You are on page 1of 5

Tanggal Efektif : 10 Februari 2017

LampiranSKNo :014/ RSIA.D/SK-


RSIA KEBIJAKAN DIR/II/2017
DEDARI RSIA DEDARI RevisiKe : 00
Halaman : 1/4

TENTANG

AKSES KE RUMAH SAKIT DAN KONTINUITAS PELAYANAN

1. Rumah sakit menetapkan kebijakan pengelolaan alur pasien termasuk :


a. Ketersediaan tempat tidur rawat inap
b. Perencanaan fasilitas alokasi tempat peralatan utilitas, tekonolgi medis, dan
kebutuhan lain untuk mendukung penempatan sementara pasien
c. Perencanaan tenaga untuk menghadapi penumpukan pasien di beberapa lokasi
sementara dan atau pasien yang tertahan di unit darurat
d. Alur pasien di daerah pasien menerima asuhan, tindakan, dan pelayanan (seperti
unit rawat inap, laboratorium, kamar operasi, radiologi dan unit pasca-anestesi)
e. Efisiensi pelayanan nonklinis penunjang asuhan dan tindakan kepada pasien
(seperti kerumahtanggaan dan transportasi )
f. Pemberian pelayanan sesuai dengan kebutuhan pasien
g. Akses pelayanan yang bersifat mendukung (seperti pekerja sosial, keagamaan,
atau bantuan spiritual, dan sebagainya).
2. Semua pasien yang akan ditangani atau dirawat di Rumah Sakit dan Anak Dedari
harus dilakukan skrining awal. Skrining dilakukan pada kontak pertama terhadap
pasien baik di dalam atau di luar RS melalui kriteria triage, pengamatan visual
(keadaan umum pasien, keluhan pasien atau surat pengantar yang dibawa pasien),
pemeriksaan fisik, psikologik maupun saran diagnostik penunjang yang tersedia.
3. Semua Pasien dilayani berdasarkan pada kebutuhan pelayanan kesehatan mereka yang
telah di identifikasi melalui prosedur skrining. Skrining di luar Rumah Sakit Ibu dan
Anak Dedari dilakukan pada saat proses oncall. Proses skrining dilakukan dengan
menggunakan asesmen awal medis gawat darurat
4. Skrining dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pasien dan
memastikan kemampuan RS dalam memenuhi kebutuhan pasien baik pasien rawat
inap maupun rawat jalan. Proses skrining dan tes diagnosa (pemeriksaan penunjang)
yang sesuai dengan kebutuhan pasien merupakan standar sebelum penerimaan pasien.
Standar skrining dan tes diagnosa yang dipakai sesuai dengan standar dalam Panduan
Praktik Klinik (PPK) sesuai dengan penyakitnya. Pasien dapat dirawat apabila sudah
ada hasil tes yang menentukan diagnosa dan RS dapat memenuhi kebutuhan pasien.
Pasien dirujuk apabila sudah ada hasil tes yang menentukan diagnosa dan RS tidak
dapat memenuhi kebutuhan pasien, atau hasil tes diagnosa belum ada karena
ketidaksesuaian fasilitas RS dengan kebutuhan pasien.
5. Pasien dapat dirawat di RSIA Dedari apabila sudah ada bukti pemeriksaan yang
menentukan diagnosa dan RS dapat memenuhi kebutuhan pasien. Pada admisi pasien
rawat inap diprioritaskan kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, paliatif,
rehabilitatif dan kuratif.
Tanggal Efektif : 10 Februari 2017
LampiranSKNo :014/ RSIA.D/SK-
RSIA KEBIJAKAN DIR/II/2017
DEDARI RSIA DEDARI RevisiKe : 00
Halaman : 1/4

6. Semua pasien yang datang ke RSIA Dedari untuk melakukan pemeriksaan baik
sebagai pasien rawat jalan maupun pasien rawat inap harus didaftarkan data dirinya
pada bagian pendaftaran setelah dilakukan proses skrining.
7. Pasien emergensi yang perlu rawat inap maka keluarga pasien akan mendaftarkan diri
pasien di bagian pendaftaran. Penerimaan pasien emergensi ke unit rawat inap bisa
dilakukan setelah kondisi pasien stabil untuk dipindahkan dengan terlebih dahulu
petugas UGD menginformasikan ke unit rawat inap untuk kesiapan penerimaan
pasien.
8. Dalam pendaftaran pasien rawat inap di bagian pendaftaran, pasien atau keluarga
dijelaskan mengenai pelayanan yang ditawarkan, hasil yang diharapkan, perkiraan
biaya selama perawatan, maupun hak dan kewajiban.
9. Bila karena kondisi pasien perlu dilakukan observasi terhadap pasien, maka pasien
harus diinformasikan mengenai alasan observasi, penanganan selama observasi, lama
observasi yang dilakukan dan harapan dari observasi tersebut.
10. Bila pasien yang memerlukan rawat inap tapi tempat tidur tidak tersedia di RSIA
Dedari atau diseluruh Rumah Sakit, maka pasien sementara akan ditangani di UGD
atau di ruang One Day Care, atau ruang VK apabila pasien sudah selesai menjalani
tindakan di Ruang VK atau OK, sampai pasien mendapatkan tempat tidur yang sesuai
dengan kebutuhannya.
11. Setiap pasien UGD akan diklasifikasikan menurut tingkat keemergensiannya dimana
penilaian dilakukan dengan panduan Triage menurut metode ATS (Australian Triage
Scale)
12. Metode Triage digunakan untuk mengklasifikasikan pasien menurut tingkat
keemergensiannya dan memprioritaskan penanganan terhadap pasien yang datang
dengan tingkat keemergensian yang lebih tinggi.
13. Pasien dapat dirawat di RSIA Dedari apabila sudah ada bukti pemeriksaan yang
menentukan diagnosa dan RS dapat memenuhi kebutuhan pasien. Pada admisi pasien
rawat inap diprioritaskan kebutuhan pasien akan pelayanan preventif, kuratif,
rehabilitatif dan paliatif.
14. Bila terjadi penundaan pelayanan atau tindakan medis maka pasien harus
diinformasikan mengenai alasan penundaan tersebut beserta alternative tindakan (bila
ada) dan penanganan selama penundaan tersebut. Semua informasi terkait penundaan
tersebut didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
15. Rumah sakit menetapkan kebijakan tentang kriteria masuk dan keluar intensive care,
unit spesialistik lain, ruang perawatan paliatif termasuk bila digunakan untuk riset
atau program-program lain untuk memenuhi kebutuhan pasien berdasar atas kriteria
prioritas, diagnostik, parameter objektif, serta kriteria berbasis fisiologi dan kualitas
hidup (quality of life), termasuk dokumentasinya
16. Pasien dirujuk apabila sudah ada bukti untuk menentukan diagnosa dan RS tidak
mampu memenuhi kebutuhan pasien (baik dalam hal tidak tersedia fasilitas yang
Tanggal Efektif : 10 Februari 2017
LampiranSKNo :014/ RSIA.D/SK-
RSIA KEBIJAKAN DIR/II/2017
DEDARI RSIA DEDARI RevisiKe : 00
Halaman : 1/4

diperlukan, keterbatasan SDM yang dimiliki, hunian/tempat tidur penuh, ada


pertanggungan di RS lain maupun karena permintaan pasien). Rujukan dapat
ditujukan ke RS lain, praktisi kesehatan luar (individu yang kompeten) atau
badan/sarana pelayanan kesehatan dari komunitas asal pasien. Rujukan juga bisa
ditujukan untuk pelayanan penunjang yang diperlukan pasien.
17. Rumah sakit menetapkan kebijakan tentang transportasi pasien meliputi :
a. Asesmen kebutuhan transportasi dan peralatan kesehattan sesuai dengan kondisi
pasien yang tertuang pada form rujukan pasien, termasuk pasien rawat jalan
b. Kebutuhan obat, bahan medis habis pakai, alat kesehatan dan peralatan medis
sesuai dengan kondisi pasien
c. Transportasi yang memenuhi persyaratan PPI
d. Penanganan pengaduan atau keluhan dalam proses rujukan.
18. Jenis kebutuhan transportasi pasien yang dirujuk didasarkan pada penilaian diagnosa
dan kebutuhan medisnya, diantar ke RS yang memiliki kemampuan yang lebih
tinggi/penyedia pelayanan lain yang telah disetujui oleh pasien maupun keluarga
pasien dengan menggunakan ambulans ditemani dokter dan atau perawat tergantung
dari tingkat ketergantungan pasien terhadap petugas medis. RS yang menjadi tempat
rujukan harus dipastikan dapat menyediakan kebutuhan pasien yang akan dirujuk
sebelum proses rujukan dilakukan.
19. Petugas yang bertanggung jawab terhadap proses rujukan adalah dokter UGD yang
bertugas saat itu
20. Sebelum proses transfer atau rujukan dilakukan, kondisi pasien harus distabilkan
terlebih dahulu dan selama proses transfer atau rujukan, pasien tetap dimonitor
perkembangannya dan tercatat dalam RM pasien.
21. Semua tindakan medis dan rencana tindakan medis beserta segala resikonya harus
diinformasikan kepada pasien dan keluarga pasien. Semua informasi tersebut
didokumentasikan dalam RM pasien. Informasi tersebut termasuk hal pelayanan yang
diharapkan, perkiraan biaya yang ditimbulkan dan kejelasan waktu yang cukup bagi
pasien maupun keluarga pasien untuk membuat keputusan.
22. Rumah sakit menetapkan kriteria masuk atau pindah dari pelayanan khusus termasuk
penelitian dan program sesuai dengan kebutuhan pasien
23. Tindakan medis yang beresiko tinggi, harus mendapat ijin dari pasien maupun
keluarga pasien dengan persetujuan Informed Consent setelah mendapat informasi
cukup dari petugas medis.
24. RSIA Dedari mengidentifikasi kesulitan atau hambatan pada pasien yang mencari
pelayan kesehatan. Pasien yang mengalami hambatan baik fisik maupun verbal serta
pasien tua akan ditangani sesuai dengan kemampuan RSIA untuk memenuhi
kebutuhan pasien.
Tanggal Efektif : 10 Februari 2017
LampiranSKNo :014/ RSIA.D/SK-
RSIA KEBIJAKAN DIR/II/2017
DEDARI RSIA DEDARI RevisiKe : 00
Halaman : 1/4

25. Pasien rawat inap maupun akan dilakukan tindakan medis diruang rawat inap, atau ke
ruang operasi akan ditransfer menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan pasien
dan dimonitor sesuai dengan tingkat ketergantungan pasien terhadap petugas medis.
26. Pasien yang dirawat di RSIA Dedari harus memiliki seorang dokter DPJP yang
bertanggung jawab dalam memastikan kontinuitas pelayanan medis pasien.
27. Bila pasien dirawat lebih dari seorang Dokter, maka harus ditentukan siapa yang akan
menjadi DPJP utamanya.
28. Dalam proses perawatan pasien diruang rawat inap, dokter DPJP dibantu langsung
oleh perawat/bidan yang bertugas saat itu yang berfungsi untuk menggali kebutuhan
pasien selama perawatan. Perawat/bidan yang bertugas merawat pasien akan
berkoordinasi dengan dokter DPJP dalam program kelanjutan pelayanan medis
pasien.
29. Tanggung jawab perawatan pasien dapat berpindah dari satu DPJP ke DPJP lain
sesuai kewenangan klinisnya dengan memastikan kelanjutan pelayanan medis pasien
dapat berlangsung dengan semestinya.
30. Pertemuan tim medis dapat dilakukan apabila terdapat penyulit dalam menentukan
diagnosa maupun terapi, pasien dirawat 3 orang dokter atau lebih, pasien yang dirawat
lama (lebih dari 7 hari) dan membutuhkan penjelasan yang lebih lengkap mengenai
kelanjutan perawatannya maupun karena sesuatu yang dianggap penting dan
dikoordinasikan antar dokter DPJP danPerawat/bidan yang bertugas merawat pasien.
31. Pasien yang sedang dirawat inap dapat mengajukan permohonan untuk cuti atau
keluar RSIA Dedari untuk sementara waktu yang terlebih dahulu mendapat ijin dari
dokter DPJP-nya
32. Pasien dapat dipulangkan dari RSIA Dedari berdasarkan kriteria pemulangan pasien
yaitu kondisi kesehatan pasien (keadaan umum pasien stabil, hasil pemeriksaaan fisik
dan penunjang medis sesuai dengan batas tolerasni penyakitnya), sudah mendapatkan
ijin dari dokter DPJP, pulang atas permintaan pasien atau penanggung jawab pasien.
Bila pasien pulang tanpa ijin dari dokter DPJP maka akan dianggap pulang atas
permintaan sendiri dan menandatangani Surat Perjanjian Pulang Atas Permintaan
Sendiri.
33. Pasien yang menolak melanjutkan pengobatan atau rencana tindakan medis yang
disarankan harus menandatangani informed consent penolakan tindakan kedokteran.
Apabila pasien mempunyai keluarga dokter maka informasi tersebut dapat diberikan
kepada keluarga dokter pasien tersebut serta tindakan apa yang harus dilakukan.
34. Rumah Sakit Menetapkan regulasi tentang pasien rawat inap dan rawat jalan yang
meninggalkan rumah sakit tanpa pemberitahuan (melarikan diri)
35. RSIA Dedari menjamin terjalinnya komunikasi yang baik antara staf RS dengan
pasien dan keluarga pasien. Komunikasi dilakukan secara langsung dilakukan kepada
petugas dan keluarga. Komunikasi lisan dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai
kebutuhan.
Tanggal Efektif : 10 Februari 2017
LampiranSKNo :014/ RSIA.D/SK-
RSIA KEBIJAKAN DIR/II/2017
DEDARI RSIA DEDARI RevisiKe : 00
Halaman : 1/4

36. RSIA Dedari memastikan pasien maupun keluarga pasien mengerti mengenai
informasi yang dibutuhkan selama perawatan di RSIA Dedari.
37. Rumah Sakit menetapkan kebijakan atas pasien yang tidak mendapatkan perawatan
sesuai hak kelas perawatannya.
38. Rumah sakit menetapkan kebijakan apabila DPJP yang telah ditetapkan berhalangan
dalam memberikan pelayanan (tidak ada ditempat, atau sudah 3 kali dihubungi via
telepontetapi tidak memberikan jawaban)

Ditetapkan di Kupang
Pada tanggal 10 Februari 2017
RSIA Dedari

dr. Nanin Susanti, Akp.,MARS


Direktur

You might also like