Professional Documents
Culture Documents
Perkembangan
Perkembangan
PERKEMBANGAN ARSITEKTUR 1
TENTANG ARSITEKTUR NUSANTARA DAN ARSITEKTUR TIMUR
DISUSUN OLEH:
LAKSAMANA TIMUR MUCHLIS MAHADIN (07262211076)
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI ARSITEKTUR
UNIVERSITAS KHAIRUN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyatakan kebaikan-Nya
dengan menolong penyusun dalam menyusun makalah ini. Tanpa rahmat dan anugerah-Nya
tidak mungkin semuanya ini dapat terjalani dengan lancar.
Adapun makalah ini dibuat sebagai panduan bagi penyusun secara pribadi untuk
memudahkan penyusun sebagai dosen pengampu mata kuliah dalam menunaikan tugas.
Selain itu, makalah ini juga diharapkan dapat menolong mahasiswa dalam mengikuti
perkuliahan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Menyadari di dunia ini tidak ada
yang sempurna, penyusun menyampaikan permohonan maaf jika ada hal-hal yang kurang
berkenan dalam penulisan makalah ini.
Demikian makalah ini saya buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang saya angkat pada makalah ini, saya mohon maaf.
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I...................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...............................................................................................................4
PEMBAHASAN.................................................................................................................5
PENUTUP.........................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbicara tentang arsitektur di era globalisasi, sebagian orang berpendapat bahwa
proses globalisasi akan membuat dunia arsitektur menjadi seragam, proses globalisasi akan
menghapus identitas atau jati diri arsitektur, khususnya arsitektur lokal atau arsitektur etnik.
Arsitektur lokal atau arsitektur etnik akan ditelan oleh kekuatan arsitektur modern atau
kekuatan arsitektur global. Begitu juga yang terjadi pada arsitektur nusantara, sementara ini
sebagian orang juga menganggap arsitektur nusantara sebagai peninggalan jaman kuno
(jaman ‘old’) yang sudah usang dan tidak berkembang, karena orang beranggapan sekarang
ini adalah jaman modern (jaman ‘now’), jaman dimana era global bukan jamannya lagi
berpikir lokal. Hal ini sejalan dengan pendapat Naisbitt bahwa semakin kita ingin bergerak
keluar (mendunia), justru kita dituntut untuk memperkuat yang ada di dalam. Demikian juga
yang terjadi dalam dunia arsitektur, proses globalisasi tidak menghapus identitas atau jati diri
arsitektur nusantara. Sejalan dengan mulai berkembangnya pemahaman arsitektur nusantara,
mengkinikan arsitektur nusantara, maka proses globalisasi justru semakin memperkuat
tumbuhnya arsitektur nusantara. Arsitektur nusantara akan tumbuh subur dalam era
globalisasi. Hal tersebut sepaham dengan pemikiran Prof. Eko di Harian Kompas tanggal 12
Maret 2004 yang mengajak kita untuk menangkal pengaruh globalization melalui gerakan
glocalization, atau globalisasi dengan cita rasa lokal (globalization with local flavour).
Pengaruh globalisasi sebaiknya kita tempatkan sebagai suatu kesempatan untuk
mengglobalkan arsitektur nusantara, guna menjadikan arsitektur nusantara sebagai upaya
pengembangan ilmu di bidang pengetahuan arsitektur.
Kebutuhan untuk menempatkan kebudayaan nasional pada derajat yang tinggi atas
dasar pemahaman bahwa kebudayaan nasional merupakan identitas bangsa yang harus
dilestarikan, dikembangkan, dan diteguhkan di tengah perubahan global yang pesat dan dapat
mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia Kita wajib terbuka bagi kebudayaan luar,
asal mampu mempertinggi derajat kebudayaan kita sendiri. Demikian pula yang terjadi dalam
dunia arsitektur, kita harus bisa menerima modernisme arsitektur dalam rangka memperkuat
khasanah Arsitektur Nusantara. Jadi pada prinsipnya memodernkan atau mengglobalkan
Arsitektur Nusantara merupakan hal yang lebih diharapkan dalam rangka mengembangkan
dan meneguhkan Arsitektur Nusantara itu sendiri. Salah satu tujuan diterbitkannya Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2017 Tentang Arsitek Pasal 3, adalah
meningkatkan peran arsitek dalam mewujudkan pelaksanaan pembangunan yang berwawasan
lingkungan serta menjaga dan mengembangkan budaya dan peradaban Indonesia, ini
merupakan salah satu kewajiban para arsitek di Indonesia untuk menjunjung tinggi nilai
budaya Indonesia. Hal tersebut mengandung pengertian bahwa seorang arsitek memiliki
tugas untuk terus merawat dan mengembangkan arsitektur yang berbudaya Indonesia, dalam
hal ini Arsitektur Nusantara.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Arsitektur Nusantara
Arsitektur Nusantara bukanlah Arsitektur Tradisional, meskipun kedua arsitektur ini
merujuk pada sosok arsitektur yang sama yaitu arsitektur yang ditumbuhkembangkan oleh
demikian banyak anak bangsa dan suku bangsa di Indonesia. Arsitektur Tradisional
mempelajari tentang kosmologi dan mitos, kepercayaan, lambang, mata pencaharian, jalinan
sosial, kesenian kerajinan, tata letak, sedangkan Arsitektur Nusantara lebih membahas
tentang tatanan estetikakomposisi, sistem struktur dan konstruksi, tektonika, stilistika, proses
konstruksi, makna, adattradisi manusia-lingkungan-bangunan. Arsitektur Nusantara bukanlah
sinonim dengan arsitektur tradisional, sebab di satu sisi pengetahuan tentang arsitektur
tradisional berada dalam lingkaran disiplin kebudayaan, sehingga diyakini bahwa arsitektur
merupakan buah atau cerminan budaya. Di sisi lain Arsitektur Nusantara ini muncul karena
keterlibatan masyarakat atau arsitek lah yang menghadirkan karya arsitektur lewat
kebudayaan, jadi bukan kebudayaan yang menghadirkan arsitektur. Arsiteklah yang
memutuskan untuk menampilkan sesuatu gaya atau memancarkan kebudayaan Jawa, Toraja,
Minahasa, atau gaya Barat pada bangunan yang dibuatnya. Arsitek yang menciptakan karya
arsitektur punya posisi yang teramat penting bagi “nasib” dan “kemujuran” kebudayaan.
Karena ditangani dalam disiplin ilmu arsitektur, maka arsitektur anakbangsa ini disebut
Arsitektur Nusantara, bukan Arsitektur Tradisional.
Arsitektur Tradisional dianggap belum bisa mengikuti perubahan dalam era global,
padahal arsitektur harus selalu berubah mengikuti perkembangan jaman itu sendiri. Pada
umumnya orang hanya mempelajari Arsitektur Tradisional itu sendiri tanpa melihat proses
perubahannya, sehingga akhirnya Arsitektur Tradisional mengalami stagnasi dan berhenti
pada eranya. Oleh karena itu muncul seorang arsitek sekaligus peneliti dan kritikus Indonesia
(Josef Prijotomo) yang mempopulerkan konsep Arsitektur Nusantara yaitu arsitektur yang
semestinya bisa dikemas dalam bentuk masa kini. Menurut Subijono (2014) Arsitektur
Nusantara menjadi living monument yang hidup dan tumbuh bersama masyarakat dan
Arsitektur Nusantara harus dapat mengakomodasi interpretasi baru, material baru dan fungsi
baru yang sesuai dengan gaya hidup masyarakat pada masanya.
Ciri-ciri arsitektur nusantara
1. Atap
Atap menjadi bagian yang secara umum menutupi seluruh bagian rumah sampai
teras. Hanya saja, setiap daerah memiliki bentuk atap yang beragam dan biasanya
memiliki makna terkait adat dan kepercayaan.
2. Material
Sebagai bangunan nusantara, tentunya lebih mengutamakan penggunaan bahan
yang berasal dari alam, contohnya kayu dan batu. itu sebabnya, kebanyakan rumah
nusantara terbuat dari bahan yang mudah ditemukan di lingkungannya.
3. Struktur
Bencana juga merupakan faktor pemicu yang membuat masyarakat menggunakan
berbagai cara supaya bangunan terlindungi dari bencana.
4. Bentuk
Biasanya, bangunan nusantara memiliki bentuk berupa rumah panggung dengan
penyangga yang terbuat dari kayu.
5. Area Resapan
Bangunan nusantara didesain untuk hunian yang nyaman sekaligus ramah
lingkungan. Oleh karena itu arsitektur nusantara juga mempertimbangkan faktor
cuaca pada tempat yang beriklim tropis ini.
Faktor yang Mempengaruhi Arsitektur Nusantara
1. Budaya
Keragaman budaya lokal dari Aceh sampai Papua merupakan faktor utama yang
mempengaruhi keragaman berbagai gaya arsitektur di Indonesia.
Karena pada dasarnya, bentuk rumah adat sampai element pada bangunan
berdasarkan kepercayaan tertentu. Lebih dari itu, kepercayaan setiap daerah berbeda,
bahkan bisa terdapat beberapa kepercayaan di satu daerah tertentu.
Contohnya pada bangunan masyarakat Hindu yang memiliki area khusus
sembahyang dan sesajen.
2. Cincin Api
Wilayah Indonesia termasuk dalam jalur cincin api yang memiliki serangkaian
gunung berapi aktif dan rawan gempa bumi. Itu sebabnya masyarakat dituntut
supaya kreatif dan adaptif untuk melindungi bangunan ketika terjadi gempa.
Sementara itu, untuk membangun bangunan yang tahan gempa setiap daerah juga
harus menyesuaikan dengan sumber daya alam yang ada. Perbedaan sumber daya di
setiap daerah ini yang membuat bentuk bagunan nusantara berbeda.
Lebih dari itu, setiap daerah juga memiliki faktor lain seperti cuaca yang
mengharuskan masyarakat menerapkannya pada bangunan.
3. Musim
Sebagai negara dengan iklim tropis, faktor selanjutnya yang mempengaruhi
keragaman arsitektur nusantara yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Untuk itu, setiap daerah diharuskan membangun bangunan yang tahan terhadap
panas dan hujan lebat. Menariknya, setiap daerah memiliki cara serta bahan yang
berbeda untuk digunakan.
4. Geografis
Wilayah Indonesia terdiri dari lautan dan daratan yang membuat masyarakat harus
menyesuaikan karakter bangunan dengan lingkungan.
Itu sebabnya karakter bangunan di dekat pantai berbeda dengan bangunan di daratan
yang jauh dari laut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebutuhan untuk menempatkan kebudayaan nasional pada derajat yang tinggi atas
dasar pemahaman bahwa kebudayaan nasional merupakan identitas bangsa yang harus
dilestarikan, dikembangkan, dan diteguhkan di tengah perubahan global yang pesat dan dapat
mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia Kita wajib terbuka bagi kebudayaan luar,
asal mampu mempertinggi derajat kebudayaan kita sendiri.
Arsitektur Nusantara bukanlah Arsitektur Tradisional, meskipun kedua arsitektur ini
merujuk pada sosok arsitektur yang sama yaitu arsitektur yang ditumbuhkembangkan oleh
demikian banyak anak bangsa dan suku bangsa di Indonesia.
Dengan demikian menurut pandangan tradisi adati Bali, bangunan adalah wadah dari
manusia dan merupakan penghubung antara manusia = mikro kosmos = bhuwana alit dan
alam semesta = mokro kosmos = bhuwana agung, sebagai keseimbangan kosmologi dalam
usaha untuk menjaga keseimbangan unsu-unsur pembentuk manusia dan alam semesta;
terdiri dari lima unsur yang disebut Panca Maha Bhuta, yaitu pertiwi (zat padat), apah (zat
cair), teja (sinar), wahyu (udara), dan akasa (ether).
Dunia Timur yang dimaksud dalam pembahasan ini sesuai dengan apa yang diartikan
To Thi Anh dalam bukunya Budaya Timur dan Barat, Konflik atau Harmoni; yaitu kawasan
yang dipengaruhi dalam kebudayaan India dan Cina, seperti India, Cina, Korea, Jepang dan
negara-negara Asia Tenggara termasuk didalamnya Nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
NUSANTARA’, Jurnal
R. Irawan Surasetja, Drs., Teori Perencanaan dan Perancangan II, ‘TEORI TEORI