gerutu Putri. “Tapi hari ini? Kau tak seriang yang kemarin” ujar Nikmah. “Ya!
Karena aku baru saja kehilangan citacitaku” ucapnya meneteskan air mata. “Cita-
citamu? Apa?” tanya Nikmah penasaran. “Insinyur pesawat” celetuk Putri sambil
mengelap air matanya. “Kenapa” tanyanya belum mengerti. “Aku bingung, kau
tahu kan? Aku sangat suka dengan pesawat? Tapi banyak orang yang merasa,
kalau aku menjauhi mereka hanya karena sebuah pesawat kertas? Hanya karena
aku sibuk dengan duniaku?” ucapnya dengan air mata yang mengalir. “Siapa yang
merasa? Aku tidak? Aku mendukungmu” ucapnya menenangkan. “Ya! Memang
dia bukan kamu” ucap Putri menegaskan. “Lalu siapa?” tanyanya penasaran.
“Sudahlah lupakan saja” ucap Putri membuang muka. “Put, percayalah! Jika
Insinyur Pesawat adalah hidupmu, pasti kau bisa mencapainya” ucap Nikmah
memotivasi.
“Iya, tapi aku bingung” ucap Putri dengan hati tak karuan. Nikmah langsung
menyobek kertas bukunya. “Nih, tulis saja apa yang kamu rasakan sekarang”
perintahnya. “Untuk apa?” tanya Putri tak mengerti. “Sudahlah lakukan saja”
perintahnya kembali. “Baiklah” ucap Putri menyerah.

Putri segera menuliskan perasaannya sekarang di kertas yang diberikan oleh


Nikmah. “Sudah. Lalu mau kau apakan?” ucap Putri bingung. Tanpa
mengeluarkan sepatah kata apapun, Nikmah langsung melipat kertas itu menjadi
sebuah pesawat. “Apa maksudnya? Aku tak mengerti” ucap Putri. “Sudah, ayo
ikut aku” balas Nikmah sambil menarik tangan Putri. “Heyy! Mau kemana?”
bentak Putri. Nikmah tak menghiraukan suara Putri yang terus berteriak. Dan tiba-
tiba Nikmah menghentikan langkahnya di depan Laboratorium Bahasa. “Mau apa
sih? Malah kesini?” ucap Putri penuh bertanya. “Kamu itu dari tadi cerewet
banget sih?” gerutu Nikmah kesal. “Iya iya deh” ucap Putri mengalah. “Sudah
terbangkan pesawatmu disini” ucapnya memerintah kembali. “Baiklah” ujar Putri.
Putri segera menerbangkan pesawat kertasnya itu, dan anehnya pesawat itu
langsung menghilang, entah kemana. “Loh? Pesawatnya kemana?” ucap Putri
keheranan. “Sudahlah, mungkin sudah sampai ke Allah” ujar Nikmah menghibur.
“Okee, mungkin saja” ucap Putri penuh dengan senyum. “Ya sudah, kamu
kembali ke kelas dulu saja, aku masih ada urusan sebentar” ucap Nikmah. “Ya
sudah, aku kembali” ujarnya sambil berlari kecil. Setelah Putri kembali ke kelas,
Nikmah segera mencari pesawat milik Putri tadi. “Ini dia!” ucap Nikmah lirih.
Setelah itu Nikmah langsung menyimpan pesawat milik Putri tadi di sakunya.

*Teeet* bel pulang sekolah berbunyi nyaring. Semua murid-murid berhamburan


keluar kelas. Tapi beda halnya dengan Nikmah. Ketika bel pulang sekolah
berbunyi, ia malah pergi ke perpustakaan. “Hey! Mau kemana kamu?” ujar Putri
setengah berteriak. “Emm? Perpustakaan” jawab Nikmah kebingungan. “Ini kan
sudah bel pulang? Perpustakaan pastinya sudah tutup” ucap Putri berpendapat.
“Biarlah!” celetuk Nikmah. “Ya sudah kalau begitu! Aku pulang!” balas Putri
kesal. Putri pun langsung membuang mukanya dan segera pergi meninggalkan
Nikmah.
Pagi pun telah datang kembali. Hari ini tepat umurnya bertambah menjadi 13
tahun. “Selamat Ulang Tahun Putri” ucap Ibu sambil membawa kue tart. “Wahh,
terimakasih Bu” balas Putri sambil mencium ibunya. “Iya sama-sama Put. Ya
sudah, pergi mandi dulu sana” ucap Ibunya lembut. “Baik Bu” balasnya menurut.

Setelah selesai, Putri segera bersiap-siap dan segera menuju ke sekolah. Putri
berjalan dengan cepat untuk menuju ke kelasnya. “Kok pintunya ditutup? Ini kan
masih setengah tujuh?” batinnya bergumam. Putri pun makin mempercepat
langkahnya. Ia takut, jika pagi ini ada pelajaran jam nol. Ketika Putri membuka
pintu kelasnya, Putri tersentak kaget! Karena teman-teman kelasnya membuat
kejutan yang sangat spesial. Putri tercengang, memandangi setiap sudut kelasnya.
“Pesawat kertas?” ucap Putri agak keras. “Maaf ya Put, sebenarnya kemarin aku
membaca isi pesawat kertas yang kau terbangkan di depan Laboratorium Bahasa”
jelasnya meminta maaf. “Kau membacanya?” tanya Putri. “Maaf Put” ucap
Nikmah kembali. “Tak apa. terimakasih atas semua ini. Aku suka” balas Putri
penuh senyuman. “Iya Put sama-sama. Happy birthday sahabatku” ucap Nikmah
seraya memeluk Putri. “Terimakasih” balas Putri sambil memeluk Nikmah juga.
“Putriii..” panggil seseorang. “Via?” ucap Putri sambil menoleh ke arahnya.
“Happy birthday yaa” ujarnya sambil menepuk pundak Putri. “Iya, terimakasih”
balas Putri. “Maaf ya Put, kemarin aku melarangmu untuk..”. “Sudahlah tak apa”
ucap Putri memotong perkataan Via. “Baiklah” ujar Via. “Put.. ini semua
sebenarnya ide Via” ucap Yono tiba-tiba. “Oya?” celetuk Putri. “Iyaa Put” timpal
Nikmah. “Terimakasih Via. Ini sangat amazing!” ujar Putri sambil memeluk Via.
“Iya Put samasama” balas Via tersenyum manis.

Akhirnya, Putri dan teman kelasnya pun bergembira bersama dan bersenang-
senang dengan semua pesawat kertas!!

You might also like