You are on page 1of 12

EPISTIMOLOGI

Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : FILSAFAT ILMU

Dosen Pengampu : Ahmad Aziz Masyhadi M,Ag

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Diva Cahya Qur Ani (23602020195)


2. Alvina maulina (23602020192)

PROGRAM STUDI
EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM TARBIYATUT THOLABAH
KRANJI PACIRAN LAMONGAN
SEPTEMBER 2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis mampu merampungkan salah satu tugas yang berbentuk
makalah sebagai salah satu persyaratan untuk menuntaskan mata kuliah Studi Al-Quran.
Terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari sumbangsih para orang-orang terdekat
penulis, karena itu dengan tulus penulis sampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Dosen pengampu mata kuliah Studi Al-Quran IAI Tabah Kranji Paciran Lamongan yang
telah membimbing kami dalam menjelaskan gambaran tentang materi makalah yang kami
tulis,
2. Teman-teman program studi Ekonomi Syariah (ES) yang telah membatu kami dalam
menjalankan kegiatan diskusi tentang makalah ini.
Segala upaya telah dilakukan untuk menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil
dalam makala ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan. Hal itu dikarenakan, kelemahan dan
keterbatasan kemampuan penulis semata. Saran dan kritik yang konstruktif tetap kami harapkan
dari peserta diskusi yang budiman. akhirnya semoga makala ini membawa manfaat tidak hanya
bagi penulis, namun juga bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Kranji, 29 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Rumusan masalah...............................................................................................................1
1. Apa itu epistimologi?............................................................................................................1
2. Apa saja pokok epistimologi?...............................................................................................1
3. Apa Istilah lain dari epistimologi?........................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................................1
1. Untuk mengetahui epistimilogi.............................................................................................2
2. Untuk mengetahui pokok epistimologi.................................................................................2
3. Untuk mengetahui istilah lain dari epistimologi...................................................................2
BAB II.............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
A. Pengertian Epistemologi...................................................................................................3
B. Pokok Epistimologi............................................................................................................3
C. Istilah Lain Dari Epistimologi..........................................................................................5
BAB III...........................................................................................................................................6
PENUTUP......................................................................................................................................6
A. Kesimpulan..........................................................................................................................6
B. Saran....................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................9

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Epistemologi adalah cabang filsafat yang membahas asal-usul, sifat, metodologi,
dan batasan pengetahuan. Latar belakang epistemologi dapat ditelusuri ke berbagai
pemikiran dan perdebatan filosofis selama sejarah. Yunani Kuno: Epistemologi memiliki
akar dalam pemikiran filsafat Yunani Kuno, terutama dari tokoh seperti Plato dan
Aristoteles. Plato mengemukakan konsep "Ide" atau "Bentuk" sebagai sumber
pengetahuan yang sejati, sementara Aristoteles mengembangkan logika formal sebagai
alat untuk memahami pengetahuan.
Abad Pertengahan: Pada Abad Pertengahan, epistemologi menjadi fokus utama
dalam karya-karya filosofis dan teologis. Tokoh seperti St. Augustine dan St. Thomas
Aquinas berusaha untuk memahami hubungan antara iman dan akal budi.Renaisans dan
Zaman Pencerahan: Zaman Renaisans dan Pencerahan Eropa melihat perkembangan
metode ilmiah dan pertanyaan tentang sumber pengetahuan yang akurat. Tokoh seperti
Descartes mencoba untuk mencapai kepastian mutlak melalui metode skeptisisme
radikal.
Abad ke-19 dan ke-20: Filosofi epistemologi berkembang dengan pesat pada abad
ke-19 dan 20. Aliran positivisme, empirisme, rasionalisme, dan fenomenologi muncul
sebagai pendekatan berbeda dalam memahami pengetahuan. Postmodernisme: Pada abad
ke-20, perdebatan tentang sifat pengetahuan semakin kompleks dengan munculnya teori-
teori postmodernisme yang menyoroti subjektivitas, konstruksi sosial, dan konteks
budaya dalam pembentukan pengetahuan.
Era Kontemporer: Saat ini, epistemologi terus berkembang dengan eksplorasi
konsep seperti epistemologi feminis, epistemologi sosial, dan implikasi digital dalam
pembentukan pengetahuan.
B. Rumusan masalah
1. Apa itu epistimologi?
2. Apa saja pokok epistimologi?
3. Apa Istilah lain dari epistimologi?
C. Tujuan

1
1. Untuk mengetahui epistimilogi
2. Untuk mengetahui pokok epistimologi
3. Untuk mengetahui istilah lain dari epistimologi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang benar, dan lazimnya hanya disebut teori
pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi Theory of Knowledge. 1 Epistemologi,
secara garis besar membahas segenap proses dalam usaha memperoleh kebenaran pengetahuan.2
Epistemologi atau teori pengetahuan yaitu cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
ruang lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian dan dasardasarnya serta pertanggung
jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sebagian ciri yang patut
mendapat perhatian dalam epistemologi perkembangan ilmu pada masa modern adalah
munculnya pandangan baru mengenai ilmu pengetahuan. Pandangan itu merupakan kritik
terhadap pandangan Aristoteles, yaitu bahwa ilmu pengetahuan sempurna tak boleh mencari
untung, namun harus bersikap kontemplatif, diganti dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan
justru harus mencari untung, artinya dipakai untuk memperkuat kemampuan manusia di bumi
ini.

B. Pokok Epistimologi
Terjadinya Pengetahuan Masalah terjadinya pengetahuan adalah masalah yang amat
penting dalam epistemologi, sebab jawaban terhadap terjadinya pengetahuan maka seseorang
akan berwarna pandangan atau paham filsafatnya. Jawaban yang paling sederhana tentang
terjadinya pengetahuan ini apakah berfilsafat apriori atau aposteriori. Pengetahuan apriori adalah
pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indra maupun
pengalaman batin. Adapun pengetahuan aposteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena
adanya pengalaman. Dengan demikian, pengetahuan ini bertumpu pada kenyataan objektif. Di
dalam epistimologi ia juga membahas mengenai terjadinya pengetahuan dan ia dikatakan suatu
cakupan atau kumpulan pokok epistemologi.

Dari pembahasan atau jawaban terhadap terjadinya pengetahuan seseorang akan lebih
memahami bahwasanya pengetahuan itu bisa didapatkan melalui pengalaman baik pengalaman
indra maupun batin yang pada akhirnya pengetahuan itu bertumpu pada kenyataan yang objektif.
Menurut John Hospers dalam bukunya An Introduction to Philosophical Analysis
mengemukakan ada enam alat untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:

A. Pengalaman indra (sense experience)

Orang sering merasa bahwa pengindraan adalah alat yang paling vital dalam
memperoleh pengetahuan. Memang dalam hidup manusia tampaknya pengindraan adalah satu-
satunya alat untuk mencerap segala objek yang ada di luar diri manusia. Karena terlalu
menekankan pada kenyataan, paham demikian dalam filsafat disebut realisme. Realisme adalah

3
suatu paham yang berpendapat bahwa semua yang dapat diketahui hanya kenyataan. Jadi,
pengetahuan berawal mula dari kenyataan yang dapat diindrai. Tokoh pemula dari pandangan ini
adalah Aristoteles, yang berpendapat bahwa pengetahuan terjadi bila subjek diubah di bawah
pengaruh objek, artinya bentuk dari dunia luar meninggalkan bekas dalam kehidupan batin.
Objek masuk dalam diri subjek melalui persepsi indra (sensasi). Yang demikian ini ditegaskan
pula oleh Aristoteles yang berkembang pada abad pertengahan adalah Thomas Aquinas yang
mengemukakan bahwa tiada sesuatu dapat masuk lewat ke dalam akal yang tidak ditangkap oleh
indra. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengalaman indra merupakan sumber pengetahuan berupa
alat-alat untuk menangkap objek dari luar diri manusia melalui kekuatan indra. Kekhilafan akan
terjadi apabila ada ketidaknomalan diantara alat itu.

B. Nalar (Reason)

Nalar adalah salah satu corak berpikir dengan menggabungkan dua pemikiran atau lebih
dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
masalah ini tentang asas-asas pemikiran, yaitu sebagai berikut: 1. Principium Identitas Yaitu
sesuatu itu mesti sama dengan dirinya sendiri (A=A). Asas ini biasa disebut asas kesamaan. 2.
Principium Contradictionis Yaitu apabila dua pendapat yang bertentangan, tidak mungkin kedua-
duanya benar dalam waktu yang bersamaan. Dengan kata lain pada subjek yang sama tidak
mungkin terdapat dua predikat yang bertentangan pada satu waktu. Asas ini biasa disebut asas
pertentangan. 3. Principium Tertii Exclusi Yaitu apabila dua pendapat yang berlawanan tidak
mungkin keduanya benar dan tidak mungkin keduanya salah. Kebenaran hanya terdapat satu di
antara kedua itu, tidak perlu ada pendapat yang ketiga. Asas ini biasa disebut asas tidak adanya
kemungkinan ketiga.

C. Otoritas (Authority)

Otoritas adalah kekuasaan yang sah yang dimiliki oleh seseorang dan diaku oleh
kelompoknya. Otoritas menjadi salah satu sumber pengetahuan, karena kelompoknya memiliki
pengetahuan melalui seseorang yang mempunya kewibawaan dalam pengetahuannya.
Pengetahuan yang diperoleh melalui oteritas ini biasanya tanpa diuji lagi karena orang yang telah
menyampaikannya mempunyai kewibawaan tertentu. Jadi, kesimpulannya adalah bahwa
pengetahuan karena adanya otoritas terjadi melalui wibawa seseorang sehingga orang lain
mempunyai pengetahuan.

D. Intuisi (Intuition)

Intuisi adalah suatu kemampuan yang ada pada diri manusia melalui proses kejiwaan
tanpa suatu rangsangan atau stimulus mampu untuk membuat pernyataan berupa pengetahuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui intuisi tidak dapat dibuktikan seketika atau melalui
kenyataan karena pengetahuan ini muncul tanpa adanya pengetahuan lebih dahulu. Dengan
demikian, peran intuisi sebagai sumber pengetahuan adalah adanya kemampuan dalam diri
manusia yang dapat melahirkan pernyataan-pernyataan berupa pengetahuan. Selain mendapatkan

4
pengetahuan dari pengalaman indra, nalar (corak berpikir) yang terdapat dalam diri seseorang
adalah cara untuk mendapatkan pengetahuan yang baru yang dimana adanya upaya berpikir
untuk membedakan salah satu antara yang dua. Setelah nalar (corak berpikir) instuisi juga
berperan sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan dengan adanya kemampuan dalam diri
seseorang untuk melahirkan pernyatan-pernyataan berupa pengetahuan, pengetahuan yang
muncul dengan instuisi ini tidak dapat dibuktikan dengan seketika.

E. Wahyu (Revelation)

Wahyu adalah berita yang disampaikan oleh Tuhan kepada Nabi-Nya untuk kepentingan
umatnya. Kita mempunyai pengetahuan melalui wahyu, karena ada kepercayaan tentang sesuatu
yang disampaikan itu. Seseorang yang mempunyai pengetahuan melalui wahyu secara dogmatik
akan melaksanakan dengan baik. Wahyu dapat dikatakan sebagai salah satu sumber
pengetahuan, karena kita mengenal sesuatu dengan melalui kepercayaan kita.

F. Keyakinan (Faith)

Keyakinan adalah kemampuan yang ada pada diri manusia yang diperoleh melalui
kepercayaan. Sesungguhnya antara sumber pengetahuan berupa wahyu dan keyakinan ini sangat
sukar untuk dibedakan secara jelas, karena keduanya menetapkan bahwa alat lain yang
dipergunakannya adalah kepercayaan. Perbedaannya barangkali jika keyakinan terhadap wahyu
yang secara dogmatik diikutinya adalah peraturan yang berupa agama. Adapun keyakinan
melalui kemampuan kejiwaan manusia merupakan pematangan (maturation) dari kepercayaan.
Karena kepercayaan itu bersifat dinamik mampu menyesuaikan dengan keadaan yang sedang
terjadi. Sedangkan keyakinan itu sangat statik, kecuali ada bukti-bukti baru yang akurat dan
cocok buat kepercayaannya..

C. Istilah Lain Dari Epistimologi


1. Logika Material Istilah logika material sudah mengandaikan adanya ilmu pengetahuan
yang lain yang disebut logika formal. Sesungguhnya istilah logika material ini secara khusus
hanya terdapat pada kepustakaan kefilsafatan Belanda. Apabila logika formal menyangkut
dengan bentuk pemikiran maka logika material menyangkut isi pemikiran. Dengan perkataan
lain, apabila logika formal yang biasanya disebut logika, berusaha untuk menyelidiki dan
menetapkan bentuk pemikiran yang masuk akal, logika material berusaha untuk menetapkan
kebenaran dari suatu pemikiran ditinjau dari segi isinya. Dapatlah dikatakan bahwa logika formal
berhubungan dengan masalah kebenaran formal yang acap kali juga dinamakan keabsahan
(jalan) pemikiran. Adapun logika material berhubungan dengan kebenaran materil, yang kadang
kadang juga disebut kebenaran autentik atau autentisitas isi pemikiran.

2. Kriteriologia Istilah kriteriologia berasal dari kata kriterium yang berarti ukuran.
Dalam hal ini yang dimaksud adalah ukuran untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau
pengetahuan tertentu. Dengan demikian, kriteriologia merupakan suatu cabang filsafat yang

5
berusaha untuk menetapkan benar tidaknya suatu pikiran atau pengetahuan berdasarkan ukuran
tentang kebenaran.

3. Kritika Pengetahuan Istilah kritika pengetahuan sedikit banyak ada sangkut pautnya
dengan istilah kriteriologia. Yang dimaksud kritika di sini adalah sejenis usaha manusia untuk
menetapkan, apakah sesuatu pikiran atau pengetahuan manusia itu sudah benar atau tidak benar
dengan jalan meninjaunya secara sedalam-dalamnya. Jadi, secara singkat dapatlah dikatakan
bahwa kritika pengetahuan menunjuk kepada suatu ilmu pengetahuan yang berdasarkan tinjauan
secara mendalam berusaha menentukan benar tidaknya sesuatu pikiran atau pengetahuan
manusia. Kritika pengetahuan dengan kriteriologi mempunyai arti yang sama dan tujuan yang
sama yaitu, sama-sama untuk menetapkan benar atau tidak benarnya sesuatu pikiran atau
pengetahuan manusia. Yang membedakan antara keduanya ialah kriteriologi melihat
kebenarannya itu berdasarkan ukuran, sedangkan kritika pengetahuan adanya kegiatan yang
dimana kegiatannya itu meninjau, mengkaji, dan menelitinya dengan sedalam-dalamnya.

4. Gnoseologia Istilah gnoseologia berasal dari kata gnosis dan logos. Dalam hal ini
gnosis berarti pengetahuan yang bersifat keilahian, sedangkan logos berarti ilmu pengetahuan.
Dengan demikian, gnoseologia berarti suatu ilmu pengetahuan atau cabang filsafat yang
berusaha untuk memperoleh pengetahuan mengenai hakikat pengetahuan, khususnya mengenai
pengetahuan yang bersifat keilahian. Gnoseologia memiliki peranan sebagai gabungan dari suatu
ilmu yang memiliki tujuan untuk mencari dan memperoleh suatu hakikat pengetahuan, bisa juga
dikatakan sebagai upaya untuk menjawab pertanyaan yang berupa apa hakikat dari pengetahuan.
Mengkaji hakikat gnoseologia ini mempunyai tujuan yang khusus yaitu dari pengetahuan yang
bersifat keilahian.

5. Filsafat Pengetahuan Secara singkat dapat dikatakan bahwa filsafat pengetahuan


merupakan salah satu cabang filsafat yang mempersoalkan mengenai masalah hakikat
pengetahuan. Apabila kita berbicara mengenai filsafat pengetahuan maka yang dimaksud dalam
hal ini adalah suatu ilmu pengetahuan kefilsafatan yang secara khusus hendak memperoleh
pengetahuan tentang hakikat pengetahuan. Mengenai batasan epistemologi, seperti istilah-istilah
dalam filsafat, istilah ini pun tidak sedikit yang memberikan batasan dan setiap batasan hampir
mempunyai corak yang sedikit berlainan. J.A. Niels Mulder menuturkan, epistemologi adalah
cabang filsafat yang mempelajari soal tentang watak, batas-batas dan berlakunya dari ilmu
pengetahuan.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

6
Jadi, Epistemologi merupakan salah satu objek kajian dalam filsafat, dalam
pengembangannya menunjukkan bahwa epistemologi secara langsung berhubungan
secara radikal (mendalam) dengan diri dan kehidupan manusia. Pokok kajian
epistemologi akan sangat menonjol bila dikaitan dengan pembahasan mengenai hakekat
epistemologi itu sendiri. Kajian epistimologi ini bersumber dari beberapa hal yaitu
presepsi, ingatan, akal, intuisi dan otoritas. Serta penyctab timbulnya epistimologi adalah
pengalaman, dan pengamatan dari manusia itu sendiri.

B. Saran
Demikianlah uraian makalah yang dapat kami sampaikan. Penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat untuk kita semua, terutama agar dapat mengetahui dan
memahami makna aksiologi, komponen aksiologi, konsep nilai aksiologi, kegunaan
aksiologi. Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun kami terima dengan senang hati.

7
8
DAFTAR PUSTAKA
Erwin, Muhammad. 2013. Filsafat Hukum: Refleksi Kritis Terhadap Hukum. Jakarta: Rajawali
Pras

Surajiyo. 2005. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sumarto. 2017. Filsafat Ilmu. Jambi: Pustaka Ma’arif Press.

You might also like