You are on page 1of 11

KURANGNYA ASUPAN ENERGI DAN LEMAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN

STATUS GIZI KURANG PADA BALITA USIA 25-60 BULAN

Ardian Nurdianto Firman1, Trias Mahmudiono2


1,2
Departemen Gizi Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat , Universitas Airlangga
Alamat Korespondensi: Ardian Nurdianto Firman
E-mail: ardiannurdianto@gmail.com

ABSTRACT
The prevalence of underweight in 2010 to 2013 has increased percentage by 17.9% to 19.6%. Household food
security and food intake were factors that can affect nutritional status of children.The aim of the study was to
analize the relationship between status of household food security, energy and fat intake with nutrititional status
of children. This was a cross sectional study with 40 samples selected using simple random sampling technique.
Subject in this study was the fisherman family whose toddlers age 25-60 months. The data were collected by
interview using questionaires, and were analyzed using linier regression and spearmen test. The result showed
that 55% of households were facing food insecurity and 45% households were food insecure with severe hunger.
Nutritional status of children (72,5%) were normal and (27,50%) wereunderweight. Energy intake has a
significant relationship with nutritional status of children (p = 0,007) and fat (p=0,03).

Keywords: household food security, nutritional status, intake energy and fat

ABSTRAK
Prevalensi masalah gizi kurang pada tahun 2010 ke tahun 2013 mengalami peningkatan persentase sebesar
17,9% menjadi 19,6%. ketahanan pangan rumah tangga dan asupan makanan adalah faktor yang mempengaruhi
status gizi balita. Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan antara ketahanan pangan rumah tangga,
asupan energi dan lemak dengan status gizi balita (BB/U). Penelitian menggunakan desain cross sectional
dengan besar sampel 40 yang dipilih menggunakan simple random sampling. Subyek dalam penelitian adalah
keluarga nelayan yang memiliki balita usia 25-60 bulan. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara
menggunakan kuesioner. Uji Statistik yang digunakan adalah uji regresi linier dan spearmen.Hasil menunjukkan
rumah tangga rawan pangan dengan kelaparan (55%) dan rumah tangga rawan pangan dengan kelaparan parah
(45%). Status gizi balita baik (72,5%) dan gizi kurang (27,50%). Ada hubungan status gizi balita dengan energi
(p=0,007) dan lemak (p=0,03). Asupan energi dan lemak memiliki hubungan signifikan dengan status gizi balita

Kata kunci: status ketahanan pangan, status gizi balita, asupan energi, dan lemak.

PENDAHULUAN rumah tangga. Kemampuan rumah tangga


untuk menyediakan pangan yang
Kesehatan pangan rumah tangga dikonsumsi dapat mempengaruhi status
merupakan salah satu faktor yang dapat gizi pada masing-masing anggota keluarga
mempengaruhi status gizi balita. (Yuliana, dkk. 2013).
Ketahanan pangan tingkat rumah tangga Nelayan merupakan salah satu
adalah kemampuan sebuah keluarga untuk golongan yang beresiko terjadi rawan
memenuhi kebutuhan pangan dan pangan yang disebabkan oleh keterbatasan
menjamin kecukupan asupan makanan aset, kemampuan modal yang kurang,
bagi setiap anggota keluarga. Secara luas posisi menawar, dan akses pasar (Sari,
ketahanan dapat diartikan sebagai 2011). Keluarga nelayan adalah keluarga
terjaminnya akses pangan bagi setiap yang identik dengan kemiskinan dan rawan
individu yang bertujuan untuk hidup sehat pangan.
(Saliem dan Ariani, 2016). Status gizi Angka kemiskinan di Indonesia
adalah keluaran dari ketahanan pangan masih tinggi. Pada tahun 2016 penduduk

©2018 IJPH License doi: 10.20473/ijph.vl13il.2018.48-58


Received 28 November 2017, received in revised form 23 January2018 , Accepted 25 January 2018 , Published
online: Agustus 2018
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 49

miskin di Indonesia sebesar 28,01 juta yang perlu perhatian pemerintah Kota
orang atau sekitar 10,86% (BPS Kota Surabaya. Berdasar data dari Puskesmas
Surabaya, 2016). Jawa Timur merupakan Kenjeran masalah gizi kurang pada balita
wilayah yang memiliki angka kemisikinan sebesar 128 kasus di wilayah Kecamatan
cukup tinggi sebesar 4,7 juta jiwa. Jumlah Bulak, 25 kasus terjadi di Kelurahan
penduduk miskin Surabaya 140.230 jiwa Sukolilo Baru.
(BPS Kota Surabaya, 2016). Berdasarkan Asupan makronutrien dan energi
data BPS Kota Surabaya jumlah keluarga berkaitan dengan status gizi. Energi
miskin di Kelurahan Sukolilo Baru sebesar diperoleh melalui konsumsi makronutrien
120 keluarga yang sebagian besar bermata berupa karbohidrat, protein, dan lemak
pencarian sebagai nelayan. (Regar dan Sekartini, 2014). Usia balita
Pendapatan atau penghasilan dalam memiliki kebutuhan asupan makronutrien
rumah tangga merupakan salah satu faktor untuk pertumbuhan dan status gizi balita
yang dapat mempengaruhi konsumsi yang baik.
pangan di dalam rumah tangga (Rachman, Berdasarkan uraian di atas, peneliti
2016). Pendapatan nelayan diperoleh dari tertarik untuk mengkaji lebih lanjut
banyaknya hasil penangkapan ikan mengenai hubungan ketahanan pangan
sehingga dapat mempengaruhi kebutuhan rumah tangga nelayan dan asupan
pangan maupun non pangan makronutrien dengan status gizi balita
(Widyaningsih dan Muflikhati, 2015). (BB/U) usia 25-60 bulan. Tujuan
Konsumsi pangan rumah tangga penelitian ini adalah untuk mengetahui
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor hubungan ketahanan pangan rumah tangga
seperti jumlah pendapatan rumah tangga nelayan dan asupan makronutrien dengan
dan jumlah anggota keluarga. Pendapatan status gizi balita (BB/U) di Kelurahan
yang diperoleh nelayan tergantung pada Sukolilo Baru Kecamatan Bulak Kota
hasil tangkapan ikan. Selain pendapatan Surabaya.
faktor yang mempengaruhi konsumsi
pangan pada rumah tangga adalah jumlah METODE PENELITIAN
anggota keluarga dan tingkat pendidikan
(Ningsih, 2014). Penelitian ini merupakan penelitian
Status gizi adalah salah satu faktor analitik observasional dengan
yang menentukan kualitas tumbuh menggunakan desain cross sectional.
kembang individu. Status gizi di Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukolilo
masyarakat sering menggambarkan Baru, Kecamatan Bulak, Kota Surabaya
masalah gizi pada kelompok balita. pada bulan Agustus 2017. Subyek dalam
Masalah gizi biasanya disebabkan oleh penelitian adalah keluarga nelayan yang
kurangnya asupan gizi, kurangnya memiliki balita di Kelurahan Sukolilo
pengetahuan mengenai gizi seimbang, dan Baru. Besar sampel sebanyak 40 dengan
kemiskinan (Putri dkk, 2016). cara pemilihan sampel secara acak
Masalah gizi kurang merupakan sederhana (simple random sampling).
masalah yang paling sering ditemui setiap Pengumpulan data pada penelitian
tahun di Indonesia. Prevalensi masalah gizi ini dilakukan dengan wawancara
kurang pada tahun 2010 ke tahun 2013 menggunakan kuesioner dan food recall
mengalami peningkatan prosentase sebesar 2x24 jam pada balita tidak berurutan pada
17,9% menjadi 19,6% (Riskesdas, 2013). hari yang sama kemudian diolah dengan
Provinsi jawa timur salah satu wilayah software nutrisurvey untuk melakukan
yang mengalami peningkatan masalah gizi pengelompokkan asupan termasuk kategori
kurang sebesar 12,1% dan salah satunya defisit atau normal. Status gizi balita
terjadi di Kota Surabaya. Kasus balita gizi menggunakan indeks berat badan menurut
kurang sebanyak 626 kasus gizi kurang umur.
50 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58

Wawancara dilakukan kepada dengan status gizi balita BB/U sedangkan


orang tua balita untuk mengetahui status uji spearmen digunakan untuk mengetahui
ketahanan pangan. Kuesioner yang hubungan variabel ketahanan pangan
digunakan yaitu United States-Household dengan asupan energi dan lemak.
Food Security Survey Mobile (US-
HFSSM) dengan 16 pertanyaan. Skor yang HASIL
dihasilkan akan digunakan untuk
menentukan status ketahanan pangan pada Karakterisitik responden dalam
rumah tangga. Kategori skor status penelitian yaitu usia kepala keluarga,
ketahanan pangan rumah tangga yaitu 0-2 pendidikan terakhir, pendapatan keluarga,
tahan pangan, 3-7 rawan pangan tanpa jumlah anggota keluarga, status ketahanan
kelaparan, 8-12 rawan pangan dengan pangan rumah tangga, status gizi balita,
kelaparan, dan 13-18 rawan pangan dengan dan asupan energi, karbohidrat, lemak,
kelaparan parah. serta protein pada balita dapat dilihat pada
Variabel dependent pada penelitian Tabel 1. Data usia kepala keluarga
adalah status gizi balita berat badan ditunjukkan pada Tabel 1, sebagian besar
menurut usia (BB/U), sedangkan variabel memiliki usia sangat produktif (95%).
independent adalah ketahanan pangan Rata-rata kepala keluarga berusia 34
rumah tangga, asupan energi, karbohidrat, tahun.Tidak ada kepala keluarga yang
lemak, dan protein. Kategori untuk asupan mempunyai usia tidak produktif (0-14
dibagi menjadi dua yaitu defisit dan tahun) dan kurang produktif (65 tahun).
normal. Sebagian besar pendidikan terakhir
Analisis data terdiri dari analisis kepala keluarga sebanyak 19 orang
univariat dan analisis bivariat. Analisis (47,5%) kepala keluarga tamat SMP, dan
univariat untuk menggambarkan distribusi paling sedikit tamat SMA sebanyak 3
frekuensi dari variabel yang diteliti. Uji orang (7,50%). Berdasarkan data tersebut
statistika yang digunakan adalah uji regresi sebagian besar kepala keluarga pendidikan
linier dan uji spearmen. Uji statistik regresi terakhir SD dan SMP. Tidak ada kepala
linier digunakan untuk mengetahui keluarga yang tidak sekolah, tidak tamat
keterkaitan antara variabel independent SD, dan tamat perguruan tinggi.

Tabel 1. Karakteristik Responden


Variabel n %
Usia Kepala Keluarga 15-49 tahun 38 95
50-64 tahun 2 5
Pendidikan Terakhir Tamat SD 18 45
Tamat SMP 19 47
Tamat SMA 3 7,5
Jumlah Anggota Keluarga Kecil 19 47,5
Sedang 18 45
Besar 3 7,5
Tingkat asupan energi Normal 27 67,5
Defisit 13 32,5
Tingkat asupan lemak Normal 28 70
Defisit 12 30
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 51

dengan kelaparan sebanyak 22 rumah


Pendapatan tangga (55%) dan rawan pangan dengan
kelaparan parah berjumlah 18 rumah
tangga (45%).
25%
27,50%
Rendah Balita pada penelitian ini
Sedang merupakan balita dari responden. Status
Tinggi
gizi balita diperoleh melalui pengukuran
antropometri yaitu menimbang berat
57,50%
badan. Indeks status gizi yang digunakan
adalah berat badan menurut umur (BB/U).
Gambar 1. Persentase Pendapatan Hasil yang diperoleh dari pengukuran berat
badan balita menunjukkan sebagian besar
Pendapatan keluarga per hari rata- memiliki status gizi baik sebanyak 29
rata berkisar Rp. 100.000,00 sampai orang (72,50%) drprti yang ditunjukkan
dengan Rp. 550.000,00 dengan rata-rata Gambar 3.
Rp. 349.500,00. Responden yang memiliki
pendapatan kategori rendah Rp. Status Gizi Balita
100.000,00 sampai dengan Rp. 280.000,
responden yang memiliki pendapatan
kategori sedang Rp. 290.000,00 sampai 27.50%
dengan Rp. 390.000,00 dan responden Gizi Baik
yang memiliki pendapatan kategori tinggi Gizi Kurang
Rp. 400.000,00 sampai dengan Rp. 72.50%
550.000,00 sebanyak 7 orang (27,5%).
Kategori jumlah anggota keluarga
responden yang dibagi menjadi tiga
kategori yaitu kecil, sedang dan besar. Gambar 3. Persentase Starus Gizi Balita
Sebagian besar yang memiliki anggota
keluarga kecil sebanyak 19 orang (47,5%). Variabel yang berhubungan dengan
Seperti di tunjukkan Tabel 1 status gizi pada penelitian ini adalah
asupan energi dan zat gizi makronutrien.
Tingkat Ketahanan Pangan Asupan energi, karbohidrat, lemak, dan
protein diperoleh dari recall 2x24 jam.
Recall tidak dilakukan secara berurutan
45%
Rawan
pangan dgn
pada hari yang sama.
55% kelaparan Gambar 4 menampilkan grafik
perbandingan asupan energi dengan status
gizi balita yaitu gizi baik dan gizi kurang.
Hasil menunjukkan balita yang memiliki
Gambar 2. Persentase Tingkat Ketahanan status gizi kurang sebanyak 11 orang. 9
Pangan Rumah Tangga orang mengalami defisit asupan energi dan
2 orang asupan energi yang normal.
Status ketahanan pangan rumah Berdasarkan data hasil penelitian maka
tangga diperoleh dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa balita yang
kepada responden untuk mengetahui status memiliki status gizi kurang beresiko defisit
ketahanan pangan rumah tangga. asupan energi.
Hasil wawancara menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan
sebagian besar rumah tangga nelayan di balita yang memiliki status gizi kurang dan
Kelurahan Sukolilo Baru termasuk defisit asupan lemak sebanyak 7 orang
kategori rawan pangan. Rawan pangan sedangkan 4 orang mempunyai asupan
52 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58

lemak yang normal. Balita yang memiliki terhadap status gizi balita memiliki p-value
status gizi baik dan defisit asupan lemak sebesar 0,423 (p=0,423 lebih dari α=0,05),
sebanyak 5 orang dan 24 orang yang artinya tidak ada hubungan yang
asupanlemak normal. Berdasarkan data signifikan antara asupan protein dengan
hasil penelitian maka dapat disimpulkan status gizi balita (BB/U). Status ketahanan
bahwa balita yang memiliki status gizi pangan terhadap status gizi balita memiliki
kurang beresiko defisit asupan lemak. p-value sebesar 0,758 (p=0,758 lebih dari
Grafik dapat dilihat pada gambar nomor 5. α=0,05), yang artinya tidak ada hubungan
Hasil uji statistika pada penelitian yang signifikan antara status ketahanan
menggunakan uji regresi linier antara pangan dengan status gizi balita (BB/U).
variabel dependent dengan independent Berdasarkan analisis uji regresi linier di
dapat dilihat pada Tabel 2. Variabel atas dapat disimpulkan bahwa variabel
dependent adalah status gizi dan yang memiliki hubungan yang kuat dengan
independent yaitu asupan karbohidrat, status gizi balita adalah asupan energi dan
lemak, protein, dan status ketahanan asupan lemak sedangkan status ketahanan
pangan rumah tangga nelayan. pangan rumah tangga tidak mempengaruhi
status gizi balita berat badan menurut umur
(BB/U).
30 Selain uji regresi linear, dilakukan
25
uji spearmen. Tujuan untuk melakukan Uji
spearmen adalah untuk mengetahui apakah
20 ada hubungan antara asupan energi dan
15 Gizi Kurang lemak dengan status ketahanan pangan
rumah tangga. Ketahanan pangan adalah
Gizi Baik
10 salah satu faktor tidak langsung yang dapat
5
mempengaruhi status gizi individu. Pada
hasil sebelumnya menunjukkan bahwa
0 energi dan lemak sangat berkaitan dengan
Defisit Normal status gizi balita. Hal tersebut
menunjukkan bahwa rawan pangan dapat
mempengaruhi asupan energi dan lemak.
Gambar 4. Grafik Kategori Energi Hasil uji regresi linier maka dilakukan uji
statistik Spearmen. Uji statistik ini
Hasil uji regresi linier pada tabel 2 dilakukan untuk mengetahui seberapa kuat
memperlihatkan asupan energi terhadap hubungan asupan energi dan lemak dengan
status gizi balita memiliki p-value sebesar ketahanan pangan rumah tangga. Data
0,007 (p=0,007 kurang dari α=0,05), yang penelitian yang diperoleh balita yang
artinya terdapat hubungan yang signifikan mengalami defisit asupan lemak serta
antara asupanenergi dengan status gizi memiliki status rawan pangan dengan
balita (BB/U). Asupan karbohidrat kelaparan yaitu sebanyak 8 balita dan yang
terhadap status gizi balita memiliki p-value memiliki status rawan pangan dengan
sebesar 0,087 (p=0,087 lebih dari α=0,05), kelaparan parah sebanyak 4 balita.
yang artinya tidak ada hubungan yang Berdasarkan hasil data penelitian tersebut
signifikan antara asupan karbohidrat rumah tangga yang memiliki status
dengan status gizi balita (BB/U). Asupan ketahanan pangan kategori rawan pangan
lemak terhadap status gizi balita memiliki beresiko balita mengalami kurangnya
p-value sebesar 0,030 (p=0,030 kurang dari asupan lemak.
α=0,05), yang artinya ada hubungan yang
signifikan antara asupan lemak dengan
status gizi balita (BB/U). Asupan protein
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 53

memiliki staus rawan pangan dengan


30 kelaparan sebanyak 6 orang dan 7 orang
rawan pangan dengan kelaparan parah.
25 Selain itu, balita yang memiliki asupan
energi normal serta memiliki status rawan
20
pangan dengan kelaparan sebanyak 16
15 Gizi Kurang orang dan 18 orang rawan pangan dengan
Gizi Baik
kelaparan parah.
10 Hasil uji statistik Spearmen pada
Tabel 3 didapatkan asupan energi terhadap
5 ketahanan pangan memiliki p-value
sebesar 0,435 (p=0,435 lebih dari α 0,05),
0
yang artinya tidak ada hubungan yang
Defisit Normal
signifikan antara asupan energi dengan
Gambar 5. Grafik Kategori Lemak status ketahanan pangan rumah tangga.
Asupan lemak terhadap ketahanan pangan
Selain itu data balita yang memiliki memiliki p-value sebesar 0,435 (p=0,435
asupan lemak normal serta memiliki status lebih dari α 0,05), yang artinya tidak ada
rawan pangan dengan kelaparan s ebanyak hubungan antara asupan lemak dengan
14 balita dan rawan pangan dengan status ketahanan pangan rumah tangga.
kelaparan parah sebanyak 14 balita. Kedua hasil uji statistik spearmen antara
Berdasarkan data yang diperoleh rumah status ketahanan pangan rumah tangga
tangga yang memiliki status rawan pangan dengan asupan energi dan lemak
juga memiliki resiko pada balita yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan.
memiliki asupan energi normal. Asupan energi dan lemak hanya memiliki
Gambar 3 menunjukkan data balita hubungan terhadap status gizi balita.
yang mengalami defisit asupan energi serta

Tabel 2. Hasil Uji Regresi Linear


Collinearity Statistics
Variabel t p-value
Tolerance VIF

Tingkat Asupan Energi 2,873 0,007 0,625 1,601

Tingkat Asupan Karbohidrat 1,765 0,087 0,675 1,482

Tingkat Asupan Lemak 2,259 0,030 0,778 1,285

Tingkat Asupan Protein 0,811 0,423 0,911 1,098

Tingkat Ketahanan Pangan 0,311 0,758 0,936 1,068


54 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58

Tabel 3. Hasil Uji Spearmen

Status Ketahanan Pangan


Rawan Pangan Rawan Pangan
Asupan p-
dengan dengan Kelaparan Total %
Gizi value
Kelaparan Parah
N % n %
Energi
Defisit 6 15 7 85 13 100,0
0,435
Normal 16 40 18 60 27 100,0
Lemak
Defisit 8 20 4 80 12 100,0
0,332
Normal 14 35 14 65 28 100,0

PEMBAHASAN balita adalah status ekonomi (Rohaedi,


2016). Keluarga yang berasal dari
Status ketahanan pangan rumah kelompok sosio ekonomi yang rendah,
tangga pada keluarga nelayan di Kelurahan kurang memiliki pengetahuan untuk
Sukolilo Baru sebagian besar termasuk memberikan makanan yang kaya gizi
kategori rawan pangan dengan kelaparan untuk membantu perkembangan anak yang
parah. Hal ini dikarenakan pendapatan optimal (Wong, 2008). Pendapatan yang
yang diperoleh oleh nelayan yang tidak diperoleh nelayan sebagian besar
tetap sehingga ketersediaan pangan tidak digunakan untuk membeli bahan non
sepenuhnya setiap hari dapat dipenuhi. pangan yang tidak perlu dan bermanfaat
Ketahanan pangan rumah tangga untuk keluarganya (Muflikhati, 2010).
merupakan kemampuan keluarga untuk Hasil data status ketahanan pangan
menjamin kecukupan asupan makanan keluarga nelayan diperoleh melalui
bagi setiap anggota keluarga sehingga wawancara diketahui jumlah keluarga
dapat disebut sebagai keluarga tahan nelayan yang rawan pangan dengan
pangan (Sukandar, 2006). Pengertian kelaparan sebanyak 22 rumah tangga
ketahanan pangan rumah tangga secara sedangkan 18 rumah tangga rawan
luas adalah terjaminnya akses pangan bagi kelaparan dengan kelaparan parah.
setiap individu untuk memenuhi kebutuhan Hal ini sesuai dengan penelitian
pangan agar dapat beraktivitas dan hidup dari Tajerin (2011) diketahui bahwa
sehat (Saliem, 2016). sebagian besar rumah tangga nelayan
Pada penelitian ini menunjukkan memilikistatus ketahanan pangan rumah
bahwa status ketahanan pangan pada tangga rawan pangan. Penyebab keluarga
keluarga nelayan dilihat dari akses nelayan beresiko rawan pangan karena
ekonomi termasuk kategori rawan pangan. kurangnya ketersediaan dan pemanfaatan
Hal sesuai dengan penelitian Sukiyono pangan untuk dikonsumsi. Nelayan adalah
(2008) yaitu ketahanan pangan rumah salah satu yang tergolong rawan pangan
tangga termasuk di wilayah pesisir yang disebabkan oleh keterbatasan aset,
termasuk rawan dilihat dari salah satu kemampuan modal yang kurang, dan akses
indikator ketahanan pangan rumah tangga ke pasar (Sari, 2013).
yaitu akses ekonomi keluarga terhadap Hasil penelitian Yuliana (2013)
pangan. yang dilakukan pada nelayan, diketahui
Ketahanan pangan tingkat rumah bahwa ketahanan pangan rumah tangga
tangga nelayan sebagian besar rawan nelayan termasuk kategori rawan pangan
pangan. Faktor yang dapat mempengaruhi dan sebagian keluarga belum mampu
hubungan ketahanan dengan status gizi memenuhi kebutuhan energi pada
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 55

keluarga. Hal ini disebabkan pendapatan Kelurahan Sukolilo Baru sebagian besar
nelayan yang hanya bergantung pada hasil termasuk kategori kecil dan sedang. Hal ini
tangkapan ikan. Apabila hasil tangkapan menunjukkan bahwa kecukupan pangan
ikan yang semakin banyak maka dapat untuk keluarga dapat tercukupi karena
dipastikan bahwa kebutuhan pangan jumlah anggota keluarga yang tidak
tercukupi dan sisa pendapatan dapat banyak.
digunakan untuk memenuhi kebutuhan Kategori jumlah anggota keluarga
lainnya. akan mempengaruhi tingkat konsumsi dan
Kemampuan modal atau pengeluaran rumah tangga sehingga
penghasilan adalah pendapatan yang semakin banyak jumlah anggota keluarga
diperoleh nelayan dari hasil tangkapan. maka semakin meningkat pengeluaran
Pendapatan adalah salah satu faktor yang untuk pangan (Lindawati dan Saptanto,
menyebabkan nelayan tidak dapat 2014). Faktor pengeluaran rumah tangga
mencukupi kebutuhan pangan rumah dapat dipengaruhi oleh pendidikan pada
tangga. Hasil penelitian menunjukkan kepala keluarga. Hasil penelitian
sebanyak 23 (57,5%) nelayan memiliki menunjukkan banyaknya jumlah nelayan
pendapatan sekitar Rp. 290.000,00 sampai yang menempuh pendidikan terakhir
dengan Rp. 390.000,00 termasuk kategori adalah 19 orang tamat SD/MI dan 18 orang
sedang. tamat SMP/MTs. Hal ini menunjukkan
Pendapatan yang diperoleh nelayan tidak ada responden yang tidak pernah
berdasarkan dari rata-rata hasil tangkapan menempuh pendidikan. Jika pendidikan di
ikan di laut.Nelayan akan melaut apabila keluarga nelayan meningkat maka keluarga
sedang kondisi cuaca baik apabila tidak akan lebih pandai dalam memanajemen
pada kondisi cuaca yang baik maka tidak keuangan sehingga kebutuhan dapat
melaut. Hal tersebut dapat mempengaruhi tercukupi (Primayastanto et al., 2013).
pendapatan nelayan yanghanya bergantung Kelurahan Sukolilo Baru
pada hasil tangkapan ikan sehingga dapat merupakan wilayah yang masalah gizi
mempengaruhi kebutuhan pangan maupun kurang yang masih banyak. Berdasarkan
non pangan keluarga nelayan data dari Badan Pusat Statistik Kota
(Widyaningsih, 2015). Surabaya menunjukkan Kelurahan
Selain pendapatan, jumlah anggota Sukolilo Baru merupakan wilayah yang
keluarga yang dimiliki akan memiliki kasus balita gizi kurang di
mempengaruhi pembagian kebutuhan Kecamatan Bulak Kota Surabaya (BPS
pangan atau non pangan. Jumlah anggota Kota Surabaya, 2016).
keluarga akan mempengaruhi persediaan Keluarga nelayan merupakan
makanan, dimana pada rumah tangga yang keluarga yang beresiko rawan pangan
memiliki jumlah anggota yang kecil maka sehingga dapat mempengaruhi status gizi
akan mendapatkan pangan yang cukup balita. Status ketahanan pangan rumah
(Sari, 2013). Jumlah anggota keluarga tangga nelayan yang termasuk berpengaruh
adalah salah satu faktor yang dapat terhadap status gizi balita. Balita
menentukan status ketahanan pangan merupakan kelompok anak usia di bawah
rumah tangga. Jumlah anggota keluarga lima tahun yang sedang mengalami
adalah besar jumlah anggota rumah tangga pertumbuhan sehingga membutuhkan zat-
yang tinggal dalam satu rumah. zat gizi (Arisman, 2004).
Apabila jumlah anggota keluarga Indeks penentuan status gizi pada
semakin besar maka pembagian makanan penelitian ini menggunakan berat badan
akan menjadi lebih besar dari pendapatan menurut umur (BB/U). Berdasarkan hasil
dibandingkan keluarga yang memiliki data penelitian diperoleh status balita gizi
jumlah anggota yang lebih kecil (Sari, kurang sebanyak 11 orang dan gizi baik
2011). Jumlah anggota keluarga nelayan di sebanyak 29 orang. Kemudian hasil data
56 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58

recall 2x24 jam ditemukan bahwa balita ini dikarenakan lemak termasuk bagian
yang memiliki status gizi kurang maka dari energi dan salah satu indikator yang
beresiko kekurangan asupan energi. Hal ini dapat mempengaruhi status gizi pada
sesuai dengan penelitian yang dilakukan individu. Hal ini sesuai dengan pernyataan
oleh Putri (2016) jika konsumsi energi dari bahwa energi diperoleh dari konsumsi zat
makanan tidak tercukupi maka akan terjadi gizi makronutrien yaitu karbohidrat,
kekurangan asupan energi sehingga protein, dan lemak (Regar, 2014). Hasil
mengakibatkan penururnan berat badan. tersebut menunjukkan bahwa asupan
Pada usia balita dibutuhkan asupan energi dan lemak merupakan faktor yang
makanan yang lebih besar karena masa dapat mempengaruhi status gizi balita
pertunbuhan yang cepat. Asupan energi BB/U. Sebagian besar asupan energi dan
yang rendah pada balita dapat berakibat lemakpada balita keluarga nelayan
meningkatnya resiko masalah gizi kurang termasuk kategori normal.
dibandingkan dengan balita yang Asupan zat gizi adalah salah satu
mengkonsumsi energi yang cukup faktor langsung yang dapat mempengaruhi
(Rahman, 2016). status gizi, selain itu status gizi dapat
Hasil Uji statistik yang dilakukan mempengaruhi terjadinya penyakit infeksi
dengan menggunakan uji regresi linier sehingga dapat mengganggu penyerapan
pada variabel dependent dan independent zat gizi dan menurunkan nafsu makan
untuk mengetahui hubungan antara energi, (UNICEF, 2013). Berdasarkan hasil uji
karbohidrat, lemak, dan protein dengan tabulasi silang menunjukkan sebanyak 25
status gizi balita BB/U. Variabel balita yang mengalami defisit asupan
dependant adalah status gizi balita energi dan lemak. Hasil uji menunjukkan
sedangkan independant adalah asupan bahwa orang memiliki kekurangan asupan
energi, karbohidrat, lemak, dan status energi maka beresiko terkena gizi kurang.
ketahanan pangan. Uji dilakukan untuk Berdasarkan hasil penelitian
mengetahui faktor-faktor mana yang dapat Burhani (2015) status gizi balita di
mempengaruhi status gizi balita. keluarga nelayan sebanyak 19 dari 21
Hasil dari uji statistik regresi linier balita memiliki status gizi normal dan
menggunakan metode enter diketahui lainnya kategori kurus. Hal ini
bahwa asupan energi merupakan faktor menunjukkan balita keluarga nelayan
yang dapat di lihat Tabel 2 mempengaruhi sebagian besar memiliki status gizi normal.
status gizi balita. Energi dan asupan Sejalan dengan teori asupan energi
makronutrien saling terkait dengan status bertujuan untuk mempertahankan hidup,
gizi pada individu. Hal ini menunjukkan menunjang pertumbuhan dan melakukan
bahwa zat gizi makronutrien adalah satu aktivitas fisik. Kekurangan energi dapat
yang dapat mempengaruhi status gizi. berakibat berat badan turun (Putri, 2016).
Asupan energi dan lemak adalah Asupan energi sangat menunjang untuk
dua faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak pada usia 25-60
langsung status gizi balita terutama pada bulan. Pada usia tersebut balita mengalami
indeks berat badan menurut umur BB/U. pertumbuhan yang cepat.
Asupan lemak dapat mempengaruhi status Selain itu dilakukan uji hubungan
gizi balita dilihat dari penimbangan berat antara status ketahanan pangan dengan
badan yang menunjukkan pertambahan asupan energi dan lemak. Hasil
pada timbangan dibandingkan sebelum menunjukkan tidak ada hubungan antara
menimbang (Regar, 2014). status ketahanan pangan rumah tangga
Lemak merupakan salah satu dengan asupan energi dan lemak.
bagian dari makronutrien. Pada hasil Ketahanan pangan bukan
analisis statistik regresi linier lemak merupakan faktor penyebab kurangnya
berhubungan dengan status gizi balita. Hal asupan energi dan lemak. Pada penelitian
Ardian Nurdianto Firman dan Trias Mahmudiono, Kurangnya Asupan Energi dan ... 57

Rohaedi (2016) menunjukkan ketahanan Burhani, P.A., Oenzil, F. dan Revilla, G.,
pangan rumah tangga mempunyai 2016. Hubungan Tingkat
hubungan dengan status gizi balita. Salah Pengetahuan Ibu dan Tingkat
satu indikator ketersediaan makanan untuk Ekonomi Keluarga Nelayan dengan
memenuhi kebutuhan pangan sangat Status Gizi Balita di Kelurahan Air
mempengaruhi status gizi anak. Tawar Barat Kota Padang. Jurnal
Hal tersebut menunjukkan bahwa Kesehatan Andalas, 5(3).
makanan yang dikonsumsi oleh balita Kementerian Kesehatan Republik
dapat mempengaruhi asupan energi dan Indonesia. 2013. Riset Kesehatan
lemak sehingga menentukan status gizi Dasar. Jakarta: Lembaga
balita. Pada penelitian ini menggunakan Penerbitan Badan Litbangkes
empat indikator ketahanan pangan rumah Kementrian Kesehatan Republik
tangga sedangkan status gizi balita dapat Indonesia, 2011. Keputusan
dilihat dari ketersediaan pangan saja. Menteri Kesehatan Republik
Status ketahanan pangan rumah tangga Indonesia Nomor: 1995.
tidak mempengaruhi langsung terhadap MENKES/SK/XII/2010 Tentang
status gizi pada balita. Hal ini dikarenakan Standar Antropometri Penilaian
merupakan faktor tidak langsung dari Status Gizi Anak, Jakarta:
status gizi balita. Kemenkes RI, hlm 1-24
Lindawati, L. and Saptanto, S., 2014.
SIMPULAN Analisis Tingkat Kemiskinan dan
Ketahanan Pangan Berdasarkan
Berdasarkan hasil penelitian di atas Tingkat Pengeluaran Konsumsi
terdapat hubungan antara asupan energi pada Rumah Tangga Pembudidaya
dan lemak dengan status gizi balita Ikan (Studi Kasus Di Desa Sumur
sedangkan status ketahanan pangan rumah Gintung, Kabupaten Subang, Jawa
tangga tidak berhubungan. Hal ini Barat). Jurnal Sosial Ekonomi
disebabkan asupan energi dan lemak Kelautan dan Perikanan, 9(2).
adalah faktor langsung yang dapat Muflikhati, I., Hartoyo, U.S., Fahrudin, A.
mempengaruhi status gizi balita BB/U. dan Puspitawati, 2010. Kondisi
Oleh karena itu diperlukan Sosial Ekonomi dan Tingkat
kesediaan pangan rumah tangga yang Kesejahteraan Keluarga: Kasus di
cukup sehingga dapat memenuhi Wilayah Pesisir Jawa Barat. Jurnal
kebutuhan balita. Selain itu perlu adanya Ilmu Keluarga dan Konsumen,
peningkatan ketahanan pangan rumah 3(1).
tangga nelayan sehingga terjadinya Ningsih, M. and Damayanti, Y., 2013.
peningkatan ketersediaan pangan pada Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
kelaurga. Pola Konsumsi Pangan dan Gizi
Rumah Tangga Nelayan
Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten
Tanjung Jabung Barat. Jurnal Sosio
DAFTAR PUSTAKA Ekonomika Bisnis. ISSN.
Primyastanto, M., Efani, A., Soemarno, S.
Arisman. 2004. Gizi dalam Daur and Muhammad, S., 2013. Faktor
Kehidupan. Gizi Anak. Jakarta : Yang Berpengaruh Terhadap
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Pendapatan Dan Pengeluaran
hal 56-8 Nelayan Payang Jurung Di Selat
Badan Pusat Statistik, 2016. Kecamatan Madura. WACANA, Jurnal Sosial
Bulak dalam Angka 2016. Badan dan Humaniora, 16(1).
Pusat Statistik: Surabaya
58 The Indonesian Journal of Public Health, Vol 13, No 1 Agustus 2018: 48-58

Putri, W.W., Sakung, J.M. and Suleiman, tangga nelayan perkotaan di


R., 2016. Hubungan Tingkat Surabaya, Media Gizi Indonesia.
Konsumsi Energi dan Protein Vol. 9, No. 1 Januari-Juni 2013.
dengan Status Gizi Anak Balita di Sukandar, D., Khomsan, A., Hadi, R.,
Wilayah Kerja Puskesmas Talise Anwar, F. danEddy, S., 2006. Studi
Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Ketahanan Pangan pada Rumah
PROMOTIF: Jurnal Kesehatan Tangga Miskin dan Tidak Miskin.
Masyarakat, 6(2) Gizi Indonesia, 1(29).
Rachman, H.P.S., 2016. Aksesibilitas Sukiyono, K., I. Cahyadinata, dan Sriyoto,
Pangan: Faktor Kunci Pencapaian 2008. Status Wanita dan Ketahanan
Ketahanan Pangan di Indonesia. Pangan Rumah Tangga Nelayan
JURNAL PANGAN, 19(2). dan Petani Padi di Kabupaten
Regar, E. and Sekartini, R., 2014. Muko-Muko Provinsi Bengkulu
Hubungan Kecukupan Asupan Jurnal Argo Ekonomi, 26(20).
Energi dan Makronutrien dengan Tajerin, T., Sastrawidjaja, S. and Yusuf,
Status Gizi Anak Usia 5-7 Tahun di R., 2011. Tingkat Kesejahteraan
Kelurahan Kampung Melayu, Dan Ketahanan Pangan
Jakarta Timur Tahun 2012. Rumahtangga Nelayan Miskin:
eJournal Kedokteran Indonesia. Studi Kasus di Kelurahan Marunda
Rohaedi, S., Julia, M. and Gunawan, Baru, DKI Jakarta dan Desa
I.M.A., 2016. Tingkat ketahanan Tanjung Pasir, Banten. Jurnal
pangan rumah tangga dengan status Sosial Ekonomi Kelautan dan
gizi balita di daerah rawan pangan Perikanan, 6(1).
Kabupaten Indramayu. Jurnal Gizi UNICEF, 2013. Improving Child Nutrition.
dan Dietetik Indonesia (Indonesian UNICEF : World Bank Publication
Journal of Nutrition and Dietetics), Widyaningsih, E. and Muflikhati, I., 2015.
2(2). Alokasi Pengeluaran dan Tingkat
Saliem, H.P. dan Ariani, M., 2016, August. Kesejahteraan Keluarga Pada
Ketahanan pangan, konsep, Keluarga Nelayan Bagan. Jurnal
pengukuran dan strategi. In Forum Ilmu Keluarga dan Konsumen,
penelitian Agro Ekonomi (Vol. 20, 8(3).
No. 1). Wong, DL dan Whaley, L. 2008. Buku
Sari, A.K., 2011, Faktor yang berhubungan Ajar Keperawatan Pediatrik.
dengan ketahanan pangan rumah Jakarta:EGC
tangga pada masyarakat nelayan di Yuliana, P., Zakaria, W.A. and Adawiyah,
Kelurahan Sukolilo Kecamatan R., 2013. Ketahanan pangan rumah
Bulak Kota Surabaya. Skripsi. tangga nelayan di Kecamatan Teluk
Universitas Airlangga. Betung Selatan Kota Bandar
Sari, A.K., dan Andrias, D.R., 2013, Faktor Lampung. Jurnal Ilmu-
sosial ekonomi yang berhubungan IlmuAgribisnis,1(2)
dengan ketahanan pangan rumah

You might also like