Professional Documents
Culture Documents
Admin,+6009 37898 4 PB
Admin,+6009 37898 4 PB
ABSTRACT
The prevalence of underweight in 2010 to 2013 has increased percentage by 17.9% to 19.6%. Household food
security and food intake were factors that can affect nutritional status of children.The aim of the study was to
analize the relationship between status of household food security, energy and fat intake with nutrititional status
of children. This was a cross sectional study with 40 samples selected using simple random sampling technique.
Subject in this study was the fisherman family whose toddlers age 25-60 months. The data were collected by
interview using questionaires, and were analyzed using linier regression and spearmen test. The result showed
that 55% of households were facing food insecurity and 45% households were food insecure with severe hunger.
Nutritional status of children (72,5%) were normal and (27,50%) wereunderweight. Energy intake has a
significant relationship with nutritional status of children (p = 0,007) and fat (p=0,03).
Keywords: household food security, nutritional status, intake energy and fat
ABSTRAK
Prevalensi masalah gizi kurang pada tahun 2010 ke tahun 2013 mengalami peningkatan persentase sebesar
17,9% menjadi 19,6%. ketahanan pangan rumah tangga dan asupan makanan adalah faktor yang mempengaruhi
status gizi balita. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga,
asupan energi dan lemak dengan status gizi balita (BB/U). Penelitian menggunakan desain cross sectional
dengan besar sampel 40 yang dipilih menggunakan simple random sampling. Subyek dalam penelitian adalah
keluarga nelayan yang memiliki balita usia 25-60 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Uji Statistik yang digunakan adalah uji regresi linier dan spearmen.Hasil menunjukkan
rumah tangga rawan pangan dengan kelaparan (55%) dan rumah tangga rawan pangan dengan kelaparan parah
(45%). Status gizi balita baik (72,5%) dan gizi kurang (27,50%). Ada hubungan status gizi balita dengan energi
(p=0,007) dan lemak (p=0,03). Asupan energi dan lemak memiliki hubungan signifikan dengan status gizi balita
Kata kunci: status ketahanan pangan, status gizi balita, asupan energi, dan lemak.
miskin di Indonesia sebesar 28,01 juta yang perlu perhatian pemerintah Kota
orang atau sekitar 10,86% (BPS Kota Surabaya. Berdasar data dari Puskesmas
Surabaya, 2016). Jawa Timur merupakan Kenjeran masalah gizi kurang pada balita
wilayah yang memiliki angka kemisikinan sebesar 128 kasus di wilayah Kecamatan
cukup tinggi sebesar 4,7 juta jiwa. Jumlah Bulak, 25 kasus terjadi di Kelurahan
penduduk miskin Surabaya 140.230 jiwa Sukolilo Baru.
(BPS Kota Surabaya, 2016). Berdasarkan Asupan makronutrien dan energi
data BPS Kota Surabaya jumlah keluarga berkaitan dengan status gizi. Energi
miskin di Kelurahan Sukolilo Baru sebesar diperoleh melalui konsumsi makronutrien
120 keluarga yang sebagian besar bermata berupa karbohidrat, protein, dan lemak
pencarian sebagai nelayan. (Regar dan Sekartini, 2014). Usia balita
Pendapatan atau penghasilan dalam memiliki kebutuhan asupan makronutrien
rumah tangga merupakan salah satu faktor untuk pertumbuhan dan status gizi balita
yang dapat mempengaruhi konsumsi yang baik.
pangan di dalam rumah tangga (Rachman, Berdasarkan uraian di atas, peneliti
2016). Pendapatan nelayan diperoleh dari tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
banyaknya hasil penangkapan ikan mengenai hubungan ketahanan pangan
sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan rumah tangga nelayan dan asupan
pangan maupun non pangan makronutrien dengan status gizi balita
(Widyaningsih dan Muflikhati, 2015). (BB/U) usia 25-60 bulan. Tujuan
Konsumsi pangan rumah tangga penelitian ini adalah untuk mengetahui
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor hubungan ketahanan pangan rumah tangga
seperti jumlah pendapatan rumah tangga nelayan dan asupan makronutrien dengan
dan jumlah anggota keluarga. Pendapatan status gizi balita (BB/U) di Kelurahan
yang diperoleh nelayan tergantung pada Sukolilo Baru Kecamatan Bulak Kota
hasil tangkapan ikan. Selain pendapatan Surabaya.
faktor yang mempengaruhi konsumsi
pangan pada rumah tangga adalah jumlah METODE PENELITIAN
anggota keluarga dan tingkat pendidikan
(Ningsih, 2014). Penelitian ini merupakan penelitian
Status gizi adalah salah satu faktor analitik observasional dengan
yang menentukan kualitas tumbuh menggunakan desain cross sectional.
kembang individu. Status gizi di Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukolilo
masyarakat sering menggambarkan Baru, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya
masalah gizi pada kelompok balita. pada bulan Agustus 2017. Subyek dalam
Masalah gizi biasanya disebabkan oleh penelitian adalah keluarga nelayan yang
kurangnya asupan gizi, kurangnya memiliki balita di Kelurahan Sukolilo
pengetahuan mengenai gizi seimbang, dan Baru. Besar sampel sebanyak 40 dengan
kemiskinan (Putri dkk, 2016). cara pemilihan sampel secara acak
Masalah gizi kurang merupakan sederhana (simple random sampling).
masalah yang paling sering ditemui setiap Pengumpulan data pada penelitian
tahun di Indonesia. Prevalensi masalah gizi ini dilakukan dengan wawancara
kurang pada tahun 2010 ke tahun 2013 menggunakan kuesioner dan food recall
mengalami peningkatan prosentase sebesar 2x24 jam pada balita tidak berurutan pada
17,9% menjadi 19,6% (Riskesdas, 2013). hari yang sama kemudian diolah dengan
Provinsi jawa timur salah satu wilayah software nutrisurvey untuk melakukan
yang mengalami peningkatan masalah gizi pengelompokkan asupan termasuk kategori
kurang sebesar 12,1% dan salah satunya defisit atau normal. Status gizi balita
terjadi di Kota Surabaya. Kasus balita gizi menggunakan indeks berat badan menurut
kurang sebanyak 626 kasus gizi kurang umur.
50 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58
lemak yang normal. Balita yang memiliki terhadap status gizi balita memiliki p-value
status gizi baik dan defisit asupan lemak sebesar 0,423 (p=0,423 lebih dari α=0,05),
sebanyak 5 orang dan 24 orang yang artinya tidak ada hubungan yang
asupanlemak normal. Berdasarkan data signifikan antara asupan protein dengan
hasil penelitian maka dapat disimpulkan status gizi balita (BB/U). Status ketahanan
bahwa balita yang memiliki status gizi pangan terhadap status gizi balita memiliki
kurang beresiko defisit asupan lemak. p-value sebesar 0,758 (p=0,758 lebih dari
Grafik dapat dilihat pada gambar nomor 5. α=0,05), yang artinya tidak ada hubungan
Hasil uji statistika pada penelitian yang signifikan antara status ketahanan
menggunakan uji regresi linier antara pangan dengan status gizi balita (BB/U).
variabel dependent dengan independent Berdasarkan analisis uji regresi linier di
dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel atas dapat disimpulkan bahwa variabel
dependent adalah status gizi dan yang memiliki hubungan yang kuat dengan
independent yaitu asupan karbohidrat, status gizi balita adalah asupan energi dan
lemak, protein, dan status ketahanan asupan lemak sedangkan status ketahanan
pangan rumah tangga nelayan. pangan rumah tangga tidak mempengaruhi
status gizi balita berat badan menurut umur
(BB/U).
30 Selain uji regresi linear, dilakukan
25
uji spearmen. Tujuan untuk melakukan Uji
spearmen adalah untuk mengetahui apakah
20 ada hubungan antara asupan energi dan
15 Gizi Kurang lemak dengan status ketahanan pangan
rumah tangga. Ketahanan pangan adalah
Gizi Baik
10 salah satu faktor tidak langsung yang dapat
5
mempengaruhi status gizi individu. Pada
hasil sebelumnya menunjukkan bahwa
0 energi dan lemak sangat berkaitan dengan
Defisit Normal status gizi balita. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rawan pangan dapat
mempengaruhi asupan energi dan lemak.
Gambar 4. Grafik Kategori Energi Hasil uji regresi linier maka dilakukan uji
statistik Spearmen. Uji statistik ini
Hasil uji regresi linier pada tabel 2 dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat
memperlihatkan asupan energi terhadap hubungan asupan energi dan lemak dengan
status gizi balita memiliki p-value sebesar ketahanan pangan rumah tangga. Data
0,007 (p=0,007 kurang dari α=0,05), yang penelitian yang diperoleh balita yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan mengalami defisit asupan lemak serta
antara asupanenergi dengan status gizi memiliki status rawan pangan dengan
balita (BB/U). Asupan karbohidrat kelaparan yaitu sebanyak 8 balita dan yang
terhadap status gizi balita memiliki p-value memiliki status rawan pangan dengan
sebesar 0,087 (p=0,087 lebih dari α=0,05), kelaparan parah sebanyak 4 balita.
yang artinya tidak ada hubungan yang Berdasarkan hasil data penelitian tersebut
signifikan antara asupan karbohidrat rumah tangga yang memiliki status
dengan status gizi balita (BB/U). Asupan ketahanan pangan kategori rawan pangan
lemak terhadap status gizi balita memiliki beresiko balita mengalami kurangnya
p-value sebesar 0,030 (p=0,030 kurang dari asupan lemak.
α=0,05), yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara asupan lemak dengan
status gizi balita (BB/U). Asupan protein
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 53
keluarga. Hal ini disebabkan pendapatan Kelurahan Sukolilo Baru sebagian besar
nelayan yang hanya bergantung pada hasil termasuk kategori kecil dan sedang. Hal ini
tangkapan ikan. Apabila hasil tangkapan menunjukkan bahwa kecukupan pangan
ikan yang semakin banyak maka dapat untuk keluarga dapat tercukupi karena
dipastikan bahwa kebutuhan pangan jumlah anggota keluarga yang tidak
tercukupi dan sisa pendapatan dapat banyak.
digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kategori jumlah anggota keluarga
lainnya. akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan
Kemampuan modal atau pengeluaran rumah tangga sehingga
penghasilan adalah pendapatan yang semakin banyak jumlah anggota keluarga
diperoleh nelayan dari hasil tangkapan. maka semakin meningkat pengeluaran
Pendapatan adalah salah satu faktor yang untuk pangan (Lindawati dan Saptanto,
menyebabkan nelayan tidak dapat 2014). Faktor pengeluaran rumah tangga
mencukupi kebutuhan pangan rumah dapat dipengaruhi oleh pendidikan pada
tangga. Hasil penelitian menunjukkan kepala keluarga. Hasil penelitian
sebanyak 23 (57,5%) nelayan memiliki menunjukkan banyaknya jumlah nelayan
pendapatan sekitar Rp. 290.000,00 sampai yang menempuh pendidikan terakhir
dengan Rp. 390.000,00 termasuk kategori adalah 19 orang tamat SD/MI dan 18 orang
sedang. tamat SMP/MTs. Hal ini menunjukkan
Pendapatan yang diperoleh nelayan tidak ada responden yang tidak pernah
berdasarkan dari rata-rata hasil tangkapan menempuh pendidikan. Jika pendidikan di
ikan di laut.Nelayan akan melaut apabila keluarga nelayan meningkat maka keluarga
sedang kondisi cuaca baik apabila tidak akan lebih pandai dalam memanajemen
pada kondisi cuaca yang baik maka tidak keuangan sehingga kebutuhan dapat
melaut. Hal tersebut dapat mempengaruhi tercukupi (Primayastanto et al., 2013).
pendapatan nelayan yanghanya bergantung Kelurahan Sukolilo Baru
pada hasil tangkapan ikan sehingga dapat merupakan wilayah yang masalah gizi
mempengaruhi kebutuhan pangan maupun kurang yang masih banyak. Berdasarkan
non pangan keluarga nelayan data dari Badan Pusat Statistik Kota
(Widyaningsih, 2015). Surabaya menunjukkan Kelurahan
Selain pendapatan, jumlah anggota Sukolilo Baru merupakan wilayah yang
keluarga yang dimiliki akan memiliki kasus balita gizi kurang di
mempengaruhi pembagian kebutuhan Kecamatan Bulak Kota Surabaya (BPS
pangan atau non pangan. Jumlah anggota Kota Surabaya, 2016).
keluarga akan mempengaruhi persediaan Keluarga nelayan merupakan
makanan, dimana pada rumah tangga yang keluarga yang beresiko rawan pangan
memiliki jumlah anggota yang kecil maka sehingga dapat mempengaruhi status gizi
akan mendapatkan pangan yang cukup balita. Status ketahanan pangan rumah
(Sari, 2013). Jumlah anggota keluarga tangga nelayan yang termasuk berpengaruh
adalah salah satu faktor yang dapat terhadap status gizi balita. Balita
menentukan status ketahanan pangan merupakan kelompok anak usia di bawah
rumah tangga. Jumlah anggota keluarga lima tahun yang sedang mengalami
adalah besar jumlah anggota rumah tangga pertumbuhan sehingga membutuhkan zat-
yang tinggal dalam satu rumah. zat gizi (Arisman, 2004).
Apabila jumlah anggota keluarga Indeks penentuan status gizi pada
semakin besar maka pembagian makanan penelitian ini menggunakan berat badan
akan menjadi lebih besar dari pendapatan menurut umur (BB/U). Berdasarkan hasil
dibandingkan keluarga yang memiliki data penelitian diperoleh status balita gizi
jumlah anggota yang lebih kecil (Sari, kurang sebanyak 11 orang dan gizi baik
2011). Jumlah anggota keluarga nelayan di sebanyak 29 orang. Kemudian hasil data
56 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58
recall 2x24 jam ditemukan bahwa balita ini dikarenakan lemak termasuk bagian
yang memiliki status gizi kurang maka dari energi dan salah satu indikator yang
beresiko kekurangan asupan energi. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi pada
sesuai dengan penelitian yang dilakukan individu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
oleh Putri (2016) jika konsumsi energi dari bahwa energi diperoleh dari konsumsi zat
makanan tidak tercukupi maka akan terjadi gizi makronutrien yaitu karbohidrat,
kekurangan asupan energi sehingga protein, dan lemak (Regar, 2014). Hasil
mengakibatkan penururnan berat badan. tersebut menunjukkan bahwa asupan
Pada usia balita dibutuhkan asupan energi dan lemak merupakan faktor yang
makanan yang lebih besar karena masa dapat mempengaruhi status gizi balita
pertunbuhan yang cepat. Asupan energi BB/U. Sebagian besar asupan energi dan
yang rendah pada balita dapat berakibat lemakpada balita keluarga nelayan
meningkatnya resiko masalah gizi kurang termasuk kategori normal.
dibandingkan dengan balita yang Asupan zat gizi adalah salah satu
mengkonsumsi energi yang cukup faktor langsung yang dapat mempengaruhi
(Rahman, 2016). status gizi, selain itu status gizi dapat
Hasil Uji statistik yang dilakukan mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi
dengan menggunakan uji regresi linier sehingga dapat mengganggu penyerapan
pada variabel dependent dan independent zat gizi dan menurunkan nafsu makan
untuk mengetahui hubungan antara energi, (UNICEF, 2013). Berdasarkan hasil uji
karbohidrat, lemak, dan protein dengan tabulasi silang menunjukkan sebanyak 25
status gizi balita BB/U. Variabel balita yang mengalami defisit asupan
dependant adalah status gizi balita energi dan lemak. Hasil uji menunjukkan
sedangkan independant adalah asupan bahwa orang memiliki kekurangan asupan
energi, karbohidrat, lemak, dan status energi maka beresiko terkena gizi kurang.
ketahanan pangan. Uji dilakukan untuk Berdasarkan hasil penelitian
mengetahui faktor-faktor mana yang dapat Burhani (2015) status gizi balita di
mempengaruhi status gizi balita. keluarga nelayan sebanyak 19 dari 21
Hasil dari uji statistik regresi linier balita memiliki status gizi normal dan
menggunakan metode enter diketahui lainnya kategori kurus. Hal ini
bahwa asupan energi merupakan faktor menunjukkan balita keluarga nelayan
yang dapat di lihat Tabel 2 mempengaruhi sebagian besar memiliki status gizi normal.
status gizi balita. Energi dan asupan Sejalan dengan teori asupan energi
makronutrien saling terkait dengan status bertujuan untuk mempertahankan hidup,
gizi pada individu. Hal ini menunjukkan menunjang pertumbuhan dan melakukan
bahwa zat gizi makronutrien adalah satu aktivitas fisik. Kekurangan energi dapat
yang dapat mempengaruhi status gizi. berakibat berat badan turun (Putri, 2016).
Asupan energi dan lemak adalah Asupan energi sangat menunjang untuk
dua faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak pada usia 25-60
langsung status gizi balita terutama pada bulan. Pada usia tersebut balita mengalami
indeks berat badan menurut umur BB/U. pertumbuhan yang cepat.
Asupan lemak dapat mempengaruhi status Selain itu dilakukan uji hubungan
gizi balita dilihat dari penimbangan berat antara status ketahanan pangan dengan
badan yang menunjukkan pertambahan asupan energi dan lemak. Hasil
pada timbangan dibandingkan sebelum menunjukkan tidak ada hubungan antara
menimbang (Regar, 2014). status ketahanan pangan rumah tangga
Lemak merupakan salah satu dengan asupan energi dan lemak.
bagian dari makronutrien. Pada hasil Ketahanan pangan bukan
analisis statistik regresi linier lemak merupakan faktor penyebab kurangnya
berhubungan dengan status gizi balita. Hal asupan energi dan lemak. Pada penelitian
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 57
Rohaedi (2016) menunjukkan ketahanan Burhani, P.A., Oenzil, F. dan Revilla, G.,
pangan rumah tangga mempunyai 2016. Hubungan Tingkat
hubungan dengan status gizi balita. Salah Pengetahuan Ibu dan Tingkat
satu indikator ketersediaan makanan untuk Ekonomi Keluarga Nelayan dengan
memenuhi kebutuhan pangan sangat Status Gizi Balita di Kelurahan Air
mempengaruhi status gizi anak. Tawar Barat Kota Padang. Jurnal
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kesehatan Andalas, 5(3).
makanan yang dikonsumsi oleh balita Kementerian Kesehatan Republik
dapat mempengaruhi asupan energi dan Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
lemak sehingga menentukan status gizi Dasar. Jakarta: Lembaga
balita. Pada penelitian ini menggunakan Penerbitan Badan Litbangkes
empat indikator ketahanan pangan rumah Kementrian Kesehatan Republik
tangga sedangkan status gizi balita dapat Indonesia, 2011. Keputusan
dilihat dari ketersediaan pangan saja. Menteri Kesehatan Republik
Status ketahanan pangan rumah tangga Indonesia Nomor: 1995.
tidak mempengaruhi langsung terhadap MENKES/SK/XII/2010 Tentang
status gizi pada balita. Hal ini dikarenakan Standar Antropometri Penilaian
merupakan faktor tidak langsung dari Status Gizi Anak, Jakarta:
status gizi balita. Kemenkes RI, hlm 1-24
Lindawati, L. and Saptanto, S., 2014.
SIMPULAN Analisis Tingkat Kemiskinan dan
Ketahanan Pangan Berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian di atas Tingkat Pengeluaran Konsumsi
terdapat hubungan antara asupan energi pada Rumah Tangga Pembudidaya
dan lemak dengan status gizi balita Ikan (Studi Kasus Di Desa Sumur
sedangkan status ketahanan pangan rumah Gintung, Kabupaten Subang, Jawa
tangga tidak berhubungan. Hal ini Barat). Jurnal Sosial Ekonomi
disebabkan asupan energi dan lemak Kelautan dan Perikanan, 9(2).
adalah faktor langsung yang dapat Muflikhati, I., Hartoyo, U.S., Fahrudin, A.
mempengaruhi status gizi balita BB/U. dan Puspitawati, 2010. Kondisi
Oleh karena itu diperlukan Sosial Ekonomi dan Tingkat
kesediaan pangan rumah tangga yang Kesejahteraan Keluarga: Kasus di
cukup sehingga dapat memenuhi Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal
kebutuhan balita. Selain itu perlu adanya Ilmu Keluarga dan Konsumen,
peningkatan ketahanan pangan rumah 3(1).
tangga nelayan sehingga terjadinya Ningsih, M. and Damayanti, Y., 2013.
peningkatan ketersediaan pangan pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kelaurga. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi
Rumah Tangga Nelayan
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Jurnal Sosio
DAFTAR PUSTAKA Ekonomika Bisnis. ISSN.
Primyastanto, M., Efani, A., Soemarno, S.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur and Muhammad, S., 2013. Faktor
Kehidupan. Gizi Anak. Jakarta : Yang Berpengaruh Terhadap
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Pendapatan Dan Pengeluaran
hal 56-8 Nelayan Payang Jurung Di Selat
Badan Pusat Statistik, 2016. Kecamatan Madura. WACANA, Jurnal Sosial
Bulak dalam Angka 2016. Badan dan Humaniora, 16(1).
Pusat Statistik: Surabaya
58 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58