You are on page 1of 65

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA

DENGAN HARGA DIRI REMAJA TUNARUNGU


DI SLB-B YAAT KLATEN

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:

DHEA AMALIA WIBOWO


201510201153

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA
DENGAN HARGA DIRI REMAJA TUNARUNGU
DI SLB-B YAAT KLATEN

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:

DHEA AMALIA WIBOWO


201510201153

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018

i
PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Untuk Menyusun Skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta

Disusun oleh:

DHEA AMALIA WIBOWO


201510201153

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH

ii
YOGYAKARTA
2018

HALAMAN PERSETUJUAN

Hubungan Antara Dukungan Keluarga

Dengan Harga Diri Remaja Tunarungu

Di SLB-B Yaat Klaten

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun oleh:

Dhea Amalia Wibowo

201510201153

Telah Memenuhi Persyaratan dan disetujui Untuk Mengikuti Ujian Proposal

Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan

di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

oleh :

Pembimbing : ………………………………

Tanggal : ………………………………

Tanda tangan : ………………………………

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan proposal ini
dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Harga Diri Remaja Tunarungu
di SLB-B YAAT Klaten” tepat pada waktunya.
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan penelitian dan penyusunan skripsi ini
tidak akan terlepaskan tanpa dukungan, bimbingan, penyediaan fasilitas dan bantuan
lainnya dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti ingin
menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya, kepada:
1. Warsiti S.Kp., M.kep., Sp.Mat. selaku Rektor Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
2. M. Ali Imron, S.Sos. M. Fis selaku dekan Fakultas Ilmu Kesehatan yang telah
memberikan dukungan dan motivasi dalam penyusunan proposal skripsi ini.
3. Ns. Suratini, M.Kep., Sp.Kep.Kom. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberi
saran dan masukan dalam penyusunan proposal skripsi ini.
4. Ns. Prasitiwi Puji Rahayu.,M.Kep., Sp.KJ selaku pembimbing dan dosen
penguji proposal yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan
masukan, arahan, dan motivasi dalam proposal skripsi ini.
5. Sutedjo, M.Kep., Sp.KJ. selaku dosen penguji skripsi yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan masukan, arahan, dan motivasi dalam perbaikan
proposal skripsi ini.
6. Kepala SLB-B YAAT Klaten yang telah memberikan izin tempat, informasi
dan bantuannya dalam penyusunan proposal skripsi ini.
7. Keluarga tercinta yang telah memberikan semangat dalam penyusunan
proposal skripsi ini.
8. Teman-teman yang telah memberikan dukungan serta bantuan dalam
penyusunan proposa skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak.

Yogyakarta, 20 November 2018

Dhea Amalia Wibowo

iv
201510201153

v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN DEPAN.............................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................ iv
DAFTAR ISI........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL.................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 5
C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian........................................................................... 7
F. Keaslian Penelitian...................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis.......................................................................................... 11
B. Kerangka Konsep........................................................................................ 29
C. Hipotesis...................................................................................................... 30
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian................................................................................... 31
B. Variabel Penelitian....................................................................................... 31
C. Definisi Operasional Penelitian................................................................... 33
D. Populasi dan Sampel.................................................................................... 33
E. Etika Penelitian............................................................................................ 35
F. Alat dan Metode Pengumpulan Data.......................................................... 36
G. Metode Pengolahan dan Analisis Data........................................................ 40
H. Rencana Jalannya Penelitian........................................................................ 43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 44
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional .......................................................................... 33
Tabel 3.2 Instrumen Dukungan Keluarga ........................................................ 37
Tabel 3.3 Instrumen Harga Diri......................................................................... 38
Tabel 3.4 Pedoman untuk Interprestasi Koefisien Kolerasi............................... 43

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konsep................................................................................. 29

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Time Schedule


Lampiran 2 Surat Izin Studi Pendahuluan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Lampiran 3 Surat Permohonan menjadi Responden Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan menjadi Responden
Lampiran 5 Lembar Data Responden
Lampiran 6 Kuesioner Dukungan Keluarga
Lampiran 7 Kuesioner Harga Diri
Lampiran 8 Kartu Bimbingan Skripsi

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna

diantara sekian banyak ciptaanNya.Manusia mampu melakukan berbagai macam

kegiatan yang tidak bisa dilakukan oleh mahkluk Tuhan yang lainnya.

Walaupun sebenarnya banyak manusia yang terlahir tidak sempurna, baik fisik

maupun non fisik. Beberapa manusia yang terlahir tidak sempurna tersebut

adalah manusia yang mempunyai kemampuan yang berbeda dari pada manusia

pada umumnya.Mereka biasanya disebut disabilitas. Penyandang disabilitas

yaitu orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual atau sensorik

dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap

masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi

penuh dan efektif berdasarkan kesamaan hak (Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2011).

Populasi penyandang disabilitas di Indonesia menurut Survei Sosial

Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2012 adalah sebesar 2,45% dari jumlah

seluruh penduduk di Indonesia yaitu berjumlah 6.515.500 jiwa dengan jumah

penyandang tuna rungu sebanyak 36.956 jiwa. Provinsi Jawa Tengah

menduduki peringkat ke 6 dari 34 provinsi dalam presentase penyandang

disabilitas di Indonesia yaitu 3,19% dari seluruh penduduk di Jawa Tengah.

Peningkatan dan penurunan persentase penyandang disabilitas dipengaruhi

perubahan konsep dan definisi pada Susenas tahun (1998,2000,2003, 2006,2009)

yang masih menggunakan konsep kecacatan yaitu kelainan atau kerusakan

anggota tubuh dan sebagainya yang menyebab keadaan menjadi kurang

1
2

sempurna dan abnormal,sedangkan Susenas (2012) telah memasukkan konsep

disabilitas yaitu ketidakmampuan melaksanakan suatu aktivitas dan kegiatan

sebagaimana orang normal. Dengan perubahan konsep tersebut membuat

peningkatan prevalensi penyandang disabilitas di Indonesia (Buletin Disabilitas

Kemenkes, 2014).

Sejak adanya perubahan data disabilitas dari indikator kesehatan menjadi

indikator kesejahteraan sosial, persoalan disabilitas menjadi masalah sektor

sosial. Menurut UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial dan

Keputusan Menteri Sosial No.82/HUK/2005 tentang tugas dan tata kerja

Departemen Sosial menyatakan bahwa focal point dalam penanganan

permasalahan penyandang disabilitas di Indonesia adalah Kementerian Sosial

RI. Tugas Kemensos adalah memberikan bimbingan, pelayanan dan rehabilitasi

sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif, promotif, dalam bentuk bimbingan

pengetahuan dasar pendidikan, fisik, mental sosial, pelatihan keterampilan,

resosialisasi, bimbingan lanjut bagi penyandang disabilitas agar mampu mandiri

berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan

standar pelayanan, pemberian informasi dan rujukan. (Pusat Kajian

Disabilitas,2010). Salah satu keterbatasan dalam aspek fisik ialah kelainan pada

indera pendengaran atau yang lebih dikenal dengan tunarungu (Efendi,2009).

Tunarungu merupakan terganggunya pendengaran seseorang

menyebabkan terbatasnya penguasaan bahasa. Remaja tunarungu dilihat secara

perkembangan memiliki perkembangan seperti remaja normal,khususnya dalam

perkembangan fisik dan perkembangan inteligensi,namun remaja tuna rungu

memiliki keterbatasan dalam dalam komunikasi secara verbal. Bila dilihat dari

segi penyesuaian diri, remaja tunarungu mengalami banyak masalah. Remaja


3

tunarungu cenderung kaku, egosentris, kurang kreatif, impulsif, dan kurang

berempati (Mangunsong, 2007). Hal ini dapat menghambat kesempatan untuk

berkomunikasi dengan lingkungan sosial. Akibat yang muncul penderita

tunarungu sering menampakkan sikap-sikap asosial, bermusuhan, atau menarik

diri dari lingkungannya. Keadaan ini semakin tidak menguntungkan ketika

beban ditambah sikap lingkungan dan tekanan yang lain yang berasal dari luar

diri (teman sebaya, keluarga, masyarakat sekitar) yang berupa cemooh, ejekan

dan bentuk penolakan lain yang sejenis dan berdampak negatif seperti perasaan

kurang percaya diri, menjadi rendah diri, merasa minder, dan timbulnya perasaan

tidak berguna (Mohammad, 2006).

Masyarakat menganggap bahwa penyandang cacat sebagai suatu obyek

yang patut diberikan belas kasihan. Masyarakat di surakarta mempunyai

organisasi khusus penyandang tunarungu yaitu GERKATIN (Gerakan untuk

Kesejahteraan Tunarungu Indonesia),organisasi tersebut sebagai wadah

berkumpulnya tunarungu dan dibentuk untuk memperjuangkan hak-hak

penyandang tunarungu selaku warga negara Indonesia.Walaupun organisasi

Gerkatin dikelola oleh penyandang tuna rungu tetapi masyarakat juga membantu

sebagai relawan (http://gerkatinsolo.or.id, diperoleh tanggal 25 september 2018).

Selain itu remaja tunarungu juga sangat membutuhkan dukungan dari kelurga,

individu yang merasa bahwa dirinya mendapat dukungan keluarganya tidak akan

merasa kecil hati dan pesimis. Individu tidak merasa akan kehilangan fungsinya

selama ini karena tahu bahwa dirinya mendapat dukungan dari orang-orang yang

ada di sekitarnya (Ruwaida dkk, 2006)

Dukungan keluarga adalah nasehat, sikap, tindakan dan peneriman

keluarga terhadap anggota keluarga. Dukungan keluarga berperan penting dalam


4

memelihara keadaan psikologis seseorang yang megalami tekanan dalam

kehidupaannya terutama pada remaja tunarungu. Melalui dukungan keluarga,

kesejahteraan psikologis akan meningkat dengan adanya perhatian dan

pengertian sehingga akan menimbulkan perasaan memiliki, meningkatkan harga

diri serta memiliki perasaan positif terhadap diri individu. Dukungan keluarga

mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota

keluarga sebagai sesuatu yang dapat dilakukan untuk keluarga. Dukungan

keluarga tersebut berbentuk dukungan emosional yang mencangkup empati dan

kepedulian terhadap keluarga, dukungan penghargaan dengan memberikan

penghargaan yang positif terhadap anak tunarungu sehingga akan merasa lebih

percaya diri, dukungan instrumental dengan memberikan bantuan secara

langsung dan dukungan informasi seperti memberikan nasehat untuk kebaikan

anaknya (Friedman,2010).

Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 5 November 2018

didapatkan data jumlah remaja yang menyandang tunarungu sebesar 30 siswa.

Hasil wawancara dengan lima siswa SLB-B YAAT dengan dibantu oleh guru ,3

dari 5 siswa tersebut mengatakan bahwa kurang mendapatkan dukungan dari

keluarga berupa terkadang tidak dilibatkan secara penuh saat pengambilan

keputusan dalam keluarga dan sering dibeda-bedakan dengan saudara

kandungnya yang normal. Hal tersebut sering membuat mereka minder dan

sungkan untuk berinteraksi dengan orang lain karena merasa dirinya

berbeda.Dukungan dari orang terdekat sangatlah penting bagi motivasi hidup

mereka.Masalah tersebut dijadikan dasar penulis untuk meneliti hubungan antara

dukungan keluarga dengan harga diri remaja tunarungu di SLB- B YAAT Klaten.

B. Rumusan Masalah
5

Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah

adakah hubungan dukungan keluarga dengan harga diri remaja tunarungu di

SLB-B YAAT Klaten?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga dengan harga

diri pada remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui dukungan keluarga pada remaja remaja tunarungu

di SLB-B YAAT Klaten.

b. Untuk mengetahui harga diri pada remaja tunarungu di SLB-B YAAT

Klaten.

c. Untuk mengetahui arah hubungan antara dukungan keluarga dengan

harga diri remaja tunarungu SLB-B YAAT Klaten.

d. Untuk mengetahui keeratan antara dukungan keluarga dengan harga

diri remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan terutama Kepererawatan Jiwa khususnya

mengenai hubungan antara dukungan keluarga dengan harga diri remaja

disabilitas dan dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan terutama


6

dalam memberikan edukasi kepada masyarakat khususnya keluarga tentang

perlunya dukungan keluarga pada remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Keluarga

Memberikan masukan tentang pentingnya dukungan keluarga

pada remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten dengan cara keluarga

memberikan rasa empati dan kasih sayang yang tinggi pada remaja

tunarungu.

b. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa penyandang

tunarungu memiliki kesamaan hak dan perlakuan seperti layaknya orang

normal.

c. Bagi SLB-B YAAT Klaten

Sebagai masukan kepada pendidik di SLB-B YAAT Klaten

untuk meningkatkan harga diri remaja tunarungu dengan cara

memberikan dorongan agar remaja tunarungu lebih merasa dihargai dan

diperhatikan.

d. Bagi PSIK Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Menambah pengetahuan tentang dukungan keluarga dan harga

diri serta dapat menjadi lahan praktik bagi institusi pendidikan khususnya

dukungan keluarga dengan harga diri remaja tunarungu

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai data dasar dalam melakukan penelitian selanjutnya

supaya dapat mengembangkan penelitian yang berkaitan dengan harga

diri remaja dengan berkebutuhan khusus dengan variabel yang lain


7

sehingga memperkaya pengembangan konsep harga diri pada remaja

tunarungu.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Lingkup materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

keperawatan jiwa, khususnya masalah gangguan konsep diri. Harga diri

termasuk dalam masalah gangguan konsep diri. Tingkat kesehatan jiwa

pada remaja tunarungu dianggap kurang penting bagi keluarga yang

memiliki remaja dengan tunarungu. Maka dari itu teori yang digunakan

dalam penelitian ini adalah lingkup materi keperawatan jiwa.

2. Lingkup Responden

Lingkup responden adalah usia remaja yang berumur 12-21

tahun di SLB-B YAAT Klaten yang berjumlah 32 orang. Peneliti

mengambi subjek remaja karena pada masa remaja merupakan masa

yang sangat rentan terhadap pembentukan diri.

3. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di SLB-B YAAT Klaten karena

berdasarkan hasil studi pendahuluan di Dinas Pendidikan Kabupaten

Klaten. Oleh karena itu untuk memperlancar proses penelitian dengan

responden yang tidak sulit dicari maka lingkup tempat pada penelitian ini

SLB-B YAAT Klaten.

4. Lingkup Waktu
8

Penelitian ini dilaksanakan dari Agustus 2018 dimulai dengan

studi pendahuluan sampai dengan laporan hasil penelitian.

F. Keaslian Penelitian

1. Ratna,(2009), “Hubungan Dukungan Orangtua dengan Kepercayaan Diri

Pada Remaja Tunarungu di SLB-B YPPALB Magelang”, Subyek

penelitian ini adalah remaja dengan tunarungu yang berada di SLB

YPPALB Magelang. Subyek penelitian ini adalah remaja dengan

tunarungu yang berada di SLB-B YPPALB Magelang yang berjumlah 25

orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan orangtua

dan harga kepercayaan diri. Penelitian ini merupakan penelitian non

eksperimental menggunakan metode kuantitatif desain deskriptif

korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil uji

spearman rank didapatkan ada hubungan antara dukungan orangtua

dengan kepercayaan diri pada remaja tunarungu di SLB-B YPPALB

Magelang. Persamaan dalam ini adalah penelitian non eksperimental

menggunakan metode kuantitatif desain deskriptif korelasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional, menggunakan responden

remaja tunarungu. Perbedaan penelitian yaitu menggunakan dukungan

orangtua sebagai variabel bebas sedangkan penelitian ini menggunakan

variabel dukungan keluarga. Varriabel terikatnya adalah kepercayaan diri

sedangkan penelitian ini adalah harga diri. Penelitian dilakukan di SLB-B

YPPALB Magelang sedangkan dilakukan di SLB YAAT Klaten.

2. Nurulia, (2015), “Hubungan Antara Dukungan Sosial Orangtua Dengan

Harga Diri Pada Remaja Tunarungu di SLB Santi Rama ”. Subyek


9

penelitian ini adalah remaja tunarungu tingkat SMA yang berusia 16-21

tahun di SLB Santi Rama yang berjumlah 30 orang.Pengumpulan data

menggunakan kuesioner dukungan sosial orang tua dan kuesioner harga

diri. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental menggunakan

metode kuantitatif desain deskriptif korelasional dengan menggunakan

pendekatan cross sectional. Hasil uji menggunakan rumus Pearson

Product Moment didapatkan ada hubungan antara dukungan sosial orang

tua dengan harga diri tunarungu. Persamaan dalam penelitian ini adalah

variabel yang diteliti harga diri, penelitian non eksperimental

menggunakan metode kuantitatif desain deskriptif korelasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan rumus Pearson

Product Moment. Perbedaan penelitian yaitu menggunakan dukungan

sosial orangtua sebagai variabel bebas sedangkan penelitian ini

menggunakan variabel dukungan keluarga. Responden menggunakan

klien remaja tunarungu tingkat SMA di SLB Santi Rama Jakarta

sedangkan penelitian ini remaja tunarungu mulai SD,SMP,SMA yang

berusia 12-21 tahun di SLB YAAT Klaten.

3. Florentina, (2017), “Hubungan Dukungan Sosial Dengan Harga Diri Pada

Remaja Penderita Tunadaksa di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Kota

Malang”. Subyek penelitian ini adalah remaja dengan tunadaksa yang

berada di Yayasan Bina Anak Cacat Kota Malang yang berjumlah 30

orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dukungan sosial dan

harga diri. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental

menggunakan metode kuantitatif desain deskriptif korelasional dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Hasil uji spearman rank


10

didapatkan ada hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pada

remaja tunadaksa di yayasan pembinaan anak cacat kota Malang.

Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel yang diteliti harga diri,

penelitian non eksperimental menggunakan metode kuantitatif desain

deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Perbedaan penelitian yaitu menggunakan dukungan sosial secara umum

sebagai variabel bebas sedangkan penelitian ini menggunakan variabel

dukungan keluarga. Responden menggunakan remaja tunadaksa yayasan

pembinaan anak cacat kota Malang sedangkan penelitian ini

menggunakan responden remaja tunarungu mulai di SLB YAAT Klaten.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Dukungan Keluarga

a. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang

bergabung karena ada hubungan darah, hubungan perkawinan atau

pengangkatan dan mereka hidup dalam rumah tangga, berinteraksi

satu sama lain dan didalam perannya masing-masing menciptakan dan

mempertahankan kebudayaan (Friedman, 2010).

Menurut Ali (2010), keluarga adalah dua atau lebih individu

yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan dan

adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan

lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu

budaya.

b. Tipe keluarga

Tipe keluarga yang dianut di Indonesia adalah tipe keluarga

tradisional, menurut Achjar (2010).

Tipe keluarga tradisional dikelompokkan menjadi :

1) Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari

suami, istri dan anak (anak kandung atau anak angkat)

2) Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah

dengan keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah.

Misal kakek, nenek, paman dan bibi

1
2

3) Keluarga dyad, yaitu keluarga yang terdiri dari suami dan istri tanpa

anak.

4) Single parent, yaitu keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan

anak kandung atau anak angkat

5) Keluarga usia lanjut, yaitu kelurga yang terdiri dari suami istri yang

berusia lanjut

c. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam

membantu individu menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada

dukungan, maka rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk

menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat (Tamher dan

Noorkasiani, 2009).

Menurut Friedman (2010), dukungan keluarga adalah proses

yang terjadi terus menerus disepanjang masa kehidupan manusia.

Dukungan keluarga berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam

berbagai hubungan sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu.

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan.

d. Bentuk Dukungan Keluarga

Keluarga memiliki berbagai bentuk dukungan

(Friedman,2010) yaitu :

1) Dukungan penghargaan
3

Dukungan ini meliputi pertolongan pada individu untuk

memahami kejadian depresi dengan baik,sumber depresi dan

strategi koping yang digunakan dalam menghadapi stressor.

Dukungan ini juga merupakan dukungan yang terjadi pada anak bila

ada ekspresi penilaian yang positif terhadap individu kepada

individu lain, penyemangat, persetujuan terhadap ide-ide atau

perasaan seseorang dan perbandingan positif seseorang dengan

orang lain.

2) Dukungan instrumental

Dukungan ini meliputi penyediaan dukungan hasmaniah

seperti : pelayanan, bantuan finansial dan material berupa bantuan

nyata (instrument support material support), suatu kondisi dimana

benda atau jasa akan membantu memecahkan masalah praktis,

termasuk didalamnya bantuan langsung, seperti saat seseorang

memberi atau meminjam uang, membantu pekerjaan sehari-hari,

menyampaikan pesan, menyediakan transportasi, menjaga dan

merawat saat sakit ataupun mengalami depresi yang dapat

membantu memecahkan masalah. Dukungan nyata paling efektif

bila dihargai oleh individu dan mengurangi depresi individu. Pada

dukungan nyata keluarga sebagai sumber untuk mencapai tujuan

praktis dan tujuan nyata.

3) Dukungan informasional

Jenis dukungan ini meliputi jaringan komunikasi dan

tanggung jawab bersama, termasuk di dalamnya memberikan solusi

dari masalah, memberikan nasehat, pengarahan, saran atau umpan


4

balik tentang apa yang dilakukan oleh seseorang. Keluarga dapat

menyediakan informasi dengan menyarankan tentang dokter, terapi

yang baik bagi dirinya dan tindakan spesifik bagi individu untuk

melawan stresor. Individu yang mengalami depresi dapat keluar dari

masalahnya dan memecahkan masalahnya dengan dukungan dari

keluarga dengan menyediakan feed back .Pada dukungan informasi

ini keluarga sebagai penghimpun informasi dan pemberi informasi.

4) Dukungan emosional

Selama depresi berlangsung, individu sering menderita

secara emosional, sedih, cemas dan kehilangan harga diri. Jika

depresi mengurangi perasaan seseorang akan hal yang dimiliki dan

dicintai. Dukungan emosional memberikan individu perasaan

nyaman, merasa dicintai saat mengalami depresi, bantuan dalam

bentuk semangat, empati, rasa percaya, perhatian sehingga individu

yang menerimanya merasa berharga. Pada dukungan emosional ini

keluarga menyediakan tempat istirahat dan memberikan semangat

e. Faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga

Menurut Purnawan (2008) faktor yang mempengaruhi

dukungan keluarga antara lain :

1) Faktor internal

a) Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang tentang adanya dukungan keluarga

yang terdiri dari pendidikan, pengetahuan dan pengalaman

masalalu. Seseorang akan mendapat dukungan keluarga


5

untuk menjaga kesehatannya sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya.

b) Emosional

Emosi merupakan respon stress yang dapat mempengaruhi

keyakinan seseorang terhadap dukungan keluarga. Emosi

akan mempengaruhi koping seseorang, sehingga seseorang

yang mempunyai koping maladaptive maka merasa dirinya

tidak mempunyai dukungan keluarga.

c) Spiritual

Nilai dan keyakinan yang dilaksanakan oleh keluarga yang

berpengaruh terhadap dukungan keluarga. Semakin tinggi

nilai spiritual yang dimiliki semakin besar dukungan keluarga

yang diberikan.

2) Faktor eksternal

a) Sosial ekonomi

Meningkatkan risiko terjadinya penyakit karena bergantung

pada tingkat pendapatan keluarga. Seseorang yang tingkat

sosialnya tinggi akan segera merespon penyakitnya serta

keluarga yang sangat memperdulikannya.

b) Budaya

Nilai dan kabiasaan individu dalam memberikan dukungan

keluarga kepada penderita. Seseorang yang mempunyai

kebiasaan pergi ke pelayanan kesehatan akan selalu

dilakukan oleh anggota keluarga yang lain.


6

2. Harga Diri

a. Pengertian

Harga diri adalah penilaian pribadi seseorang yang diperoleh

melalui analisis apakah kinerjanya sesuai dengan standar dan juga

membandingkan dengan orang lain (Stuart,2016). Menurut

Sulistyowati dan Warsito (2010) harga diri merupakan kebutuhan yang

harus dipenuhi demi memperoleh keberhasilan hidup dalam

masyarakat, sekolah dan keluarga.

Harga diri dibentuk sejak kecil dari adanya perhatian dan

penerimaan dan akan meningkat sesuai dengan usia. Biasanya harga

diri rentan terganggu pada usia remaja dan lansia. Seseorang akan

merasa berhasil atau hidupnya bermakna apabila diterima dan diakui

orang lain. Individu yang berhasil dalam mencapai cita-citanya akan

menumbuhkan perasaan harga diri yang tinggi atau sebaliknya

(Muhith,2015).

b. Pembagian harga diri

1) Harga diri tinggi

Harga diri tinggi adalah perasaan penerimaan diri pribadi

seseorang, berdasarkan seberapa baik perilakunya cocok dengan

ideal diri (Stuart,2016). Branden (dalam Siti, 2017) menyatakan

karakteristik individu dengan harga diri tinggi antara lain :

a) Mampu menanggulangi kesengsaraan dan kemalangan hidup,

lebih tabah dan ulet, lebih mampu melawan satu kekalahan,

kegagalan dan keputusasaan.

b) Cenderung lebih berambisi


7

c) Memiliki kemungkinan untuk lebih kreatif dalam pekerjaan

dan sebagai sarana untuk menjadi lebih berhasil.

d) Memiliki kemungkinan lebih besar dalam membina

hubungan interpersonal dan tampak lebih gembira dalam

menghadapi realitas.

2) Harga diri rendah

Harga diri rendah yaitu perasaan negatif terhadap diri sendiri

termasuk kehilangan rasa percaya diri, tidak berdaya dan pesimis.

Menurut Stuart (2016) karakteristik individu dengan harga diri

rendah antara lain :

a) Mengkritik diri : individu memiliki pikiran negatif dan

mempercayai bahwa mereka ditakdirkan untuk gagal.

Individu menggambarkan diri mereka sebagai seseorang yang

bodoh, tidak baik atau terlahir sebagai pecundang.

b) Pengecilan diri : individu meminimalkan kemampuan diri

dengan menghindari, mengabaikan atau menolak untuk

mengakui aset kekuatannya yang nyata.

c) Rasa bersalah dan khawarir : individu menghukum dirinya

sendiri dan dapat terjadi melalui mimpi buruk, fobia, obsesi

atau menghidupkan kembali kenangan yang menyakitkan dan

kecerobohannya.

d) Menifestasi klinis : dapat ditujukan dengan adanya hipertensi,

penyakit psikosomatis dan penyalahgunaan NAPZA.

e) Menyangka kesenangan diri : Seseorang yang menolak diri

merasa perlu untuk menghukum dirinya sendiri dan


8

mengungkapkan hal ini dengan menolak keinginan dan

kesenangan yang mereka temukan dalam dirinya.

f) Hubungan yang terganggu : individu mungkin akan

bertindak kejam, merendahkan atau mengekploitasi orang

lain.

g) Menarik diri dari realitas : penarikan diri dari realitas

merupakan mekanisme koping sementara atau jangka

panjang yang menunjukan masalah yang mendalam dari

kebingungan identitas.

h) Merusak diri : kebencian pada diri sendiri dapat diungkapkan

melalui hasil kerentanan kecelakaan atau mencoba sesuatu

yang berbahaya. Harga diri yang sangat rendah dapat

menyebabkan seseorang bunuh diri.

c. Faktor yang mempengaruhi harga diri

Menurut Stuart dan Sundden (2013). Faktor faktor yang

mempengaruhi harga diri meliputi:

1) Pengalaman yaitu suatu bentuk emosi, perasaan, tindakan dan

kejadian yang pernah dialami individu yang dirasakan bermakna

dan meninggalkan kesan dalam hidup individu.

2) Pola asuh yaitu sikap orang tua dalam berinteraksi dengan anak-

anaknya yang meliputi cara orang tua memberikan aturan-aturan,

hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan

otoritasnya, dan cara orang tua memberikan perhatiannya.

3) Lingkungan, menjadi dampak besar kepada remaja melalui

hubungan yang baik antar remaja, dengan orang tua, teman


9

sebaya, dan lingkungun sekitar sehingga menumbuhkan rasa

aman dan nyaman dalam penerimaan sosial dan harga dirinya.

4) Sosial ekonomi yaitu suatu yang mendasari perbuatan seseorang

untuk memenuhi dorongan sosial yang memerlukan dorongan

finansial yang berpengaruh pada hidup sehari-hari.

5) Harapan orang tua yang tidak realistik.

6) Ketergantungan terhadap orang lain

3. Remaja Tunarungu

a. Pengertian Remaja Tunarungu

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya

sampai saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa

remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan

dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap

tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi,

tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah

pada masa remaja (Hurlock, 2011).

Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa

remaja awal (12-14 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja

tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).

Tunarungu dapat diartikan sebagai suatu keadaan kehilangan

pendengaran yang mengakibatkan individu tidak dapat menangkap

berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.


10

Individu yang tunarungu adalah individu yang tidak atau kurang

mampu mendengar suara (Dwijisumarto dalam Somantri, 2007:93).

Mengacu pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan

remaja tunarungu yaitu individu yang berada pada masa transisi

yang berusia antara 12 tahun sampai dengan usia 21 tahun yang

mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang

mengakibatkan individu tersebut tidak dapat menangkap berbagai

rangsangan terutama melalui indera pendengarannya.

b. Karakteristik remaja tunarungu

Karakteristik anak tunarungu dari segi fisik tidak memiliki

karakteristik yang khas, karena secara fisik anak tunarungu tidak

mengalami gangguan yang terlihat. Sebagai dampak

ketunarunguannya, anak tunarungu memiliki karakteristik yang khas

dari segi yang berbeda. Permanarian Somad dalam Ratna(2009)

mendeskripsikan karakteristik ketunarunguan dilihat dari segi:

intelegensi, bahasa dan bicara, emosi, dan sosial.

1) Karakteristik dari segi intelegensi

Intelegensi anak tunarungu tidak berbeda dengan anak normal

yaitu tinggi, rata-rata dan rendah. Pada umumnya anak tunarungu

memiliki entelegensi normal dan rata-rata. Prestasi anak

tunarungu seringkali lebih rendah daripada prestasi anak normal

karena dipengaruhi oleh kemampuan anak tunarungu dalam

mengerti pelajaran yang diverbalkan. Namun untuk pelajaran

yang tidak diverbalkan, anak tunarungu memiliki perkembangan

yang sama cepatnya dengan anak normal. Prestasi anak tunarungu


11

yang rendah bukan disebabkan karena intelegensinya rendah

namun karena anak tunarungu tidak dapat memaksimalkan

intelegensi yang dimiliki. Aspek intelegensi yang bersumber pada

verbal seringkali rendah, namun aspek intelegensi yang

bersumber pada penglihatan dan motorik akan berkembang

dengan cepat.

2) Karakteristik dari segi bahasa dan bicara

Kemampuan anak tunarungu dalam berbahasa dan berbicara

berbeda dengan anak normal pada umumnya karena kemampuan

tersebut sangat erat kaitannya dengan kemampuan mendengar.

Karena anak tunarungu tidak bisa mendengar bahasa, maka anak

tunarungu mengalami hambatan dalam berkomunikasi. Bahasa

merupakan alat dan sarana utama seseorang dalam

berkomunikasi. Alat komunikasi terdiri dan membaca, menulis

dan berbicara, sehingga anak tunarungu akan tertinggal dalam

tiga aspek penting ini. Anak tunarungu memerlukan penanganan

khusus dan lingkungan berbahasa intensif yang dapat

meningkatkan kemampuan berbahasanya. Kemampuan berbicara

anak tunarungu juga dipengaruhi oleh kemampuan berbahasa

yang dimiliki oleh anak tunarungu. Kemampuan berbicara pada

anak tunarungu akan berkembang dengan sendirinya namun

memerlukan upaya terus menerus serta latihan dan bimbingan

secara profesional. Dengan cara yang demikianpun banyak dari

mereka yang belum bisa berbicara seperti anak normal baik suara,
12

irama dan tekanan suara terdengar monoton berbeda dengan anak

normal

3) Karakteristik dari segi emosi dan sosial

Ketunarunguan dapat menyebabkan keterasingan dengan

lingkungan. Keterasingan tersebut akan menimbulkan beberapa

efek negatif seperti: egosentrisme yang melebihi anak normal,

mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas,

ketergantungan terhadap orang lain, perhatian mereka lebih sukar

dialihkan, umumnya memiliki sifat yang polos dan tanpa banyak

masalah, dan lebih mudah marah dan cepat tersinggung.

a) Egosentrisme yang melebihi anak normal

Sifat ini disebabkan oleh anak tunarungu memiliki dunia

yang kecil akibat interaksi dengan lingkungan sekitar yang

sempit. Karena mengalami gangguan dalam pendengaran,

anak tunarungu hanya melihat dunia sekitar dengan

penglihatan. Penglihatan hanya melihat apa yang di depannya

saja, sedangkan pendengaran dapat mendengar sekeliling

lingkungan. Karena anak tunarungu mempelajari sekitarnya

dengan menggunakan penglihatannya, maka aka timbul sifat

ingin tahu yang besar, seolah-olah mereka haus untuk

melihat, dan hal itu semakin membesarkan egosentrismenya.

b) Mempunyai perasaan takut akan lingkungan yang lebih luas

Perasaan takut yang menghinggapi anak tunarungu seringkali

disebabkan oleh kurangnya penguasaan terhadap lingkungan

yang berhubungan dengan kemampuan berbahasanya yang


13

rendah. Keadaan menjadi tidak jelas karena anak tunarungu

tidak mampu menyatukan dan menguasai situasi yang baik.

c) Ketergantungan terhadap orang lain

Sikap ketergantungan terhadap orang lain atau terhadap apa

yang sudah dikenalnya dengan baik, merupakan gambaran

bahwa mereka sudah putus asa dan selalu mencari bantuan

serta bersandar pada orang lain.

d) Perhatian mereka lebih sukar dialihkan

Sempitnya kemampuan berbahasa pada anak tunarungu

menyebabkan sempitnya alam fikirannya. Alam fikirannya

selamanya terpaku pada hal-hal yang konkret. Jika sudah

berkonsentrasi kepada suatu hal, maka anak tunarungu akan

sulit dialihkan perhatiannya ke hal-hal lain yang belum

dimengerti atau belum dialaminya. Anak tunarungu lebih

miskin akan fantasi.

e) Umumnya memiliki sifat yang polos, sederhana dan tanpa

banyak masalah.

Anak tunarungu tidak bisa mengekspresikan perasaannya

dengan baik. Anak tunarungu akan jujur dan apa adanya

dalam mengungkapkan perasaannya. Perasaan anak

tunarungu biasanya dalam keadaan ekstrim tanpa banyak

nuansa.

f) Lebih mudah marah dan cepat tersinggung

Karena banyak merasakan kekecewaan akibat tidak bisa

dengan mudah mengekspresikan perasaannya, anak


14

tunarungu akan mengungkapkannya dengan kemarahan.

Semakin luas bahasa yang mereka miliki semakin mudah

mereka mengerti perkataan orang lain, namun semakin

sempit bahasa yang mereka miliki akan semakin sulit untuk

mengerti perkataan orang lain sehingga anak tunarungu

mengungkapkannya dengan kejengkelan dan kemarahan.

c. Faktor penyebab ketunarunguan

Faktor penyebab tunarungu sangat beragam. Menurut

Mangunsong (2007) mengelompokkan faktor penyebab tunarungu

yaitu masalah kromosom yang diturunkan, malformasi congenital,

infeksi kronis, tulang tengkorak yang retak, mendengar suara yang

keras, penyakit virus seperti rubella pada saat kehamilan ibu, sifilis

congenital.

Sedangkan Cartwright dan Cartwright (dalam Mangunsong,

2007) membagi penyebab ketunarunguan menjadi dua bagian besar

yaitu:

1) Penyebab kehilangan yang bersifat peripheral yang bersifat

yaitu:

a) Konduktif yaitu yang disebabkan karena adanya kotoran di

telinga, infeksi pada saluran telinga, gendang telinga yang

rusak, adanya benda asing di saluran telinga dan otitis

media.

b) Sensorineural yaitu yang disebabkan oleh meningitis,

infeksi, obat-obatan, bisul, luka di kepala, suara keras,

keturunan, infeksi virus, penyakit sistemik,campak, trauma


15

akustik, gangguan vascular serta penyebab lain yang tidak

diketahui.

2) Disfungsi saraf pendengaran pusat.

Somantri (2007) membagi penyebab ketunarunguan ke dalam

beberapa faktor yaitu:

a) Pada saat sebelum dilahirkan

1) Salah satu atau kedua orang tua anak menderita

tunarungu atau mempunyai gen sel pembawa sifat

abnormal.

2) Karena penyakit, sewaktu ibu mengandung terserang

suatu penyakit yang diderita saat kehamilan tri

semester pertama yaitu pada saat pembentukan ruang

telinga. Penyakit itu yaitu rubella, moribili, dan lain-

lain.

3) Karena keracunan obat-obatan, pada suatu kehamilan

ibu meminum obatobatan terlalu banyak, pecandu

alkohol.

b) Pada saat kelahiran

1) Sewaktu melahirkan ibu mengalami kesulitan sehingga

persalinan dibantu dengan penyedotan

2) Prematuritas yakni bayi yang lahir sebelum

waktunya.

c) Pada saat setelah kelahiran (post natal)

1) Ketulian yang terjadi karena infeksi

2) Pemakaian obat-obatan ototoksi pada anak-anak


16

3) Karena kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan alat

pendengaran bagian dalam, misalnya :jatuh.

d. Klasifikasi tunarungu

Klasifikasi tunarungu menurut tarafnya dapat diketahui

dengan menggunakan tes audiometris. Dwijosumarto (dalam

Somantri, 2007) mengklasifikasikan tunarungu menjadi tiga tingkat

yaitu:

1) Tingkat I, yaitu kehilangan kemampuan untuk mendengar antara

35 sampai dengan 45 dB. Penderita hanya memerlukan latihan

berbicara dan bantuan mendengar secara khusus.

2) Tingkat II, yaitu kehilangan kemampuan mendengar antara 55

sampai 69 dB. Penderita kadang-kadang memerlukan penempatan

sekolah secara khusus, dalam kebiasaan sehari-hari memerlukan

latihan berbicara dan bantuan latihan berbahasa secara khusus.

3) Tingkat III, yaitu kehilangan kemampuan mendengar antara

70-89 dB.

4) Tingkat IV, yaitu kehilangan kemampuan mendengar 90 dB ke

atas.

Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penderita dari

tingkat I dan II dikatakan mengalami ketulian. Dalam sehari-hari

individu latihan berbicara, mendengar berbahasa, dan memerlukan

pendidikan secara khusus. Namun pada individu yang kehilangan

kemampuan mendengar dari tingkat III dan IV pada hakekatnya

memerlukan pelayanan pendidikan khusus karena penderita


17

tunarungu dengan tingkat III dan IV ini tidak dapat berbicara dan

berkomunikasi dengan individu lain.

4. Tinjauan Islami

a. Dukungan Keluarga

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,

sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain.

Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang

mungkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan mereka taat pada

Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah,

sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (Q.s

Tawbah 9 : 71)

Ayat ini menerangkan bahwa orang mukmin, baik pria maupun

wanita apalagi keluarga saling menjadi pembela diantara mereka.

Selaku mukmin ia membela mukmin yang lainnya karena hubungan

seagama apalagi jika mukmin itu saudaranya karena hubungan darah.

b. Harga Diri
18

Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula)

kamu bersedih hati. Padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi

(derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman” (Qs. Ali Imran :

139)

Ayat ini menerangkan bahwa dalam islam menganjurkan pada

umatnya agar tidak merasa rendah diri dari orang lain, tetapi juga

tidak boleh merasa lebih tinggi dari orang lain. Kalupun sepanjang

hidup kita di dunia selalu dalam kesulitan dan kesempitan, kita tetap

berpikir positif bahwa kelimpahan dan kenikmatan akan Allah

berikan kepada kita di Akhirat.

c. Tunarungu

Artinya : “ Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu,

dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan

buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang

yang sabar (Qs. Al Baqarah 2 : 155)

Ayat ini menerangkan bahwa Allah memberikan cobaan kepada

setiap hambanya yang bersabar dalam menghadapi kesulitan dan

Allah akan memberikan kenikmatan bagi orang-orang yang bersabar

dalam menghadapi cobaan yang diberikan.


19

B. Kerangka konsep
a. Dampak positif :
Harga Diri : b. 1.Tabah dan ulet
Dukungan
Keluarga : c. 2. Lebih berambisi
1. Dihormati
d. 3. Lebih kreatif dan
2. Diterima
1. Dukungan berprestasi
3. Kompeten
Penghargaan e. 4. Hubungan
4. Berharga
2. Dukungan interpersonal baik
Intrumental Jenis disabilitas : dan lebih gembira
3. Dukungan menghadapi realitas.
Informasiona Tunarungu
h. Dampak negatif :
l i. 1. Mengkritik diri
j. 2. Pengecilan Diri
Faktor yang k. 3. Rasa bersalah dan
mempengaruhi khawatir
dukungan keluarga : l. 4. Terjadinya
t. 1. Pendidikan dan penyakit
tingkat pengetahuan psikosomatis
u. 2. Emosional m. 5. Menyangka
v. 3. Spiritual kesenangan diri
w. 4. Sosial ekonomi n. 6. Hubungan yang
x. 5.Budaya terganggu.
o. 7. Menarik diri

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Dukungan Keluarga dengan Harga Diri

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambaran kerangka konsep menjelaskan bahwa :

Dukungan Keluarga mencakup dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informasional dan dukungan emosional. Dukungan

keluarga dapat dipengaruhi oleh pengalaman, pola asuh, lingkungan, sosial

ekonomi, harapan orang tua tidak realistik dan ketergantungan dengan orang
20

lain. Harga diri mencakup perasaan menjadi dihormati, diterima, kompeten dan

berharga tidak terkecuali pada remaja dengan tunarungu. Apabila remaja

dengan tunarungu mendapat dukungan keluarga maka dampak positifnya

adalah tabah dan ulet, lebih berambisi, lebih kreatif dan berprestasi, hubungan

interpersonal yang baik dan lebih gembira menghadapi realitas. Apabila remaja

kurang mendapat dukungan keluarga maka maka dampaknya mengkritik diri,

pengecilan diri, rasa bersalah dan khawatir, terjadi penyakit psikosomatis,

menyangka kesenangan diri, hubungan yang terganggu, menarik diri dan

merusak diri.

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah terdapat hubungan antara dukungan

keluarga dengan harga diri remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian non ekperimental, yaitu penelitian

yang menggunakan teknik observasi secara langsung dengan menggambil

sampel dari suatu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai

pengumpulan data (Notoatmodjo,2010). Rancangan penelitian ini adalah dengan

metode deskriptif kolerasi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

dua variabel, dalam hal ini adalah dukungan keluarga dengan harga diri pada

remaja tunarungu. Pendekatan waktu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah cross sectional (pendekatan potong silang), yaitu metode pengambilan

data dilakukan sekaligus pada waktu yang bersamaan (Arikunto,2010).

B. Variabel Penelitian

1. Variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai yang didapat dari orang, objek

atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu dan sekurang-kurangnya

mempunyai dua klasifikasi yang diambil dari suatu nilai yang berbeda

(different vallues), ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik

kesimpulannya. Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai

variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat

diteliti secara empiris atau ditentukan tingkatannya (Setiadi, 2013).

a. Variabel bebas (independent) adalah variabel yang mempengaruhi atau

yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat

(dependent). Variabel bebas pada penelitian ini adalah dukungan keluarga

1
2

terdiri dari : (1) Dukungan penghargaan, (2) Dukungan intrumental, (3)

Dukungan informasi, (4) Dukungan emosional

b. Variabel terikat (dependent) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2014). Variabel

terikat dalam penelitian ini yaitu harga diri.

c. Variabel pengganggu adalah variabel yang mempengaruhi hubungan

antara variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2014). Adapun

variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:

1) Pendidikan dan tingkat pengetahuan

Setiap keluarga mempunyai pendidikan dan tingkat pengetahuan

yang berbeda-beda. Maka pendidikan dan tingkat pengetahuan tidak

dikendalikan.

2) Emosional

Setiap individu dalam keluarga memiliki emosional yang berbeda-

beda. Maka emosional tidak dikendalikan.

3) Spiritual

Setiap keluarga memiliki nilai dan keyakinan yang berbeda-beda.

Maka spiritual tidak dikendalikan

4) Sosial Ekonomi

Setiap keluarga memiliki tingkat sosial ekonomi yang berbeda satu

sama lain. Maka sosial ekonomi tidak dikendalikan.

5) Budaya

Setiap keluarga memiliki nilai dan kebiasaan yang berbeda-beda.

Maka budaya tidak dikendalikan.


3

C. Definisi Operasional Penelitian

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur Skala

Operasional Data

1 Dukungan Dukungan Kuesioner Tinggi= 76%- Ordinal


Keluarga keluarga yaitu Dukungan 100%
bantuan atau Keluarga Sedang= 56%-
dukungan yang 75%
diterima berupa Rendah= <56%
dukungan
emosional,
dukungan
informasi,
dukungan
instrumental serta
dukungan
penilaian yang
diberikan oleh
keluarga (orang
tua dan saudara
kandung).

2 Harga Diri Harga diri Kuesioner Tinggi= 76%- Ordinal


nilai/perasaan Harga Diri 100%
yang dirasakan Sedang= 56%-
remaja dengan 75%
tunarungu atas Rendah= <56%
dirinya sendiri
meliputi diterima,
disayangi,
berharga dan
kompeten.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi
4

Menurut Sugiyono (2014), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja

tunarungu yang berusia 12-21 tahun di SLB-B YAAT Klaten.

2. Sampel

Sampel merupakan sebagian jumlah dari populasi yang diambil dari

seluruh objek atau populasi yang diteliti (Notoadmodjo,2010). Pada

penelitian ini, teknik yang digunakan adalah total sampling. Total sampling

adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan

jumlah populasi (Sugiyono,2014). Alasan mengambil total sampling

karena menurut (Sugiyono,2014) jumlah populasi yang kurang dari 100

seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semua. Sampel yang diambil

dari penelitian ini adalah 32 orang.

Pada pengambilan sampel dalam penelitian ini mempunyai 2 kriteria,

yaitu:

a. Kriteria inklusi adalah persyaratan umum untuk diikutsertakan ke

dalam penelitian dan dinyatakan dengan jelas dan logis, kriteria

inklusinya antara lain :

1) Remaja tunarungu berusia 12-21 tahun

2) Dapat membaca dengan baik

3) Bersedia menjadi responden penelitian.

b. Kriteria ekslusi adalah keadaan yang menyebabkan subyek yang

memenuhi kriteria inklusi tidak dapat diikutsertakan dan dinyatakan


5

dengan jelas dan logis. Kriteria ekslusi dalam penelitian ini antara

lain:

Responden terpilih tidak memungkinkan menjadi responden

penelitian ini karena sakit,sedang berpergian.

E. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Menurut (Hidayat, 2007) masalah etika yang harus diperhatikan yaitu:

1. Persetujuan (Informed Consent)

Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden yang

diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, disertai judul penelitian,

manfaat penelitian dan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan

penelitian. Bila responden menolak peneliti tidak boleh memaksa dan tetap

menghormati hak-hak subyek penelitian.

2. Kemandirian (Autonomy)

Responden mengisi kuesioner yang digunakan untuk penelitian secara

sukarela, sehingga tidak ada unsur pemaksaan dari peneliti atau orang lain.

3. Kejujuran (Veracity)

Peneliti jujur dalam meneliti dan mengambil data dengan mengolah data

responden menjadi bermanfaat.

4. Keadilan (Justice)

Penelitian dalam penelitian ini tidak mencantumkan nama reponden. Murid

yang tidak mendapat lembar kuesioner akan dijelaskan oleh peneliti yang

dibantu oleh guru mengenai bagaimana cara pengambilan atau pembagian


6

lembar kuesioner dengan baik dan benar sehingga murid dapat mengerti

mengapa murid tidak mendapatkan lembar kuesioner.

5. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian. Hasil penelitian ini hanya

diketahui oleh peneliti, dosen pembimbing dan dosen penguji.

F. Alat dan Metode Pengumpulan Data

Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner. Kuesioner merupakan alat ukur berupa angket atau kuesioner dengan

beberapa pertanyaan. Alat ukur ini digunakan apabila responden jumlahnya

besar dan dapat membaca dengan baik yang dapat mengungkapkan hal-hal yang

bersifat rahasia. Pembuatan kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah

dibuat oleh peneliti terhadap penelitian yang akan dilakukan (Hidayat, 2009).

Pengisian kuesioner didampingi oleh peneliti untuk menjelaskan maksud

dan tujuan tiap item pertanyaan, pengukuran dan pengisian kuesioner.

Sedangkan kuesioner terdiri dari 2 macam yaitu :

1. Instrumen dukungan keluarga

Sumber dukungan keluarga diukur dengan mengadopsi kuesioner yang

disusun oleh Ary Purwanti (2013) yang dimodifikasi oleh peneliti dan

ditetapkan dengan skala ordinal, yaitu terdiri dari dukungan emosional,

dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan penghargaan

terdiri dari 12 pertanyaan.


7

Tabel 3.2 nomor kuesioner dukungan keluarga

Item Harga Nomor Pernyataan Jumlah


Diri Favourable Unfavourable
Dukungan 1 5 5
Emosional 2
3
4

Dukungan 6 - 2
Informasi 7

Dukungan 8 - 3
Instrumental 9
10

Dukungan 12 11 2
penghargaan
Jumlah 10 2 12

2. Instrumen harga diri

Kuesioner harga diri didapat dari mengadopsi penelitian yang

sebelumnya dari penelitian Lia Evi Riana (2011) dan dikembangkan

lagi oleh peneliti ditetapkan dalam skala ordinal. Kuesioner ini terdiri

dari 12 item pernyataan. Pada kuesioner ini terdapat dua sifat pernyataan

yaitu favourabe dan unfavourable. Pada item dengan sifat pernyataan

favourable, jawaban “Ya” memiliki niai 2, dan “Tidak” memiliki nilai 1.

Sebaliknya untuk pernyataan unfavourable jawaban “ Ya” memiliki nilai

1 dan “Tidak memiliki nilai 2.


8

Nomor kuesioner dan hasil validitas harga diri dapat dilihat di tabel

dibawah ini :

Tabel 3.3 nomor kuesioner harga diri

Item Harga Nomor Pernyataan Jumlah


Diri Favourable Unfavourable
Diterima 1 10 3
4
Dihormati 5 6 3
8
Berharga - 3 2
7
Kompeten 11 2 4
9
12
Jumlah 5 7 12

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang disusun tersebut mampu

mengukur apa yang hendak diukur, maka perlu uji validitas dan reabilitas,

Uji validitas dan reabilitas akan dilakukan di SLB BC Panca Bhakti Mulia

Cawas karena responden memiliki karakteristik yang sama.

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur itu benar-benar

mengukur apa yang diukur (Notoadmodjo, 2010). Uji validitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik kolerasi “pearson product moment”

NΣx−( ∑ X )( ∑ y )
r xy =
√¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy =¿ validitas instrument

N = jumlah responden
9

X = skor pernyataan

Y = skor total

Suatu instrument dinyatakan valid jika hitung r hitung lebih besar r tabel

(Notoadmodjo,2010). Selanjutnya pertanyaan yang tidak valid diganti

(direvisi) atau dihilangkan.

Setelah mengukur validitas, maka perlu mengukur reliabilitas instrumen

adalah indeks dimana alat ukur bisa dipercaya atau diandalkan

(Notoadmodjo,2010). Uji reliabilitas untuk variabel bebas (dukungan

keluarga) menggunakan rumus Alpha Cronbach.


2
K St
r1 1
( K 1) St 2

K : mean kuadran antara subyek


2
Si : mean kuadran salahan
2
St : varian total

Dan untuk uji reliabilitas untuk variabel terikat (harga diri) menggunakan

rumus Kuder Richardson (KR20). Rumus yang digunakan adalah :

( )
2
K St −Σ piqi
Ri =
( K −1) St
2

Keterangan

K = Jumlah item pernyataan

Pi = Proporsi banyaknya subjek yang menjawab benar pada item

qi = 1-p1
2
St = kuadrat dari skor total

Untuk menentukan bahwa suatu instrumen dinyatakan reliabel yaitu jika r

hitung kurang dari 1 (Sugiono,2014)


10

G. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data dan analisa data dimulai dengan

a. Penyuntingan (Editing)

Proses editing dilakukan untuk memudahkan penelitian apakah semua

data yang diperlukan untuk menguji hipotesis dan mencapai tujuan

penelitian sudah lengkap atau belum. Dalam proses editing data akan

dipilih data yang benar-benar diperlukan dan obyektif.

b. Pengkodean (Coding)

Yaitu kegiatan untuk memproses data dengan cara memberi skor

terhadap item-item pada masing-masing variabel agar memudahkan

dalam pengumpulan data :

1) Untuk pernyataan dukungan keluarga yang favourable (positif)

jawaban Selalu (SLL) 4, Sering (S) 3, Jarang (J) 2, Tidak Pernah

(TP) 1.

2) Untuk pernyataan dukungan keluarga yang unfavourable (negatif)

jawaban Selalu (SLL) 1, Sering (S) 2, Jarang (J) 3, Tidak Pernah

(TP) 4.

3) Untuk pernyataan harga diri yang favourable (positif jawaban

“Ya” memiliki nilai 2, jawaban “Tidak” memiliki nilai 1.

4) Untuk pernyataan harga diri yang unfavourable (negatif) jawaban

“Ya” memiliki nilai 1, jawaban “Tidak” memiliki nilai 2.

c. Skoring
11

Skoring yaitu memberi nilai pada jawaban pertanyaan tiap kuesioner

yang kemudian dihitung total nilai untuk semua pertanyaan.

Pengukurannya menggunakan kuesioner berisi 12 pernyataan tentang

dukungan keluarga dan 12 pertanyaan tentang harga diri. Total skor pada

dukungan keluarga adalah 48, sedangkan total skor pada harga diri

adalah 24.

d. Tabulasi (Tabulating)

Tabulasi adalah usaha untuk menyajikan data, terutama pengolahan data

yang akan menjurus ke analisis data kuantitatif. Biasanya pengolahan

datanya menggunakan tabel , baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel

silang.

2. Analisa Data

a. Analisis univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari setiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). Adapun langkah-langkah analisis univariat adalah

1) Distribusi Frekuensi

P = F x 100%
N
Keterangan:

P = Proporsi

F = Frekuensi kategori

N = jumlah sampel

b. Analisis bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi yaitu variabel bebas dukungan keluarga


12

dan variabel terikat harga diri remaja tunarungu akan menggunakan uji

kolerasi Kendall Tau. Kendall-Tau digunakan untuk mencari hubungan

dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih jika skala datanya

ordinal dan ordinal (Sugiyono, 2013). Kelebihan teknik ini bila

digunakan untuk menganalisis sampel yang jumlahnya lebih dari 30

orang (Riwidikdo, 2009), dengan rumus:

∑ A−∑ B
T=
N ( N −1 )
2

Keterangan:

T = Koefisien korelasi Kendall-Tau

ΣA = jumlah rangking atas

ΣB= jumlah rangking bawah

N = jumlah anggota sampel

Apabila ingin melihat adana korelasi dapat dilakukan dengan

membandingkan taraf signifikan. Apabila taraf signifikan yang dihasilkan

lebih kecil dari signifikan peneliti (0,5), maka hipotesis menyatakan

bahwa kedua variabel berhubungan dengan atau diterima. Apabila taraf

signifikan lebih besar dari taraf signifikan peneliti (0,05), maka hipotesis

menatakan kedua variabel tidak berhubungan atau ditolak (Sugiyono,

2014). Untuk uji signifikan koefisiensi korelasi menggunakan rumus z,

karena distribusinya mendekati distribusi normal (Riwidikdo, 2009).

Rumusnya adalah sebagai berikut:

t
z=

√ 2 ( 2 N +5 )
9 N ( N−1 )
13

Besarnya koefisien dapat digunakan untuk memberikan penilaian tingkat

hubungan kekuatan hubungan dua variabel (Sugiyono, 2014). Adapun

tingkat hubungan variabel penelitian menurut besarnya koefisien korelasi

adalah:

Tabel 3.4 Pedoman untuk interpretasi koefisien korelasi


Interval Koefisien Tingkat hubungan variabel
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat
Sumber: Sugiyono, 2014

H. Rencana Jalannya Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dukungan keluarga

dengan harga diri pada remaja tunarungu di SLB-B YAAT Klaten. Sebelum

dilakukan penelitian, penulis melakukan beberapa tahap antara lain :

1. Tahap Persiapan

a. Kegiatan studi pendahuluan dilakukan dengan wawancara

b. Menentukan waktu pelaksanaan penelitian

c. Pengurusan surat ijin penelitian dilakukan dengan meminta surat

pengantar dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

d. Persiapan penelitian, mengecek kelengkapan instrumen dan

memperbanyak instrumen yang dibutuhkan

2. Tahap Pelaksanaan

Pada penelitian ini, peneliti dibantu oleh satu asisten peneliti dan guru SLB-

B YAAT Klaten.Peneliti awalnya melakukan persamaan persepsi tentang

tujuan dan tata cara dalam pengisian kuesioner. Responden dikumpulkan


14

dalam satu ruangan secara bersama dengan waktu yang sama untuk mengisi

kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner harga diri.

3. Tahap Akhir

Setelah data penelitian terkumpul dilakukan penyusunan yaitu dilakukan

pemeriksaan antara lain kesediaan jawaban, kelengkapan pengisian jawaban

responden kemudian ditabulasi, diolah dan dilakukan dengan

mengkategorikan data yang telah didapat kemudian melakukan pengolahan

data menggunakan komputer dengan memakai rumus uji kolerasi Kendall

Tau.
15
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, H.A., Komang. 2010. Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta:Sagung Seto.

Ali, Z. 2010, Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC. Jakarta

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka


Cipta

Dion, Yohanes & Yaseinta Betan.( 2013). Asuhan Keperawatan Keluarga Konsep
Dan Praktik. Yogyakarta: Nuha Medika

Efendi, M. 2009. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: PT Bumi


Aksara.

Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. 2009. Metode penelitian keperawatan dan tehnik analisa data. Jakarta:
Salemba medika

Hurlock, Elizabeth, B., PsikologiPerkembangan, Erlangga, Jakarta, 2006.

Irwanto, dkk. (2010). Pusat Kajian Disabilitas. Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Indonesia

Mangunsong, Frieda. 2007. Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa.


Bandung:Refika Aditama

Muhith, A (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:


Andi Offset

Murniasih, Erni. Andika rahmawati. 2007. “Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Tingkat Kecemasan Akibat Hospitalisasi Pada Anak Usia Pra Sekolah Di
Bangsal l RSUP Dr. Soejarwadi Tirtonegoro Klaten”. Jurnal kesehatan Surya
Medika Yogyakata. http://www.google.co.id. Diakses tanggal 26 Oktober
2018.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT.


Rineka Cipta

Pratiwi, RY. 2013. Kesehatan Remaja di Indonesia. Tersedia dalam:


http://idai.or.id/public-articles/seputar-kesehatan-anak/kesehatan-remaja-
diindonesia.html [Diakses pada 13 September 2018]

Purnawan. (2008). Konsep Dasar Keperawatan Keluarga. Jakarta : Liberty

1
2

Purwani, Ani. 2013. “Hubungan Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup Remaja
Cacat Fisik di Pusat Rehabilitas PSBN Yoyakarta”. Skirpsi tidak diterbitkan
Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Riana, Lia. 2011. “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Harga Diri Remaja
Tunadaksa di SLB Negeri 1 Bantul ”. Skirpsi tidak diterbitkan Program Studi
Ilmu Keperawatan Stikes ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Sarwono, S. (2006). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sarwono. S.W. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sastrawinata, Emon. 1976. Pendidikan Anak Tunarungu Untuk SGPLB.


Jakarta:Depdikbud

Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Situasi penyandang disabilitas, kementrian kesehatan RI, 2014, Jakarta,Jendela


jatinkes

Somantri, Sutjihati T. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: RefikaAditama

Stuart, G. W and Sudden, S. J. 2013. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3 Cetakan
1. Alih Bahasa: Achir Yani. S. Hamid. Jakarta: EGC

Stuart.Gail.W (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia: Elsever.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif


Dan R&D. Bandung: Alfabeta
3
DATA RESPONDEN

A. Data Demografi

1. Kode Responden :

2. Nama :

3. Alamat :

4. Nomor Telepon/HP :

5. Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan

6. Tanggal Lahir :

7. Umur :

8. Pendidikan terakhir :

9. Status Pernikahan :Menikah /Belum Menikah

10. Pekerjaan :

Petunjuk Pengisian

1. Pada kuesioner Data Demografi berisi biodata singkat yang bisa diisi

langsung oleh responden hanya untuk data penunjang keperluan penelitian.

2. Pada kuesioner dukungan keluarga, pilihlah salah satu jawaban yang

dianggap paling tepat dan sesuai dengan kondisi responden dengan memberi

tanda (ü) pada jawaban “Ya” atau “Tidak”.

3. Pada kuesioner Harga Diri, pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling

tepat dan sesuai dengan kondisi responden dengan memberi tanda (ü) pada

jawaban yang sudah tertera dalam kuesioner.

4. Sebelum selesai mengisi kuesioner, periksa dan baca kembali serta yakinkan

bahwa pertanyaan telah terjawab semuanya.


KUESIONER HARGA DIRI

A. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
B. Petujuk pengisian
Bacalah setiap pernyataan yang diberikan berikut dengan seksama, kemudian
pikirkanlah sejauh mana pertanyaan tersebut saudara rasakan sebagai sesuatu
yang sesuai atau tidak sesuai dengan keadaan diri saudara sebenarnya. Isilah
tanda (Ö) pada kolom “Ya”, jika pernyataan saudara anggap sesuai.
Sebaliknya bila tidak sesuai isilah di kolom tidak.
Dalam hal ini tidak ada jawaban yang salah, yang penting jawaban yang
saudara pilih sesuai keadaan diri sendiri yang sebenarnya

No Pernyataan Ya Tidak

1 Saya sering membayangkan diri saya sebagai


orang lain yang tidak mengalami tunarungu.
2 Saya sangat sulit berkomunikasi dengan orang
lain.
3 Sekiranya mungkin, banyak hal dalam diri saya
yang ingin saya ubah.
4 Orang senang dengan saya.
5 Saya populer diantara rekan-rekan sepergaulan
walaupun saya mengalami keterbatasan dalam
berkomunikasi.
6 Saya mudah putus asa.
7 Tidak menyenangkan menjadi orang dengan
tunarungu seperti saya .
8 Saya merasa rekan-rekan sepergaulan dan
lingkungan dapat memahami saya.
9 Saya merasa jengkel dengan aktivitas yang
saya lakukan.
10 Saya merasa orang lain lebih disukai daripada
saya.
11 Biasanya saya tidak pernah terganggu dalam
menanggapi hal-hal yang sepele.
12 Saya merasa tidak dapat di andalkan karena
keterbatasan kemampuan saya dengan keadaan
seperti ini.
KUESIONER DUKUNGAN KELUARGA

A. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin : L/P
B. Petujuk pengisian
Bacalah setiap pernyataan yang diberikan berikut dengan seksama, kemudian
pikirkanlah sejauh mana pertanyaan tersebut saudara rasakan sebagai sesuatu
yang sesuai atau tidak sesuai dengan keadaan diri saudara sebenarnya. Isilah
tanda (Ö) pada huruf dilembar tanggapan.
SLL = Selalu
S = Sering
J = Jarang
TP = Tidak pernah

No Pernyataan SL S J TP
L

1 Kelurga meyakinkan saya bahwa saya pasti


bisa mengatasi kesulitan yang saya alami
akibat tunarungu.
2 Keluarga menenangkan saya dengan
mengatakan bahwa mereka akan selalu siap
sedia jika saya perlu bantuan mereka.
3 Keluarga memberi perhatian dan peduli
dengan masalah saya berkaitan dengan
tunarungu yang saya alami.
4 Keluarga menghibur saya saat saya merasa
sedih.
5 Saat berada dalam kesusahan dalam keadaan
saya yang seperti ini keluarga mengacuhkan
saya.
6 Keluarga memberikan informasi kepada saya
tentang pelayanan kesehatan seperti RS,
Puskesmas atau pengobatan alternatif.
7 Keluarga selalu memberikan nasihat kepada
saya sehingga dapat mengurangi beban yang
saya alami.
Keluarga memberi atau meminjami suatu
8 barang (selain uang) yang saya butuhkan.
Keluarga membantu saya menyelesaikan
9 pekerjaan rumah saya ketika saya sedang sakit.
Saat berada dalam kesusahan, keluarga tidak
10 membantu saya.
Keluarga mendorong saya untuk lebih percaya
11 kepada diri saya sendiri
Keluarga menghargai pekerjaan yang saya
12 lakukan sehari-hari, misalnya pekerjaan ibu
rumah tangga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Yth :
Teman-teman di SLB-B YAAT Klaten

Assalammualaiku.wr.wb
Dengan hormat, saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah mahasiswa
Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Nama : Dhea Amalia Wibowo
NIM : 201510201153
Alamat : Jogodayoh lor RT 04 RW 03, Tambong Wetan, Kalikotes, Klaten
Bermaksud akan mengadakan penelitian yang berjudul “Hubungan antara
Dukungan Keluarga dengan Harga Diri pada Remaja Tunarungu di SLB-B
YAAT Klaten”. Manfaat dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan harga diri remaja tunarungu. Penelitian ini tidak
menimbulkan akibat yang merugikan bagi teman-teman responden. Kerahasiaan
informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan
penelitian.
Sehubungan dengan hal tersebut diatas, saya mengharapkan bantuan teman-
teman untuk berpartisipasi dalam penelitian ini sebagai responden.
Atas perhatian dan kesediaan serta kerjasama teman-teman untuk menjadi
responden, saya ucapkan terima kasih.
Wassalammualakum.wr.wb

Klaten, 20 November 2018


Peneliti
(Dhea Amalia Wibowo)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Yang bertandatangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Menyatakan bersedia dan menyetujui dengan suka rela menjadi responden
dan menjawab pertanyaan dengan sejujur-jujurnya terhadap penelitian yang
dilakukan oleh mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarata.
Nama : Dhea Amalia Wibowo
NIM : 201510201153
Judul Penelitian : Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Harga
Diri Remaja Tunarungu di SLB-B YAAT Klaten
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan
dari pihak manapun.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Klaten , ........................
Responden

(......................................)

You might also like