You are on page 1of 16

MAKALAH DAN ASKEP

(GAGAL GINJAL KRONIS)


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Perkemihan, Dan
Imunologi

Dosen Pengampu
Dr.Darsini,S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun Oleh :

Disusun Oleh : Kelompok 12

1. Latifatus Sa’adah

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan,
dimana makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Keperawatan
Dewasa Sistem Endokrin, Perkemihan, Dan Imunologi. Dan tentunya apabila dalam
penulisan makalah ini masih ada yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan, kritik
dan saran yang tentunya bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki
tugas dalam penyusunan makalah di waktu selanjutnya. Susunan dalam pembuatan
makalah ini berdasarkan penyusunan makalah yang dalam hal ini membahas tentang
suatu penyakit yaitu GAGAL GINJAL KRONIS. Oleh karena itu saya sebagai
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung atas
terselesaikannya makalah ini atas segala bantuannya yang diberikan terutama Ibu
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Perkemihan, Dan
Imunologi Ibu Dr.Darsini,S.Kep.,Ns.,M.Kes yang mengajar mata kuliah ini.
Kemudian penyusun berharap semoga mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi
kalangan mahasiswa secara umum dan sesuai dengan apa yang di harapkan oleh Ibu
yang mengampu mata kuliah ini.

Jombang, 7 Mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

1.1 Latar belakang..................................................................................................1


1.2 Rumusan masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan masalah.................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................3

2.1 Konsep teori penyakit.......................................................................................3


2.1.1 Definisi..................................................................................................3
2.1.2 Etiologi..................................................................................................4
2.1.3 Manifestasi klinis..................................................................................5
2.1.4 Patofisiologi..........................................................................................6
2.1.5 Komplikasi............................................................................................7
2.1.6 Penatalaksanaan....................................................................................9
2.1.7 Pencegahan...........................................................................................11

BAB III KONSEP ASKEP..........................................................................................

BAB V PENUTUP........................................................................................................

5.1 Kesimpulan...........................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit
ginjal dimana terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan
hingga tahunan yang ditandai dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR)
secara perlahan dalam periode yang lama. Tidak terdapat gejala awal pada
penyakit ginjal kronis, namun seiring waktu saat penyakit ginjal kronis memberat,
akan timbul gejala-gejala seperti: bengkak pada kaki, kelelahan, mual dan muntah,
kehilangan nafsu makan, dan kebingungan

Fungsi ginjal menandakan kondisi ginjal dan fungsinya dalam fisiologi


ginjal. Glomerular Filtration Rate (GFR) menandakan jumlah cairan yang di
filtrasi oleh ginjal. Creatinine Cleareance Rate (CrCl) menandakan jumlah
kreatinin darah yang disaring oleh ginjal. CrCl merupakan parameter yang
berguna untuk mengetahui GFR dari ginjal.

Penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat berupa diabetes melitus, tekanan
darah tinggi (Hipertensi), glomerulonephritis, penyakit ginjal polikistik
(Polycystic Kidney Disease). Factor resiko dari penyakit ginjal kronis dapat
berupa riwayat penyakit keluarga pasien. Diagnosis dari penyakit ginjal kronis
secara umum berupa tes darah yang berfungsi untuk mengetahui Glomerulus
Filtration Rate (GFR), dan tes urin untuk mengetahui apakah terdapat
albuminuria. Pemeriksaan lebih lanjut dapat berupa ultrasound dan biopsy ginjal
untuk mengetahui penyebab dari penyakit ginjal kronis 34)

Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa
prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia 15 tahun berdasarkan
diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun
2018 sebesar 0,38%. Penyebab tersering penyakit ginjal kronis adalah Hipertensi
pada 550 ribu pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan
glomerulonephritis pada 238 ribu pasien.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu gagal ginjal kronis?

2. Apa saja etiologi dari gagal ginjal kronis?

3. Apa saja manifestasi klinis dari gagal ginjal kronis?

4. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronis?

5. Apa saja komplikasi dari gagal ginjal kronis?

6. Bagaimana penatalaksanaan dari gagal ginjal kronis?

7. Bagaimana pencegahan dari gagal ginjal kronis?

1.3 Tujuan masalah

1. Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal kronis.

2. Untuk menegetahui etiologi dari gagal ginjal kronis.

3. Untuk mengetahui manifestasi dari gagal ginjal kronis.

4. Untuk mengetahui patofiologi dari gagal ginjal kronis.

5. Untuk mengetahui komplikasi dari gagal ginjal kronis.

6. Untuk mengetahui pentalaksanaan dari gagal ginjal kronis.

7. Untuk mengethaui pencegahan dari gagal ginjal kronis.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep teori penyakit


2.1.1 Definisi
Gagal Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang bersifat
persisten dan irreversible. Gangguan fungsi ginjal merupakan penurunan laju
filtrasi glomerulus (glomerolus filtration rate/GFR) yang dapat digolongkan
ringan dan berat (Mansjoer, 1999: 531).
Gagal ginjal kronik adalah satu sindrom klinis yang disebabkan penurunan
fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut
(Slamet, 2001: 427)
Gagal ginjal kronik merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana ginjal gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia berupa retensi urea
dan sampah lain dalam darah (Brunner & Suddarth, 2002: 1448).
Berdasarkan ketiga pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa gagal
ginjal kronik adalah suatu keadaan dimana ginjal mengalami kerusakan
sehingga tidak mampu lagi mengeluarkan sisa-sisa metabolisme yang ada di
dalam tubuh dan menyebabkan penumpukan urea dan sampah metabolisme
lainnya serta ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.

2.1.2 Etiologi

Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of


National Kidney Foundation (2016), ada dua penyebab utama dari penyakit
ginjal kronis yaitu diabetes dan tekanan darah tinggi. Diabetes terjadi ketika gula
darah terlalu tinggi, menyebabkan kerusakan banyak organ dalam tubuh,
termasuk ginjal dan jantung, serta pembuluh darah, saraf dan mata.
Tekanan darah tinggi, atau hipertensi, terjadi ketika tekanan darah terhadap
dinding pembuluh darah meningkat. Jika tidak terkontrol, atau kurang terkontrol,
tekanan darah tinggi bisa menjadi penyebab utama serangan jantung, stroke dan

6
penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis baru dari data tahun 2014
berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) masih sama dengan
tahun sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi meningkat menjadi 37% diikuti
oleh Nefropati diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer memberi proporsi
yang cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruktif pun masih memberi
angka 7% dimana pada registry di negara maju angka ini sangat rendah.
Masih ada kriteria lain yang memberi angka 7%, angka ini cukup tinggi hal
ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis etiologi pada IRR. Proporsi
penyebab yang tidak diketahui atau E10 cukup rendah.
2.1.3 Manifestasi klinis

Manifestasi Manifestasi klinis menurut Suryono (2001) dalam (Nuari &


Widayati, 2017) adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Kardiovaskuler
Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas. akibat perikarditis. effuse persikardie
dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan
edema.
2. Gangguan Pulmonal
Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak suara krekels.
3. Gangguan Gastrointestinal
Anoreksia, nausea dan fortinus yang berhubungan dengan metabolisme
protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan
perdarahan mulut, nafas bau ammonia.
4. Gangguan Musculoskeletal
Resiles reg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu di gerakkan),
Burning feet sindrom (rasa kesemutan dan terbakar terutama di telapak kaki),
tremor, miopati (kelemahan dan hipertrofi otot-otot ekstremitas.
5. Gangguan Integumen
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat
penimbunan urokom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
6. Gangguan Endokrin
Gangguan seksual: libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi

7
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
7. Gangguan cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemis, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang. hemolisis
akibat berkurangnya masa hidup ertosit dalam suasana uremia toksik, dapat
juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan trombositopen)
2.1.4 Patofisiologi

Patofisiologi gagal ginjal kronis beragam, bergantung pada proses penyakit


penyebab. Tanpa melihat penyebab awal, glomeruloskerosis dan inflamasi
interstisial dan fibrosis adalah ciri khas gagal ginjal kronis dan menyebabkan
penurunan fungsi ginjal (Copsted & Banasik, 2010) dalam (Nuari &Widayati,
2017). Seluruh unit nefron secara bertahap hancur. Pada tahap awal, saat nefron
hilang, nefron fungsional yang masih ada mengalami hipertrofi. Aliran kapiler
glomerulus dan tekanan meningkat dalam nefron ini dan lebih banyak pertikel
zat larut disaring untuk mengkompensasi massa ginjal zat yang hilang.
Kebutuhan yang meningkat ini menyebabkan nefron yang masih ada mengalami
sklerosis (jaringan parut) glomerulus, menimbulkan kerusakan nefron pada
akhirnya. Proteinuria akibat kerusakan glomelurus diduga menjadi penyebab
cedera tubulus. Proses hilangya fungsi nefron yang kontinu ini dapat terus
berlangsung meskipun setelah proses penyakit awal teratasi (Faunci et al, 2008)
dalam (Nuari & Widayati, 2017).
Perjalanan gagal ginjal kronis beragam, berkembang selama periode
bulanan hingga tahunan. Pada tahap awal, seringkali disebut penurunan
cadangan ginjal, nefron yang tidak terkena mengkompensasi nefron yang hilang.
GFR sedikit turun dan pada pasien asimtomatik disertasi BUN dan kadar
kreatinin serum normal. Ketika penyakit berkembang dan GFR (Glomelulaar
Filtration Rate) turun lebih lanjut, hipertensi dan beberapa manifestasi
insufisiensi ginjal dapat muncul. Serangan berikutnya pada ginjal ditahap ini
(misalnya infeksi, dehidrasi, atau obstruksi saluran kemih) dapat menurunkan

8
fungsi dan memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar
serum kreatinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oguria, dan
manifestasi uremia muncul. Pada (ESRD), tahap akhir gagal ginjal kronis, GFR
kurang dari 10% normal dan tetapi penggantian ginjal diperlukan untuk
mempertahankan hidup (LeMone, Dkk, 2015).
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase gangguan
keseimbangan cairan, penanganan gram, serta awal penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi yang bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi
ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi kinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron- nefron yang sehat mengambil alih fungsi
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi (Muttaqin & Sari, 2011).
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nerfon yang ada
untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban
cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk
kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-
protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak
terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan nefron dan secara
progresif fungsi ginjal menurun secara derastis dengan manifestasi penumpukan
metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan
terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap
organ tubuh (Muttaqin & Sari, 2011)..
2.1.5 Komplikasi

Komplikasi yang dapat di timbulkan oleh gagal ginjal kronik adalah


(Baugman,2000) dalam (Prabowo, 2014):
1. Penyakit tulang
Penurunan kadar kalsium (hipokalsemia) secara langsung akan
mengakibatkan deklafisikasi matriks tulang, sehingga tulang akan
menjadi rapuh (osteoporosis) dan jika berlangsung lama akan
menyebabkan fraktur pathologis.

9
2. Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroprotri yang mengalami difisiensi di
ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi Seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria, pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.

2.1.6 Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronik
adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.
Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronik membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi
dan meningkatkan harapan hidup klien. (Hutagaol, 2017)

a. Terapi konservatif

Tujuan dari terapi konservatif adalah mencegah memburuknya faal ginjal


secara progresif, meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi loksin
azotemia, memperbaiki metabolisme secara optimal dan memelihara
keseimbangan cairan dan elektrolit.

1) Peranan diet

Terapi diet rendah protein (DRP) menguntungkan untuk mencegah atau


mengurangi toksin azotemia, tetapi untuk jangka lama dapat merugikan
terutama gangguan keseimbangan negatif nitrogen.

2) Kebutuhan jumlah kalori

10
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.

3) Kebutuhan cairan

Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.

4) Kebutuhan elektrolit dan mineral

Kebutuhan jumlah mineral dan elektrolit bersifat individual tergantung


dari LFG dan penyakit ginjal dasar (underlying renal disease).

b. Terapi simptomatik

1) Asidosis metabolik

Asidosis metabolik harus dikoreksi karena meningkatkan serum kalium


(hiperkalemia), Untuk mencegah dan mengobati asidosis metabolik dapat
diberikan suplemen alkali. Terapi alkali (sodium bicarbonat) harus segera
diberikan intravena bila pH 7,35 atau serum bikarbonat≤ 20 mEq/L.

2) Anemia

Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.

3) Keluhan gastrointestinal

Anoreksi, cegukan, mual dan muntah, merupakan keluhan yang sering


dijumpai pada gagal ginjal kronis.Keluhan gastrointestinal ini merupakan
keluhan utama (chief complaint) dari gagal ginjal kronis. Keluhan
gastrointestinal yang lain adalah ulserasi mukosa mulai dari mulut sampai
anus. Tindakan yang harus dilakukan yaitu program terapi dialisis adekuat
dan obat-obatan simtomatik.

4) Kelainan kulit

Tindakan yang diberikan harus tergantung dengan jenis keluhan kulit.

5) Kelainan neuromuskular

11
Terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang
adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.

6) Hipertensi

Pemberian obat-obatan anti hipertensi.

7) Kelainan sistem kardiovaskular

Tindakan yang diberikan tergantung dari kelainan kardiovaskular yang


diderita.

c. Terapi pengganti ginjal

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik stadium 5,


yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit. Terapi tersebut dapat berupa
hemodialisis, dialisis peritoneal, dan transplantasi ginjal.

1) Hemodialisis

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk mencegah gejala


toksik azotemia, dan malnutrisi. Tetapi terapi dialisis tidak boleh terlalu
cepat pada pasien gagal ginjal kronis yang belum tahap akhir akan
memperburuk faal ginjal (LFG).

Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan
yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah
persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) 120 mg% dan kreatinin > 10
mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,
anoreksia, muntah, dan astenia berat.

2) Dialisis peritoneal (DP)

Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih
dari 65 tahun), pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila
dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan
stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih
cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-

12
mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat
intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang
jauh dari pusat ginjal
2.1.7 Pencegahan primer, sekunder dan tersier gagal ginjal kronis

1. Pencegahan primer dengan melakukan aktivitas mencegah rusaknya ginjal bagi


masyarakat dengan faktor risiko tinggi misalnya memiliki penyakit diabetes,
hipertensi, pasien dengan proteinuria. Pencegahan primer kepada gagal ginjal
kronik bisa mencakup:
a. Rajin beraktivitas fisik dan olahraga
b. Menjaga kadar gula darah tetap normal
c. Menjaga tekanan darah tetap normal
d. Menjaga berat badan ideal
e. Minum air putih 8-10 gelas per hari
f. Tidak merokok
g. Periksa fungsi ginjal secara berkala.
2. Pencegahan sekunder yaitu implementasi konservatif yang mencakup
pengobatan penyakit co morbid (penyakit penyerta) dalam mengurangi
progresifitas gagal ginjal kronik. (Fahmi, 2010)
a. Pengobatan konservatif dengan memanfaatkan fungsi ginjal yang masih
tersedia serta menghapuskan beragam faktor yang memberatkan yang mampu
memperlamban progresivitas gagal ginjal. Dalam pengoabatan konservatif
penyakit gagal ginjal kronik diantaranya mengatur berdiet natrium, kalium
maupun cairan serta pencegahan dan pengobatan komplikasi. (Fahmi, 2010)
b. Dialisis yakni tahapan difusi zat terlarutkan serta air yang dengan pasif
melalui membran yang terdapat pori dari suatu kompartemen cair ke
kompartemen cair yang lain. Ada dua teknik dasar yang dipakai untuk dialisis
yakni hemodialisis dan dialisis peritoneal, prinsip kedua teknik ini sama.
(Fahmi,2010)
3. Pencegahan tersier ialah upaya menghindari komplikasi penyakit yang lebih
berat bahkan sampai kematian. Upaya ini dilakukan pada penderita gaga ginjal
kronis yang sudah ataupun sedang melaksanakan pengobatan maupun terapi
penggantinya. Pencegahan tersier untuk penderita GGK bisa mencakup:
a. Kurangi stres, memantapkan dukungan sosial dari keluarga guna

13
mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penderita gagal ginjal kronis.
b. Tetap melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan, batasi mobilisasi sebab
hal itu bisa memberi peningkatan demineralisasi tulang.
c. Melakukan peningkatan ketaatan kepada program terapeutik.
d. Menaati program berdiet yang telah disarankan guna mempertahankan
keadaan gizi optimal supaya kualitas kehidupan maupun rehabilitasinya
dapat diraih.
e. Transplantasi ginjal (Fahmi, 2010)

14
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal
dimana terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan
yang ditandai dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam
periode yang lama. Ada dua penyebab utama dari penyakit ginjal kronis yaitu diabetes
dan tekanan darah tinggi. Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan
gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan kronis secara
fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka
tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronik adalah untuk mengoptimalkan
fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal
kronik membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir
komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien.

5.2 Saran
Disarankan agar pembaca dapat memahami materi ini dengan menggunakan
referensi-referensi lain dan jadikan semua buku sebagai jendela ilmu.

15
DAFTAR PUSTAKA

16

You might also like