You are on page 1of 40

Nama : Febbi Rahmadani

NIM : 23175005

Tugas 2 : Metodologi Penelitian

A. Masalah dan Topik Penelitian

B. Kajian Teori dalam Penelitian


1. Pengertian Kajian Teori
Teori adalah sekumpulan konsep, defisini, dan proposisi yang berfungi
untuk melihat fenomena secara sistematik dan menyeluruh melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
suatu fenomena (Kerlinger, 1978). Menurut Sugiyono (2012) teori adalah alur,
logika atau penelaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi
yang di susun secara sistematis. Sedangkan menurut Sardar (1996) teori adalah
berupa seperangkat konsep/ konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha
menjelaskan hubungan sistematis suatu fenomena, dengan cara memerinci
hubungan sebab-akibat yang terjadi. Sehingga bisa dikatakan bahwa teori itu
berupa konsep, definisi, dan proposisi yang dapat menjelaskan suatu variabel.

Pada teori terdapat sub bab kajian teori yang memuat esensi-esensi hasil
penelitian literatur yaitu berupa teori-teori. Uraian teori tersebut dapat disusun
dengan kata-kata yang berasal dari penulis atau kutipan dari tulisan orang lain.
Yang mana teori tersebut harus relevan dengan permasalahan penelitian yang
akan dilakukan.
2. Tujuan Kajian Teori
Menurut Surahman (2020) ada beberapa fungsi teori, yaitu:
a. Masalah penelitian diperjelas, sehingga para peneliti dan pembaca pada hasil
penelitian dapat dengan mudah mengidetifikasi masalah yang ada dalam
objek penelitian.
b. Sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis penelitian. Dengan demikian
peneliti dapat menyusun dugaan sementara yang didasarkan pada masalah
yang temukan dengan membandingkan pada teori—teori yang ada.
c. Sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian. Sebagaimana
diketahui bahwa penyusunan instrumen penelitian didasarkan pada kajian
teori yang relevan.

Fungsi tersebut sejalan dengan pendapatnya (Bennett, Borg, & Gall, 1984;
Gall, Borg, & Gall, 2003) yang menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dari
proses kajian teori diantaranya, yaitu:
a. Membatasi masalah penelitian
b. Menemukan benang baru yang diteliti
c. Menghindari pendekatan yang tidak sesuai
d. Memperoleh metodologi yang mencerahkan
e. Mengidentifikasi rekomendasi untuk penelitian yang lebih jauh dan mencari
bahan teori pendukung.
3. Jenis-jenis teori penelitian
Ada beberapa macam teori pada suatu penelitian, yaitu:
a. Teori Induktif
Teori ini menerangkan suatu hal dari data yang diperoleh ke arah teori.
b. Teori Deduktif
Teori ini memberikan keterangan dimulai dari suatu perkiraan atau spekulasi
tertentu ke arah data yang akan diterangkan.
c. Teori Fungsional
Pada teori ini nampak adanya suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoritis, yaitu data yang mempengaruhi terbentuknya suatu teori dan
pembentukan teori tersebut mempengaruhi pada data.
4. Langkah-langkah dalam Penyusunan Kajian Teori
Langkah-langkah dalam melakukan kajian teori menurut Gall et al (2003),
yaitu:
a. Mencari sumber utama yang dapat dirujuk dari berbagai sumber, seperti pada
artikel jurnal, buku-buku, laporan penelitian dan publikasi lain yang dapat
digunakan sebagai rujukan utama penelitian.
b. Menggunakan sumber tambahan dari hasil pemikiran seseorang yang di
rangkum dari berbagai rujukan dengan mengkaji secara mendalam.
c. Membaca sumber utama. Yang mana setelah semua sumber teridentifikasi
maka selanjutnya peneliti harus membaca seluruh sumber bacaan untuk dapat
menemukan berbagai cara pandang tentang riset yang akan dilakukannya.
Mensintesis bahan bacaan. Tahap ini merupakan tahapan yang penting,
karena biasanya peneliti tergoda untuk melakukan tindakan copy paste dari
rujukan yang dibacanya, dimana seharusnya peneliti melakukan kajian
analisis dan melihat apakah relevan dengan hasil penelitian lainnya.

Menurut Sugiyono (2014), secara umum langkah-langkah yang harus


diperhatikan dalam melakukan kajian teori adalah:

Lihat referensi
Tetapkan
Mencari dan pilih yang
variabel yang
sumber terkait pada
diteliti
topik

Cari dan
Baca seluruh isi
Deskripsikan banadingkan
topik yang
teori dengan teori variabel
sesuai dengan
Bahasa sendiri dari berbagai
variabel
sumber bacaan

C. Penelitian Yang Relevan


Relevan berarti hal-hal sejenis yang saling berkaitan dengan subjek yang
mempunyai hubungan terkait pada suatu situasi. Penelitian relevan merupakan
penelitian yang sebelumnya sudah pernah dilakukan dan dianggap cukup relevan
atau mempunyai keterkaitan dengan judul dan topik yang akan diteliti. Fungsinya
untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian dengan pokok permasalahan
yang sama.
Menurut Castetter dan Heisler (1984) tinjauan penelitian relevan berfungsi:
1. Untuk mempelajari sejarah suatu permasalahan penelitian sehingga dapat
ditunjukkan bahwa permasalahan tersebut belum pernah diteliti dan
meskipun sudah pernah, maka teorinya belum mantap
2. Untuk membantu pemilihan metode penelitian yang tepat yaitu dengan
belajar dari penelitian sebelumnya
3. Untuk memahami kerangka atau latar belakang secara teoritis dari
permasalahan yang diteliti, kemudian hasil pemahaman dituangkan dalam
landasan teori
4. Untuk memahami kelebihan atau kekurangan studi terdahulu agar bisa
disempurnakan pada penelitian berikutnya
5. Untuk menghindari duplikasi atau penjiplakan
6. Untuk memberikan penalaran dan alasan penguat atas pemilihan masalah.
(Imam Gunawan, UNM)
Komponen penelitian yang bisa dibandingkan antara penelitian relevan yang satu
dengan lainnya yaitu Nama Peneliti, judul penelitian, metodologi penelitian, hasil
penelitian dan perbedaan serta persamaan penelitian.
Sumber-Sumber Penelitian Relevan
 sumber primer
Merupakan hasil penelitian yang mempunyai tulisan-tulisan karya penelitian
atau teori yang orisinil. Sumber primer berisi teks utuh dari laporan
penelitian atau teori sehingga lebih detail dan teknis. Contoh sumber primer
adalah studi empiris yag diterbitkan pada jurnal yang kemudian ditempatkan
pada data base, laporan penelitian, risalah sekolah dan tesis atau disertasi.
 sumber sekunder
Merupakan bahan pustaka yang ditulis dan dipublikasikan oleh penulis yang
tidak secara langsung berpartisipasi atau melakukan pengamatan dalam
kenyataan yang ia deskripsikan. Dengan sebutan penulis bukan penemu
teori. Sumber sekunder memberi ulasan yang sifatnya secara umum, bukan
pada teknisnya. Contoh: sumber sekunder adalah bahan bacaan, buku teks
dan ensiklopedia. Artikel-artikel dalam majalah-majalah ilmiah, baik yang
umum maupun spesialisasi, yang diterbitkan perguruan tinggi di indonesia
pada umumnya juga merupakan sumber sekunder karena sedikit sekali yang
melaporkan hasil penelitian atau teori baru.
 Sumber Preliminer
Merupakan bahan-bahan daftar rujukan yang membantu seseorang
mengidentifikasi dan menemukan bahan rujukan sumber penelitiannya.
Sumber preliminer dapat berupa indeks dan abstrak. Indeks biasanya hanya
berisi informasi kunci tentang bahan pustaka primer atau sekunder,
misalnya: penulis, judul, dan tempat penerbitan (nama jurnal/majalah,
volume, nomor, dan halaman). (Hasnudidah, 2017:24)
D. Teknik Dan Rujukan
1. Teknik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik merupakan pengetahuan
atau kepandaian membuat sesuatu yang berkenaan dengan hasil industri
(bangunan atau mesin). Cara (kepandaian dan sebagainya) membuat atau
melakukan sesuatu yang berhubungan dengan seni. Teknik adalah metode atau
mengerjakan sesuatu. Teknik adalah metode, cara, ataupun langkah-langkah yang
bisa digunakan untuk memecahkan permasalahan tertentu.
Dalam kegiatan penelitian, teknik diperlukan untuk mengumpulkan data.
Sandu, Ali (2015:75) menjelaskan menyusun instrumen adalah pekerjaan penting
di dalam langkah penelitian, tetapi mengumpulkan data jauh lebih penting lagi,
terutama jika peneliti menggunakan metode yang rawan terhadap masuknya unsur
subjektif peneliti. Itulah sebabnya menyusun instrumen pengumpulan data harus
ditangani secara serius agar diperoleh hasil yang sesuai dengan kegunaannya yaitu
pengumpulan variabel yang tepat. Pengumpulan data dalam penelitian perlu
dipantau agar data yang diperoleh dapat terjaga tingkat validitas dan
reliabilitasnya. Oleh karena itu, pengumpul data walaupun tampaknya hanya
sekedar pengumpul data tetapi harus tetap memenuhi persyaratan tertentu yaitu
yang mempunyai keahlian yang cukup untuk melakukannya.

a. Teknik pengumpulan data


Sugiyono (2013:224) menjelaskan teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data,
maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang
ditetapkan. Dalam penelitian kuantitatif pengumpulan data berdasarkan tekniknya,
yaitu (sugiyono:2013) :
1) Interview (Wawancara)
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
ingin melakukan studi pendahuluanuntuk menemukan permasalahan yang harus
diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang
lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat
dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui
tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepone.
a) Wawancara Terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila
peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa
yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul
data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis
yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.
Contoh :
Pewawancara melingkari salah satu jawaban yang diberikan responden.
Bagaimanakah tanggapan bapak/ibu terhadap Bahan Ajar Fisika
Terintegrasi Nilai Karakter dalam Model Learning Cycle 7E?
a. Sangat bagus
b. Bagus
c. Tidak bagus
d. Sangat tidak bagus
b) Wawancara tidak Terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara
sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Contoh :
Bagaimana pendapat bapak/ibu terhadap materi pada Bahan Ajar Fisika
Terintegrasi Nilai Karakter Dalam Model Learning Cycle 7E? Dan
bagaimana dampaknya terhadap hasil belajar peserta didik?

Wawancara tidak terstruktur atau terbuka sering digunakan dalam


penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam
tentang responden. Pada penelitian pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan
informasi awal tentang berbagai isu atau permasalahan yang ada pada obyek,
sehingga peneliti dapat menentukan secara pasti permasalahan atau variabel apa
yang harus diteliti.
2) Kuesioner (Angket)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien
bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa
diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan jika
jumlah responden cukup besar dan tersebar diwilayah yang luas.
Uma Sekaran dalam Sugiyono (2013) menegmukakan beberapa prinsip
dalam penulisan angket sebagai teknik pengumpulan data, yaitu :
a) Prinsip Penulisan Angket
 Isi dan tujuan pertanyaan
Yang dimaksud dengan isi adalah, apakah isi pertanyaan tersebut
merupakan bentuk pengukuran atau bukan? Kalau berbentuk pengukuran,
maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada
skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur
variabel yang diteliti.
 Bahasa yang digunakan
Bahasa yang digunakan dalam kuesioner (angket) harus disesuaikan
dengan kemampuan berbahasa responden. Kalau sekiranya responden
tidak dapat berbahasa indonesia, maka angket jangan disusun dengan
bahasa indonesia. Jadi bahasa yang digunakan dalam kuesioner (angket)
harus memperhatikan jenjang pendidikan responden. Keadaan sosial
budaya, dan “frame of deference” dan responden
 Tipe dan bentuk pertanyaan
Tipe pertanyaan dalam angket dapat terbuka atau tertutup dan bentuknya
dapat menggunakan kalimat positif atau negatif. Pertanyaan terbuka adalah
pertanyaan yang mengharapkan responden untuk menuliskan jawabannya
berbentuk uraian tentang sesuatu hal.
Contoh:
Apakah terdapat pengaruh yang berarti penerapan bahan ajar fisika
terintegrasi nilai karakter dalam model learning cycle 7E terhadap
hasil belajar siswa kelas XI di SMAN 4 Bukittinggi?
Sebaliknya pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang mengharapkan
jawaban singkat atau mengharapkan responden untuk memilih salah satu
alternatif jawaban dari setiap pertanyaan yang telah tersedia. Setiap
pertanyaan angket yang mengharapkan jawaban berbentuk data nominal,
ordinal, interval, dan ratio adalah bentuk pertanyaan tertutup.
 Pertanyaan tidak mendua
Setiap pertanyaan dalam angket jangan mendua (double-barreled)
sehingga menyulitkan responden untuk memebrikan jawaban.
Contoh:
Bagaimana pendapat anda tentang desain dan materi yang disajikan
pada Bahan Ajar Fisika Terintegrasi Nilai Karakter dalam Model
Learning Cycle 7E?
 Tidak menanyakan yang sudah lupa
Setiap Setiap pertanyaan dalam instrumen angket, sebaiknya juga tidak
menanyakan hal-hal yang sekiranya responden sudah lupa, atau pertanyaan
yang memerlukan jawaban dengan berfikir berat.
Contoh:
Bagaimanakah kinerja para pendidik indonesia 30 tahun yang lalu
terhadap bahan ajar? Menurut anda bagaimanakah cara mengatasi
rendahnya hasil belajar peserta didik?
 Pertanyaan tidak mengiring
Pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan
membuat jenuh responden dalam mengisi. Bila jumlah variabel banayk,
sehingga memerlukan instrumen yang banyak, maka instrumen tersebut
dibuat bervariasi dalam penampilan, model skala pengukuran yang
digunakan, dan cara mengisinya.
 Panjang pertanyaan
Urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal
yang spesifik, atau dari yang mudah menuju ke hal yang sulit, atau diacak.
Hal ini perlu dipertimbangkan karena secara psikologis akan
memepengaruhi semangat responden untuk menjawab.
 Urutan pertanyaan
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti.
b) Prinsip Pengukuran
Angket yang diberikan kepada responden adalah merupakan instrumen
penelitian, yang digunakan untuk mengukur variabel yang akan diteliti. Oleh
karena iu, instrumen angket tersebut harus dapat digunakan untuk mendapatkan
data yang valid dan reliabel tentang variabel yang diukur. Supaya diperoleh data
yang dan reliabel, maka sebelum instrumen angket tersebut diberikan pada
responden, maka perlu diuji validitas dan reliabilitasnya terlebih dulu. Instrumen
yang tidak valid dan reliabel bula digunakan untuk mengumpulkan data, akan
menghasilkan data yang tidak valid danreliabel pula.
c) Prinsip Penampilan Fisik
Penampilan fisik angket sebagai alat pengumpul data akan mempengaruhi
respon atau keseriusan responden dalam mengisi angket. Angket yang dibuat
dikertas buram, akan mendapat respon yang kurang menarik bagi responden.
Tetapi angket yang dicetak dikertas yang bagus dan berwarna menjadi mahal.
3) Observasi
Sutrisno Hadi, dalam Sugiyono (2013:145), menegemukakan bahwa
observasi merupakan suatu proses yang kompleks. Suatu proses yang tersusun
dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah
proses-proses pengamatan dan ingatan.
Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penenlitian
berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila
responden yang diamati tidak terlalu besar.
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat
dibedakan menjadi:
a) Observasi Berperan Serta (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlihat dengan kegiatan sehari-hariorang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebgai sumber data penelitian. Peneliti
terlibat langsung dengan aktivitas orang-orang yang sedang diamati.
b) Observasi Nonpartisipan
Dalam observasi Nonpartisipan peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai
pengamat independen.
Dari segi proses instrumentasi yang digunakan, observasi dapat dibedakan
menjadi:
a) Observasi Terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis,
tentang apa yang akan diamati, kapan dan di mana tempatnya. Jadi, observasi
terstruktur dialkukan apabila peneliti telah tahu dengan pasti tentang variabel
apa yang akan diamati.
b) Observasi Tidak Terstruktur
Observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan di observasi.
Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data berdasarkan tekniknya,
terdapat 4 macam yaitu:
1) Observasi
Nasution, dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa, observasi
adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja
berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui
observasi. Data itu dikumpulkan dan sering dengan bantuan berbagai alat yang
sangat canggih, sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan elektron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat diobservasi dengan jelas.
Marshall, dalam Sugiyono (2013:226) menyatakan bahwa “through
observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to
thouse behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tenatng perilaku, dan makna
dari perilaku tersebut.
Sanafiah Faisal, dalam Sugiyono (2013:226) mengklasifikasikan observasi
menjadi:
a) Observasi Berpartisipasi (Participant Observation)
Dalam observasi ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.
b) Observasi Yang Secara Terang-Terangan Dan Tersamar (Overt
Observation Dan Covert Observation)
Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus
terang kepada sumber data , bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c) Observasi Yang Tak Berstruktur (Unstructured Observation)
Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara
sistematis tentang apa yang akan diobservasi.
Selanjutnya Spradley, dalam Sugiyono (2013:226) membagi observasi
berpartisipasi menjadi empat, yaitu :
a) Observasi Partisipasi Yang Pasif (Pasive Participation): means the
reaserch is present at the scaneof action but does interact or paticipate. Jadi
dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi
tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut.
b) Observasi Partisipasi Yang Moderat (Moderate Participation): means that
the reasercher maintains is balance between being insider and being
outsider. Dalam observasi ini terdapat keseimbangan antara peneliti menjadi
orang dalam dengan orang luar. Peneliti dalam mengumpulkan data ikut
observasi partisipatif dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya.
c) Observasi Partisipasi Yang Aktif (Active Participation) : means that the
reasercher generraly does what others in the setting do. Dalam observasi ini
peneliti, ikut melakukan apa yang dilakukan oleh narasumber, tetapi belum
sepenuhnya lengkap.
d) Observasi Partisipasi Yang Lengkap (Complete Participation): means that
the reasercher is a natural paticipant. This is the highest level of involvement.
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti sudah terlibat sepenuhnya
terhadap apa yang dilakukan sumber data. Jadi suasananya sudah natural,
peneliti tidak terlibhat melakukan penelitian.
2) Wawancara
Esterberg, dalam Sugiyono (2012:231) mendefinisikan interview sebagai
berikut: “a meeting of two persons to exchange information and idea through
question and responses, resulting in communication and joint construction of
meaning about a particular topic”. Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
Esterberg, dalam Sugiyono (2013:233) mengemukakan beberapa macam
wawancara yaitu wawancara testruktur (peneliti telah mengetahui dengan pasti
informasi apa yang akan diperoleh sehingga peneliti menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah
disiapkan), wawancara semiterstruktur (pelaksanan wawancara lebih bebas, dan
bertujuan untuk menemukan pemasalahan secara lebih terbuka dimana responden
dimintai pendapat dan ide-idenya), dan wawancara tidak terstuktur (merupakan
wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara
yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya).
3) Dokumentasi
Sugiyono (2013:240), mengemukakan pendapatnya mengenai dokumen,
dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.
4) Triangulasi/Gabungan
Sugiyono (2013:241), Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan
data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan
sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji
kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik
pengumpulan data dan berbagai sumber data.
Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. peneliti
menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi
untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumbe berarti, untuk
mendapatkan data dari sumber yang bebeda-beda dengan teknik yang sama.

b. Teknik Analis Data


Sugiyono (2013:243), menyatakan bahwa dalam penelitian kuantitatif,
teknik analisis data yang digunakan sudah jelas yaitu diarahkan untuk menjawab
rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal.
Karena datanya kuantitatif, maka teknik analisis data menggunakan metode
statistik yang sudah tersedia. Misalnya akan menguji hipotesis hubungan antar
dua variabel, bila datanya ordinal maka statistik yang digunakan adalah Korelasi
Spearmen Rank, sedang bila datanya interval atau ratio digunakan Korelasi
Pearson Product Moment. Bila akan menguji signifikansi komparasi data dua
sampel, datanya interval atau ratio digunakan t-test dua sampel, datanya nominal
digunakan Chi-Kuadrat. Selanjutnya bila akan menguji hipotesis komparatif lebih
dari dua sampel, datanya interval, digunakan analisis varian.
Sugiyono (2013:243), menyatakan bahwa dalam penelitian kualitatif, data
yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan
data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus
sampai datanya jenuh. Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut
mengakibatkan variasi data tinggi sekali.
Miles and Huberman dalam Sugiyono (2013:243) menyatakan bahwa
“The most serious and central difficulty in the use of qualitative data is that
methods of analysis are not well formulate”. yang paling serius dan sulit dalam
analisis data kualitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan dengan
baik. Susan Stainback dalam Sugiyono (2013:243) menyatakan “there are no
guedelines in qualitative research for determining how much data and data
analysis are necessary to support and assertion, consclusion, or theory”. belum
ada panduan dalam penelitian kualitatif untuk menentukan berapa banyak data
dan analisis yang diperlukan untuk mendukung kesimpulan atau teori.
Susan Stainback dalam Sugiyono (2013:244) mengemukakan bahwa
“Data analysis is the process. It is to recognition, study, and understanding of
interralationship and concept in your data that hypotheses and assertions can be
developed and evaluated”. Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses
penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan konsep
dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Spradley
dalam Sugiyono (2013:244) menyatakan bahwa “Analysis of any kind involve a
way of thinking. It refers to the systematic examinatin of something to determine
its parts, the relation among patrs, and the relationship to the whole. Analysis is a
search for patterns”. Analisis dalam jenis penelitian apapun, adalah merupakan
cara berpfikir. Hal itu berkaitan dengan pujian secara sistematis terhadap sesuatu
untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan
keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola,
Sugiyono (2013:244) mengatakan Analisis data adalah proses mencari dan
menyususn secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam
kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun keadalm
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Sugiyono (2013:244) Analisis data kualitatif adalah bersifat
induktif, yaitu suatu analisis berdsasarkan data yang diperoleh, selanjutnya
dikembangkan menjadi hipotesis. Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang
sehingga selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterimaatau
ditolak berdasarkan data yang terkumpul. Bila berdasarkan data yang dapat
dikumpulkan secara berulang-ulang dengan teknik triangulasi, ternyata hipotesis
diterima, maka hipotesis tersebut berkembang menjadi teori.
2. Rujukan
Sumber rujukan pada umumnya dihimpun pada akhir suatu karya tulis
ilmiah seringkali ditulis dengan kata kepustakaan, referensi, daftar pustaka atau
bibliografi. Sumber rujukan dipakai sebagai landasan yang digunakan dalam
penulisan suatu karya tulis ilmiah yang diperoleh dari bahan pustaka cetak seperti
buku teks, jurnal/makalah, makalah seminar dll. Sedangkan bahan pustaka non
cetak (elektronik) diperoleh dari internet, e-books, e-journal dll.
a. Kepustakaan
merupakan sebuah daftar yang dipakai sebagai rujukan yang dapat
mendukung penulisan ide, hasil telaah, dan penelitian seseorang penulis yang
akan dibahas dan akan dimuat dalam suatu naskah baik berupa penerbitan
berseri seperti jurnal, paper, bulletin dan lain-lain yang dipublikasikan baik
secara nasional maupun skala internasional.
b. Referensi
merupakan semua bahan acuan yang dipergunakan oleh penulis karya tulis
ilmiah untuk memperkokoh dukungan tentang argumentasi yang dipaparkan
di dalam tulisannya baik berupa hasil penelitian, karya tulis mahasiswa, dosen
maupun karya tulis profesi lainnya.

Jenis-jenis pengutipan referensi:


1) Model-Model Pengutipan Dalam Penelitian
Ada berbagai macam metode pengutipan yang digunakan dalam menulis
karya ilmiah, berikt ini contohnya:
a) American Psychological Association atau APA telah menjadi model standar
dalam beberapa ilmu seperti psikologi, ekonomi, sosiologi dll. APA memiliki
ciri sebagai berikut:
 huruf besar hanya digunakan pada kata pertama pada judul atau
subjudul
 pada referensi nama semua pengarang ditulis dalam susunan pertama
terakhir misalnya Abdullah, T
 jika terdapat lebih dari satu nama, maka digunakan koma untuk
memisahkan kemudian didahului tanda ampersand pada nama akhir
Contoh: Surahman,E., Wedi,A., & Setyosari,P.
 Nama pertama dan kedua para penulis diwakili oleh inisial, yang
ditunjukkan dengan kata petunjuk “F.M” (First Midle)
 Tahun terbit selalu disebut, baik dalam referensi maupun intax citation
 Kutipan sumber-sumber online diliputi tanggal ketika sumber
didapatkan dari Web.
 Apabila mengacu kebagian khusus dari suatu karya, maka nomor
halaman bagian tersebut harus masuk ke dalam daftar pustaka, tetapi
tidak ke dalam in-text citation.
Contoh pengutipan model APA sebagai berikut:
Referensi pada tulisan (kutipan)
Pembelajaran yang baik perlu memperhatikan keragaman gaya belajar
pebelajar, hal itu bertujuan untuk memastikan para pebelajar dapat
belajar secara nyaman dan optimal(Surahman & Alfindasari, 2017;
Surahman & Surjono, 2017).
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Surahman, E., & Surjono, H. D. (2017). Pengembangan adaptive mobile
learning pada mata pelajaran SMA sebagai upaya mendukung
proses blended learning. Jurnal Inovasi Teknologi Pendidikan,
4(1), 26-37.

b) The Chicago Manual of Style


Metode the Chicago Manual of Style atau disebut juga dengan metode
Chicago. Metode pengutipan ini menggunakan model catatan kaki atau catatan
akhir bab pada setiap pernyataan yang dikutipnya. Secara historis metode ini
muncul dari karyanya Kate Turabian, A Mannual for Writters, yang diterbitkan
oleh University of Chicago Press. Di dalamnya berisi panduan tentang
bagaimana membuat catatan kaki dan bibiliografi dalam karya ilmiah.
Saat ini, metode Chicago manual of style ini banyak digunakan oleh para
peneliti dari bidang ilmu budaya, khusunya sastra, seni, tari, music, agama,
teater, teologi, sejarah, dan ilmu sosial. Hal ini disebabkan oleh
memungkinkannya peneliti memberikan komentar serta menyebutkan berbagai
karya lainnya yang perlu dirujuk (Sulistyo, 2010).
Footnote:
Gorys Keraf (1994 : 143) mengemukakan bahwa catatan kaki adalah keterangan
dari teks karangan yang ditempatkan pada kaki halaman karangan yang
bersangkutan. Catatan kaki dapat ditemukan pada hampir semua karya ilmiah
(seperti : tesis, skripsi/tugas akhir, makalah, proposal) dan beberapa karya tulis
(seperti : buku pelajaran, novel non fiksi).
Adapun yang membedakan antara catatan kaki dengan daftar pustaka adalah letak
dari catatan atau keterangan tersebut. Daftar pustaka ditulis di akhir karya
ilmiah/karya tulis pada satu halaman khusus secara sekaligus. Sedangkan catatan
kaki ditulis pada margin bawah lembaran/halaman yang sama dengan teks bacaan
yang bersangkutan (teks bacaan yang diberi keterangan tambahan).
Fungsi Catatan Kaki
Penggunaan catatan kaki pada suatu karya ilmiah/karya tulis memiliki fungsi
penting, yaitu sebagai berikut :
 untuk memenuhi salah satu kode etik yang berlaku dalam penulisan karya
ilmiah dan karya tulis
 sebagai bentuk apresiasi atau penghargaan terhadap karya orang lain
 untuk menjelaskan sumber kutipan dari teks bacaan yang terdapat dalam
karya ilmiah/karya tulis
 untuk memberikan keterangan tambahan atau komentar
 sebagai pedoman dalam menyusun daftar bacaan (bibliografi)
 sebagai bukti pendukung keaslian suatu penemuan atau pernyataan yang
dikemukakan dalam karya ilmiah/karya tulis
 untuk menambah pembahasan yang dibutuhkan dari sebuah pernyataan
dalam teks bacaan, namun tambahan pembahasan tersebut tidak relevan
jika ditempatkan dalam teks bacaan

Prinsip-prinsip penulisan catatan kaki sebagai berikut:


 Dipisahkan dari teks sebelumnya dengan jarak dua spasi dengan
menggunakan garis sepanjang 15 spasi dari margin kiri.
 Diketik menggunakan ukuran font 11 dengan 1 spasi.
 Penomoran dengan angka Arab, dimulai dari margin kiri setelah
karakter ketujuh sebagaimana awal paragraf. Bagian selanjutnya ditulis
sejajar dengan margin kiri.
 Nomor dan teks catatan kaki tidak dipisahkan dengan spasi.
 Penomoran catatan kaki dimulai dan diurutkan perbab, setiap berganti
bab catatan kaki selalu dimulai dengan nomor satu.
 Penempatan catatan kaki tidak boleh melampaui margin bawah. Jadi,
tulisan catatan kaki paling akhir pada suatu halaman berjarak tiga
sentimeter (3 cm) dari sisi kertas terbawah.
 Nama pengarang ditulis sesuai dengan aslinya (tidak mendahulukan nama
belakang). Segenap gelar akademik yang berada di depan dan/atau
belakang nama seseorang tidak dicantumkan dalam catatan kaki.
Perhatikan contoh berikut ini :
1
Oemar Hamalik. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem (Jakarta: Bumi Akasara, 2004), hal 15.
1. Pengaran Oemar Hamalik, sebenarnya memiliki gelar Prof. Oemar Hamalik,
tetapi gelar nama pengarang tidak boleh dicantumkan dalam footnote
2. Catatan kaki dengan sumber buku teks yang pertama digunakan (nomor 1)
ditata dalam urutan: nama penulis (ditulis sesuai aslinya tanpa mendahulukan
nama akhir), tanda koma, judul buku (ditulis dalam cetakan miring - Italic),
kurung buka, tempat-kota terbit, titik dua, nama penerbit, tanda koma, tahun
penerbitan, kurung tutup, tanda koma, nomor halaman, dan tanda titik. Jika
penulis 2 orang, kedua nama dicantumkan. Jika penulis 3 orang atau lebih,
hanya dicantumkan nama penulis pertama dan diikuti kata “dkk” (singkatan
dan kawan-kawan).
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(Jakarta: Kencana Prenda Media, 2008), hal 54
2
I Wayan Dasna dan Sutrisno. Model-model Pembelajaran
Konstruktivistik dalam Pembelajaran Sains-Kimia. (Malang: Jurusan
Kimia FMIPA UM, 2006), hal 13

3. Jika kutipan kedua langsung mengikuti kutipan pertama, unsur catatan


kaki yang ditulis berupa kata Ibid (singkatan dari ibidem) dalam bentuk
cetakan miring (Italic), tanda titik, tanda koma, nomor halaman (bila
nomor halaman kutipan kedua berbeda dengan nomor halaman kutipan
pertama). Apabila nomor halaman sama, cukup ditulis Ibid. Perhatikan
contoh:
3
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(Jakarta: Kencana
4
Ibid, 32
5
Ibid
4. Jika kutipan sudah diseling sumber lain, unsur catatan kaki yang
dicantumkan adalah nama akhir penulis, tanda koma, dua kata awal judul
buku yang dicetak miring, tanda titik tiga, tanda koma, nomor halaman, dan
tanda titik. Jika penulis 2 orang, nama akhir yang disebutkan hanya penulis
pertama.
Contoh:

6
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(Jakarta: Kencana Prenda Media, 2008), hal 54
7
I Wayan Dasna dan Sutrisno. Model-model Pembelajaran
Konstruktivistik dalam Pembelajaran Sains-Kimia. (Malang: Jurusan
Kimia FMIPA UM, 2006), hal 13

8
Sanjaya, Strategi Pembelajaran..., 30

5. Jika seorang pengarang memiliki dua karya tulis atau lebih dan disebutkan
untuk pertama kali secara berurutan dalam satu nomor catatan kaki, nama
penulis urutan kedua diganti dengan kata idem. Tanda titik koma
digunakan untuk memisahkan kata idem dengan kata atau angka yang
mengakhiri catatan kaki sebelumnya. Perhatikan contoh berikut ini :
9
I Wayan Dasna dan Sutrisno. Model-model Pembelajaran Konstruktivistik
dalam Pembelajaran Sains-Kimia. (Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM,
2006), hal 13; Idem, Karakteristik Siswa (Malang: Jurusan Kimia FMIPA
UM, 2010), 54

2) Teknik Merujuk Kutipan Langsung Dan Tak Langsung


a) Cara Merujuk Kutipan Langsung
 Kutipan kurang dari 40 kata
Kutipan yang berisi kurang dari 40 kata, ditulis di antara tanda kutip (“...”)
sebagai bagian yang terpadu dalam teks utama, dan diikuti dengan nama penulis,
tahun dan nomor halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks
atau menjadi satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam tanda kurung.
Contoh :
Elfindri (2012: 27) mengungkapkan bahwa karakter adalah hasil dari kualitas
mental atau kekuatan moral.
Nama penulis disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman.
 Kutipan 40 kata atau lebih
Kutipan yang berisi 40 kata atau lebih, ditulis secara terpisah dari teks
yang mendahuluinya (tanpa tanda kutip), ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri
dan kanan, dan diketik dengan jarak spasi tunggal atau rapat. Nomor halaman juga
ditulis.
Contoh :
Andi (2011: 17) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan baik informasi, alat atau teks
yang disusun secara sistematis dan menampilkan kompetensi yang akan
dikuasai siswa yang digunakan guru untuk tujuan perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Pada hakikatnya bahan ajar
digunakan sebagai alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru
maupun siswa dalam kegiatan pembelajaran.
 Kutipan yang Sebagian Dihilangkan
Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang
dibuang, kata-kata yang dibuang diganti dengan tiga titik.
Contoh :
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah ...
diharapkan sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan 1995:278).
Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan
empat titik.
Contoh :
“Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara
mata, tangan atau bagian tubuh lain .... Yang termasuk gerak manipulatif antara
lain adalah menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim
1995:315).
b) Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung
Kutipan yang ditulis secara tidak langsung atau dikemukakan dengan bahasa
penulis sendiri ditulis tanpa tanda kutip dan terpadu dalam teks. Nama penulis
bahan kutipan dapat disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam kurung
bersama tahun penerbitanya. Jika memungkinkan nomor halaman disebutkan.
Contoh :
Mulyasa (2009:225) mengungkapkan pembelajaran adalah proses interaksi antara
siswa dengan lingkungannya yang mendorong terjadi perubahan tingkah laku
kearah yang lebih baik.
Maka dikutip menjadi berikut dengan nama penulis disebut dalam kurung
bersama tahun penerbitnya.
Contoh :
Suatu proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya boleh disebut
pembelajaran apabila terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik
(Mulyasa, 2009:225).

c. Daftar Pustaka
Merupakan serangkaian daftar yang memuat sumber acuan, rujukan, maupun
referensi yang digunakan, baik itu data yang diambil dari buku, jurnal,
internet ensiklopedia hingga media massa. Daftar pustaka ditempatkan
dibagian akhir dari sebuah artikel atau laporan secara berurutan sesuai abjad.
Jenis-jenis penulisan daftar pustaka berdasarkan sumber:
1) Daftar pustaka dari buku
1. Nama penulis
Ditulis dengan urutan nama akhir, nama awal dan nama tengah tanpa gelar
akademik. Berikut ini beberapa ketentuannya:
a. Jika pengarang terdiri dari dua atau tiga orang, nama pengarang
dituliskan semuanya dengan ketentuan nama orang pertama dibalik
sedangkan nama orang kedua dan ketiga tetap. Di antara kedua nama
pengarang itu digunakan kata penghubung “dan”.
Contoh:
• Sumardjan, Selo dan Marta Susilo.
• Kusmadi, Ismail. Dini A., dan Eva R.
b. Jika lebih dari tiga orang, ditulis nama pengarang pertama yang dibalik
lalu ditambahkan singkatan “dkk” (dan kawan-kawan) atau et all.
Contoh:
• Kartika, Salma dkk.
• Susan, Alberta et. all.
c. Jika beberapa buku ditulis oleh seorang pengarang, nama pengarang
cukup ditulis sekali pada buku yang disebut pertama. Selanjutnya
cukup dibuat garis sepanjang 10 ketukan dan diakhiri dengan tanda
titik. Setelah nama pengarang, cantumkan tahun terbit dengan
dibubuhkan tanda titik. Jika tahunnya berbeda, penyusunan daftar
pustaka dilakukan dengan urutan berdasarkan yang paling lama ke
yang paling baru.
Contoh:
• Keraf, Gorys. 1979.
• _________ . 1982.
• _________ . 1984.
d. Jika diterbitkan pada tahun yang sama, penempatan urutannya
berdasarkan pola abjad judul buku. Kriteria pembedaannya adalah
setelah tahun terbit dibubuhkan huruf, misalnya a, b, c tanpa jarak.
Contoh:
• Bakri, Oemar. 1987a.
• __________ . 1987b.
2. Tahun penerbitan
Setelah mencantumkan nama pengarang, kemudian mencantumkan tahun
terbit. Biasakan meneliti terlebih dahulu pada tahun cetakan awal karena
bisa saja buku yang dipakai merupakan cetakan kedua, ketiga maupun
terakhir
3. Judul, termasuk sub judul
Penulisan judul atau sub judul pada buku biasanya ditulis dengan italic
(miring)
4. Kota tempat penerbitan
5. nama penerbit
Contoh Daftar Pustaka dari Buku
Data Buku:
Judul : Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran
Penulis : Ngalim Purwanto
Penerbit : PT Remaja Rosdakarya
Kota Penerbit : Bandung
Tahun Terbit : 2009

Cara Penulisan:
Purwanto, Ngalim. 2009. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Daftar pustaka dari artikel dalam jurnal, koran atau majalah


1. Nama
Nama yang ditulis dalam daftar pustaka artikel adalah nama penulis
artikel, bukan editor jurnal, koran maupun majalah yang menjadi sumber
referensi
2. Judul
Penulisan judul artikel yang menjadi sumber referensi. Penulisan tidak
dengan format italic, melainkan tegak lurus dengan pemberian tanda kutip
(“) pembuka dan penutup. Setelah itu, lanjutkan dengan penulisan sumber
jurnal ataupun majalah yang memuat artikel tersebut. Penulisan nama
jurnal, majalah, atau koran baru dicetak miring. Ikutkan di halaman berapa
artikel tersebut dimuat yang ditulis dalam tanda kurung [(…)].
Contoh Penulisan Daftar Pustaka dari Artikel Jurnal
Data Artikel:
Judul Jurnal : A Journal For Educators Science Publisher Volume 6
Judul Artikel : Expanding The 5e Model
Penulis : Arthur Eisencraft
Penerbit : A Nasional Science Teacher Assosiation
Kota Terbit : Colombus
Tahun Terbit : 2013

Cara Penulisan:
Eisencraft, Arthur. 2013. “A Journal For Educators Science Publisher”
dalam A Nasional Science Teacher Assosiation Volume 6 (hlm. 56-59).
Colombus: A Nasional Science Teacher Assosiation

Selain artikel cetak, tidak jarang seseorang mengambil sumber tulisannya


dari artikel-artikel di internet (dalam jaringan.daring/online). Untuk
penulisan daftar pustaka dari internet seperti ini, urutannya adalah sebagai
berikut:

1. Nama
Cara penulisan nama untuk artikel daring tidak berbeda dengan penulisan
nama dari sumber buku maupun artikel cetak.
2. Tahun Penayangan
Tuliskan tahun penayangan dari artikel tersebut.
3. Judul
Judul artikel daring tidak ditulis secara italic, melainkan hanya diapit tanda
kutip (“).
4. URL
Jangan lupa menyalin alamat URL dari artikel tersebut agar dapat diakses
jika ada yang ingin membuktikan kesahihannya.
5. Waktu Pengambilan
Di bagian akhir, jangan lupa mencantumkan waktu pengambilan artikel
daring itu secara lengkap, yakni tanggal dan jam saat kamu mengunduh
ataupun menjadikannya referensi.

Selain urutan, masalah tanda batas dalam daftar pustaka artikel


internet/daring agak berbeda dengan penulisan dari sumber cetak. Tanda
titik (.) sebagai batas hanya berlaku untuk mengakhiri nama penulis dan
tahun penayangan. Sementara itu, pembatasan dari judul ke URL dan dari
URL ke waktu pengambilan data berupa tanda koma (,).

Contoh Daftar Pustaka dari Internet (Artikel Daring)


Data Artikel:
Judul : Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global?
Penulis : Jeko Iqbal Reza
Tanggal Tayang : 29 Agustus 2015
Waktu Akses : 10 Februari 2016, pukul 10.27
URL : http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-
dampak-mematikan-pemanasan-global
Cara Penulisan:
Reza, Jeko Iqbal. 2015. “Inikah Dampak Mematikan Pemanasan Global”,
http://tekno.liputan6.com/read/2304179/inikah-dampak-mematikan-
pemanasan-global, diakses pada 10 Februari 2016 pukul 10.27.

4) Penulisan Sumber Rujukan


Dalam penulisan sumber rujukan terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
seperti berikut ini:
a) Apabila buku yang dikutip tidak memiliki kota terbit maka ditulis tanda
(s.I) yang diambil dari kata Sineloco
b) Apabila buku yang dikutip tidak memiliki penerbit maka bisa
menggunakan istilah Sinenomie (s.n)
c) Apabila buku yang dikutip tidak memiliki tahun penerbitan bisa ditulis
(s.a) yang merupakan singkatan dari sineanio
Bambang Dwiloka dan Rati Riana menjelaskan bahwa daftar rujukan berupa
daftar yang berisi buku, makalah, artikel dan bahan lain yang menggunakan
kutipan langsung maupun tidak. Dengan ketentuan sebagai berikut
a) Semua rujukan yang dicantumkan disusun menurut abjad nama pengarang
atau lembaga penerbitan baik ke bawah maupun ke kanan
b) Daftar rujukan tidak diberi nomor urut 1 atau huruf a hingga seterusnya
Jika nama pengarang maupun nama lembaga pengarang tidak ada maka
penyusunan daftar rujukan didasarkan pada judul pustaka acuan
E. Kerangka Konsep Dan Hipotesis
1. Kerangka Konsep
a. Pengertian Kerangka Konsep
Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu sehingga
dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam
kenyataannya konsep mempunyai tingkat generalisasi tertentu. Semakin dekat
dengan realita semakin mudah konsep itu diukur dan diartikan. Konsep dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu konsep abstrak dan konsep kongkrit.
Konsep kongkrit yakni yang dapat diukur dengan alat ukur fisik, artinya terukur
dengan kasat mata. Contohnya konsep meja, panjang, berat dan lain-lain. Adapun
konsep yang abstrak misalnya sikap, motivasi, persepsi dan lain-lain. Oleh karena
itu peneliti tentang rnotivasi misalnya perlu mendefinisikan dengan jelas apa itu
motivasi, yaitu dengan memberikan gambaran tentang karakteristiknya sehingga
mudah dipahami.
Definisi atau konsep berfungsi untuk menyederhanakan pengertian atau ide-
ide maupun gejala-gejala sosial yang digunakan agar orang yang membacanya
dapat segera memahami maksud sesuai dengan maksud peneliti menggunakan
konsep tersebut. Dengan jelasnya pernyataan konsep atau definisi istilah tersebut
akan memperlancar komunikasi antara peneliti dengan pembaca yang ingin
mengetahui isi penelitiannya. Dalam kerangka konseptual ini peneliti dapat
menjelaskan konsep tersebut dengan kata-kata yang akan dipakai dalam penelitian
sehingga pembaca dapat memahami sesuai dengan yang dirnaksudkan oleh
peneliti.
Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan
menggeneralisasi suatu pengertian. Konsep tak bisa diamati, tak bisa diukur
secara langsung.
Kerangka konseptual penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti.
Kerangka konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara
panjang lebar tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari
konsep ilmu / teori yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada
tinjauan pustaka atau kalau boleh dikatakan oleh peneliti merupakan ringkasan
dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai variabel yang diteliti.
Kerangka konseptual diharapkan akan memberikan gambaran dan
mengarahkan asumsi mengenai variabel-variabel yang akan diteliti. Kerangka
konseptual memberikan petunjuk kepada peneliti di dalam merumuskan masalah
penelitian. Peneliti akan menggunakan kerangka konseptual yang telah disusun
untuk menentukan pertanyaan-pertanyaan mana yang harus dijawab oleh
penelitian dan bagaimana prosedur empiris yang digunakan sebagai alat untuk
menemukan jawaban terhadap pertanyaan tersebut. Kerangka konseptual
diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir deduktif (aplikasi teori) dan
induktif (fakta yang ada, empiris), kemudian dengan kemampuan kreatif-inovatif,
diakhiri dengan konsep atau ide baru yang disebut kerangka
teoritis berkaitan dengan kegiatan untuk menjelaskan masalah dengan teori
yang relevan, konseptual.
Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi tentang hubungan atau
kaitan antara konsep- konsep atau variabel- variabel yang akan diamati atau
diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2012).
Terbentuknya kerangka konsep diawali sejak topik penelitian ditentukan.
Setelah peneliti memperoleh topik penelitian, maka langkah selanjutnya ia harus
mencari landasan teori atau konsep-konsep yang melatarbelakanginya. Teori-teori
tersebut jika digabungkan dan diringkas dalam satu bagan akan menghasilkan
kerangka teori . Dari kerangka teori inilah peneliti menentukan jenis variabel yang
akan diteliti. Variabel-variabel tersebut kemudian ditentukan hubungannya dalam
sebuah kerangka yang disebut kerangka konsep, dan agar dapat dioperasionalkan
dalam sebuah penelitian, variabel tersebut didefinisikan dalam sebuah bagan/tabel
yang disebut definisi operasional.
Pemilihan kerangka konsepsual yang tepat pada sebagian besar penelitian
ditentukan oleh beberapa landasan, yaitu :
1) landasan pertama berpikir deduktif; analisis teori, konsep, prinsip, premis
yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Oleh karena itu peneliti
harus membuat analisis secara hati-hati dan kritis serta menelaah semua
kepustakaan yang berhubungan dengan subyek penelitian secara cermat,
sebelum memformulasikan hipotesis yang bertujuan untuk menjawab
pertanyaan penelitian tersebut.
2) Landasan kedua berpikir induktif ; analisis penelusuran hasil penelitian orang
lain yang mendahului yang terkait dengan masalah dan tujuan penelitian.
3) Landasan ketiga adalah merumuskan permasalahan dan penetapan tujuan
penelitian atas dasar sintesis dari analisis landasan pertama dan ke-empat
dengan cara berpikir kreatif-inovatif; sintesis pengalaman, teori, fakta, tujuan
penelitan dan logika berpikir kreatif disusun menjadi kerangka konseptual
penelitian.
Ada semacam asas dalam pembuatan kerangka pikir atau kerangka
konseptual, yaitu : Untuk pendidikan sarjana, kerangka konsep mengacu pada
suatu konsep yang telah ada (cukup satu). Variabel yang membentuk kerangka
konsep disesuaikan dengan variabel yang relevan dengan permasalahan yang ada
(tujuan penelitian). Jadi mencoba mencocokkan teori, konsep dengan realita
permasalahan di lapangan. Untuk pendidikan magister, selain berdasarkan
kerangka konsep yang ada (bisa lebih dari satu), juga diminta ada masukan ide
atau gagasan baru. Paling tidak ada modifikasi variable yang disesuaikan realita di
lapangan. Tujuan akhir penelitian program magister lebih diutamakan dalam
bentuk ide dan atau teknologi pemecahan masalah. Untuk pendidikan doktor,
maka konsep yang ada harus dimodifikasi, artinya seorang program doktor juga
ada ide, gagasan inovatif dalam mengembangan konsep. Ide inovatif yang
disesuaikan dengan kondisi dan situasi di mana penelitian tersebut diadakan,
sehingga menghasilkan pengetahuan baru.

b. Tahap Penyusunan Kerangka Konsep


Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara
konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian. Untuk itu
langkah-langkah yang dilakukan sebelum membuat kerangka konseptual ini
adalah :
1) Seleksi dan definisi konsep (logika berpikir untuk mencoba menjelaskan atau
atribut dari masalah yang akan diteliti)
2) Mengembangkan pernyataan hubungan.
3) Mengembangkan konsep dalam gambar / kerangka. Yang meliputi :
a) disesuaikan dengan pernyataan masalah.
b) penjelasan bagaimana hubungan masalah dengan variabel yang lain, yang
diduga sebagai penyebab timbulnya masalah. Arah kerangka sesuaikan
dengan variabel yang akan diteliti dengan mengembangkan konsep
dalam gambar / kerangka dengan membuat garis mana yang diteliti dan
tidak dengan menggunakan garis sambung atau terputus, serta buat panah
untuk bagian yang ada pengaruhnya dan tidak untuk bagian yang tidak
ada pengaruh.
c) Identifikasi dan analisa teori yang diaplikasikan.
Contoh:

c. Kegunaan Kerangka Konsep


1) Sebagai orientasi dari masalah yang diteliti.
2) Sebagai konseptualisasi dan klasifikasi yang memberikan petunjuk tentang
kejelasan konsep, fenomena dan variabel atas dasar pengelompokan
tertentu.
3) Sebagai generalisasi teori memberikan rangkuman terhadap generalisasi
empirik dan antar hubungan dari berbagai proposisi yang didasarkan pada
asumsi-asumsi tertentu baik yang akan diuji maupun yang telah diterima.
4) Sebagai peramal fakta; teori dapat melakukan peramalan dengan membuat
ekstrapolasi dari yang sudah diketahui terhadap yang belum diketahui.

d. Contoh Kerangka Konsep

Faktor-faktor yang
berhubungan:

1. Kurikulum 2013
2. Pembelajaran fisika
3. Model pembelajaran Hasil belajar
Learning Cycle 7 E
4. Bahan ajar fisika
berintegrasi nilai
karakter
2. Hipotesis
a. Pengertian hipotesis
Hipo artinya bawah, tesis artinya pendapat. Jadi hypotesis berarti pendapat
yang kebenaranya masih dangkal dan perlu diuji, patokan duga, atau dalil
sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut.
Hipotesis adalah kesimpulan teoritis yang masih harus dibuktikan kebenarannya
melalui analisis terhadap bukti-bukti empiris. Setelah melalui pembuktian dari
hasil penelitian, maka hypotesis ini dapat benar atau salah, dapat diterima atau
ditolak.
Hypotesis seyogyanya diturunkan dari suatu teori, sehingga rumusan
hipotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yang mengandung
hubungan dua variabel atau lebih. Sumber hipotesis bisa dari hasil kajian teoritis
atau melalui proses menghubung-hubungkan sejumlah bukti empiris dan juga bisa
hasil perenungan atau reka-reka rasional.
Ada beberapa alasan mengapa hipotesis itu harus dibuat yaitu 1) Hipotesis
yang dirumuskan peneliti dapat dijadikan bukti kuat, bahwa peneliti mempunyai
penguasaan yang cukup luas dan mendalam mengenai fokus kajian. 2) Hipotesis
merupakan panduan peneliti dalam rangka pengumpulan data dan analisa data,
penentuan prosedur kerja dan data yang harus dicari selama proses penelitian.
Hipotesis dalam penelitian merupakan jawaban atau dugaan sementara
terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan penelitian telah dinyatakan
dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2010). Hipotesis berasal dari bahasa
Yunani yang terdiri atas 2 kata, yaitu hypo berarti di bawah dan thesis berarti
pendirian, pendapat yang ditegakkan, kepastian (Soekadijo, 1993). Dapat
diartikan, hipotesis merupakan sebuah istilah ilmiah yang digunakan dalam
rangka kegiatan ilmiah yang mengikuti kaidah-kaidah berfikir biasa, secara sadar,
teliti, dan terarah. Sedangkan menurut Gay & Diehl (1992) hipotesis atau hipotesa
adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena
masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis merupakan panduan bagi peneliti dalam pengumpulan dan
analisa data, serta penentuan prosedur kerja dan data yang harus dicari selama
proses penelitian. Sumber hipotesis bisa dari hasil kajian teoritis atau melalui
proses menghubungkan sejumlah bukti empiris dan hasil perenungan yang
rasional. Untuk merumuskan hipotesis digunakan dengan dua cara, yaitu cara
berpikir secara induktif dan deduktif. Berpikir induktif merupakan cara berpikir
melalui penarikan kesimpulan umum dari serangkaian gejala yang spesifik dari
peristiwa nyata, sedangkan berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui
penarikan kesimpulan khusus dari sejumlah atau serangkaian gejala umum dari
peristiwa nyata. Hipotesis dapat diuji apakah dapat diterima atau tidak dengan
melakukan perbandingan antara nilai sampel dengan nilai populasi yang diajukan.
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya perlu diuji. Nasir (1990) menyatakan bahwa hipotesis tersusun
berdasarkan teori, maka belum tentu isinya selalu mutlak benar: Untuk itulah
diperlukan data empiris untuk menguji apakah jawaban yang tertera dalam
hipotesis itu masih relevan kebenanarannya. Hampir senada dengan pernyataan di
atas, Margono (1997:80), mengemukakan bahwa "Hipotesis merupakan suatu
kemungkinan jawaban dari masalah yang diajukan, dan ini merupakan dugaan
yang bijaksana dari si peneliti yang diturunkan dari teori yang telah ada".
Tuckman (1999) menyatakan bahwa tanpa adanya hipotesis tak akan ada progress
dalam wawasan atau pengertian ilmiah dalam pengumpulan fakta ernpiris.
Sedangkan Kerlinger (1980) berpendapat bahwa hipotesis dapat diajukan apabila
peneliti akan rnenghubungkan atau membandingkan dua atau beberapa variabel.
Oleh karena itu penelitian yang tidak menghubungkan atau membandingkan
variabel-variabel, sebaiknya menggunakan pertanyaan penelitian. Ini berarti
bahwa tidak semua penelitian harus mencantumkan hipotesis.

b. Kegunaan hipotesis
Secara garis besar, kegunaan hipotesis dalam penelitian adalah sebagai
berikut :
1) Memberikan batasan serta memperkecil jangkauan dan kerja penelitian.
2) Menyiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antara fakta yang
kadang kala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
3) Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang bercerai-berai
tanpa kodisi dalam satu kesatuan.
4) Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian fakta dan antar fakta.

Hipotesis merupakan bagian penting dalam suatu penelitian ilmiah,


khususnya penelitian kuantitatif (Uma, 1992). Menurut Kerlinger (2006) ada tiga
alasan utama yang mendukung pandangan ini, yaitu:
1) Hipotesis dapat dikatakan sebagai perangkat kerja teori. Hipotesis ini dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
2) Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau tidaknya.
3) Hipotesis adalah alat yang dapat memajukan pengetahuan karena menjadikan
ilmuwan dapat keluar dari zona nyamannya. Artinya, hipotesis disusun dan
diuji untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai
dan pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.

Menurut Mardalis (1995), ada beberapa ha1 yang perlu diperhatikan dalam
mengemukakan hipotesis diantaranya adalah:
1) Hipotesis hendaknya dikemukakan dalam bentuk kalimat pernyataan, bukan
dalam kalimat tanya.
2) Hipotesis hendaknya dirumuskan secara jelas dan padat.
3) Hipotesis hendaknya menyatakan berhubungan atau perbedaan antara dua
atau lebih variabel.
4) Hipotesis hendaklah dapat diuji, yaitu dengan tersedianya data yang akan
dikumpulkan untuk mengujinya,

c. Cara memperoleh hipotesis


Hipotesis dapat bersumber dari teori atau hasil perenungan yang
mendalam. Dari manapun sumber hipotesis , tidak menjadi masalah, namun yang
paling utama bahwa untuk merumuskan hipotesis harus digunakan cara tertentu,
yaitu cara berpikir bisa secara induktif maupun deduktif.
Berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan
umum dari sejumlah atau serangkaian gejala spesifik dari peristiwa nyata dan
berpikir induktif merupakan cara berpikir melalui penarikan kesimpulan khusus
dari sejumlah atau serangkaian gejala umum dari peristiwa nyata.

d. Hipotesis dalam Penelitian


Hipotesis dalam penelitian didasarkan pada masalah atau tujuan dari
penelitian tersebut. Gay & Diehl (1992) mengatakan bahwa pada penelitian
deskriptif ada yang berpendapat bahwa tidak menggunakan hipotesis karena
hanya membuat deskripsi atau mengukur secara cermat tentang suatu fenomena
yang diteliti, tetapi ada juga yang beranggapan bahwa penelitian deskriptif bisa
menggunakan hipotesis. Sedangkan pada penelitian penjelasan dimana tujuannya
adalah untuk menjelaskan hubungan antar variabel satu dengan yang lain adalah
suatu keharusan untuk menggunakan hipotesis (Creswell, 2003). Fungsi penting
dari hipotesis pada penelitian, adalah:
1. Menguji teori
2. Mendorong munculnya teori
3. Menerangkan fenomena sosial
4. Sebagai pedoman untuk mengarahkan penelitian
5. Memberikan kerangka untuk menyusun kesimpulan yang akan dihasilkan

e. Ciri-ciri hipotesis
Seperti telah diuraikan diatas, bahwa hipotesis adalah suatu kesimpulan
sementara atau jawaban sementara dari suatu penelitian. Oleh sebab itu hipotesis
harus memiliki landasan teoritis, bukan hanya sekadar suatu dugaan yang tidak
mempunyai landasan ilmiah, melainkan lebih dekat kepada suatu kesimpulan.
Ciri-ciri suatu hipotesis adalah sebagai berikut :
1) Hipotesis dinyatakan dalam bentuk pernyataan (statement),bukan dalam
bentuk kalimat tanya.
2) Hipotesis harus tumbuh dari ilmu pengetahuan yang diteliti. Hal ini berarti
bahwa hipotesis hendaknya berkaitan dengan lapangan ilmu pengetahuan
yang sedang atau akan diteliti.
3) Hipotesis harus dapat diuji, hal ini berarti suatu hipotesis harus mengandung
atau terdiri dari variabel-variabel yang dapat diukur dan dapat dibanding-
bandingkan.
4) Hipotesis harus sederhana dan terbatas, artinya hipotesis yang tidak
menimbulkan perbedaan-perbedaan, pengertian, serta tidak terlalu luas
sifatnya.

f. Prinsip uji hipotesis


Prinsip uji hipotesis adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel
dengan nilai populasi yang diajukan. Peluang untuk diterima atau ditolaknya suatu
hipotesis tergantung besar kecilnya perbedaan antara nilai sampel dengan nilai
hipotesis. Bila perbedaan cukup besar peluang untuk menolak hipotesispun besar,
dan sebaliknya.

g. Bentuk Hipotesis
Dalam statistik dan penelitian terdapat dua macam hipotesis, yaitu :
1) Hipotesis nol (hipotesis statistik)
Pada penelitian, hipotesis nol ini diartikan sebagai tidak adanya hubungan
atau perbedaan antara dua fenomena yang diteliti. Diberi notasi atau symbol
dengan (H0).
Contoh :
Tidak terdapat pengaruh berarti dari penerapan bahan ajar fisika
terintegrasi nilai karakter dalam model learning cycle 7E terhadap hasil
belajar siswa kelas XI SMAN 4 Bukittinggi.
2) Hipotesis alternatif (hipotesis penelitian)
Hipotesis alternatif adalah lawannya hipotesis nol, yang berbunyi adanya
perbedaan atau adanya hubungan antara dua fenomena yang diteliti
(variabel bebas dengan variabel terikat), diberi notasi atau simbol dengan
(HI).
Contoh :
Terdapat pengaruh berarti dari penerapan bahan ajar fisika terintegrasi
nilai karakter dalam model learning cycle 7E terhadap hasil belajar
siswa kelas XI SMAN 4 Bukittinggi.
h. Jenis Rumusan Hipotesis
Menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka rumusan
hipotesis dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu :
1) Hipotesis deskriptif
Hipotesis deskriptif yaitu hipotesis yang menggambarkan spesifik ciri – ciri
suatu tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak membuat perbandingan atau
hubungan.
Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
 Seberapa besar peran bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter
dalam model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI
di SMAN 4 Bukittinggi ?
 Bagaimanakah bentuk bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter
dalam model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI
di SMAN 4 Bukittinggi?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :


 Peran bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter dalam model
learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAN 4
Bukittinggi.
 Bentuk bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter dalam model
learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAN 4
Bukittinggi.
2) Hipotesis komparatif (perbedaan )
Hipotesis komparatif yaitu pernyataan yang menunjukan dugaan nilai dengan
membuat perbandingan dalam satu variabel atau lebih pada sampel yang
berbeda.
Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
Adakah perbedaan bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter dalam
model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAN
4 Bukittinggi?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :


Tidak terdapat perbedaan bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter
dalam model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di
SMAN 4 Bukittinggi. Atau bisa juga terdapat perbedaan bahan ajar
fisika terintegrasi nilai karakter dalam model learning cycle 7E
terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAN 4 Bukittinggi.
3) Hipotesis Asosiatif (hubungan)
Hipotesis asosiatif yaitu suatu pernyataan yang menunjukan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih.
Contoh :
Jika rumusan masalah sebagai berikut :
Bagaimanakah hubungan bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter
dalam model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di
SMAN 4 Bukittinggi Bagaimanakah hubungan antara intelegensi
dengan prestasi belajar ?

Dari pernyataan ini dapat dirumuskan hipotesis seperti berikut :


Ada hubungan antara bahan ajar fisika terintegrasi nilai karakter dalam
model learning cycle 7E terhadap hasil belajar siswa kelas XI di SMAN
4 Bukittinggi.
i. Tahapan Pembentukan Hipotesis
1. Penentuan masalah
2. Hipotesis pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis)
3. Pengumpulan fakta
4. Formulasi hipotesis
5. Pengujian hipotesis
6. Aplikasi/penerapan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Bennett, N., Borg, W. R., & Gall, M. D. (1984). Educational Research: An


Introduction. British Journal of Educational Studies, 32(3), 274.
https://doi.org/10.2307/3121583.
Creswell, J.W. (2003). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Second Edition. California: Sage Publication.
Djunaidi. (2019). Sumber Rujukan Sebagai Referensi yang Mendukung Karya
Tulis Ilmiah Bagi Pustakawan, 33(2), 001-011
Gall, M. D., Borg, W. R., & Gall, J. P. (2003). Educational research: An
introduction. Longman Publishing.
Gay, L.R. & Diehl, P.L. (1992). Research Methods for Bussiness and
Management. New York: MacMillan Publishing Company.
Gunawan, Imam. . Metode Penelitian Kuantitatif. Malang: Universitas Negeri
Malang
Hasnunidah, Neni.2017. Metode Penelitian Pendidikan. Bandar Lampung: Media
Akademi
Kerlinger, F. N. (1978). Similarities and differences in social attitudes in four
Western countries. International Journal of Psychology, 13(1), 25–37.
Mardalis. (1995). Metode Penelitian, Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi
Aksara.
Sandu, S. dan Ali, S. 2015. Dasar Metodologi Penelitiani. Yogyakarta: Literasi
Media Publishing
Sugiyono (2013). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
_______. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta.
Bandung
Surahman, E., Satrio, A., Sofyan, H. (2020). Kajian Teori Dalam Penelitian.
JKTP Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan. 3 (1): 49-58.
Surahman,E.,Adri,S,. & Herminarto,S. (2020). Kajian Teori Dalam Penelitian.
JKTP Jurnal Kajian Teknologi Pendidikan, 3(1), 49-58
Soekadijo.R.G. (1993). Logika Dasar, tradisional, simbolik, dan induktif. Jakarta:
PT. Gramedia Pustaka.
Uma, S. (1992). Research Methods for Business: A Skill Building Approach,
second edition. New York: John Wiley& Sons

You might also like