You are on page 1of 10

MENGENAL KOTA CIREBON DARI MAKANAN KHAS NASI

JAMBLANG
MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Pendidikan Pancasila
yang diampu oleh Redi Yamanto, S.Pd.Mpd

disusun oleh
Muhammad Hafidz Aminuddin
NIM : 221111014

PROGRAM STUDI TEKNIK KONSTRUKSI GEDUNG


JURUSAN TEKNIK SIPIL
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................1
DAFTAR ISI.........................................................................................2
BAB I..................................................................................................3
PENDAHULUAN.................................................................................3
BAB II.................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................4
BAB III................................................................................................8
ANALISIS............................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Cirebon merupakan salah satu kota di Indonesia yang termasuk ke dalam


Provinsi Jawa Barat Kota ini terkenal sebagai jalur utama antar kota yang dikenal
dengan jalur pantura. Karena kota ini berada di pesisir utara pulau Jawa yang
menghubungkan Jakarta-Cirebon-Semarang-Surabaya. Salah satu ikon yang membuat
kota ini terkenal adalah karena memiliki berbagai macam ciri khas, salah satunya
adalah berbagai jenis makanan khas tradisional. Makanan tradisional merupakan salah
satu warisan yang diturunkan dan telah membudaya di dalam masyarakat Indonesia
dan sangat lekat dengan tradisi setempat. Setiap daerah mempunyai ciri khasnya
masing-masing dan makanan tradisional khas daerah menjadi ikon utama daerah
tersebut. Sajian kuliner khas kota Cirebon salah satunya adalah nasi jamblang.

Nasi jamblang adalah makanan khas masyarakat Cirebon. Ciri khas makanan
ini adalah pembukus nasi yang menggunakan daun jati. Nasi jamblang berarti nasi
putih yang dibungkus dengan daun jati dan dapat diisi dengan berbagai lauk-pauk.
Makanan ini bisa dinikmati kapan saja. Baik dipagi hari sebagai sarapan, sebagai
makan siang, dan bahkan sebagai makan malam. Nasi jamblang ini dapat sangat
mudah ditemui di setiap sudut kota dan biasanya pedagang keliling juga menawarkan
makanan ini. Jika membeli di pedagang keliling, biasanya harga nasi jamblang ini
bisa jauh lebih murah, namun lauk-pauk yang disajikan sangat terbatas. Sebagai
makan siang bisa ditemui di warung makan. Sedangkan untuk makan malam, nasi
jamblang dapat dijumpai di warung-warung tenda seperti di Jalan Tentara Pelajar,
Kota Cirebon, atau tepatnya di depan Grage Mall. Di tempat ini bisa dijumpai
beberapa warung tenda berjejer di pinggir jalan. Biasanya buka dari pukul 17.00 dan
tutup pada tengah malam atau bahkan hingga dini hari.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ASAL MULA NASI JAMBLANG

Nasi jamblang konon diambil dari nama desa di sebelah barat Kabupaten
Cirebon, yakni desa Jamblang, Cirebon. Salah satu alasan mengapa nasi jamblang
dibungkus dengan daun jati adalah karena nasi bisa bertahan lama dan tetap pulen
dibandingkan dengan menggunakan daun pisang. Hal ini karena daun jati mempunyai
pori-pori ang membantu nasi tetap terjaga kualitasnya meskipun disimpan dalam
waktu yang lama. Selain itu daun jati lebih tebal sehingga dapat menyimpan panas
lebih lama dan makanan bisa tahan hangat. Aroma daun jati yang sangat khas dan
menjadi alasan lain pada penggunaan daun jati sebagai pembungkus nasi.

Meski awalnya hanya merupakan makanan khas daerah desa jamblang, tetapi
dengan beriringnya waktu nasi jamblang semakin digemari oleh masyarakat diluar
desa dan bahkan di seluruh wilayah kota Cirebon. Hingga pada akhirnya nasi
jamblang menjadi salah satu ikon kekayaan kuliner kota Cirebon.
2.2 SEJARAH NASI JAMBLANG

Menurut sejarahnya, nasi jamblang adalah makanan khas Cirebon yang pada
awalnya diperuntukan bagi para pekerja paksa pada zaman Belanda yang sedang
membangun jalan raya Daendels dari Anyer ke Panarukan yang melewati wilayah
Kabupaten Cirebon, tepatnya di Desa Kasugengan, Kabupaten Cirebon.

Jalan Raya Pos (De Grote Postweg) dengan panjangnya kurang lebih 1000 km
yang terbentang di sepanjang utara Pulau Jawa dari Anyer sampai Panarukan.
Dibangun pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels. Di
setiap 4,5 kilometer didirikan pos sebagai tempat perhentin dan penghubung
pengiriman surat-surat. Tujuan pembangunan Jalan Raya Pos adalah memperlancar
komunikasi antar daerah yang dikuasai Daendels di sepanjang Pulau Jawa dan sebagai
banteng pertahanan di Pantai Utara Pulau Jawa. Salah satu tugas yang diberikan
kepada Daendels adalah mempertahankan Pulau jawa agar tidak jatuh ke tangan
Inggris dan memperbaiki system administrasi negara di Jawa. Untuk mempertahankan
Pulau Jawa dari serangan Inggris, Daendels membutuhkan armada militer. Daedels
membentuk pasukan yang berasal dari masyarakat pribumi. Daedels kemudian
mendirikan pendidikan militer di Batavia dan tempat pembuatan senjata di Semarang.

Di Cirebon sendiri, akibat kerja paksa tersebut mengakibatkan banyak paraa


pekerja yang tewas, salah satu penyebabnya adalah kelaparan, karena meskipun para
pekerja ini membawa bekal dari rumah berupa nasi, namun akan basi setelah lebih
dari 10 jam jika didiamkan tidak dimakan. Sehingga kemudian orang Jamblang
menemukan cara agar nasi yang mereka masak tidak cepat basi, caranya dengan
membungkus nasi tersebut dengan daun jati. Setelah peristiwa tersebut orang-orang
jamblang selalu menggunakan daun jati untuk membungkus nasi.

Menurut Pramoedya Ananta Toer disebutkan dalam bukunya yang berjudul


“Jalan Raya Pos Jalan Deandels” mengaitkan nasi Jamblang dengan proyek
pembangunan jalan dari Anyer menuju Panarukan, atau yang sekarang dikenal dengan
Jalur Pantura. Menurut versi Pram, nasi Jamblang pada mulanya diciptakan ketika
Gubernur Deandels memerintahkan pembuatan jalan Anyer-Panarukan. Nasi yang
dibungkus dengan daun jati itu dimaksudkan untuk dibagikan kepada para pekerja
proyek tersebut lantaran para pekerja sendiri tidak ada yang mampu membeli rantang
untuk tempat nasi.

Salah satu asal usul lainnya tentang nasi Jamblang Cirebon ini di mulai pada
tahun 1847 pada masa pemerintahan colonial Belanda yang membangun sebuah
pabrik gula di wilayah Gempol Palimanan, pabrik gula Plumbon, dan pabrik spirtus
di Palimanan. Dengan dibangunnya pabrik pasti akan membutuhkan banyak tenaga
kerja yang berasal dari daerah sekitaran pabrik tersebut.

Para buruh yang datangnya dari jauh harus berangkat sangat pagi dari rumah
mereka masing-masing. Mereka membutuhkan sarapan sedangkan penjual nasi belum
ada pada waktu itu karena ada anggapan bahwa menjual nasi itu tidak boleh atau
pamali. Para pekerja lebih memilih untuk menyimpan beras atau padi.

Ada seorang warga yang bernama Ki Antara atau H. Abdulatif dan istrinya
Ny. Tan Piauw Lun yang melihat banyak buruh pabrik yang mencari penjual nasi,
maka Ki Antara memberanikan diri untuk memberikan sedekah beberapa bungkus
nasi kepada para pekerja tersebut.

Rupanya berita ini cepat menyebar dan pada akhirnya bertambah banyak para
pekerja yang meminta sarapan pagi. Ny. Pulu selalu menolak setiap pemberian uang
dari para pekerja tersebut, namun para pekerja menyadari bahwa segala sesuatu dapat
dibeli harus mengeluarkan uang. Sehingga lambat lain para pekerja sepakat hanya
memberikan imbalan ala kadarnya kepada Ny. Pulung.

2.3 FILOSOFI NASI JAMBLANG

Makanan tradisional khususnya nasi Jamblang, berperan penting dalam


ketahanan dan kemandirian pangan. Semua jenis makanan tradisional dibuat dengan
potensi local, tidak mungkin dibuat menggunakan bahan baku impor. Eksistensi
makanan ini telah meniti jejak-jejak sejarah yang panjang. Ada beberapa nilai filosofi
yang bisa diambil dari keberadaan kuliner tradisional nasi Jamblang ini, salah satunya
yaitu nilai kejujuran

Penyajian makanannya bersifat prasmanan, dimana setiap pembeli bebas


untuk memilih dan mengambil makanan sesuai seleranya sendiri serta system
pembayaran yang dilakukan sangat mengutamakan kejujuran. Tidak hanya penjual
yang harus jujur, pembelinya juga ditanamkan untuk juju pada setiap jenis makanan
yang ia ambil. Pada umunya penjual menerapkan pola pembayaran di akhir sesuai
pembeli menyantap makanannya.
BAB III

ANALISIS

3.1 STRATEGI PEMASARAN

Nasi jamblang berupa nasi yang dibungkus dengan daun jati dan dilengkapi
dengan sejumlah lauk pauk. Ada beberapa lauk pauk yang menjadi pilihan seperti
sambal goreng, tahu sayur, paru, daging, perkedel, semur hati, sate kentang, telur
dadar, semur ikan, telur goreng, ikan asin, tahu, tempe, dan lain-lain. Sejumlah menu
menjadi khas nasi Jamblang, yaitu sambal goreng yang memiliki cabai merah sangat
khas. Menu lainnya adalah cumi-cumi atau sotong berkuah kental yang dimasak
dengan tintanya, sehingga masakan berwarna hitam.

Para penjual nasi jamblang di warung tenda menjajakan nasi jamblang dengan
menempatkan meja ukuran besar di tengah. Di atas meja, terdapat lauk pauk yang
dapat diambil secara prasmanan oleh pembeli. Sedangkan, nasi yang sudah dibungkus
daun jati diletakkan di bakul besar. Pelayan akan menyajikan nasi jamblang sesuai
porsinya, kemudian diberi sambal. Setelah itu, pembeli dapat memilih menu lainnya
secara prasmanan. Jika di warung tenda, pembeli duduk melingkar mengitari meja, di
restoran pembeli disediakan meja makan. Rumah makan nasi Jamblang Ibu Nur
merupakan salah satu rumah makan nasi jamblang khas dari daerah Cirebon. Rumah
makan Ibu Nur ini dalam penyusunan tata letak menu makanan secara acak disusun
dan tidak mengikuti aturan.
3.2 IKON KULINER

Masyarakat kota Cirebon sudah tidak asing lagi mendengar kata nasi
Jamblang, yaitu nasi yang dibuat dan dijual oleh orang Jamblang. Lauk-pauk yang
dihidangkan bermacam-macam hamper berjumlah 30 jenis makanan yang dulu pada
awalnya hanya ampas kecap atau tauco, tempe goring, dan tahu goreng saja. Nasi
Jamblang dikenal cukup luas, tidak hanya dikenal oleh masyarakat Cirebon saja,
namun hingga ke Bandung, Jakarta, dan sekitarnya. Salah satu kenikmatan Nasi
Jamblang adalah cara memasaknya, bahan bakar yang digunakan haruslah dari kayu
bakar. Karena apabila menggunakan kompor minyak maka rasa dari masakan pun
akan berbeda.

Saat ini bisa dipastikan hamper setiap wisatawan yang datang berkunjung ke
Kota Cirebon selain menikmati obyek wisata yang ada di kota Cirebon, mereka juga
mampir untuk menikmati nasi Jamblang. Kuliner Cirebon sebenarnya tidak hanya
nasi Jamblang, tetapi masih banyak yang lain,seperti empal gentong, nasi lengko, tahu
gejrot, docang, mie koclok, dan lain-lain, tetapi dari semuanya yang sellau menjadi
tujuan utama adalah nasi Jamblang. Nasi Jamblang sudah menjadi ikon kuliner bagi
pengembangan pariwisata di Kota Cirebon.
DAFTAR PUSTAKA

Indrayana, Yuniningsing. 2019. “Sega Jamblang, Icon Kuliner Pengembangan


Pariwisata Kota Cirebon” . Tersedia:
https://proceedings.undip.ac.id/index.php/copas/article/view/30/14
[08 Ferbuari 2023]

Daniswari. 2022. “Nasi Jamblang, Makanan Khas Cirebon: Asal-usul, Isi, dan Daun Jati”

Tersedia:

https://bandung.kompas.com/read/2022/11/10/165135178/nasi-jamblang-makanan-
khas-cirebon-asal-usul-isi-dan-daun-jati?page=all [08 Ferbuari 2023]

Saefudin, Rachmaniar, Diana. 2022. “Tata Letak Menu Kuliner Cirebon Menggunakan
Apriori Pada Rumah Makan Nasi Jamblang ‘Ibu Nur’”. Tersedia:

https://ejournal.jak-stik.ac.id/files/journals/2/articles/sentik2022/3076/3076.pdf

[08 Ferbuari 2023]

Yulianti, Sri Nur, DKK. 2019. “Bahasa Indonesia untuk Aktivitas Ilmiah”. Bandung:
Politeknik Negeri Bandung

You might also like