You are on page 1of 14

MAKALAH

PEMERIKSAAN FUNGSI PENDENGARAN


SAMPUL
Dosen Pembimbing : Ria Amrita

Di susun oleh :
Nama : 1. Ahmad Ali Imron
2. Chenis gloria valentina agustin
Prodi : DIII KEPERAWATAN

PROGRAM PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS KARYA HUSADA
SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
yang berjudul “anatomi dan fisiologi sistem saraf di Universitas Karya Husada
Semarang” Saya menyadari. bahwa Makalah ini masih jauh untuk dari
kesempurnaan, karena masih banyak kekurangan-kekurangan, baik dari materi
maupun redaksi. Hal ini semata-mata disebabkan oleh keterbatasan waktu dan
pengetahuan penulis. Mudah-mudahan segala kebaikan serta jasa yang telah
diberikan semua pihak mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Amiin.

SEMARANG, 28 September 2023


Penulis,

Ahmad Ali Imron


NIM.2301001
Chenis Gloria Valentina Agustin
NIM.2301002

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL..................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
DEFINISI SYSTEM PENDENGARAN.................................................................1
BAB II.....................................................................................................................3
STRUKTUR ANATOMI SISTEM PENDENGARAN...........................................3
BAB III....................................................................................................................7
FISIOLOGI SYSTEM PENDENGARAN..............................................................7
PENUTUP..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................11

iii
BAB I
DEFINISI SYSTEM PENDENGARAN

Sistem pendengaran telinga merupakan organ pendengaran dan


keseimbangan. Terdiri dari telinga luar, tengah dan dalam. Telinga manusia
menerima dan mentransmisikan gelombang bunyi ke otak dimana bunyi tersebut
akan di analisa dan di intrepretasikan.
Telinga dibagi menjadi 3 bagian :
1. Telinga luar
 Auricula
Mengumpulkan suara yang diterima
 Meatus Acusticus Eksternus
Menyalurkan atau meneruskan suara ke kanalis auditorius eksterna
 Canalis Auditorius Eksternus
Meneruskan suara ke memberan timpani
 Membran timpani
Sebagai resonator mengubah gelombang udara menjadi gelombang
mekanik
2. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara yang menghubungkan
rongga hidung dan tenggorokan dihubungkan melalui tuba eustachius,
yang fungsinya menyamakan tekanan udara pada kedua sisi gendang
telinga. Tuba eustachius lazimnya dalam keadaan tertutup akan tetapi
dapat terbuka secara alami ketika anda menelan dan menguap.
Telinga tengah terdiri dari :
 Tuba auditorius (eustachius)
Penghubung faring dan cavum naso faring
 Tuba pendengaran (maleus, inkus, dan stapes)

1
Memperkuat gerakan mekanik dan memberan timpani untuk
diteruskan ke foramen ovale pada koklea sehingga perlimife pada
skala vestibule akan berkembang.
3. Telinga Dalam
Telinga dalam terdiri dari :
 Koklea
 Organo corti
Memngandung sel-sel rambut yang merupakan resseptor
pendengaran di memberan basilaris.

2
BAB II
STRUKTUR ANATOMI SYSTEM PENDENGARAN
A. Struktur Pendengaran
Telinga manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar (outer ear), telinga
tengah (middle ear), dan yang terakhir telinga bagian dalam (inner ear)
sebagai berikut:

Gambar 2.1
Anatomi telinga
1. Telinga Bagian Luar
Berfungsi menangkap rangsang getaran bunyi atau bunyi dari luar. Telinga
luar terdiri dari daun telinga (pinna auricularis), saluran telinga (canalis
auditorius externus) yang mengandung rambut-rambut halus dan kelenjar
sebasea sampai di membran timpani.
Daun telinga terdiri atas tulang rawan elastin dan kulit. Bagian-bagian
daun telinga lobula, heliks, anti heliks, tragus, dan antitragus. Liang telinga
atau saluran telinga merupakan saluran yang berbentuk seperti huruf S. Pada
1/3 proksimal memiliki kerangka tulang rawan dan 2/3 distal memiliki
kerangka tulang sejati. Saluran telinga mengandung rambut-rambut halus dan
kelenjar lilin. Rambut-rambut alus berfungsi untuk melindungi lorong telinga
dari kotoran, debu dan serangga, sementara kelenjar sebasea berfungsi
menghasilkan serumen. Serumen adalah hasil produksi kelenjar sebasea,
kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu. Kelenjar
sebasea terdapat pada kulit liang telinga.

3
2. Telinga Bagian Tengah
Telinga tengah atau cavum tympani. Telinga bagian tengah berfungsi
menghantarkan bunyi atau bunyi dari telinga luar ke telinga dalam. Bagian
depan ruang telinga dibatasi oleh membran timpani, sedangkan bagian dalam
dibatasi oleh foramen ovale dan foramen rotundum. Pada ruang tengah telinga
terdapat bagian-bagian sebagai berikut:
a. Membran timpani
Membran timpani berfungsi sebagai penerima gelombang bunyi.
Setiap ada gelombang bunyi yang memasuki lorong telinga akan
mengenai membran timpani, selanjutnya membran timpani akan
menggelembung ke arah dalam menuju ke telinga tengah dan akan
menyentuh tulang-tulang pendengaran yaitu maleus, inkus dan stapes.
Tulang-tulang pendengaran akan meneruskan gelombang bunyi
tersebut ke telinga bagian dalam.
b. Tulang-tulang pendengaran
Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (tulang martil),
incus (tulang landasan) dan stapes (tulang sanggurdi). Ketiga tulang
tersebut membentuk rangkaian tulang yang melintang pada telinga
tengah dan menyatu dengan membran timpani.

Gambar 2.2
Susunan tulang-tulang pendengaran

4
c. Tuba auditiva eustachius
Tuba auditiva eustachius atau saluran eustachius adalah saluran
penghubung antara ruang telinga tengah dengan rongga faring. Adanya
saluran eustachius, memungkinkan keseimbangan tekanan udara
rongga telinga telinga tengah dengan udara luar.
3. Telinga bagian dalam
Telinga dalam berfungsi menerima getaran bunyi yang dihantarkan oleh
telinga tengah. Telinga dalam atau labirin terdiri atas dua bagian yaitu labirin
tulang dan labirin selaput. Dalam labirin tulang terdapat vestibulum, kanalis
semisirkularis dan koklea. Di dalam koklea inilah terdapat organ Corti yang
berfungsi untuk mengubah getaran mekanik gelombang bunyi menjadi impuls
listrik yang akan dihantarkan ke pusat pendengaran.
Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua setengah
lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semi-sirkularis.
Ujung atau puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan skala timpani
dengan skala vestibuli.
Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan
membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Koklea atau rumah siput
merupakan saluran spiral dua setengah lingkaran yang menyerupai rumah
siput. Pada membran membran basalis ini terletak organ Corti dan pada
membran basal melekat sel rambut yang terdiri dari sel rambut dalam, sel
rambut luar dan kanalis Corti, yang membentuk organ Corti.9 Struktur organ
Corti ditampilkan pada gambar 2.3

5
Gambar 2.2 Penampang koklea (gambar a) dan susunan organ Corti (gamba

6
BAB III
FISIOLOGI SYSTEM PENDENGARAN
A. Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh
daun telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau
tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan membran timpani
diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang pendengaran yang
akan mengimplikasi getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan tingkap lonjong. Energi
getar yang telah diamplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang
menggerakkan tingkap lonjong sehingga perilimfa pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relatif antara membran
basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan
sel. Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga
melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan
potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nucleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.
Getaran suara ditangkap ol;eh telinga yang dialirkan ke telinga dan
mengenai memberan timpani, sehingga memberan timpani bergetar.
Getaran ini diteruskan ke tulang-tulang pendengaran yang berhhubungan
satu sama lain. Selanjutnya stapes menggerakkan perilimfe dalam skala
vestibui kemudian getaran diteruskan melalui Rissener yang mendorong
endolimfe dan memberan basal ke arah bawah, perilimfe dalam skala
timpani akan bergerak sehingga tingkap bundar (foramen rotundum)
terdorong kearah luar.
Rangsangan fisik tadi diubah oleh adanya perbedaan ion kalium
dan ion Na menjadi aliran listrik yang diteruskan ke cabang N.VIII yang

7
kemudian neneruskan ransangan ke pusat sensori pendengaran di otak
melalui saraf pusat yang ada di lobus temporalis.

B. Kelainan /Ganggaun Fisiologi Telinga


1. Tuli konduktif
Kelainan telingna luar yang menyebabkan tuli konduktif adalah
astresia liang telinga, sumbatan oleh serumen, otitis eksterna
sirkumsripta, osteoma liang teling.
Kelainan telinga tengah yang menyebabkan tuli konduktif adalah
tubakar/sumbatan tuba eustachius, dan dislokasi tulang pensdengaaran.
2. Tuli perseptif
Disebabkan oleh kerusakan koklea (N. audiotorius) atau kerusakan
pada sirkuit system saraf pusat dari telinga. Orang tersebut
mengalamipenurunan atau kehilangan kemampuan total untuk
mendengar suara dan akan terjadi kelainan pada organ coti, Saraf :
N.coclearis dan N.vestibularais, Pusat pendengaran otak.
3. Tuli campuran
Terjadi karena tuli konduksi yang pada pengobatannya tidak sempurna
sehingga infeksi skunder.
C. Tes Fungsi Pendengaran
1. Pemeriksaan audiometri
Audiometri berasal dari kata audir dan metrios yang berarti mendengar
dan mengukur (uji pendengaran). Audiometri tidak saja dipergunakan
untuk mengukur ketajaman pendengaran, tetapi juga dapat
dipergunakan untuk menentukan lokalisasi kerusakan anatomis yang
menimbulkan gangguan pendengaran.
Ketajaman pendengaran sering diukur dengan suatu audiometri. Alat
ini menghasilkan nada-nada murni dengan frekuensi melalui aerphon.
Pada sestiap frekuensi ditentukan intensitas ambang dan diplotkan
pada sebuah grafik sebagai prsentasi dari pendengaran normal. Hal ini
menghasilkan pengukuran obyektif derajat ketulian dan gambaran
mengenai rentang nada yang paling terpengaruh.

8
Audiometri adalah subuah alat yang digunakan untuk mengtahui
level pendengaran seseorang. Dengan bantuan sebuah alat yang disebut
dengan audiometri, maka derajat ketajaman pendengaran seseorang
da[at dinilai. Tes audiometri diperlukan bagi seseorang yang merasa
memiliki gangguan pendengeran atau seseorang yag akan bekerja pada
suatu bidang yang memerlukan ketajaman pendngaran.

Pemeriksaan audiometri memerlukan audiometri ruang kedap


suara, audiologis dan pasien yang kooperatif. Pemeriksaan standar
yang dilakukan adalah suatu sisitem uji pendengaran dengan
menggunakan alat listrik yang dapat menghasilkan bunyi nada-nada
murni dari berbagai frekuensi 250-500, 1000-2000, 4000-8000 dan
dapat diatur intensitasnya dalam satuan (dB). Bunyi yang dihasilkan
disalurkan melalui telepon kepala dan vibrator tulang ketelinga orang
yang diperiksa pendengarannya. Masing-masing untuk menukur
ketajaman pendengaran melalui hntaran udara dan hantran tulang pada
tingkat intensitas nilai ambang, sehingga akan didapatkankurva
hantaran tulang dan hantaran udara

9
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam penulisan tugas ini bermaksut untuk menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan tentang anatomi dan fisiologi sistem
pendengaran manusia selain itu juga untuk memberi bekal mahasiswa
untuk kedepan dan meningkatkan wawasan tentang anatomi dan fisiologi
sistem pendengaran manusia.

10
DAFTAR PUSTAKA

https://hellosehat.com/tht/telinga/anatomi-telinga-dan-fungsinya/
https://eprints.umm.ac.id/

11

You might also like