You are on page 1of 65

TINJAUAN PROGRAM PENERAPAN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA (K3) DI UPT LABORATORIUM


LINGKUNGAN DINAS LINGKNGAN HIDUP
KABUPATEN AGAM
TAHUN 2019

LAPORAN MAGANG
Di UPT Laboratorim Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam

Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Oleh :

WENI
1703132

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SYEDZA SAINTIKA
PADANG, 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan dan kemudahan dalam Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan
Magang ”Tinjauan Program Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
Tahun 2019” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih
penulis berikan kepada Ibu Gusliani Eka Putri, M.Si selaku Pembimbing
Akademik dan kepada Ibu Meri Kamtesa, ST., MSc selaku Pembimbing
Lapangan, serta seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan ini.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Disamping itu pelaksanaan
magang ini bertujuan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal
dan mengaplikasikan pengetahuan penulis mengenai penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan ini.
Terimakasih.

Padang, Mei 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv

A. Latar Belakang............................................................................................................1

B. Tujuan..........................................................................................................................2

C. Manfaat........................................................................................................................3

D. Ruang Lingkup............................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).....................................................................4

B. Dasar Pemberlakuan....................................................................................................4

C. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja...................................................6

D. Penyebab Kecelakaan Kerja........................................................................................7

E. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja...........................................................................8

F. Masalah kesehatan pekerja..........................................................................................9

G. Penyakit Akibat Kerja...............................................................................................10

H. Program K3...............................................................................................................12

I. Aspek Organisasi Manajemen....................................................................................15

BAB III HASIL KEGIATAN...........................................................................................25

A. Gambaran UPT Laoratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten


Agam..............................................................................................................................25

B. Fokus Magang...........................................................................................................30

BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................42

A. Perencanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)...............................42

B. Pengorganisasian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)........................43

C. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)................................43

ii
D. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)............44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..........................................................................46

A. Kesimpulan................................................................................................................46

B. Saran..........................................................................................................................46

DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Alur Kerangka Pikir..............................................................................13

Gambar 3. 1 Struktur Organisasi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas


Lingkungan Hidup Kab. Agam..........................................................29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi dan pasar bebas World Trade Organization (WTO) dan
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang telah berlaku mulai tahun
2020, Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu perasyaratan
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.

Laboratorium merupakan sarana penting untuk pendidikan, penelitian,


pelayanan dan uji mutu. Institusi - institusi pendidikan, industri dan lembaga -
lembaga penelitian dan pengembangan memiliki laboratorium kimia dalam jenis
yang berbeda - beda dalam desain, fasilitas, teknik dan penggunaan dan bahan
kimianya. Dalam sudut pandang keselamatan kerja di dalam laboratorium, semua
laboratorium tersebut memiliki bahaya dasar yang sama sebagai akibat
penggunaan bahan kimia dan teknik selama bekerja
(http://labvirtual.agroindustri.upi.edu/k3-laboratorium).

Laboratorium merupakan tempat yang nyaman bagi para pekerjanya, peneliti,


atau siapa saja yang bekerja di dalamnya. Kondisi nyaman tersebut muncul dari
kesiapan diri dan perasaan aman dari setiap kemungkinan kecelakaan fatal, sakit,
atau gangguan kesehatan, sehingga laboratorium harus merupakan tempat bekerja
yang aman dari kekhawatiran terhadap kecelakaan dan keracunan. Laboratorium

1
yang aman akan menghadirkan produktivitas kerja dan efisiensi (Heryanto Hendra
dkk, 2011).

Keadaan aman dapat diciptakan dari internal diri untuk menjaga dan
melindungi diri sendiri. Kecelakaan dapat terjadi dengan membawa akibat bagi
diri sendiri maupun orang lain serta lingkungannya sehingga kesadaran untuk
menjaga dan melindungi diri merupakan tanggungjawab moral dalam keselamatan
kerja dan berperan penting dalam pencegahan kecelakaan. Di samping itu, setiap
laboratorium selalu membuat aturan tentang bagaimana seharusnya bekerja di
dalamnya. Disiplin diri terhadap aturan yang berlaku turut memegang peran
penting dalam keselamatan kerja. Dua faktor di atas merupakan faktor manusia,
yang merupakan faktor terbesar kecelakaan di dalam laboratorium kimia.
(Heryanto Hendra dkk, 2011).

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


adalah instansi yang bergerak di bidang Pengujian Ku alitas Lingkungan, pada saat
ini Laboratorium berkembang pesat dalam hal ragam maupun parameter uji.
Dalam kegiatan operasionalnya, UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam menggunakan berbagai jenis bahan kimia
yang memiliki dampak terhadap kesehatan serta lingkungan, namun masih belum
terlaksananya pemeriksaan kesehatan personil yang merupakan hal yang penting
bagi pekerja oleh karena itu perlu Tinjauan Program Penerapan Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Agam guna terjaganya kesehatan manusia dan lingkungan pada
umumnya.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah untuk mengetahui
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

2. Tujuan Khusus

2
a. Mengetahui perencanaan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.
b. Mengetahui pengorganisasian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam.
c. Mengetahui pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
d. Mengetahui monitoring dan evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.

C. Manfaat

Adapun maanfaat dari penulisan laporan ini adalah untuk


a. Bagi mahasiswa sebagai bahan rujukan dan pengetahuan tentang
manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang telah dipelajari
selama perkuliahan di Stikes Syedza Saintia Padang.
b. Bagi Stikes Syedza Saintia Padang sebagai tambahan referensi dan
kepustakaan khususnya tentang bagaimana pelaksanaan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
c. Bagi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam diharapkan Sebagai pembanding dan masukan terhadap upaya
penanganan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

3
D. Ruang Lingkup

Berdasarkan hasil kegiatan selama magang, ruang lingkup yang penulis


fokuskan kepada tinjauan kegiatan di UPT Laboratorium Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Agam yaitu Perencanaan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja Tahun 2019, Pengorganisasian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tahun 2019, Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun
2019, Monitoring dan evaluasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Tahun
2019.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Menurut World Health Organization (WHO) Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) adalah sebuah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan dan
memelihara derajat kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap gangguan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan bagi pekerja dalam
pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan. Beberapa
pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
a) Menurut Widodo (2015), kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah
bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan
manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
b) Menurut Ardana (2012), keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah
upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap
sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien.
c) Menurut Ramli (2013), kondisi atau faktor yang mempengaruhi atau
dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan pekerja atau pekerja
lain (termasuk pekerja sementara dan kontraktor), pengunjung, atau
setiap orang di tempat kerja.

B. Dasar Pemberlakuan
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP
No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting
keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja
juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program

5
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan
tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja
yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut
berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan
hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus
diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

6
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

Undang-Undang tersebut selanjutnya diperbaharui menjadi Pasal 86 ayat 1


Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 yang menyebutkan bahwa setiap pekerja/
buruh berhak untuk memperoleh perlindungan atas:
a) Keselamatan dan kesehatan kerja
b) Moral dan kesusilaan
c) Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai
agama.

Sedangkan ayat 2 dan 3 menyebutkan bahwa “untuk melindungi keselamatan


pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal
diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.” (ayat 2), “Perlindungan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang- undangan yang berlaku.” (ayat 3). Dalam Pasal 87 juga
dijelaskan bahwa Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen.

C. Tujuan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Program keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan untuk memberikan iklim
yang kondusif bagi para pekerja untuk berprestasi, setiap kejadian baik
kecelakaan dan penyakit kerja yang ringan maupun fatal harus
dipertanggungjawabkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan (Rika Ampuh
Hadiguna, 2009).
Sedangkan menurut Rizky Argama (2006), tujuan dari dibuatnya program
keselamatan dan kesehatan kerja adalah untuk mengurangi biaya perusahaan
apabila timbul kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja. Beberapa
tujuan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah:
1. Mencegah kerugian fisik dan finansial baik dari pihak karyawan dan
perusahaan.
7
2. Mencegah terjadinya gangguan terhadap produktivitas perusahaan.
3. Menghemat biaya premi asuransi.
4. Menghindari tuntutan hukum dan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan
kepada karyawannya

D. Penyebab Kecelakaan Kerja


Menurut Mangkunegara (2008) faktor-faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja, yaitu:
1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja
a. Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya kurang
diperhitungkan keamanannya.
b. Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak.
c. Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
2. Pengaturan Udara
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
c. Pengaturan Penerangan
d. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
e. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
3. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
4. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa
risiko bahaya

8
E. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:

a. Analisis Bahaya Pekerjaan (Job Hazard Analysis)


Job Hazard Analysis adalah suatu proses untuk mempelajari dan menganalisa
suatu jenis pekerjaan kemudian membagi pekerjaan tersebut ke dalam langkah
langkah menghilangkan bahaya yang mungkin terjadi.
Dalam melakukan Job Hazard Analysis, ada beberapa lagkah yang perlu
dilakukan:
1) Melibatkan Karyawan.
Hal ini sangat penting untuk melibatkan karyawan dalam proses job
hazard analysis. Mereka memiliki pemahaman yang unik atas
pekerjaannya, dan hal tersebut merupakan informasi yang tak ternilai
untuk menemukan suatu bahaya.

2) Mengulas Sejarah Kecelakaan Sebelumnya.


Mengulas dengan karyawan mengenai sejarah kecelakaan dan cedera
yang pernah terjadi, serta kerugian yang ditimbulkan, bersifat penting.
Hal ini merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang
mungkin akan terjadi di lingkungan kerja

3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.


Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka
ketahui di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk
menemukan ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau
mengontrol bahaya yang ada.

4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan


Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak
dapat diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan
yang paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama
dalam melakukan job hazard analysis.
9
5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah
yang harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga
kecelakaan kerja dapat diminimalisir.

b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum

c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya

d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.

Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati

F. Masalah kesehatan pekerja


Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para pekerja adalah:
1. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk
menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini,
perusahaan dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa
pemberitahuan sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi

10
dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak
rapi, kurang koordinasi, psikomotor berkurang)

2. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun
beberapa diantaranya adalah:
a. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri,
dan kondisi kerja
b. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial

3. Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau
tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan
emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam
bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis
berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi,
gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif

G. Penyakit Akibat Kerja


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER
01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan
jaringan parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan
silikotuberkulosis yang silikosisnya merupakan faktor utama penyebab
cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang
disebabkan oleh debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang
disebabkan oleh debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).

11
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang
beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang
beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang
beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.

12
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat.

H. Program K3
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi
ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja
dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3,
kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun,
pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi
program (DK3N, 1993). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat
spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat,
ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan
13
kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai
dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Dalam usaha tersebut pihak perusahaan pun sudah selayaknya ikut serta dalam
mengoptimalkan peran K3 tersebut. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka
pikir sebagai berikut:
Program K3
1. Manajemen K3
2. Pengawas K3
3. Pelatihan K3
4. Tersedianya Alat Pelindyng Diri (APD)
5. SOP
6. Sosialisasi K3
7. Poliklinik / Ruang Kesehatan
8. Kantin
9. Rest Area

Kesadaran Pentingnya K3 Budaya Penggunaan APD

Meminimalisir Kecelakaan Kerja

Produktivitas Kerja

Gambar 2. 1 Alur kerangka pikir

Program K3 merupakan suatu rencana kerja dan pelaksanaan prosedur yang


memfasilitasi pelaksanaan keselamatan kerja dan proses pengendalian resiko dan
paparan bahaya termasuk kesalahan manusia dalam tindakan tidak aman,
meliputi.

14
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk
masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti
arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010). Efektifitas program
keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan
keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan meningkatkan
produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain
(Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga
kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (Nasution, 2005). Program keselamatan dan kesehatan kerja akan
memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat
sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif.

15
Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat
dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya
(Siregar, 2005). Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan, yaitu
1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi- kondisi yang tidak aman.
2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja.
4. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.

I. Aspek Organisasi Manajemen


1. Perencanaan
Perencanaan yaitu proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat
strategi untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana
aktivitas kerja organisasi. Perencanaan adalah proses terpenting dari semua
fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi manajemen lain
yaitu pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat
berjalan.
Penetapan Perencanaan dapat menggunakan konsep SMART yaitu
kependekan dari 5 langkah dalam penetapan tujuan, specific, measurable
(terukur), achievable (dapat dicapai), relevant, dan time-based (tenggat
waktu).
Tujuan perencanaan
Terdapat empat tujuan perencanaan,yaitu:
a. Memberikan pengarahan baik kepada manajer maupun karyawan
nonmanajerial. Dengan adanya rencana, karyawan dapat mengetahui apa
yang harus dicapai, dengan siapa harus bekerja sama, dan apa yang harus
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Tanpa rencana, departemen

16
dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan,
sehingga kerja organisasi kurang efesien.
b. Mengurangi ketidak pastian kegiatan.
Ketika seorang manajer membuat rencana, ia diharuskan untuk melihat
jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari
perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
c. Meminimalisir pemborosan sumber daya.
Pekerjaan yang terarah dan terencana memungkinkan karyawan dapat
bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan
rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-
hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
d. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam proses
pengontrolan dan pengevaluasian. Proses pengevaluasian atau evaluating
adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa
adanya rencana, manager tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.

Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan
rencana itu sendiri (plan).
1) Sasaran
Sasaran adalah hal yang akan dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran juga disebut dengan tujuan. Sasaran memandu
manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur
suatu pekerjaan.Terdapat dua pendekatan utama yang dapat digunakan
organisasi untuk mencapai sasarannya, yaitu:
a) Pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran
umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-
tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahan tersebut
kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus
hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang

17
mengetahui segala hal karena mereka telah melihat gambaran besar
perusahaan.
b) Management By Objective atau MBO.
Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan
oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan
karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin
mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai
sehingga produktivitas mereka diharapkan meningkat.

2) Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema
untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya terdiri dari alokasi sumber
daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi
berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya.
a) Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah
rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi
sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur
kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
b) Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi
rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana
jangka panjang didefinisikan sebagai rencana dengan jangka
waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang
memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada
di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
c) Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana
direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah
rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak
terdetail.

18
d) Berdasarkan frekuensi penggunaannya, rencana dibagi menjadi
single use atau standing. Single use plans adalah rencana yang
disesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Sedangkan standing
plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut
berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan,
kebijakan, dan lain-lain.

Langkah-langkah perencanaan.
1) Analisa situasi
Data yang diperlukan adalah:
a) Data kependudukan.
b) Data potensi organisasi.
c) Keadaan lingkungan dan demografi
d) Sarana dan prasarana.
e) Data mengenai masalah yang berkembang dimasyarakat.
2) Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
3) Menentukan tujuan program. Syarat tujuan sebuah program adalah:
a) Dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan sebuah program,
b) Harus sesuai dengan masalah dan ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi,
c) Ditingkat pelaksana tujuan dijabarkan dalam bentuk tujuan
operasional, biasanya ditetapkan dengan waktu (batas pencapaian)
dan hasil akhir yang ingin dicapai,
d) Berbagai kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan program,
e) Faktor-faktor penyebab masalah dan dampak yang mungkin terjadi
dimasa depan, dikaji terlebih dahulu.
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program. Hambatan dikategorikan
dalam:
a) Hambatan yang bersumber dalam organisasi,
b) Terjadi pada lingkungan.
5) Menyusun rencana kerja operasional (RKO). Format sebuah RKO yang
lengkap adalah:

19
a) Latar belakang yang berisikan masalah utama yang akan dipecahkan
dan dituangkan dalam bentuk tujuan yang akan dicapai
b) Apa yang ingin dicapai,
c) Kegiatan program dan cara mengerjakannya,
d) Pelaksana dan sasarannya,
e) Sumber daya pendukung,
f) Tempat,
g) Waktu pelaksanaan.

2. Pengorganisasian
a. Pengertian Pengorganisasian.
Menurut Hasibuan yang dikutip oleh Dirlanudin dalam bukunya
“Organisasi Manajemen” pengorganisasian adalah proses mengidentifikasi
dan mengkelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan dan
mendelegasikan tanggung jawab, wewenang dan mengadakan hubungan
dengan tujuan memungkinkan orang bekerja secara efektif bersama dalam
mencapai tujuan.
b. Prinsip Pokok Organisasi.
Prinsip pokok dalam suatu organisasi adalah:
1) Mempunyai pendukung, yaitu setiap orang yang bersepakat untuk
membentuk organisasi.
2) Mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus.
3) Mempunyai kegiatan. Suatu organisasi yang baik adalah apabila
organisasi tersebut memiliki kegiatan yang jelas dan terarah.
kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua pihak yang berada dalam
organisasi.
4) Mempunyai pembagian tugas (jobs description). Prinsip pembagian
tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip bagi habis
tugas.

20
5) Mempunyai perangkat organisasi menurut tugas, tanggung jawab
serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas beberapa
macam. Dimulai dari yang bersifat pengarah dan penentu kebijakan
sampai dengan yang bersifat pelaksana kegiatan.
6) Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang (delegation of
authority). Wewenang yang ditetapkan harus sesuai dengan tanggung
jawab yang dimiliki.
7) Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah.
Pelaksanakan kegiata oleh suatu organisasi harus bersifat
berkelanjutan, fleksibel serta sederhana. Prinsip kesatuan pemerintah
(unity comand) serta kesatuan arah (unity of direction) yang
kesemuannya harus dapat membentuk satu hubungan mata rantai
yang tak terputus (chain of command). Prinsip kejelasan wewenang
dan tanggung jawab yang disusun secara bertingkat ini dikenal
dengan nama “scalar principle”.

c. Unsur-unsur pokok Organisasi.


Unsur-unsur pokok dalam suatu organisasi adalah:
Hal yang diorganisasikan.
a) Kegiatan
Merupakan pengaturan berbagai kegiatan yang ada dalam rencana
sedemikian rupa sehingga terbentuk satu kesatuan yang terpadu, yang
secara keseluruhan diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.

b) Tenaga pelaksana
Merupakan pengaturan struktur organisasi, susunann personalia serta
hak dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana, sedemikian rupa
sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung jawab.

c) Proses pengorganisasian

21
Yaitu hal yang menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan
dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan.

d) Hasil pengorganisasian
Yaitu perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga
pelaksana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Wadah yang terbentuk ini dikenal dengan nama organisasi.

d. Jenis Organisasi
Jenis organisasi terbagi menjadi tiga, yaitu
1) Organisasi Lini ( Lini/Command Organization)
Maksudnya dalam pembagian tugas serta wewenang terdapat
perbedaaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dengan
satuan organisasi pelaksana. Keuntungannya adalah pengambilan
keputusan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin serta
pengawasan dan koordinasi lebih mudah. Sedangkan kerugiannya
adalah karena keputusan diambil oleh satu orang ,aka keputusan
tersebut sering kurang sempurna serta dibutuhkan pemimpin yang
berwibawa dan berpengetahuan luas.

2) Organisasi Staff (Staff Organization)


Maksudnya dalam organisasi dikembangkan satuan organisasi staff
yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Bantuan yang
diberikan oleh staff tersebut hanya bersifat nasehat saja, sedangkan
keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut tetap berada
ditangan pimpinan. Keuntungannya adalah keputusan dapat lebih
baik karena telah dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli.
Sedangkan kerugiannya adalah pengambilan keputusan lebih lama
dari pada organisasi lini dan dapat menghambat kelancaran
program.

3) Organisasi Lini dan Staff


Maksudnya peranan staff tidak hanya terbatas pada pemberian
nasehat tetapi juga diberikan tanggung jawab melaksanakan
22
kegiatan tertentu. Bantuan yang diharapkan dari staff tidak hanya
pemikiran saja, tetapi juga telah menyangkut pelaksanaannya.
Keuntungannya adalah keputusan yang diambil lebih baik karena
telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan
berkurang dan karena itu lebih memusatkan perhatian pada
masalah yang lebih penting, pengembangan bakat dilakukan
sehingga mendorong disiplin dan tanggung jawab kerja yang
tinggi. Sedangkan kelemahannya adalah pengambilan keputusan
lebih lama serta jika staff tidak mengetahui batas-batas
wewenangnya dapat menimbulkan kebingungan pelaksana.

3. Implementasi
a. Pengertian Implementasi.
Implementasi atau aktuasi adalah kegiatan mewujudkan rencana dengan
mempergunakan organisasi yang terbentuk. Fungsi aktuasi ini merupakan
usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien
(https://phrespati.wordpress.com/2014/12/23/fungsi-managemen
actuating/). Fungsi aktuasi terkait dengan:
1) Penentuan masalah,
2) Penetapan tujuan,
3) Penetapan tugas dan sumber daya penunjang,
4) Menggerakan dan mengarahkan,
5) Memiliki keberhasilan sumber daya manusia.
b. Fungsi Implementasi
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen
harus memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan
tepat pada waktunya dengan cara:
1) Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim,
2) Mengkoordinasikan kegiatan,
3) Menyampaikan keputusan,

23
4) Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat
meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi,
5) Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan
meliputi :
a) Pemantauan dan pengawasan,
b) Logistik (perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman,
penyebaran dan pengembalian barang),
c) Akuntasi,
d) Organisasi,
6) Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan.

c. Tujuan Implementasi
Tujuan fungsi implementasi adalah:
1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff.
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staff.
5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.

4. Monitoring dan evaluasi


Menurut Hewitt yang dikutip oleh Hastiyanto dalam artikelnya
yang berjudul “Monitoring dan Evaluasi Perencanaan” Monitoring dan
evaluasi merupakan bagian yang penting dari proses manajemen, karena
dengan evaluasi akan diperoleh umpan balik (feed back) terhadap program
atau pelaksanaan kegiatan. Tanpa adanya monitoring dan evaluasi, sulit
rasanya untuk mengetahui sejauh mana tujuan yang direncanakan itu telah
mencapai tujuan atau belum.
Monitoring adalah kegiatan untuk memantau proses atau jalannya
suatu program atau kegiatan. Monitoring merupakan kegiatan
mengumpulkan data atau informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap jalannya pembangunan dengan menitikberatkan pada penggunaan
sumber daya dan cara pelaksanaan kegiatan apakah dilaksanakan sesuai
24
dengan rencana atau telah terjadi pergeseran dari rencana sehingga akan
diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah yang sesuai.
Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai hasil suatu
program atau kegiatan. Banyak batasan tentang evaluasi, secara umum
dapat dikatakan bahwa evaluasi suatu proses untuk menilai atau
menetapkan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Evaluasi
adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program
dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen
evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan
ciri pekerjaan di dalam suatu organisasi atau pekerjaan.
Sedangkan menurut Perhimpunan Ahli Kesehatan Masyarakat
Amerika, evaluasi ialah suatu proses untuk menentukan nilai atau jumlah
keberhasilan dan usaha pencapaian suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Proses tersebut mencakup kegiatan-kegiatan: memformulasikan tujuan,
identifikasi kriteria yang tepat untuk digunakan mengukur keberhasilan,
menentukan dan menjelaskan derajat keberhasilan, dan rekomendasi untuk
kelanjutan aktivitas program. Dari batasan-batasan tersebut dapat
disimpulkan bahwa proses atau kegiatan, dan dalam kegiatan evaluasi itu
mencakup langkah-langkah, yaitu:
a. Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa
yang akan dievaluasi terhadap program yang akan dievaluasi.
b. Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan
keberhasilan program yang akan dievaluasi.
c. Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d. Melaksanakan evaluasi, mengolah, dan menganalisis data atau hasil
pelaksanaan evaluasi tersebut.
e. Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan tersebut, serta memberikan penjelasan-
penjelasannya.
f. Menyususun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut
terhadap program berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Dilihat dari implikasi hasil evaluasi bagi suatu program dibedakan

25
adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program, yang
hasilnya digunakan untuk pengembanagn atau perbaikan program.
Biasanya formatif dilakukan pada proses program (program masih
berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang
dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi
sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir program).
Meskipun demikian pada praktik evaluasi program sekaligus mencakup
kedua tujuan tersebut.

26
BAB III
HASIL KEGIATAN

A. Gambaran UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Agam

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


merupakan Laboratorium Penguji yang melayani pengujian Air Limbah, Air
Permukaan, Air Bersih, Air Minum, Udara Ambien, Kebisingan dan Emisi. UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam didirikan
dengan bantuan Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Lingkungan Hidup Tahun
2008, telah dilengkapi dengan peralatan laboratorium yang dibiayai dari DAK
Bidang Lingkungan Hidup, dan diresmikan Juni 2009 oleh Wakil Buapati Agam
Sejarah Singkat UPT Laoratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam sebagai berikut (Profil UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam, 2019):

a. Tahun 2009

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


diresmikan pada bulan Juni 2009.

b. Tahun 2011

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


mulai beroperasi tahun 2011, dengan fungsi utama mengakomodir Peraturan
Bupati Agam Nomor 16 tahun 2011 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam Tahun 2011-2013.

c. Tahun 2012

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


Tahun 2012 ditetapkan sebagai Laboratorium Klaster melalui SK Kepala PPE
Sumatera Nomor: Kep-114/PPES/09/2012 tentang Penetapan Klaster
Laboratorium dalam Rangka Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium
27
Instansi LH Kab/Kota. Laboratorium Klaster adalah laboratorium yang ditunjuk
dan dianggap mampu melaksanakan pengujian dan dapat membantu pengujian
dari Kabupaten / Kota yang dekat dengan laboratorium tersebut. Untuk Kabupaten
Agam daerah non klasternya adalah Kabupaten Pasaman dan Pasaman Timur.

Atas dasar SK PPE tersebut Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan


Hidup Kabupaten Agam pernah diusulkan menjadi UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam namun usulan ditolak
karena belum memenuhi persyaratan dibidang anggaran dan SDM.

d. Tahun 2013
Operasional UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam mulai dikembangkan dengan fungsi utama ;

1. Membantu tugas BPLH dalam pengendalian pencemaran dan perusakan


lingkungan hidup melalui kegiatan Pemantauan Kualitas Lingkungan
Hidup.
2. Sebagai sarana penyedia data melalui pemeriksaan dan pengujian untuk:

- SPM Bidang Lingkungan Hidup


- Status Lingkungan Hidup Daerah

- Pengawasan usaha dan/atau kegiatan.

e. Tahun 2014
Melalui evaluasi kinerja laboratorium oleh Bapedalda Propinsi Sumbar dan
PPE Sumatera, Laboratorium Lingkungan Kabupaten Agam masih ditetapkan
sebagai Laboratorium Klaster melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Pengelolaan
Ekoregion Sumatera Nomor: KEP-169/PPES/11/2014 tentang Perubahan atas
Surat Keputusan Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera Nomor KEP-
114/PPES/09/2012 tentang Penetapan Klaster Laboratorium dalam Rangka
Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten / Kota.

f. Tahun 2015
28
Tahun 2015, sesuai dengan JUKNIS DAK Bidang Lingkungan Hidup tahun
2014, Laboratorium Lingkungan Kabupaten Agam mendapat peluang untuk
melengkapi peralatan laboratorium yang dibutuhkan dan kembali mengusulkan
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan menjadi UPT Laboratorium (Perbup Nomor
24 Tahun 2015 tentang pembentukan UPT Laboratorium BPLH Kab. Agam)

g. Tahun 2016

Laboratorium kembali mengikuti Uji Profisiensi yang dilaksanakan oleh Pusat


Penelitian dan Pengembangan Kualitas dan Laboratorium Lingkungan (P3K2L)
KLHK dan mendapat kesempatan menambah beberapa peratan laboratorium yang
dibutuhkan melalui dana APBD.

h. Tahun 2017
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
melakukan penerimaan Tenaga Harian Lepas (THL) dan pengisian struktur UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

i. Tahun 2018

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


Terakreditasi pada tanggal 19 September 2018 dan Teregistrasi di Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai laboratorium lingkungan pada tanggal
16 November 2018.

j. Tahun 2019

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


Resmi melayani pelanggan dari luar dan memungut retribusi dimulai pada bulan
Maret 2019 dengan Target Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun 2019 sebesar Rp.
100.000.000,- dan capaian hingga Desember 2019 sebesar Rp. 181.716.000,- atau
181,7 %.

Visi dan Misi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Agam :
29
- Visi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam yaitu Menjadi Laboratorium yang Kompeten dan Terpercaya Dalam
Hal Pengujian Kualitas Lingkungan.
- Misi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam yaitu :

1. Menyelenggarakan pengelolaan laboratorium dengan mengacu kepada


SNI ISO/IEC 17025 tentang Persyaratan Umum Kompetensi
Laboratorium Penguji dan Laboratorium Kalibrasi, dan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2009 tentang
Laboratorium Lingkungan.

2. Menyelenggarakan sampling dan Pengujian dengan Mengacu kepada


Standard Nasional Indonesia dan Standard Lain yang Relevan.

3. Membangun Kompetensi Personil Laboratorium melalui Pendidikan


dan/atau Pelatihan baik Aspek Manajemen maupun Aspek Teknis.

4. Menyelenggarakan pelayanan laboratorium secara Profesional dalan


rangka memenuhi kebutuhan pelanggan.

UPT Laboratorium Lingkungan berada dibawah Dinas Lingkungan Hidup


Kabupaten Agam yang beralamat di Jalan Sikumbang Padang Baru, saat ini UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam mampu
melayani pengujian sebagai berikut :

1. Air- Air Limbah


Parameter Air - Air Limbah yaitu Suhu, pH, TSS, COD,
Minyak/Lemak, BOD, Surfaktan, Kesadahan Total, DO, TDS, DHL,
Nitrogen Total, Amonia, Ortho-fosfat, Nitrit, Nitrat, Total Fosfat, Klorin
Bebas, Klorida, Kadmium, Besi, Timbal, Sulfat, Mangan, Kekeruhan, Bau,
Rasa, Fecal Coliform, E. Coli, Total Coliform, Ca, Mg, Cu, Zn, Sianida
(CN¯), Warna dan Fluorida.

2. Udara Ambien

30
Parameter Udata Ambien yaitu Sulfur dioksida, Nitrogen dioksida,
TSP, Karbon monoksida.

3. Emisi gas buang sumber tidak bergerak


Parameter Emisi gas buang sumber tidak bergerak yaitu Sulfur
dioksida, Nitrogen dioksida, PM 10, Partikulat, Opasitas, dan Karbon
monoksida.

Struktur Organisasi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan


Hidup Kabupaten Agam

Kepala UPT
( Penanggungjawab Operasional
Laboratorium)

Kasubag TU
(Penanggungjawab Mutu dan
Administrasi)

Staf Administrasi/ Penanggungjawab House Keamanan


Mutu PPCU Penunjang Laboratorium Keeping
-K3
-Limbah
-Peralatan
-Bahan Kimia

Penanggungjawab Teknis

Penyelia Penyelia Pengambil


Laboratorium Contoh Uji

Analis Petugas Pengambil


Contoh Uji
31
Gambar 3. 1 Struktur Organisasi UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kab. Agam

B. Fokus Magang

Fokus magang penulis di UPT Laoratorium Lingkungan Dinas Lingkungan


Hidup Kabupaten Agam yaitu tentang Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) Di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam Tahun 2019 yang merupakan salah satu Kegiatan Oprasional
UPT Laboratorim Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

1. Perencanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam


menentukan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Laboratorium dalam perencanaan kegiatan meliputi :

a. Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium


Kasubag Tata Usaha bertanggungjawab menyediakan fasilitas K3 di
laboratorium antara lain:

1. Safety Shower
Safety Shower memenuhi persyaratan:

a) Memiliki kualitas air sama dengan standar air bersih;


b) Safety shower dipastikan beroperasi dan mempunyai aliran air yang
konstan dan memadai;
c) Letak safety shower mudah dijangkau dari setiap titik di laboratorium.

2. Bak Cuci
Bak cuci selain digunakan untuk mencuci peralatan gelas laboratorium
dapat juga digunakan ketika pekerja laboratorium terkena bahan kimia
pada kulitnya.

32
3. Fume Hood/Lemari Asam
Fume Hood/Lemari Asam memenuhi persyaratan:
a) Bersih di bagian dalamnya;
b) Saluran gas tahan panas;
c) Pintu tipe vertikal tidak mudah jatuh;
d) Pada kondisi tertutup semua bagian berfungsi;
e) Sesuai dengan spesifikasi sifat bahan kimia yang digunakan (organik
atau anorganik).

4. Eye Wash
Eye Wash memenuhi persyaratan:
a) Eye wash dipastikan dapat beroperasi dan mempunyai aliran air yang
konstan dan memadai;
b) Dapat diatur sehingga tepat dengan posisi mata;
c) Kualitas air sama dengan kualitas air bersih dan wadah air dalam eye
wash harus bersih;
d) Dilakukan pengecekan kinerja alat secara kontinu.

5. Perlengkapan Kerja
Setiap personel laboratorium wajib memakai perlengkapan kerja sesuai
dengan bahan kimia yang digunakan seperti, baju kerja (jas laboratorium),
kaca mata pengaman, sepatu tertutup, sarung tangan dan masker ketika
melaksanakan pengujian.
6. Exhaust-fan
Exhaust-fan digunakan pada ruangan tertentu seperti ruang preparasi atau
pada ruang penyimpanan bahan kimia.
7. Pemadam kebakaran (APAR)
Yang perlu diperhatikan:
a) Alat pemadam kebakaran yang digunakan adalah yang dapat dibawa
dan dijinjing serta dapat dioperasikan oleh satu orang;
b) Bahan atau media pengisi APAR ada 2 jenis yaitu:
1) Jenis padat: dry powder chemical;
2) Jenis cair: foam atau busa.
c) Gunakan dalam bentuk semburan;
33
d) Jangan disemprotkan secara langsung ke sumber kebakaran;
e) Mengisi ulang setelah dipakai meskipun belum benar-benar kosong;
f) Penggunaan APAR disesuaikan bahan-bahan penyebab kebakaran.
Penggolongan jenis kebakaran terbagi atas beberapa kelas, yaitu kelas
A, B, C, dan D.
Selain APAR alat bantu pemadam kebakaran lainnya dapat juga
disediakan seperti karung/goni basah, pasir, atau baju tahan api.

8. Alarm
Alarm dipasang di lokasi yang mudah menimbulkan kebakaran.

9. Petunjuk arah keluar ruangan laboratorium dengan warna hijau


Merupakan tanda yang dapat memberikan informasi bagi pekerja
laboratorium untuk keluar ruangan dengan aman dan selamat ketika ada
bahaya di laboratorium.

10. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)


P3K dilengkapi dengan obat-obatan minimal yang wajib ada di
laboratorium diantaranya obat luka bakar, plester luka, kapas, antiseptik,
kain kasa, dan lain-lain.

b. Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia


Penanggungjawab Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dibantu oleh
pengelola Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) melakukan inventarisasi pada
setiap bahan kimia yang terdapat disuatu tempat dimana kegiatan tersebut
dilakukan setiap bahan kimia masuk. Setiap pemakaian bahan kimia dicatat dalam
Log Book pemakaian bahan kimia dan direkapitulasi setiap akhir bulan oleh
Penanggungjawab Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia adalah sebagai berikut:
1. Setiap bahan kimia yang terdapat disuatu tempat harus
diinventarisasi berdasarkan sifatnya.

2. Penyimpanan bahan kimia dikelompokkan berdasarkan


sifat masing – masing bahan kimia yang akan disimpan.

34
3. Sumber api harus dijauhkan apabila menggunakan bahan
kimia yang mempunyai sifat mudah terbakar atau mudah meledak.

4. Penggunaan peralatan bantu yang terbuat dari logam harus


dihindari apabila bahan kimia yang digunakan bersifat korosif.

5. Lemari/ruang asam harus digunakan dalam kegiatan yang


menggunakan bahan kimia yang mempunyai sifat yang sesuai.

6. Setiap wadah reagen bahan kimia harus diberi label dan


tanda-tanda yang jelas sesuai dengan sifatnya dan mudah dibaca.

7. Laboratorium memiliki tempat penyimpanan limbah yang


sesuai.

c. Penerapan dan Evaluasi Penerapan K3

Penanggung jawab Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) memastikan


kegiatan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) terlaksana sesuai dengan
perencanaan melalui briefing setiap Senin pagi. Penerapan dan Evaluasi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) antara lain:

1. Petugas K3 melakukan pengecekan terhadap ketersediaan fasilitas K3.


2. Penanggungjawab K3 memastikan K3 diterapkan oleh semua personel
laboratorium.
3. Jika terjadi kecelakaan kerja maka dilaporkan kepada Penanggungjawab
K3 untuk menentukan tindakan yang harus dilakukan.
4. Penanggungjawab K3 membuat laporan kecelakaan kerja yang terjadi dan
melaporkannya kepada Manajer Teknis.
5. Laporan dijadikan sebagai evaluasi penerapan K3 dan tindakan
pencegahan yang mesti dilakukan.

d. Pengecekan Kesehatan personel Laboratorium

Administrasi bertanggungjawab untuk terlaksananya kegiatan pengecekan


kesehatan personel laboratorium yang dilakukan minimal 1 (satu) kali dalam

35
setahun dan/atau lebih jika timbul kondisi kesehatan abnormal yang dicurigai
bersumber dari pekerjaan di laboratorium.

e. Penanggulangan Tanggap Darurat

Penanggungjawab Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) melakukan


sosialisasi mengenai penanggulangan tanggap darurat melalui kegiatan briefing
yang dilakukan setiap Senin pagi.
1. Penanggulangan Tanggap Darurat Bila Terkena Bahan Kimia
a. Percikan zat kimia pada kulit
1) Jangan panik
2) Mintalah bantuan rekan kerja yang berada di dekat kita.
3) Bersihkan bagian yang mengalami kontak langsung tersebut (cuci
bagian yang mengalami langsung dengan air apabila
memungkinkan)
4) Jangan digaruk agar tidak tersebar
5) Bawa ke tempat yang cukup oksigen
6) Hubungi paramedik secepatnya (dokter, rumah sakit) atau melalui
telepon darurat.

b. Percikan zat kimia pada mata


1) Jangan panik
2) siram bagian mata yang terkena percikan secara merata dan terus
menerus dengan air yang mengalir selama paling tidak 10 menit.
3) sambil disiram kedipkan mata secara perlahan agar air benar –
benar meresap ke dalam mata.
4) jika mata sempat terluka oleh zat kimia, segeralah bawa ke dokter
terdekat. Berikan informasi yang jelas mengenai tindakan pertama
pada kecelakaan bagi personel yang bertugas di bagian yang
berhubungan dengan zat kimia tersebut.

c. Terhirup gas berbahaya


1) Jangan panik
2) Keluarkan korban dari area kerjanya yakinkan terlebih dahulu
bahwa anda sendiri telah memakai pelindung.
36
3) Lepaskan pakaiannya dan segera ganti dengan pakaian baru.
4) Jika korban tidak sadarkan diri, periksa napasnya.
5) Jika pernapasan terhenti, lakukan pernapasan buatan dari mulut ke
mulut.
6) Jika perlu, bawa korban ke rumah sakit terdekat. Berikan informasi
keselamatan kerja pada bagian yang berhubungan dengan gas
secara jelas.
7) Lengkapi bagian tersebut dengan tabung oksigen.
2. Penanggulangan Tanggap Darurat Bila Terjadi Kebakaran
a) Jangan panik

b) Ambil alat pemadam kebakaran yang disesuaikan dengan


jenis kebakaran, mulai dari karung/goni basah atau tabung gas CO2
apabila api masih mungkin dipadamkan

c) Beritahu teman terdekat anda dan lainnya melalui telepon


internal atau handy talky

d) Bunyikan alarm kebakaran

e) Hindari menghirup asap secara langsung

f) Tutup pintu untuk menghambat api membesar dengan cepat


(jangan dikunci)

g) Hubungi pemadan kebakaran, polisi dan lain-lain dengan


menyebutkan nama, divisi, alamat gedung, ruangan tempat kejadian
dan jenis bahaya kebakaran yang terjadi.

3. Identifikasi sumber-sumber kecelakaan


Sumber-sumber kecelakaan di laboratorium dimungkinkan berasal dari,
antara lain:

a) Bahaya bahan kimia


Beberapa bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan
bahaya antara lain:
1) asam kuat (misalnya H2SO4 (p), HCl (p), HNO3 (p)), basa kuat
37
(misalnya NaOH, KOH) dapat menyebabkan iritasi kulit.
2) pelarut organik dapat menyebabkan terjadinya keracunan, iritasi
tenggorokan dan saluran pernafasan
b) Bahaya kecelakaan peralatan
Kecelakaan yang terjadi dapat berupa:

1) luka terkena pecahan alat gelas saat jatuh ke lantai.


2) terkena sengatan listrik pada kabel peralatan instrumen yang
terkelupas.
c) Bahaya kebakaran
Kebakaran di laboratorium dapat terjadi karena disebabkan oleh
terjadinya hubungan singkat pada instansi listrik dan adanya zat-zat
yang mudah terbakar seperti alkohol, toluene, aseton dan lain-lain.

d) Bahaya-bahaya lain dapat terjadi karena kesalahan


manusia itu sendiri, seperti : bahaya saat menggunakan peralatan yang
runcing/tajam, terpeleset karena licin, dan lain-lain.
4. Tindakan Penyelamatan Saat Terjadi Kecelakaan
a) Luka karena barang tajam atau pecahan gelas
1) bersihkan luka dari debu dan kotoran;
2) cuci dengan alkohol dan keringkan;
3) beri larutan yodium tincture atau sejenisnya;
4) apabila terjadi luka yang lebih serius maka usahakan pencegahan
pendarahan lebih lanjut dan segera bawa ke rumah sakit terdekat.

b) Kecelakaan karena bahan kimia


1) Luka karena asam-asam keras seperti H2SO4 (p), HCl (p), dan asam
asetat glasial, tindakan penyelamatan adalah:
 Siram dengan air mengalir;
 Siram dengan larutan soda kue (NaHCO3) 5%;
 Netralkan dengan larutan amonia (NH4OH) 5%.

2) Luka karena basa kuat KOH, NaOH, dan amonia cair atau kapur
tohor, tidakan penyelamatannya adalah:
 Siram dengan air mengalir
38
 Netralkan dengan asam borat 4% atau asam asetat 1%
3) Keracunan bahan kimia, tindakan yang penting:
 Identifikasi jenis racun
 Bersihkan saluran pernafasan dari kotoran, lendir, atau
muntahan
 Berikan pernafasan buatan
 Jika racun tidak diketahui berikan pelunak racun yaitu
norit (karbon aktif), putih telur dan susu

c) Kecelakaan akibat kebakaran


Untuk menanggulangi kebakaran diperlukan alat pemadam yang
sesuai dengan jenis kebakarannya.

d) Kecelakaan akibat bahaya lain


1) Bahaya lain yang dimaksud adalah bahaya yang terjadi selain yang
disebabkan di atas, misalnya terkena bahan panas pada mata atau
muka.
2) Apabila bahan panas tersebut berupa asam tindakannya adalah:
 Siram dengan air sebanyak-banyaknya, dengan
mempergunakan eye wash atau shower.
 Netralkan dengan larutan natrium bikarbonat 5%
 Teteskan minyak mineral

3) Apabila bahan panas tersebut berupa basa tindakannya adalah:


 Siram dengan air sebanyak-banyaknya, netralkan dengan asam
borat 4%

 Teteskan minyak mineral

39
Tabel 3.1 Planning Of Action (POA) Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

No Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Tempat Waktu Dana Penanggungjawab


1 Penyediaan Untuk memenuhi Seluruh Kasubag Tata UPT 15 Maret APBD Kasubag Tata Usaha
Fasilitas K3 persyaratan Peraturan personil UPT Usaha Laboratorium 2019
Menteri Lingkungan Laboratorium DLH Agam
Hidup Nomor 06 DLH Agam
tahun 2009 tentang
Laboratorium
Lingkungan.
2 Aturan Untuk meminimalisir Seluruh Penanggungjawab UPT Setiap APBD Penanggungjawab
Penyimpanan kecelakaan/bahaya personil UPT Keselamatan Dan Laboratorium Akhir Keselamatan Dan
dan Penggunaan akibat penyimpanan Laboratorium Kesehatan Kerja DLH Agam Bulan Kesehatan Kerja
Bahan Kimia bahan kimia yang DLH Agam (K3) (K3)
tidak sesuai dengan
karakteristiknya dan
untuk
menginventarisasi
ketersediaan bahan
kimia

40
No Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Tempat Waktu Dana Penanggungjawab
3 Penerapan dan Untuk meminimalisir Seluruh Penanggungjawab UPT Setiap APBD Penanggungjawab
Evaluasi kecelakaan kerja dan personil UPT Keselamatan Dan Laboratorium Senin Keselamatan Dan
Penerapan K3 meningkatkan Laboratorium Kesehatan Kerja DLH Agam Pagi pada Kesehatan Kerja
produktivitas DLH Agam (K3) hari kerja (K3)
4 Pengecekan Untuk mencegah Seluruh Kasubag Tata UPT 05 APBD Kasubag Tata Usaha
Kesehatan Penyakit Akibat personil UPT Usaha Laboratorium Agustus
personel Kerja (PAK) Laboratorium DLH Agam 2019
Laboratorium DLH Agam
5 Penanggulangan Untuk meminimalisir Seluruh Penanggungjawab UPT Setiap APBD Penanggungjawab
Tanggap Darurat resiko yang personil UPT Keselamatan Dan Laboratorium Senin Keselamatan Dan
ditimbulkan akibat Laboratorium Kesehatan Kerja DLH Agam Pagi pada Kesehatan Kerja
kecelakaan kerja DLH Agam (K3) hari kerja (K3)

41
2. Pengorganisasian Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

Agar program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dapat terlaksana


dengan baik, UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam menunjuk beberapa personil dengan struktur organasasi dan
uraian tugas sebagai berikut :
Kepala
Meri Kamtesa, ST., MSc

Kasubag Tata Usaha


Yusnani, ST

Penanggungjawab
K3
Ramli
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi K3

a. Kepala melakukan monitoring dan mengambil kebijakan tehadap


pelaksanaan program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3);
b. Kasubag Tata Usaha Menyediakan fasilitas Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3) di laboratorium;
c. Penanggungjawab K3 Melakukan sosialisasi terkait Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) kepada semua personel laboratorium;
d. Penanggungjawab K3 Menyusun dan menerapkan peraturan umum
bekerja di laboratorium;
e. Penanggungjawab K3 Menetapkan aturan penyimpanan dan penggunaan
bahan kimia;
f. Menerapkan dan evaluasi penerapan program Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3);
g. Penanggungjawab K3 Menyusun program pengecekan kesehatan personel
laboratorium.

3. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)

42
a. Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium
Kasubag Tata Usaha telah menyediakan Fasilitas Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam melalui tender pada tanggal 15 Maret
2019. Fasilitas K3 yang telah tersedia antara lain:
1. Safety Shower
2. Bak Cuci
3. Fume Hood/Lemari Asam
4. Eye Wash
5. Perlengkapan Kerja
6. Exhaust-fan
7. Pemadam kebakaran (APAR)
8. Alarm
9. Petunjuk arah keluar ruangan laboratorium dengan warna hijau
10. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2009 tentang Laboratorium
Lingkungan.

b. Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia


Penanggungjawab Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) dibantu oleh
pengelola Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) telah melakukan
penyimpanan bahan kimia sesuai dengan karakteristik bahan tersebut.
Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meminimalisir kecelakaan/bahaya
akibat penyimpanan bahan kimia yang tidak sesuai dengan
karakteristiknya. Kegiatan inventarisasi bahan kimia yang terdapat di
laboratorium dilakukan setiap bahan kimia masuk, pemakaian bahan kimia
dicatat dalam Log Book pemakaian bahan kimia dan direkapitulasi setiap
akhir bulan oleh Penanggungjawab Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3). Dari hasil rekapitulasi Log Book pemakaian bahan kimia diperoleh
gambaran jumlah pemakaian bahan kimia setiap bulan dan sisa
persediaannya.

43
c. Penerapan dan Evaluasi Penerapan K3
Penerapan dan evaluasi penerapa K3 dilakukan melalui kegiatan briefing
setiap Senin pagi. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan
kerja dan meningkatkan produktivitas personil.
d. Pengecekan Kesehatan personel Laboratorium
Pengecekan Kesehatan personel Laboratorium bertujuan untuk mencegah
Penyakit Akibat Kerja (PAK), namun kegiatan ini belum terlaksana seperti
yang telah direncanakan sebelumnya dikarenakan tidak tersedianya
anggaran untuk kegiatan tersebut.
e. Penanggulangan Tanggap Darurat
Penanggulangan Tanggap Darurat telah dilakukan setiap senin pagi berupa
sosialisasi. Dari kegiatan ini setiap personil dapat mengetahui dan
memahami tindakan yang dilakukan dan peralatan yang digunakan apabila
terjadi kecelakaan kerja sehingga dapat megurangi resiko yang
ditimbulkan.

4. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(K3)

Monitoring dilakukan oleh Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas


Lingkungan Hidup Kabupaten Agam setiap akhir bulan. Hasil dari monitoring
tersebut yaitu Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium oleh Kasubag Tata Usaha
yang telah terlaksana, Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia yang
telah dilakukan oleh penanggungjawab K3, Penerapan dan Evaluasi Penerapan K3
yang telah dilakukan oleh penanggungjawab K3, Pelaksanaan dan pengendalian
Kecelakan dan Kesehatan Kerja yang telah dilakukan di laboratorium pada saat
ini sudah sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan baik menurut peraturan yang
berlaku maupun SOP yang dibuat oleh Laboratorium sendiri untuk mengetahui
aturan-aturan yang aman, bahaya-bahaya yang mungkin dapat terjadi dan hal-hal
yang harus dilakukan jika terjadi suatu kecelakaan.

44
Evaluasi penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam dilakukan
oleh Penanggungjawab K3 per triwulan. Dari pelaksanaan evaluasi terakhir
didapatkan hasil bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam secara
umum telah terlaksana, namun kegiatan Pengecekan Kesehatan personel
Laboratorium belum terlaksana sesuai dengan perencanaan dikarenakan anggaran
untuk kegiatan tersebut pada saat perubahan anggaran di alihkan untuk pembelian
bahan kimia untuk pengujian di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

45
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Perencanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Perencanaan adalah proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena
tanpa perencanaan fungsi-fungsi manajemen lain yaitu pengorganisasian,
pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan. Fungsi perencanaan
merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Pada
dasarnya perencanaan adalah alat manajemen yang berfungsi membantu
organisasi atau program agar dapat berkinerja lebih baik dan mencapai tujuan
secara lebih efektif dan efisien.
Perencanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam telah
memenuhi konsep SMART yaitu :
1) Spesifik, perencanaan telah jelas memuat Fasilitas K3 di laboratorium yang
akan diadakan, aturan penyimpanan dan penggunaan bahan kimia yang akan
dilakukan, penerapan dan evaluasi penerapan K3, pengecekan kesehatan
personel laboratorium, penanggulangan tanggap darurat.
2) Measurable, Apa yang ingin dicapai di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam dapat diukur seberapa tingkat
keberhasilannya target berupa Fasilitas K3 di laboratorium, aturan
penyimpanan dan penggunaan bahan kimia, penerapan dan evaluasi
penerapan K3, pengecekan kesehatan personel laboratorium, penanggulangan
tanggap darurat.
3) Achievable, kegiatan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
dapat dicapai melalui tahapan-tahapan kegiatan mulai dari perencanaan,
metode hingga jadwal kegiatan.
4) Realistic, sumber daya manuasia dan dana tersedia untuk Program
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.

46
5) Time, adanya batas waktu Kegiatan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam

B. Pengorganisasian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pengorganisasian adalah proses mengidentifikasi dan mengkelompokkan
pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan dan mendelegasikan tanggung
jawab, wewenang dan mengadakan hubungan dengan tujuan memungkinkan
orang bekerja secara efektif bersama dalam mencapai tujuan.
Dalam pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
Pengorganisasian terdiri dari Kepala yang melakukan monitoring dan mengambil
kebijakan tehadap pelaksanaan program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3),
Kasubag Tata Usaha menyediakan fasilitas Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) dan administrasi lainnya kemudian penanggungjawab Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) dan dibantu oleh pengelola Keselamatan Dan Kesehatan
Kerja (K3).
Menurut saya Pengorganisasian Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam sudah sesuai dengan teori yang ada yaitu mengkelompokkan pekerjaan
sesuai dengan uraian tugas dan wewenang masing - masing personil seperti
Kepala memiliki wewenang dalam melakukan monitoring dan evaluasi setiap
kegiatan, Kasubag tata usaha bertanggungjawab dalam penyediaan fasilitas K3
serta Penanggungjawab K3 dan pengelola K3 bertanggungjawab dalam
implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), dan melakukan
pendelegasian tugas kepada bawahan atau personil yang telah ditunjuk seperti
penanggungawab k3 melakukan pendelegasian tugasnya kepada pengelola K3.

C. Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana
yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya

47
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan.
Dalam pelaksanaannya Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
dilakukan oleh setiap personil secara optimal, seperti membaca terlebih dahulu
instruksi keselamatan kerja sebelum memulai pekerjaan, mengenali prosedur dan
lokasi fasilitas tanggap darurat, mengenali sifat dan resiko bahan kimia yang
dipakai, selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap pada saat bekerja, dll.
Menurut saya Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam perlu di
evaluasi kembali dikarenakan pengecekan kesehatan personil belum terlaksana
dikarenakan pada saat pergeseran anggaran dana untuk pengecekan kesehatan
personil di alihkan untuk pembelian bahan kimia.

D. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja


(K3)
Monitoring adalah kegiatan untuk memantau proses atau jalannya suatu
program atau kegiatan. Monitoring merupakan kegiatan mengumpulkan data atau
informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap jalannya pembangunan
dengan menitikberatkan pada penggunaan sumber daya dan cara pelaksanaan
kegiatan apakah dilaksanakan sesuai dengan rencana atau telah terjadi pergeseran
dari rencana sehingga akan diketahui secara dini dan diambil langkah-langkah
yang sesuai.
Sedangkan evaluasi adalah kegiatan untuk menilai hasil suatu program atau
kegiatan. Banyak batasan tentang evaluasi, secara umum dapat dikatakan bahwa
evaluasi suatu proses untuk menilai atau menetapkan sejauh mana tujuan yang telah
ditetapkan tercapai. Evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh
suatu program dengan tujuan yang direncanakan. Menurut kamus istilah manajemen
evaluasi ialah suatu proses bersistem dan objektif menganalisis sifat dan ciri pekerjaan di
dalam suatu organisasi atau pekerjaan.
Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam dimonitor secara terus

48
menerus oleh Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.
Menurut saya Monitoring dan evaluasi di UPT Laboratorium Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam telah sesuai dengan teori yang ada
karena Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam secara terus menerus melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan pengendalian Kecelakan dan Kesehatan Kerja dilaboratorium.

49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Perencanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
telah sesuai dengan standar yang ada.
2. Pengorganisasian Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam ini termasuk ke dalam organisasi gabungan (Lini dan Staff) karena
peranan staff tidak hanya terbatas pada memberi usul atau saran tetapi juga
diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan tertentu. Bantuan yang
diharapkan dari staf tidak hanya pemikiran saja, tetapi juga telah
menyangkut pelaksanaannya.
3. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
dilakukan setiap sebelum bekerja seluruh personel membaca terlebih
dahulu instruksi keselamatan kerja. seluruh personel mengenali prosedur
dan lokasi fasilitas tanggap darurat seperti pintu keluar darurat, alat
pemadam kebakaran, kotak P3K, dan lain-lain. Seluruh personel
mengenali sifat dan resiko bahan kimia yang dipakai. Selalu menggunakan
alat pelindung diri pada saat bekerja seperti jas laboratorium, masker,
sepatu tertutup, kacamata pengaman, dan lan-lain. Hindari kontak dengan
bahan kimia apabila kulit terkena bahan kimia jangan digaruk agar tidak
tersebar. Memberikan tanda/peringatan pada bahan atau alat pada kegiatan
tertentu.
4. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam dilakukan secara terus menerus oleh Kepala UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam agar Pelaksanaan
dan pengendalian Kecelakan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SOP

50
yang sudah ditetapkan baik menurut peraturan yang berlaku maupun SOP
yang dibuat oleh Laboratorium sendiri.

B. Saran
Diharapkan agar terlaksananya pengecekan kesehatan personil dan
mengupayakan alokasi dana sesuai dengan Perencanaan Program Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Agam karena program tersebut sangat penting untuk
mendeteksi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.

51
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, I Komang, dkk. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta:


Graha Ilmu.
Dirlanudin. 2010. Organisasi Manajemen dan Beberapa Kajiannya Serang: FISIP
UNTIRTA.
Mangkunegara, AA. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.
Bandung: Remaja Rosda Karya.
Nasution, M. N. 2005. Manajemen Mutu Terpadu: Total Quality Management.
(Edisi Kedua). Bogor: Ghalia Indonesia.
Pemerintah Indonesia. 1993. Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 22
tahun 1993 tentang Penyakit yang Timbul karena Hubungan Kerja.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 1947. Undang-Undang Tahun 1947 Nomor 33 tentang
Buruh, Kecelakaan, Undang-Undang Kecelakaan 1947. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 1970. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 1992. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Pemerintah Indonesia. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Jakarta: Sekretariat Negara.
Pemerintah Indonesia. 1981. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
RI Nomor: PER.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit
Akibat Kerja. Jakarta: Sekretariat Negara.
Ramli, S. 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. OHSAS
18001. Jakarta: Dian Rakyat.
Ramli, S. 2013. Smart Safety: Panduan Penerapan SMK3 yang Efektif. Jakarta:
Dian Rakyat.
Rika Ampuh Hadiguna. 2009. Manajemen Pabrik. Jakarta: Bumi Aksara.
Rizky, Argama. 2006. Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai Komponen
Jamsostek. Makalah Fakultas Hukum Universitas Indonesia Jakarta.
Siregar. 2005. Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja:1. Malang: UIN
Malang.
Widodo, Suparmo. 2015. Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Pustaka pelajar.
52
http://labvirtual.agroindustri.upi.edu/k3-laboratorium.

https://hastiyanto.wordpress.com/2018/01/25/monitoring-dan-evaluasi-dalam-
perencanaan-pembangunan/

53
LAMPIRAN

54
A. Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium

Safety Shower Bak Cuci

Fume Hood/Lemari Asam Eye Wash


55
Exhaust-fan Pemadam kebakaran (APAR)

Alarm P3K

56
B. Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia

C. Penanggulangan Tanggap Darurat

57
D. Implementasi Penggunaan APD Pada setiap kegiatan di UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam

Proses administrasi penerimaan contoh uji

Proses pengkodean contoh uji

58
Proses pemberian pengawet contoh uji

Proses penyimpanan contoh uji

59
Proses analisa contoh uji

60

You might also like