You are on page 1of 9

I.

DASAR TEORI

1. Kloramfenikol
Uraian Umum
Rumus Molekul : C11H12Cl2N2O5
Berat Molekul : 323,13
Rumus Bangun :

Persyaratan : kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari 103,0 %
C11H12Cl2O2H5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih sampai putih kelabu
atau putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit.
Kelarutan : sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton
dan dalam etil asetat.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
Penandaan : Pada etiket harus juga tertera daluarsa.
Khasiat dan penggunaan : Antibiotikum.
Salep kloramfenikol mengandung kloramfenikol C11H12Cl2N2O5, tidak kurang dari
90,0% dan tidak lebih dari 120,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995).
Farmakologi
Kloramfenikol bertindak menghambat sintesis protein dengan cepat tanpa mengganggu
sintesis DNA dan RNA. Mekanisme tindakkannya adalah melalui ikatan secara reversibel unit
ribosom 50 S (Wattimena, 1990).
Dosis kloramfenikol yang umum adalah 50-100 mg/kg/hari. Setelah pemberian oral,
kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk
anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat yang rasanya tidak pahit. Bentuk
ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Untuk
pemberian secara parental digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam
jaringan dan membebaskan kloramfenikol (Setiabudy dan Gan, 2007).
Indikasi
Sebagai obat sistemik, kloramfenikol hampir tidak dipakai lagi berhubung toksisitasnya
yang kuat, resistensi bakteri, dan tersedianya obat-obat lain yang lebih efektif (misalnya
cephalosporin). Obat ini dapat dipertimbangkan untuk pengobatan infeksi-infeksi riketsia yang
parah, seperti tifus atau demam bercak Rocky Mountain, pada anak-anak yang dikontraindikasi
terhadap tetrasiklin (yaitu yang dibawah usia 8 tahun) (Katzung, 2004).
Efek Samping
Salah satu efek samping pada terapi kloramfenikol adalah reaksi pada saluran cerna
(mual, muntah, dan diare), yang biasa disebut alergi (demam, bentol-bentol merah pada kulit),
gejala yang berkaitan dengan dosis (sindrom bayi abu-abu dan anemia terpulihkan, dan reaksi
superinfeksi serta toksik (anemia aplastik) (Foye, 1996).

Metode Penetapan Kadar Kloramfenikol


Penetapan kadar kloramfenikol dapat ditetapkan kadarnya secara spektrofotometri
ultraviolet menggunakan pereaksi akuadest. Diukur serapan larutan pada panjang gelombang
maksimum 278 nm (Depkes RI, 1979).
Penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding. Lakukan pengukuran
terhadap larutan baku pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang zat uji. Lakukan
pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan kuvet dan
kondisi pengujian yang sama. Larutan zat yang akan diukur serapannya harus jernih, kalau tidak
jernih harus disaring sehingga diperoleh filtrat yang jernih untuk diukur (Depkes RI, 1995).
Spektrofotometri
Definisi
Spektrofotometri UV-Vis adalah pengukuran panjang gelombang dan intensitas sinar
ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar ultraviolet dan cahaya tampak
memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan elektron pada kulit terluar ke tingkat energi
yang lebih tinggi. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang 200-400 nm sedangkan sinar
visible berada pada panjang gelombang 400-800 nm (Dachriyanus, 2004).
Instrumen
Menurut Khopkar (1990), suatu spektrofotometer tersusun dari :
- Sumber Radiasi
Sumber yang biasa digunakan lampu hidrogen atau deuterium untuk pengukuran UV dan
lampu tungsten untuk pengukuran cahaya tampak.
- Monokromator
Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya berupa prisma
ataupun grating. untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diinginkan dari hasil penguraian
dapat digunakan celah.
- Sel / Kuvet
Pada pengukuran di daerah sinar tampak kuvet kaca dapat digunakan, tetapi untuk
pengukuran pada daerah UV kita harus menggunakan sel kuarsa karena gelas tidak tembus
cahaya pada daerah ini. Umumnya tebal kuvetnya adalah 1cm, tetapi yang lebih kecil ataupun
yang lebih besar dapat digunakan.
- Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada berbagai
panjang gelombang.
Penggunaan
Menurut Rohman (2007), metode spektrofotometri UV-Vis digunakan untuk menetapkan
banyak jenis bahan obat. Cara untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan membandingkan
absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan regresi linier
yang menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan absorbansinya dan selanjutnya
digunakan untuk menghitung kadar dalam sampel.
Analisis kualitatif
Penggunaan spektrofotometri UV-Vis dalam analisis kualitatif sangat terbatas, karena
rentang daerah radiasi yang relatif sempit (500 nm) hanya sedikit sekali puncak absorbsi
maksimum dan minimum, sehingga tidak dapat digunakan untuk identifikasi kualitatif obat.
Analisa kuantitatif
Analisis kuantitatif dengan metode spektofotometri UV-Vis dapat digolongkan atas tiga
macam pelaksanaan pekerjaan, yaitu:
a. analisis zat tunggal.

b. analisis campuran dua macam zat atau analisis dua komponen.

c. analisis campuran tiga macam zat atau lebih / analisis multi komponen.
Penggunaan utama untuk analisa kuantatif, menentukan kadar senyawa yang
mengabsorpsi radiasi UV-Vis dengan membandingkan absorban sampel terhadap absorban
senyawa standar yang konsentrasinya diketahui (Satiadarma, 2004).
II. CARA KERJA
1. Pembuatan Baku
a. Timbang 25 mg Kloramfenikol murni dengan seksama, masukkan ke dalam labu
takar 25 mL, lalu tambahkan aquadest ad tanda. Larutan ini akan menjadi baku induk.
b. Buat 5 larutan baku masing-masing ke dalam labu takar 5 mL dengan ketentuan
sebagai berikut:
i. Pipet 50 µL baku induk, tambahkan air ad batas tanda → baku 1
ii. Pipet 75 µL baku induk, tambahkan air ad batas tanda → baku 2
iii. Pipet 100 µL baku induk, tambahkan air ad batas tanda → baku 3
iv. Pipet 125 µL baku induk, tambahkan air ad batas tanda → baku 4
v. Pipet 150 µL baku induk, tambahkan air ad batas tanda → baku 5
c. Tentukan panjang gelombang maksimum, dan amati absorbansi masing-masing baku
(baku 1-5) pada spektrofotometer menggunakan panjang gelombang maksimum
terpilih (λmax teoritis = 278 nm). Catat absorbansi dan buat persamaan regresinya.
2. Pembuatan Larutan Sampel (Jumlah Replikasi = 3 Kali)
a. Timbang 500 mg salep (setara dengan 10 mg kloramfenikol), larutkan dalam H2SO4
0,5N ad larut, lalu masukkan ke dalam labu takar 50 mL, dan tambahkan H2SO4 0,5N
ad batas tanda.
b. Pipet 1 mL larutan dari dalam labu takar dengan menggunakan mikropipet, lalu
masukkan ke dalam labu takar 10 mL, dan tambahkan H2SO4 0,5N ad batas tanda.
c. Amati absorbansi sampel pada panjang gelombang maksimum yang telah didapat dari
pengamatan baku, catat absorbansinya, lalu tentukan kadar kloramfenikol dalam salep
dan tentukan % recovery-nya.
III. HASIL
1. Penimbangan Baku Induk = 24,9 mg → ditambah H2SO4 0,5N ad 25 mL
Konsentrasi Baku Induk =

2. Pembuatan Larutan Baku (1-5):


a. Baku 1: 50 µL ad 5 mL = 9,96 ppm
b. Baku 2: 75 µL ad 5 mL = 14,94 ppm
c. Baku 3: 100 µL ad 5 mL = 19,92 ppm
d. Baku 4: 125 µL ad 5 mL = 24,9 ppm
e. Baku 5: 150 µL ad 5 mL = 29,88 ppm
3. Hasil Pengamatan Absorbansi (λmax teramati: 277 nm)
No. C (ppm) A
1 9,96 0,268
a = -3,2 x 10-3
2 14,94 0,401 y = a + b.x
b = 0,027068273
3 19,92 0,537 y = (-3,2 x 10-3) + (0,027068273)x
r = 0,999742546
4 24,90 0,663
5 29,88 0,811

4. Penimbangan Sampel
a. S1 = Kertas Perkamen Kosong : 0,2578 g
Kertas Perkamen + Isi : 0,7556 g
Berat S1 : 0,4978 g = 497,8 mg
b. S2 = Kertas Perkamen Kosong : 0,2537 g
Kertas Perkamen + Isi : 0,7600 g
Berat S1 : 0,5063 g = 506,3 mg
c. S1 = Kertas Perkamen Kosong : 0,2603 g
Kertas Perkamen + Isi : 0,7601 g
Berat S1 : 0,4998 g = 499,8 mg
5. Penghitungan Konsentrasi Bahan Aktif dalam Sampel
a. S1 = 497,8 mg → = 9,956 mg

b. S2 = 506,3 mg → = 10,126 mg

c. S3 = 499,8 mg → = 9,996 mg

6. Penghitungan Konsentrasi Bahan Aktif setelah diencerkan (teoritis)


a. S1 = 9,956 mg ad 50 mL
= 199,12 ppm → ambil 1 mL, larutkan ad 10 mL
= 19,912 ppm
b. S2 = 10,126 mg ad 50 mL
= 202,52 ppm → ambil 1 mL, larutkan ad 10 mL
= 20,252 ppm
c. S1 = 9,996 mg ad 50 mL
= 199,92 ppm → ambil 1 mL, larutkan ad 10 mL
= 19,992 ppm
7. Hasil Pengamatan Absorbansi Bahan Aktif pada Panjang Gelombang Maksimum
Terpilih, serta Penentuan Konsentrasi Bahan Aktif Sebenarnya
Absorbansi Konsentrasi
Sampel 1 0,631 23,43
Sampel 2 0,785 29,12
Sampel 3 0,655 24,32

8. Penghitungan % recovery ( )

a. S1 = = 117,68 %

b. S2 = = 143,80 %

c. S3 = = 121,66 %

̂
IV. PEMBAHASAN

Dari hasil penetapan kadar salep kloramfenikol secara spektrofotometri ultraviolet,


diperoleh kadar sebagai berikut: K = 127,71%. Kadar kloramfenikol tersebut tidak sesuai dengan
persyaratan yang ditetapkan dalam Farmakope Indonesia Edisi IV, yaitu salep kloramfenikol
mengandung kloramfenikol C11H12Cl2N2O5 tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 120,0%
dari jumlah yang tertera pada etiket. Nilai ini dapat disebabkan karena matriks salep yang ikut
memberikan absorbansi pada panjang gelombang terpilih (277 nm).
DAFTAR PUSTAKA

Dachriyanus. 2004. Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas
University Press.
Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Foye, W. O. 1996. Prinsip - Prinsip Kimia Medisinal Jilid II Edisi Kedua. Penerjemah: Raslim
Rasyid, dkk. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Katzung, B. G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik Buku 3 Edisi 8. Penerjemah dan editor: Bagian
Farmakologi FK UNAIR. Surabaya: Penerbit Salemba Medika.
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI-Press.
Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Satiadarma, K. 2004. Asas Pengembangan Prosedur Analisis Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press.
Setiabudy, R., Gan, V. H. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5 : Pengantar Antimikroba. Jakarta:
Gaya Baru.
Wattimena, J. R., 1991. Farmakodinamik Dan Terapi Antibiotik. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

You might also like