You are on page 1of 10

KELONG-KELONG DAERAH MASSENRENGPULU

KABUPATEN ENREKANG SEBAGAI SALAH SATU MUATAN


PENDIDIKAN KARAKTER
Maryam Ngende
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) karakter masyarakat Massenrengpulu
dalam syair-syair lagu dari daerah Massenrengpulu Kabupaten Enrekang. (2)
Penggunaan Stilistika dalam syair-syair lagu dari daerah Massenrengpulu
Kabupaten Enrekang. Jenis penelitian ini deskriptif. Data penelitian ini terdiri atas
primer yakni data yang diperoleh langsung dari objek penelitian tentang syair lagu
dari Daerah Massenrengpulu Kabupaten Enrekang. Data sekunder didapatkan dari
sumber yang dapat mendukung penelitian antara lain dari literature-literatur,
internet, serta penelitian sebelumnya mengenai studi semiotic terhadap syair lagu.
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah dokumentasi, studi pustaka, dan
analisis teks (teknik baca). Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) karakter masyarakat
Massenerngpulu dalam syair-syair lagu Daerah Massenrengpulu Kabupaten
Enrekang dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi nilai moral dalam
kehidupan. Pada dimensi nilai moral ini ditemukan nilai-nilai yang relevan dengan
moralitas dalam kehidupan pribadi manusia, nilai-nilai tersebut adalah nilai
kesederhaan, kejujuran, serta nilai tanggung jawab. (2) Syair-syair lagu daerah
Massenrengpulu Kabupaten Enrekang diciptakan oleh penyair dengan
menggunakan gaya tersendiri, seperti penyair menggunakan gaya hiperbol,
penggunaan diksi, metafor, citraan, nonsense, dan personifikasi. Gaya penulisan
lagu Massenrengpulu rata-rata mengacu pada pemaknaan masyarakat, kondisi
kehidupan, serta latar alam budaya masyarakat Massenrengpulu.
Kata kunci: Kelong daerah, muatan, pendidikan karakter
ABSTRAC

This research aimed to describe (1) the character of Massenrengpulu Community


in lyrics of Massenrengpulu Traditional Songs of Enrekang Regency. The
secondary data gained from the research supporting such as: literature, internet,
and the research about semiotic of lyrics in advance. The technique in collecting
data used documentation, library study, and text analyzing. The analysis that used
in this research was research was qualitative analysis. Research findings indicated
that (1) the character of Massenrengpulu community in lyrics of Massenrengpulu
Traditional Songs of Enrekang Regency known as the community who uphold the
moral value in their life. In moral dimension was found the values that same as the
personal value of Massenrengpulu Traditional Songs created by the writer by
using self-style, likes: using hyperbola style, diction, metaphor, nonsense, and
personification. Writing style Massenrengpulu Traditional Songs usedlife
condition, and culture background of Massenrengpulu community.

Key word: Traditional songs, conten, character

56
I. PENDAHULUAN kesenian tersebut. Musik Bambu
misalnya merupakan alat musik
Manusia dan kebudayaan tradisional Suku Massenrengpulu
adalah dua hal yang tidak dapat Kabupaten Enrekang Sulawesi Selatan,
dipisahkan. Keduanya saling yang terancam punah. Salah satu lagu
memengaruhi dalam proses hidup dan Massenrengpulu yang sering
kehidupan manusia, baik dalam tataran dimainkan adalah lagu Suruganna
sosial-kemasyarakatan, tataran sosial- Bambapuang atau surga dari Gunung
politik, maupun tataran sosial-ekonomi. Bambapuang.
Naisbit (dalam Ambo Lirik lagu Massenrengpulu
Enre,1991: 1-2), mengungkapkan merupakan karya budaya lokal yang
bahwa keperluan akan pengungkapan, mengandung muatan lokal kedaerahan,
penerapan, dan pemantapan nilai-nilai terutama sebagai cerminan bagi
luhur budaya bangsa pada akhir-akhir masyarakat Massenrengpulu. Lagu-
ini, terasa kian mendesak, tidak hanya lagu tersebut menjadi agen dalam
karena menurut kenyataan, ia semakin menanamkan karakter kepada generasi
tercecer ke belakang dan sering pelanjut masyarakat. Dengan demikian,
terlupakan, melainkan juga karena melalui lagu-lagu masyarakat luas akan
munculnya gaya hidup global yang memahami identitas dan karakter
semakin meluas pada penghujung abad masyarakat Massenrengpulu.
ke-20 ini. Selain penanaman nilai
Kesusastraan Massenrengpulu karakter dalam lagu Massenrengpulu,
khususnya kelong Massenrengpulu, juga ditampilkan stilistika atau gaya
memiliki sifat-sifat seperti yang telah penciptaan lagu itu. Hal ini sejalan
diuraikan di atas, terlebih dalam dengan pendapat Sudjiman (1993:18
kaitannya dengan tata-nilai moral- jika wacana bahasa dapat dikaji secara
religius kehidupan masyarakat. linguistik, maka tidak mustahil
Kesusastraan Massenrengpulu pada menerapkan pendekatan linguistik pada
saat ini, dapat dikatakan tengah wacana sastra.
mengalami satu fase kemunduran. Stilistika merupakan cabang
Kebudayaan ini diharapkan dapat linguistik yang menelaah pemakaian
melestarikan nilai-nilai yang terdapat di bahasa dan gaya bahasa termasuk efek
dalam kelong. yang ditimbulkan oleh cara
Lagu dan syair penggunaan bahasa dalam karya sastra.
Massenrengpulu merupakan salah satu Keindahan sebuah karya sastra
wujud dari kebudayaan agung sebagian besar disebabkan oleh
masyarakat Massenrengpulu. Faktor kemampuan penulis bahasanya
keterbatasan pemahaman tentang syair menimbulkan kekuatan bahasa dan
dan lagu inilah yang menjadikan syair- keindahannya (Semi, 1993:56).
syair itu kurang bermakna. Kajian nilai dan karakter serta
Sudah menjadi tanggung stilistika itu perlu dilakukan, bukan
jawab bagi setiap masyarakat dalam hanya dalam rangka memberikan
menjaga dan melestarikan budaya sumbangan bermakna terhadap kritik

57
sastra, melainkan juga dalam rangka dimengerti oleh
memberi deskripsi yang bermakna pendengarnya.
terhadap karya sastra di Sulawesi 2) Pengiasan
Selatan khusus pada lagu Pakkelong melukiskan dan
Massenrengpulu yang mendeskripsikan perasaan tidak dengan terus
kajian stilistika dalam lirik lagu-lagu terang, melainkan dengan
Massenrengpulu. terkias.
3) Asosiasi Bunyi Ucapan.
4) Pakkelong menyampaikan
II. TINJAUAN PUSTAKA
ucapan dengan melalui cara
dan pengertian yang samar-
1. Deskripsi Suku Massenrengpulu
samar, atau dengan kata
terkias.
Penduduk asli di gunugn
Alwi dkk. (2007:624) terdapat
Bambapuang ini tersebar ke Timur
pengertian lagu yang berarti: (1)
daerah Duri, ke Selatan daerah Maiwa
Ragam suara yang berirama (dalam
Sidenreng, ke Barat daerah Pinrang dan
bercakap, membaca, dan sebagainya),
Polmas, ke Utara daerah Tanah Toraja
(2) Menyanyi, nyanyian, (3) Ragam
bertemu dengan penduduk asli disana
menyanyi (musik, gamelang, dsb.), dan
yang naik perahu yang melalui sungai
(4) Tingkah laku, cara, lagak.
Saddang. Penduduk asli Bambapuang
Sedangkan pengertian lirik adalah: (1)
dan kampung Tinggallung di sebelah
Karya sastra (puisi) yang berisi curahan
baratnya. Dan penduduk kampung
perasaan pribadi , dan (2) Susunan kata
Papi, Kotu, Kaluppini, Bisang,
sebuah nyanyian. Adapun pengertian
Leorang, Tanete Carruk dan kampung-
popular adalah: (1) sekenal dan disukai
kampung di daerah Maiwa, Duri,
orang banyak (umum) lagu-lagu, (2)
Pinrang, Binuang, Tanah Toraja bagian
sesuai dengan kebutuhan masyarakat
selatan.
pada umumnya; mudah dipahami orang
2. Lagu
banyak, dan (3) disukai dan dikagumi
a. Pengertian Lagu
orang banyak.
Elong adalah suatu karya
b. Unsur-Unsur dalam Syair Lagu
sastra orang Enrekang yang sudah
Bahasa yang digunakan
memasyarakat ditengah masyarakat
dalam karya sastra harus dibedakan
sejak zaman dahulu. Unutk memahami
dengan bahasa yang digunakan sehari-
makna elong, diperlukan pengetahuan
hari, apa lagi dengan bahasa ilmiah.
khusus, karena memahami makna
Bahasa sastra penuh ambiguitas dan
elong mempunyai sifat-sifat tertentu
penuh ekspresif, ini disebabkan bahasa
bagaimana halnya pengenalan sifat-
sastra cendrung untuk mempengaruhi,
sifat pada puisi.
membujuk, dan pada akhirnya
Cara Pakkelong (Pengarang
mengubah sikaf pembacanya (Wellek
atau pembawa elong) melukiskan
dan Warren, 2003:19).
pikiran dan perasaan antara lain :
Orkestrasi bunyi yang indah
1) Pernyataan langsung
disebut sebagai eufoni, berupa
Pakkelong menyatakan pikiran
perulangan bunyi vocal (a,i,u,e,o). Ini
dan perasaan secara langsung
digunakan untuk menunjukkan suasana
dengan mempergunakan
senang dan bahagia. Sementara bunyi
bahasa yang mudah
yang parau diebut sebagai kokofoni

58
biasanya berupa kombinasi bunyi berencana dengan tujuan mengubah
k,p,t,s. bunyi jenis ini dapat dapat tingkah laku ke arah yang diinginkan.
menunjukkan suasana kesakitan, tidak Ali (1957:149) mengartikan
menyenangkan, kekacauan, dan mistis pendidikan sebagai segala usaha dan
(Pradopo, 2009:32). pembuatan dan generasi tua untuk
Menurut Awe (2003:31), mengalihkan pengalaman, pengetahuan
pembicaraan tentang kata pada puisi dalam keterampilan kepada generasi
berarti berbicara mengenai arti kata dan muda untuk melangsungkan fungsi
efek yang ditimbulkan melalui. Diksi, hidup dengan baik. Pendidikan oleh
kosakata, denotasi dan konotasi, bahasa orang tua memberikan contoh yang
kias, dan sarana retorika. baik dalam sikap hidupnya, berbagai
c. Unsur Ekstirinsik Lagu pengetahuan dan nasihat-nasihat, guru
Nurgiantoro (2009:77) melaksanakan tugasnya dengan baik.
Faktor ekstrinsik adalah segala faktor 5. Aksiologi (Nilai) Pendidikan
luar yang melatarbelakangi penciptaan Manusia dapat
karya sastra. Ia merupakan milik mengomunikasikan kebudayaan dan
subjektif pengarang yang bisa berupa warisan intelektualnya pada generasi
kondisi sosial, motivasi, tendensi yang yang akan datang serta memberikan
mendorong dan memengaruhi inspirasi cita-cita hidupnya. Dengan
kepengarangan seseorang. demikian, secara aksiologi pendidikan,
3. Pengertian Nilai maka yang dapat dikaji dalam sebuah
Nilai adalah suatu perangkat tulisan termasuk dalam sebuah karya
ataupun perasaan yang diyakini sebagai sastra.
identitas yang memberikan corak 6. Stilistika
khusus kepada pola pemikiran, a. Pengertian Stilistika
perasaan, keterkaitan, dan prilaku. Stilistika berasal dari Bahasa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Inggris yaitu style yang berarti gaya
(Ali, dkk., 1996:690) dikatakan bahwa dan dari bahasa serapan linguistik yang
nilai adalah sifat-sifat atau hal-hal yang berarti tata bahasa. Stilistika menurut
penting dan berguna bagai kemanisaan. kamus Bahasa Indonesia (KKBI,
4. Hakikat Pendidikan 2007;32), yaitu ilmu kebahasaan yang
Langeveld dalam Tumpu mempelajari gaya bahasa. Stilistika
(1997: 16) mengemukakan bahwa merupakan ilmu gabungan antara
pendidikan adalah pengaruh yang linguistik dengan sastra. Menurut
diberikan oleh orang dewasa yang Rene Wellek dan Austin Warren,
bertanggung jawab kepada anak-anak stilistika perhatian utamanya adalah
yang belum dewasa untuk mencapai kontras sistem bahasa pada zamanya
kedewasaannya. Tujuannya adalah (Aminuddin, 2001:22).
untuk membina kepribadian dan Makna denotasi bersifat
pengembangan kemampuan manusia langsung, yaitu makna khusus yang
Indonesia baik jasmani maupun rohani terdapat dalam sebuah tanda, dan pada
yang berlangsung seumur hidup. intinya dapat disebut gambaran sebuah
Selanjutnya, Napitupulu (dalam petanda (Piliang, 2003:261). Misal.
Tumpu, 1997:16) berpendapat bahwa kata kucing dapat didefenisikan sebagai
pendidikan sebagai kegiatan yang penggambaran hewan berkaki empat,
dilahirkan secara sengaja, teratur, dan berbulu dan berkumis.

59
Konvensi bahasa dalam puisi pemanusiaan, 7) personifikas, 8)
meliputi diksi baik berupa inguis dan penyebutan sebagian, 9) sinekdoke, 10)
ingui, maupun struktur sintasksisnya. sinekdoke pras pro toto, 11) sinekdoke
Di dalam kata-kata puisi/syair tetem to parte, 12) metonimia, 13)
keberadaan ingui dan lambing penyimpangan arti, 14) ambiguitas, 15)
diperlukan permaknaan lebih lanjut kontradiksi, 16) antithesis, 17) paradox,
karena pengarang sering menggunakan 18) Hiperbola, 19) ironi, 20)
bahasa kiasan. Hal ini terjadi karena Eufemisme, 21) nonsense, 22)
pengarang ingin menciptakan efek-efek penciptaan arti, dan 23) private symbol.
tertentu bagi puisinya (Awe, 2003:49). 6. Karakteristik masyarkat dalam
Variasi penggunaan bahasa lagu sebagai bagian dari karya
dalam karya sastra menimbulkan ragam sastra
atau gaya bahasa tersendiri gaya bahasa Untuk mengenal masyarakat
itu merupakan pusat kajian disiplin itu, bagaimana kebiasaannya, betapa
stilistika. Stilistika mengkaji suatu karak-
wacana sastra dengan orientasi ternya, tingkah lakunya, dapat dilihat
linguistik. Stilistika mengkaji cara lewat alat-alat yang dipergunakan
sastrawan memanfaatkan unsur yang pengarang
terdapat dalam bahasa dan efek apa seperti bahasa, sikap, kebiasaan,
yang ditimbulkannya (Sudjiman, penggambaran tubuhnya,
1993:18). perbincangan pelaku
b. Ketidaklangsungan ekspresi lain tentang dirinya dan sebagainya
sebagai bentuk gaya (stilistika) (Jene, 1998:13).
Bahasa itu merupakan sistem Sumardjo (1994:56)
ketandaan yang berdasarkan atau mengatakan bahwa untuk mengenal
ditentukan oleh konvensi (perjanjian) watak seseorang dapat diteliti, (1) apa
masyarakat. Meskipun demikian, yang dikatakan, (2) apa yang
ketika bahasa digunakan dalam karya dilakukannnya, (3) bagaimana
sastra, bahasa disesuaikan dengan siakapnya dalam menghadapi
aturan dalam sastra. persoalan, dan (4) bagaimana penilaian
Macam-macam ucapan kiasan tokoh lain diatas dirinya. Minderop
merupakan bentuk pengungkapan tidak (2005:2) menyatakan bahwa karakter
langsung. Dikatakan “A”, dimaksudkan atau watak adalah sifat-sifat khas
“B”. Tentu saja ini tidak bearti bahwa masyarakat yang diceritakan tentang
semua objek kongret dan pelukisan kualitas nalar, sikap, tinggkah laku
selalu mempunyai arti lain dari pada pribadi, jiwa yang dibedakan dengan
arti harfiah, tetapi biasanya arti itu masyarakat lain dalam sebuah karya.
tunduk kepada tema pokok sajak yang Menurut Suroto (1989:47),
bersangkutan (Luxemburg 1984:191). penokohan atau perwatakan adalah
c. Jenis Gaya Bahasa bagaimana
Penggantian arti dalam puisi Pengarang menampilkan masyarakat
berupa kata-kata kiasan dengan tersebut. Ini berarti ada dua hal yang
mengantikan arti suatu hal dengan arti sangat
yang lain. Penggantian arti dapat penting yaitu hubungan dengan teknik
dikategorikan atas: 1) perbandingan, 2) penyampaian dan berhubungan dengan
metafora, 3) Simile, 4)litotes, 5) watak atau kepribadian masyarkat yang
alegoril, 6) pemanusiaan, 6) tampil.

60
memeroleh informasi tentang studi
III. METODE semiotika pada teks berupa syair dan
1. Metode Penelitian lagu.
Dalam bab ini penulis 5. Teknik Pengumpulan Data
menjabarkan metodologi yang akan 1. Dokumentasi
digunakan dalam penelitian ini, untuk 2. Studi Pustaka
mendapatkan data yang berkaitan 3. Analisis Teks
dengan penelitian yang penulis teliti. 8. Teknik Analisis Data
Penulis akan menjelaskan metode Analisis data yang digunakan
penelitian, pendekatan penelitian, objek dalam penelitian ini adalah deskriptif
penelitian, metode pengumpulan data, kualitatif. Metode kualitatif digunakan
dan metode analisis data. untuk mendapatkan rincian data yang
2. Jenis Penelitian mengandung makna. Makna adalah
Penelitian ini dilakukan data yang sebenarnya, suatu nilai
dengan menggunakan metode analisis dibalik data yang tampak. Oleh karena
teks dengan pendekatan semiotika. itu, dalam penelitian kualitatif tidak
Metode semiotika bersifat kualitatif- menekankan pada generalisasi, tetapi
interpretatif. lebih menekankan pada makna
(Sugiyono, 2005: 201).
3. Objek Penelitian
Pada penelitian ini, objek 9. Valliditas Data
yang akan diteliti adalah nilai karakter Validitas dalam penelitian ini
dalam berupa derajat ketepatan antara data
syair lagu dari daerah Massenrengpulu yang
Kabupaten Enrekang. Subjek penelitian terjadi pada objek penelitian dengan
ini hasil yang diperoleh oleh peneliti.
didapatkan dengan menulis kembali Penelitian dapat diuji keabsahannya
syair yang terdapat pada lagu untuk berdasarkan hal yang terjadi pada objek
kemudian digunakan sebagai data sesuai dengan hasil yang dilaporkan.
penelitian. Penelitian ini menggunakan data
analisis lagu daerah Massenrengpulu
4. Data dan Sumber Data Kabupaten Enrekang dan
1. Data Primer menyesuaikan berdasarkan tanda-tanda
Data primer adalah data yang atau simbol-simbol yang terdapat di
diperoleh langsung dari objek dalamnya bekerja sebagai pembentuk
penelitian. Dalam penelitian ini peneliti makna pesan yang sebenarnya.
menggunakan data primer berupa syair
lagu dari daerah Massenrengpulu
Kabupaten Enrekang. IV. HASIL PENELITIAN DAN
2. Data Sekunder PEMBAHASAN
Data sekunder didapatkan dari
sumber yang dapat mendukung 1. Karakteristik Masyarakat
penelitian antara lain dari literatur- Massenrengpulu dalam Syair-
literatur, internet, serta penelitian Syair Lagu Daerah
sebelumnya mengenai studi semiotik Massenrengpulu Kabupaten
terhadap syair lagu. Peneliti juga Enrekang
menggunakan pustaka dalam usaha

61
Lagu-lagu Massenrengpulu masyarakat, terutama dalam
antara lain Suruganna Bambapuang, menghargai sesama manusia.
Tuntung Kaloko, Candingku, dan Salu Teks kedua
Dewata adalah karya turun temurun Tuntun Kaloko’ benna
masyarakatnya. Syair lagu ini sangpulo tallomu („Burung
merupakan karakter dari masyarakat Hantu berikan saya sepuluh
akan kecintaannya terhadap ciptaan telurmu)
Tuhan, kasih sayang, kebersamaan, dan Benna’ dikka’na ridomu na
sikap yang mencerminkan karakter kunasuanni toratungku’
masyarakat itu sendiri. (berikan saya kasihan
Untuk memertegas tentang berasmu untuk saya masakkan
nilai-nilai karakter masyarakat dalam tamu saya)
syair lagu Massenrengpulu, maka akan (Sumber: Lagu Tuntun
dijelaskan beberapa dimensi nilai moral Kaloko‟)
yang terdapat pada syair lagu tersebut, Lirik lagu tersebut megandung
yakni: pesan agar manusia selalu ingat akan
2. Karakter masyarakat keberadaannya dan selalu saling
Massenrengpulu sebagai membantu dalam aktivitas kehidupan.
masyarakat yang berperilaku Dalam artian, manusia diharapkan
moral dengan orang lain (nilai- tidak menonjolkan sifat-sifat yang
nilai moral sosial) dapat menurunkan derajat
Nilai moral dalam kehidupan kemanusiaannya, seperti sombong,
manusia dengan orang lain (nilai-nilai angkuh, kikir, dan dengki.
moral sosial) yang ditemukan dalam 3. Karakter masyarakat
lagu-lagu Massenrengpulu tampak Massenrengpulu sebagai
pada kutipan berikut ini. masyarakat yang berperilaku
Teks pertama moral dalam hubungannya
Tuntun Kaloko’ umboroko dengan tuhan.
nena bongi (Burung Hantu di Data yang menggambarkan nilai
mana engkau tadi malam ?) moral kehidupan manusia dalam
Denna jio randan salu hubungannya dengan Tuhan tampak
kupangbongiananni pada lirik lagu berikut ini.
toratungku (Saya berada di Dapo dewata buntu padidi
pinggir kali bermalam dengan (Dapur Dewa ada di gunung Padidi)
tamu Saya) Salu dewata buntu ampang
(Sungai Dewa di gunung Ampang)
(Sumber: Lagu Tuntun Kaloko) Wainna malinnong na
Lirik lagu tersebut mapaccing (Airnya jernih dan bersih)
mencerminkan salah satu perilaku Napake pariu tau
sosial masyarakat Massenrengpulu buda(Dipakai bersawah orang banyak)
yang digambarkan melalui asosiasi Lo’ko’ dewata jao
judul lagu Tuntun Kaloko’ burung tumonga’(Goa Dewa di atas Tumonga)
Hantu. Salah satu lirik lagu ini adalah Nanei messerang kalumpini
Denna jio randan salu (Tempat bersarang burung Walet)
kupangbongiananni toratungku. Lirik Benteng pertahanan jao
ini menggambarkan perilaku sosial lempang (Benteng pertahanan di atas
Lempang)

62
Nanei bertahan tojolo- Kepasrahan kepada Tuhan
jolota’(Tempat bertahan orang zaman merupakan salah satu sikap hidup
dahulu) orang Massenrengpulu sebagai
ungkapan terima kasih kepada Tuhan
(Sumber: Lagu Salu Dewata) yang Maha pemurah. Dengan prinsip
Lirik lagu tersebut hidup ini, masyarakat tidak mempunyai
mencerminkan kebesaran Tuhan akan sifat serakah atau iri hati.
ciptaan-Nya bahwa Bambapuang c. Masyarakat Massenrengpulu
digambarkan layaknya surga yang menjunjung tinggi nilai kejujuran
anginnya selalu berhembus untuk dalam hidup
dijadikan semangat atau sebagai Karakteristik masyarakat
anugerah dari Tuhan. Dengan demikian Massenrengpulu adalah menjunjung
makna/pesan yang terkandung dalam tinggi nilai kejujuran tampak pada lirik
kelong di atas adalah manusia lagu berikut ini.
senantiasa percaya akan kekuasaan Anggi mangimpuru masa’ku
Tuhan. pasusikomu….
4. Karakteristik masyarakat yang („Jangan cemburu, tidak
menjunjung tinggi nilai moral mungkin saya menghianatimu‟)
dalam kehidupan pribadi
manusia (nilai-nilai moral (Sumber: Lagu Candingku)
individualisme)
a. Karakteristik Masyarakat yang 6. Penggunaan Stilistika dalam
Menjunjung Tinggi Nilai Syair-Syair lagu Daerah
Kesabaran Massenrengpulu
Syair lagu Massenrengpulu 1. Penggunaan Gaya Bahasa
memiliki makna diam, sabar, dan Hiperbola
ingat kepada Tuhan, dan memiliki Dalam lagu Massenrengpulu,
makna, lebih baik manusia ditemukan penggunaan gaya bahasa
berdiam melakukan zikir Tuhan yang bersifat melebih-lebihkan
daripada banyak berbicara namun (hiperbola), seperti berikut ini.
tanpa arah yang jelas. Data yang ... („Sungai Dewa di gunung
menggambarkan kepasrahan Ampang‟)
masyarakat Massenrengpulu Wainna malinnong na
tercermin pada lirik lagu berikut mapaccing (Airnya jernih dan bersih)
ini. Napake pariu tau buda
O o..O candingku annamu (Dipakai bersawah orang banyak )
kamma’ bangra (oh..Pacarku
mengapa engkau diam saja) (Sumber: Lagu Salu Dewata)
Cukku’ batang menggiling 2. Gaya Kata (Diksi)
de’enraka sussai atimmu Diksi dapat dikatakan sebagai
(Tunduk membalik seluruh pilihan kata yang dilakukan oleh
badan, adakah yang yang pengarang dalam karyanya guna
menyusahkan hatimu) menciptakan efek makna estetik
(Sumber: Lagu Candingku) tertentu. Untuk itu, pengarang tidak
b. karakteristik masyarakat yang jarang menggunakan kata konotasi di
menjunjung tinggi nilai kepasrahan samping kata denotasi dalam
kepada tuhan (berserah diri) penciptaan sebuah karya.

63
3. Nonsense …murbei mallun-mallun
O o..O candingku annamu (murbey melambai-lambai
kamma’ bangra (oh..Pacarku (Sumber: Lagu Salu Dewata)
mengapa engkau diam saja) Penggunaan gaya bahasa
Cukku’ batang menggiling personifikasi sesuai dengan lagu
de’enraka sussai atimmu tersebut tampak pada larik Murbei
(Tunduk membalik seluruh mallun-mallun “Murbey melambai-
badan, adakah yang yang lambai”. Murbey dalam lagu tersebut
menyusahkan hatimu). diibaratkan sebagai makhluk bernyawa
O o..o candingku pawwanna yang dapat bergerak dan bergoyang.
capakomu (O o..o pacarku
beritahu saya, kamu kenapa) V. SIMPULAN DAN SARAN
Gaja’ kekamma’ bangra
pangnganna padik ati (Tidak 1. Simpulan
baik kalau hanya diam, Setelah peneliti mengadakan
menyimpan sakit hati) penelitian dengan pembahasan
(Sumber: Lagu Candingku) disimpulkan sebagai berikut :
4. Citraan 1. Nilai ekstrinsik yang terdapat pada
Wujud citraan yang ditemukan kelong Massenrengpulu a) nilai-
dalam lagu Massenrengpulu tercermin nilai moral sosial, b) karakter
pada lirik berikut ini. masyarakat Massenrengpulu
Wainna salu dewata Kabupaten Enrekang sebagai
…(Airnya sungai Dewa) masyarakat yang berperilaku moral
Makkeguna lako tau (Berguna dalam hubungannya dengan Tuhan,
kepada masyarakat) c) karakter masyarakat yang
5. Metafora menjunjung tinggi nilai moral
Lirik lagu Massenrengpulu dalam kehidupan pribadi manusia
juga menggunakan gaya bahasa (nilai-nilai moral individualisme),
metafora yang dapat dilihat pada uraian 2. Stilistika dalam lirik kelong
berikut ini. Massenrengpulu.
Ceppagann ri Lellua (ayam Stilistika dalam syair lagu
jago dari Lellua) Massenrengpulu adalah: a) Gaya
Sa’pangna ri mendatte bahasa hiperbola, b) gaya kata
….(ayam jago dari Mendatte) (Diksi), c) nonsense, d) citraan, e)
Pada lirik lagu tersebut metafora, f) personifikasi
terdapat penggunaan gaya bahasa
metafora. Hal ini terdapat pada kata 2. Saran
ceppaganna pada lirik Ceppaganna ri Berdasarkan penelitian dan
Lellua. Kata ceppaganna merupakan pembahasan yang dilakukan, maka
bentuk asosiasi dan perbandingan peneliti ingin menyampaikan beberapa
antara ayam jago dengan masyarakat saran yaitu :
Massenrengpulu yang religious 1. Bagi para pencipta lagu, hendaknya
sehingga perilaku ini diprediksi menciptakan sebuah lagu tidak
membawanya ke alam kebaikan, yakni hanya bersifat sebagai hiburan dan
surga. mengejar keuntungan saja,
6. Personifikasi melainkan memberikan makna

64
2. Bagi masyarakat sebagai penikmat Yogyakarta: Gajah Mada
musik dan lagu seharusnya mulai University Press.
cerdas serta kritis untuk memilih
lagu-lagu yang memiliki kualitas Piliang, Yasraf Amir. 2003.
dalam syair lagunya. Hipersemiotika: Tafsir
3. Culturalal Studies Atas
DAFTAR PUSTAKA Matinya Makna.
Yogyakarta dan Bandung:
Ali, Lukman. 1995. Kamus Besar Jalasutra.
Bahasa Indonesia. Jakarta:
Depdiukbud-Balai Pustaka. Pradopo, Djoko Rahmat. 2009.
Pengkajian Puisi.
Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Yogyakarta: Gadjah Mada
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Universty Press.
Pustaka.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian
Aminuddin. 2001. Semantik: Kualitatif. Bandung:
Pengantar Studi Tentang Alfabeta.
Makna. Malang: Sinar Baru
Alegresindo. Tarigan, Henry Guntur. 1985.
Pengajaran Gaya Bahasa.
Awe, Mokoo. 2003. Fals: Nyanyian di Bandung: Angkasa.
Tengah Kegelapan.
Yogyakarta: Ombak. Tumpu, Sahabuddin. 1997. Pilsafat
Pendidikan. Diktat
Jene, Bunga. 1998. Analisis Komplik Mahasiswa Program S2
Tokoh Utama Novel di Universitas Negeri
Bawah Lindungan Ka‟bah Makassar.
dengan Tenggelamnya
Kapal Van Der Wijck. Wellek, Rene dan Warren, Austin.
Skripsi.tidak diterbitkan. 1989. Teori Kesusastraan.
Ujung Pandang: IKIP UP. Diterjemahkan oleh Melani
Budianta. Jakarta:
Luxemburg, Jan van. 1984. Pengantar Gramedia.
Ilmu Sastra. Diterjemahkan
oleh Dick Hartoko. Jakarta:
Gramedia.

Moeliono, Anton. M. 1989. Kembara


Bahasa. Jakarta: PT.
Gramedia.
Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori
Pengkajian Fiksi.

65

You might also like