Professional Documents
Culture Documents
I PENDAHULUAN
Evaluasi sensori atau analisis sensori merupakan suatu ilmu pengetahuan yang
menggunakan indera manusia untuk mengukur tekstur, kenampakan, aroma, dan
rasa pada produk pangan. Analisis sensori ini memiliki peran yang penting untuk
pengembangan produk dengan meminimalkan risiko dalam pengambilan keputusan.
Dengan adanya analisis sensori ini, maka dapat teridentifikasi sifat-sifat sensori yang
akan membantu untuk pendeskripsian produk (Susiwi, 2009).
Reliabilitas atau sifat keandalan dari uji pembedaan tergantung dari pengenalan
sifat mutu yang diinginkan, tingkat kepekaan, dan latihan masing-masing anggota
panelis. Jumlah panelis akan mempengaruhi derajat keandalan hasil pengujian. Uji
pembedaan biasanya menggunakan panelis yang berjumlah 15-30 orang (Anonim,
2006).
Pada prinsipnya terdapat tiga jenis analisis sensori yaitu uji pembedaan
(discriminative test), uji deskripsi (descriptive test), dan uji afektif (affective test). Uji
diskriminatif terdiri atas dua jenis. Yang pertama adalah uji pembedaan atau
difference test yang bertujuan untuk melihat secara statistik adanya perbedaan
diantara sampel yang mengukur kemampuan panelis dalam mengidentifikasi suatu
sifat sensori. Yang kedua adalah uji perbandingan berpasangan atau paired
comparison test dimana panelis diminta untuk menyatakan apakah terdapat
perbedaan antara dua sampel atau lebih yang disajikan. Uji ini dibedakan menjadi uji
duo-trio, uji segitiga, dan uji ranking. Sedangkan untuk uji sensitivitas terdiri atas uji
threshold atau ambang batas dimana panelis ditugaskan untuk mendeteksi level
ambang batas suatu zat atau mengenali suatu zat yang ada pada sampel pada level
thresholdnya (Hayati dkk, 2012).
1.1 Tujuan
Menentukan perbedaan karakteristik sensori di antara dua sampel
II DASAR TEORI
Sampel
Panelis
Uji segitiga
Penilaian oleh
panelis
b. Cara Penilaian
Sampel
Kuisioner
Hasil data
Hasil data
Tabulasi data
Peluang binomial
Nilai taraf
Hasil akhir
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
8 9
Nilai Taraf
P (X) = � � 1 − � �− �
Keterangan :
P = Produk (Saus Tomat) p = Taraf signifikansi (0.05)
X = n = Jumlah panelis r = Jumlah panelis yang menjawab benar
Berdasarkan hasil uji segitiga dari 16 orang panelis diperoleh data sebagai
berikut :
X = n = 16 orang
p = 0.05
r=8
−
P (16) = 1−
−
P (16) = 3.90625 x 1
−
P (16) = 3.90625 x 1 (0.67)
−
P (16) = 2.6171875 x 1
−
P (16) = 2.6 x 1
b. Perhitungan P (X = n = 11 jumlah minimal panelis yang menjawab benar)
P (X) = � � 1 − � �− �
−
P (11) = 1−
−
P (11) = 3.90625 x 1
−
P (11) = 3.90625 x 1 (0.86)
−
P (11) = 3.359375 x 1
−
P (11) = 2.3 x 1
Karena jumlah panelis yang menjawab benar pada pengujian < jumlah minimal
panelis yang menjawab benar, maka dapat disimpulkan bahwa produk P ( saus
tomat) tidak berbeda nyata pada taraf signifikansi 5% atau 0.05. Hasil tersebut
sesuai dengan hasil uji BNT, dimana 8 < 9 (∑ benar lebih kecil daripada taraf 0.05) =
Tidak Berbeda Nyata.
b. Perbandingan Literatur
Dari literatur yang saya dapatkan, uji segitiga diterapkan pada cookies dan sari
buah. Berdasarkan data yang diperoleh, sari buah memiliki karakteristik mutu yang
berbeda nyata pada tingkat 0,1% dan untuk cookies dapat dikatakan memiliki
karakteristik mutu yang berbeda nyata pada tingkat 5%. Dari 20 orang panelis,
pernyataan adanya perbedaan nyata dari ketiga sampel yang diuji dibutuhkan
minimal 11 respon tepat untuk tingkat 5%, 13 respon tepat untuk tingkat 1%, dan 14
respon tepat untuk tingkat 0,1%. Jika jumlah respon tepat kurang dari 11, maka
dapat disimoulkan bahwa tidak ada perbedaan yang dapat dideteksi di antara ketiga
sampel (Anonim, 2006).
Literatur kedua merupakan hasil pengujian sensoris yang dilakukan oleh
Rahmadhani dkk (2012), dimana sampel yang digunakan adalah saus tomat. Pada
praktikum tersebut, disediakan 9 piring bening dengan kode berbeda untuk masing-
masing uji segitiga rasa, tingkat keasaman, dan warna. Dari hasil rekapitulasi
terhadap 27 orang panelis diperoleh sebanyak 24 panelis yang menyatakan benar
untuk uji segitiga rasa, maka dapat dikatakan dua contoh sampel saus tomat
memiliki karakteristik rasa yang berbeda nyata pada tingkat kepercayaan sebesar
99,9%. Pada uji segitiga tingkat keasaman diperoleh sebanyak 25 panelis yang
menyatakan benar, maka dapat dikatakan dua contoh sampel saus tomat memiliki
karakteristik tingkat keasaman yang berbeda pada tingat kepercayaan 99,9%. Pada
uji segitiga warna diperoleh sebanyak 27 panelis yang menyatakan benar maka
dapat dikatakan dua contoh sampel saus tomat memiliki karakteristik warna yang
berbeda pada tingkat kepercayaan 100%. Hasil yang sama juga didapatkan dari
pengujian oleh Zetiari (2012) pada perlakuan uji sampel saus Indofood dan Belibis
yang menyatakan bahwa kedua saus tidak berbeda nyata dengan ketepatan
jawaban 33 panelis dari 40 total panelis.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum uji segitiga kali ini, pengujian dilakuan unuk membedakan
rasa sampel saus tomat yang disajikan. Perbedaan rasa dari sampel tersebut
terletak pada tingkat keasamannya. Pada pengujian ini didapatkan ada 8 panelis
yang menjawab dengan benar dari 16 panelis yang melakukan penilaian. Hasil
akhirnya dapat disimpulkan bahwa pada pengujian segitiga dengan sampel saus
tomat ini memiliki hasil yang tidak berbeda nyata.
5.2 Saran
Seharusnya panelis diberikan tempat khusus, minimal dibuatkan bilik sederhana.
Selain itu, kesterilan alat yang digunakan harus lebih diperhatikan lagi agar tidak ada
kontaminasi dalam sampel yang diujikan.
Daftar Pustaka