Professional Documents
Culture Documents
Makalah Dan Askep TGS B.darsini
Makalah Dan Askep TGS B.darsini
Dosen Pengampu
Dr.Darsini,S.Kep.,Ns.,M.Kes
Disusun Oleh :
1. Latifatus Sa’adah
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur senantiasa marilah senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya makalah ini dapat terselesaikan,
dimana makalah ini disusun sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah Keperawatan
Dewasa Sistem Endokrin, Perkemihan, Dan Imunologi. Dan tentunya apabila dalam
penulisan makalah ini masih ada yang kurang sesuai dengan apa yang diharapkan, kritik
dan saran yang tentunya bersifat membangun sangat diharapkan untuk memperbaiki
tugas dalam penyusunan makalah di waktu selanjutnya. Susunan dalam pembuatan
makalah ini berdasarkan penyusunan makalah yang dalam hal ini membahas tentang
suatu penyakit yaitu GAGAL GINJAL KRONIS. Oleh karena itu saya sebagai
penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang mendukung atas
terselesaikannya makalah ini atas segala bantuannya yang diberikan terutama Ibu
pengampu Mata Kuliah Keperawatan Dewasa Sistem Endokrin, Perkemihan, Dan
Imunologi Ibu Dr.Darsini,S.Kep.,Ns.,M.Kes yang mengajar mata kuliah ini.
Kemudian penyusun berharap semoga mahasiswa ini dapat bermanfaat bagi
kalangan mahasiswa secara umum dan sesuai dengan apa yang di harapkan oleh Ibu
yang mengampu mata kuliah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB V PENUTUP........................................................................................................
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................
5.2 Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................
3
BAB I
PENDAHULUAN
Penyebab dari penyakit ginjal kronis dapat berupa diabetes melitus, tekanan
darah tinggi (Hipertensi), glomerulonephritis, penyakit ginjal polikistik
(Polycystic Kidney Disease). Factor resiko dari penyakit ginjal kronis dapat
berupa riwayat penyakit keluarga pasien. Diagnosis dari penyakit ginjal kronis
secara umum berupa tes darah yang berfungsi untuk mengetahui Glomerulus
Filtration Rate (GFR), dan tes urin untuk mengetahui apakah terdapat
albuminuria. Pemeriksaan lebih lanjut dapat berupa ultrasound dan biopsy ginjal
untuk mengetahui penyebab dari penyakit ginjal kronis 34)
Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 dan 2018 menunjukan bahwa
prevalensi penyakit gagal ginjal kronis di Indonesia 15 tahun berdasarkan
diagnosis dokter pada tahun 2013 adalah 0,2% dan terjadi peningkatan pada tahun
2018 sebesar 0,38%. Penyebab tersering penyakit ginjal kronis adalah Hipertensi
pada 550 ribu pasien, diabetes melitus pada 418 ribu pasien, dan
glomerulonephritis pada 238 ribu pasien.
4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa itu gagal ginjal kronis?
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Etiologi
6
penyakit ginjal kronis. Begitupun sebaliknya, penyakit ginjal kronis dapat
menyebabkan tekanan darah tinggi.
Penyebab gagal ginjal pasien hemodialisis baru dari data tahun 2014
berdasarkan data dari Indonesian Renal Registry (IRR) masih sama dengan
tahun sebelumnya. Penyakit ginjal hipertensi meningkat menjadi 37% diikuti
oleh Nefropati diabetika sebanyak 27%. Glomerulopati primer memberi proporsi
yang cukup tinggi sampai 10% dan Nefropati Obstruktif pun masih memberi
angka 7% dimana pada registry di negara maju angka ini sangat rendah.
Masih ada kriteria lain yang memberi angka 7%, angka ini cukup tinggi hal
ini bisa diminimalkan dengan menambah jenis etiologi pada IRR. Proporsi
penyebab yang tidak diketahui atau E10 cukup rendah.
2.1.3 Manifestasi klinis
7
dan aminore. Gangguan metabolic glukosa, gangguan metabolic lemak dan
vitamin D.
7. Gangguan cairan dan elektrolit dan keseimbangan asam basa
Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium
dan dehidrasi, asidosis, hiperkalemis, hipomagnesemia, hipokalsemia.
8. System hematologi
Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin,
sehingga rangsangan eritopoesis pada sum-sum tulang berkurang. hemolisis
akibat berkurangnya masa hidup ertosit dalam suasana uremia toksik, dapat
juga terjadi gangguan fungsi thrombosis dan trombositopen)
2.1.4 Patofisiologi
8
fungsi dan memicu awitan gagal ginjal atau uremia nyata lebih lanjut. Kadar
serum kreatinin dan BUN naik secara tajam, pasien menjadi oguria, dan
manifestasi uremia muncul. Pada (ESRD), tahap akhir gagal ginjal kronis, GFR
kurang dari 10% normal dan tetapi penggantian ginjal diperlukan untuk
mempertahankan hidup (LeMone, Dkk, 2015).
Secara ringkas patofisiologi gagal ginjal kronis dimulai pada fase gangguan
keseimbangan cairan, penanganan gram, serta awal penimbunan zat-zat sisa
masih bervariasi yang bergantung pada bagian ginjal yang sakit. Sampai fungsi
ginjal turun kurang dari 25% normal, manifestasi kinis gagal ginjal kronik
mungkin minimal karena nefron- nefron yang sehat mengambil alih fungsi
nefron yang rusak. Nefron yang tersisa meningkatkan kecepatan filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresinya, serta mengalami hipertrofi (Muttaqin & Sari, 2011).
Seiring dengan makin banyaknya nefron yang mati, maka nefron yang
tersisa menghadapi tugas yang semakin berat sehingga nefron-nerfon yang ada
untuk meningkatkan reabsorpsi protein. Pada saat penyusutan progresif nefron-
nefron, terjadi pembentukan jaringan parut dan aliran darah ginjal akan
berkurang. Pelepasan rennin akan meningkat bersama dengan kelebihan beban
cairan sehingga dapat menyebabkan hipertensi. Hipertensi akan memperburuk
kondisi gagal ginjal, dengan tujuan agar terjadi peningkatan filtrasi protein-
protein plasma. Kondisi akan bertambah buruk dengan semakin banyak
terbentuk jaringan parut sebagai respon dari kerusakan nefron dan secara
progresif fungsi ginjal menurun secara derastis dengan manifestasi penumpukan
metabolit-metabolit yang seharusnya dikeluarkan dari sirkulasi sehingga akan
terjadi sindrom uremia berat yang memberikan banyak manifestasi pada setiap
organ tubuh (Muttaqin & Sari, 2011)..
2.1.5 Komplikasi
9
2. Penyakit Kardiovaskuler
Ginjal sebagai control sirkulasi sistemik akan berdampak secara
sistemik berupa hipertensi, kelainan lipid, intoleransi glukosa, dan
kelainan hemodinamik (sering terjadi hipertrofi ventrikel kiri).
3. Anemia
Selain dalam fungsi sirkulasi, ginjal juga berfungsi dalam rangkaian
hormonal (endokrin). Sekresi eritroprotri yang mengalami difisiensi di
ginjal akan mengakibatkan penurunan hemoglobin.
4. Disfungsi Seksual
Dengan gangguan sirkulasi pada ginjal, maka libido sering mengalami
penurunan dan terjadi impotensi pada pria, pada wanita dapat terjadi
hiperprolaktinemia.
2.1.6 Penatalaksanaan
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan
pengembalian, maka tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronik
adalah untuk mengoptimalkan fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan
keseimbangan secara maksimal untuk memperpanjang harapan hidup klien.
Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal kronik membutuhkan
penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir komplikasi
dan meningkatkan harapan hidup klien. (Hutagaol, 2017)
a. Terapi konservatif
1) Peranan diet
10
Kebutuhan jumlah kalori (sumber energi) untuk GGK harus adekuat
dengan tujuan utama, yaitu mempertahankan keseimbangan positif
nitrogen, memelihara status nutrisi dan memelihara status gizi.
3) Kebutuhan cairan
Bila ureum serum > 150 mg% kebutuhan cairan harus adekuat supaya
jumlah diuresis mencapai 2 L per hari.
b. Terapi simptomatik
1) Asidosis metabolik
2) Anemia
Transfusi darah misalnya Paked Red Cell (PRC) merupakan salah satu
pilihan terapi alternatif, murah, dan efektif. Terapi pemberian transfusi
darah harus hati-hati karena dapat menyebabkan kematian mendadak.
3) Keluhan gastrointestinal
4) Kelainan kulit
5) Kelainan neuromuskular
11
Terapi yang dapat dilakukan yaitu terapi hemodialisis reguler yang
adekuat, medikamentosa atau operasi subtotal paratiroidektomi.
6) Hipertensi
1) Hemodialisis
Indikasi tindakan terapi dialisis, yaitu indikasi absolut dan indikasi elektif.
Beberapa yang termasuk dalam indikasi absolut, yaitu perikarditis,
ensefalopati/neuropati azotemik, bendungan paru dan kelebihan cairan
yang tidak responsif dengan diuretik, hipertensi refrakter, muntah
persisten, dan Blood Uremic Nitrogen (BUN) 120 mg% dan kreatinin > 10
mg%. Indikasi elektif, yaitu LFG antara 5 dan 8 mL/menit/1,73m², mual,
anoreksia, muntah, dan astenia berat.
Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih
dari 65 tahun), pasien yang telah menderita penyakit sistem
kardiovaskular, pasien yang cenderung akan mengalami perdarahan bila
dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV shunting, pasien dengan
stroke, pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin masih
cukup, dan pasien nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-
12
mortality. Indikasi non-medik, yaitu keinginan pasien sendiri, tingkat
intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri), dan di daerah yang
jauh dari pusat ginjal
2.1.7 Pencegahan primer, sekunder dan tersier gagal ginjal kronis
13
mengurangi pengaruh tekanan psikis pada penderita gagal ginjal kronis.
b. Tetap melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuan, batasi mobilisasi sebab
hal itu bisa memberi peningkatan demineralisasi tulang.
c. Melakukan peningkatan ketaatan kepada program terapeutik.
d. Menaati program berdiet yang telah disarankan guna mempertahankan
keadaan gizi optimal supaya kualitas kehidupan maupun rehabilitasinya
dapat diraih.
e. Transplantasi ginjal (Fahmi, 2010)
14
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease) merupakan penyakit ginjal
dimana terdapat penurunan fungsi ginjal yang selama periode bulanan hingga tahunan
yang ditandai dengan penurunan glomerulus filtration rate (GFR) secara perlahan dalam
periode yang lama. Ada dua penyebab utama dari penyakit ginjal kronis yaitu diabetes
dan tekanan darah tinggi. Tanda dan gejala klinis pada gagal ginjal kronik dikarenakan
gangguan yang bersifat sistemik. Ginjal sebagai organ koordinasi dalam peran sirkulasi
memiliki fungsi yang banyak (organs multifunction), sehingga kerusakan kronis secara
fisiologis ginjal akan mengakibatkan gangguan keseimbangan sirkulasi dan vasomotor.
Mengingat fungsi ginjal yang rusak sangat sulit untuk dilakukan pengembalian, maka
tujuan dari penatalaksanaan klien gagal ginjal kronik adalah untuk mengoptimalkan
fungsi ginjal yang ada dan mempertahankan keseimbangan secara maksimal untuk
memperpanjang harapan hidup klien. Sebagai penyakit yang kompleks, gagal ginjal
kronik membutuhkan penatalaksanaan terpadu dan serius, sehingga akan meminimalisir
komplikasi dan meningkatkan harapan hidup klien.
5.2 Saran
Disarankan agar pembaca dapat memahami materi ini dengan menggunakan
referensi-referensi lain dan jadikan semua buku sebagai jendela ilmu.
15
DAFTAR PUSTAKA
16