Professional Documents
Culture Documents
REVISI 2 Dari PENGUJI-Laporan Magang Weni
REVISI 2 Dari PENGUJI-Laporan Magang Weni
LAPORAN MAGANG
Di UPT Laboratorim Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
Oleh :
WENI
1703132
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
karunia, kesehatan dan kemudahan dalam Pelaksanaan dan Penyusunan Laporan
Magang ”Tinjauan Program Penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
Tahun 2019” dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih
penulis berikan kepada Ibu Gusliani Eka Putri, M.Si selaku Pembimbing
Akademik dan kepada Ibu Meri Kamtesa, ST., MSc selaku Pembimbing
Lapangan, serta seluruh pihak yang telah membantu penulisan laporan ini.
Laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
pendidikan Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat. Disamping itu pelaksanaan
magang ini bertujuan untuk membina dan menambah wawasan guna mengenal
dan mengaplikasikan pengetahuan penulis mengenai penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih banyak
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan laporan ini.
Terimakasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................iv
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Tujuan..........................................................................................................................2
C. Manfaat........................................................................................................................3
D. Ruang Lingkup............................................................................................................3
B. Dasar Pemberlakuan....................................................................................................4
H. Program K3...............................................................................................................12
B. Fokus Magang...........................................................................................................30
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................................42
ii
D. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)............44
A. Kesimpulan................................................................................................................46
B. Saran..........................................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi dan pasar bebas World Trade Organization (WTO) dan
General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) yang telah berlaku mulai tahun
2020, Kesehatan dan keselamatan Kerja (K3) merupakan salah satu perasyaratan
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar
negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara anggota, termasuk bangsa
Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
1
yang aman akan menghadirkan produktivitas kerja dan efisiensi (Heryanto Hendra
dkk, 2011).
Keadaan aman dapat diciptakan dari internal diri untuk menjaga dan
melindungi diri sendiri. Kecelakaan dapat terjadi dengan membawa akibat bagi
diri sendiri maupun orang lain serta lingkungannya sehingga kesadaran untuk
menjaga dan melindungi diri merupakan tanggungjawab moral dalam keselamatan
kerja dan berperan penting dalam pencegahan kecelakaan. Di samping itu, setiap
laboratorium selalu membuat aturan tentang bagaimana seharusnya bekerja di
dalamnya. Disiplin diri terhadap aturan yang berlaku turut memegang peran
penting dalam keselamatan kerja. Dua faktor di atas merupakan faktor manusia,
yang merupakan faktor terbesar kecelakaan di dalam laboratorium kimia.
(Heryanto Hendra dkk, 2011).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari penulisan laporan magang ini adalah untuk mengetahui
Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
2. Tujuan Khusus
2
a. Mengetahui perencanaan Penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.
b. Mengetahui pengorganisasian Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam.
c. Mengetahui pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
d. Mengetahui monitoring dan evaluasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.
C. Manfaat
3
D. Ruang Lingkup
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Dasar Pemberlakuan
Pemerintah memberikan jaminan kepada karyawan dengan menyusun
Undang-undang Tentang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33, yang dinyatakan
berlaku pada tanggal 6 januari 1951, kemudian disusul dengan Peraturan
Pemerintah Tentang Pernyataan berlakunya peraturan kecelakaan tahun 1947 (PP
No. 2 Tahun 1948), yang merupakan bukti tentang disadarinya arti penting
keselamatan kerja di dalam perusahaan. Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 3 Tahun 1992, menyatakan bahwa sudah sewajarnya apabila tenaga kerja
juga berperan aktif dan ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program
5
pemeliharaan dan peningkatan kesejahteraan demi terwujudnya perlindungan
tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Jadi, bukan hanya perusahaan saja
yang bertanggung jawab dalam masalah ini, tetapi para karyawan juga harus ikut
berperan aktif dalam hal ini agar dapat tercapai kesejahteraan bersama.
Penerapan program K3 dalam perusahaan akan selalu terkait dengan landasan
hukum penerapan program K3 itu sendiri. Landasan hukum tersebut memberikan
pijakan yang jelas mengenai aturan yang menentukan bagaimana K3 harus
diterapkan.
Berdasarkan Undang-Undang no.1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1, syarat
keselamatan kerja yang juga menjadi tujuan pemerintah membuat aturan K3
adalah :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
radiasi, suara dan getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik physik
maupun psychis, peracunan, infeksi dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya.
n. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau barang.
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
6
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
bahayakecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
8
E. Usaha Mencapai Keselamatan Kerja
Usaha – usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai keselamatan kerja dan
menghindari kecelakaan kerja antara lain:
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation
2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda
4. Perilaku yang berhati-hati
10
dengan hal-hal yang merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak
rapi, kurang koordinasi, psikomotor berkurang)
2. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun
beberapa diantaranya adalah:
a. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri,
dan kondisi kerja
b. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial
3. Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau
tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan
emosional dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam
bentuk kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis
berpindah ke tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi,
gampang sakit) dan biasanya bersifat kumulatif
11
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang
beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang
beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang
beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang
beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang
beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang
beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang
beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
12
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida
atau derivatnya yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik,
kimiawi atau biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari
zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi
atau kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan
obat.
H. Program K3
Menurut Dewan K3 Nasional, program K3 adalah upaya untuk mengatasi
ketimpangan pada empat unsur produksi yaitu manusia, sarana, lingkungan kerja
dan manajemen. Program ini meliputi administrasi dan manajemen, P2K3,
kebersihan dan tata ruang, peralatan K3, pengendalian bahaya dan beracun,
pencegahan kebakaran, keadaan darurat, penerapan K3 dan sistem evaluasi
program (DK3N, 1993). Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja bersifat
spesifik artinya program keselamatan dan kesehatan kerja tidak bisa dibuat,
ditiru, atau dikembangkan semaunya. Suatu program keselamatan dan kesehatan
13
kerja dibuat berdasarkan kondisi dan kebutuhan nyata di tempat kerja sesuai
dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur, kemampuan financial, dan lainnya.
Dalam usaha tersebut pihak perusahaan pun sudah selayaknya ikut serta dalam
mengoptimalkan peran K3 tersebut. Hal ini dapat digambarkan dalam kerangka
pikir sebagai berikut:
Program K3
1. Manajemen K3
2. Pengawas K3
3. Pelatihan K3
4. Tersedianya Alat Pelindyng Diri (APD)
5. SOP
6. Sosialisasi K3
7. Poliklinik / Ruang Kesehatan
8. Kantin
9. Rest Area
Produktivitas Kerja
14
1. Membuat program untuk mendeteksi, mengkoreksi, mengontrol kondisi
berbahaya, lingkungan beracun dan bahaya-bahaya kesehatan.
2. Membuat prosedur keamanan.
3. Menindaklanjuti program kesehatan untuk pembelian dan pemasangan
peralatan baru dan untuk pembelian dan penyimpanan bahan berbahaya.
4. Pemeliharaan sistem pencatatan kecelakaan agar tetap waspada.
5. Pelatihan K3 untuk semua level manajemen.
6. Rapat bulanan P2K3
7. Tetap menginformasikan perkembangan yang terjadi di bidang K3 seperti
alat pelindung diri, standar keselamatan yang baru.
8. Pembagian pernyataan kebijakan organisasi.
Program keselamatan dan kesehatan kerja harus dirancang spesifik untuk
masing-masing perusahaan sehingga tidak bisa sekedar meniru atau mengikuti
arahan dan pedoman dari pihak lain (Ramli, 2010). Efektifitas program
keselamatan dan kesehatan kerja sangat tergantung kepada komitmen dan
keterlibatan semua pekerja. Keterlibatan pekerja akan meningkatkan
produktivitas. Beberapa kegiatan yang harus melibatkan pekerja antara lain
(Nasution, 2005) :
1. Kegiatan pemeriksaan bahan berbahaya dan beracun dan menyusulkan
rekomendasi bagi perbaikan.
2. Mengembangkan atau memperbaiki aturan keselamatan umum.
3. Melakukan pelatihan terhadap tenaga kerja baru.
4. Membantu proses analisis penyebab kecelakaan kerja.
Unsur-unsur program keselamatan dan kesehatan kerja yang terpenting
adalah pernyataan dan kebijakan perusahaan, organisasi dan personil, menjaga
kondisi kerja untuk memenuhi syarat-syarat keselamatan, membuat laporan dan
analisis penyebab kecelakaan dan menyediakan fasilitas pertolongan pertama
pada kecelakaan (Nasution, 2005). Program keselamatan dan kesehatan kerja akan
memperbaiki kualitas hidup pekerja melalui jaminan keselamatan dan kesehatan
kerja yang dapat menciptakan situasi kerja yang aman, tenteram dan sehat
sehingga dapat mendorong pekerja untuk bekerja lebih produktif.
15
Melalui program keselamatan dan kesehatan kerja, terjadinya kerugian dapat
dihindarkan sehingga perusahaan dapat meningkatkan kesejahteraan pekerjanya
(Siregar, 2005). Heinrich menyatakan prinsip dasar dari program keselamatan dan
kesehatan kerja yang perlu diterapkan dalam upaya pencegahan kecelakaan, yaitu
1. Melakukan usaha inspeksi keselamatan kerja untuk mengidentifikasikan
kondisi- kondisi yang tidak aman.
2. Mengadakan usaha pendidikan dan pelatihan para pekerja untuk
meningkatkan pengetahuan pekerja akan tugasnya sehari-hari dan cara
kerja yang aman.
3. Membuat peraturan-peraturan keselamatan kerja yang harus ditaati oleh
semua pekerja.
4. Pembinaan displin dan ketaatan terhadap semua peraturan di bidang
keselamatan kerja.
16
dan individual mungkin akan bekerja sendiri-sendiri secara serampangan,
sehingga kerja organisasi kurang efesien.
b. Mengurangi ketidak pastian kegiatan.
Ketika seorang manajer membuat rencana, ia diharuskan untuk melihat
jauh ke depan, meramalkan perubahan, memperkirakan efek dari
perubahan tersebut, dan menyusun rencana untuk menghadapinya.
c. Meminimalisir pemborosan sumber daya.
Pekerjaan yang terarah dan terencana memungkinkan karyawan dapat
bekerja lebih efesien dan mengurangi pemborosan. Selain itu, dengan
rencana, seorang manajer juga dapat mengidentifikasi dan menghapus hal-
hal yang dapat menimbulkan inefesiensi dalam perusahaan.
d. Menetapkan tujuan dan standar yang digunakan dalam proses
pengontrolan dan pengevaluasian. Proses pengevaluasian atau evaluating
adalah proses membandingkan rencana dengan kenyataan yang ada. Tanpa
adanya rencana, manager tidak akan dapat menilai kinerja perusahaan.
Elemen Perencanaan
Perencanaan terdiri dari dua elemen penting, yaitu sasaran (goals) dan
rencana itu sendiri (plan).
1) Sasaran
Sasaran adalah hal yang akan dicapai oleh individu, grup, atau seluruh
organisasi. Sasaran juga disebut dengan tujuan. Sasaran memandu
manajemen membuat keputusan dan membuat kriteria untuk mengukur
suatu pekerjaan.Terdapat dua pendekatan utama yang dapat digunakan
organisasi untuk mencapai sasarannya, yaitu:
a) Pendekatan tradisional.
Pada pendekatan ini, manajer puncak memberikan sasaran-sasaran
umum, yang kemudian diturunkan oleh bawahannya menjadi sub-
tujuan (subgoals) yang lebih terperinci. Bawahan tersebut
kemudian menurunkannya lagi kepada anak buahnya, dan terus
hingga mencapai tingkat paling bawah. Pendekatan ini
mengasumsikan bahwa manajer puncak adalah orang yang
17
mengetahui segala hal karena mereka telah melihat gambaran besar
perusahaan.
b) Management By Objective atau MBO.
Pada pendekatan ini, sasaran dan tujuan organisasi tidak ditentukan
oleh manajer puncak saja, tetapi juga oleh karyawan. Manajer dan
karyawan bersama-sama membuat sasaran-sasaran yang ingin
mereka capai. Dengan begini, karyawan akan merasa dihargai
sehingga produktivitas mereka diharapkan meningkat.
2) Rencana
Rencana atau plan adalah dokumen yang digunakan sebagai skema
untuk mencapai tujuan. Rencana biasanya terdiri dari alokasi sumber
daya, jadwal, dan tindakan-tindakan penting lainnya. Rencana dibagi
berdasarkan cakupan, jangka waktu, kekhususan, dan frekuensi
penggunaannya.
a) Berdasarkan cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana
strategis dan rencana operasional. Rencana strategis adalah
rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan organisasi
sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur
kegiatan sehari-hari anggota organisasi.
b) Berdasarkan jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi
rencana jangka panjang dan rencana jangka pendek. Rencana
jangka panjang didefinisikan sebagai rencana dengan jangka
waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana yang
memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada
di antara keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
c) Menurut kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana
direksional dan rencana spesifik. Rencana direksional adalah
rencana yang hanya memberikan guidelines secara umum, tidak
terdetail.
18
d) Berdasarkan frekuensi penggunaannya, rencana dibagi menjadi
single use atau standing. Single use plans adalah rencana yang
disesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Sedangkan standing
plans adalah rencana yang berjalan selama perusahaan tersebut
berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah prosedur, peraturan,
kebijakan, dan lain-lain.
Langkah-langkah perencanaan.
1) Analisa situasi
Data yang diperlukan adalah:
a) Data kependudukan.
b) Data potensi organisasi.
c) Keadaan lingkungan dan demografi
d) Sarana dan prasarana.
e) Data mengenai masalah yang berkembang dimasyarakat.
2) Mengidentifikasi masalah dan prioritasnya.
3) Menentukan tujuan program. Syarat tujuan sebuah program adalah:
a) Dipakai untuk mengukur keberhasilan kegiatan sebuah program,
b) Harus sesuai dengan masalah dan ditetapkan sesuai dengan
kemampuan organisasi,
c) Ditingkat pelaksana tujuan dijabarkan dalam bentuk tujuan
operasional, biasanya ditetapkan dengan waktu (batas pencapaian)
dan hasil akhir yang ingin dicapai,
d) Berbagai kegiatan alternatif dipilih untuk mencapai tujuan program,
e) Faktor-faktor penyebab masalah dan dampak yang mungkin terjadi
dimasa depan, dikaji terlebih dahulu.
4) Mengkaji hambatan dan kelemahan program. Hambatan dikategorikan
dalam:
a) Hambatan yang bersumber dalam organisasi,
b) Terjadi pada lingkungan.
5) Menyusun rencana kerja operasional (RKO). Format sebuah RKO yang
lengkap adalah:
19
a) Latar belakang yang berisikan masalah utama yang akan dipecahkan
dan dituangkan dalam bentuk tujuan yang akan dicapai
b) Apa yang ingin dicapai,
c) Kegiatan program dan cara mengerjakannya,
d) Pelaksana dan sasarannya,
e) Sumber daya pendukung,
f) Tempat,
g) Waktu pelaksanaan.
2. Pengorganisasian
a. Pengertian Pengorganisasian.
Menurut Hasibuan yang dikutip oleh Dirlanudin dalam bukunya
“Organisasi Manajemen” pengorganisasian adalah proses mengidentifikasi
dan mengkelompokkan pekerjaan yang harus dilakukan, menentukan dan
mendelegasikan tanggung jawab, wewenang dan mengadakan hubungan
dengan tujuan memungkinkan orang bekerja secara efektif bersama dalam
mencapai tujuan.
b. Prinsip Pokok Organisasi.
Prinsip pokok dalam suatu organisasi adalah:
1) Mempunyai pendukung, yaitu setiap orang yang bersepakat untuk
membentuk organisasi.
2) Mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus.
3) Mempunyai kegiatan. Suatu organisasi yang baik adalah apabila
organisasi tersebut memiliki kegiatan yang jelas dan terarah.
kegiatan ini haruslah dipahami oleh semua pihak yang berada dalam
organisasi.
4) Mempunyai pembagian tugas (jobs description). Prinsip pembagian
tugas ini dalam organisasi dikenal dengan nama prinsip bagi habis
tugas.
20
5) Mempunyai perangkat organisasi menurut tugas, tanggung jawab
serta wewenang yang dimiliki dapat dibedakan atas beberapa
macam. Dimulai dari yang bersifat pengarah dan penentu kebijakan
sampai dengan yang bersifat pelaksana kegiatan.
6) Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang (delegation of
authority). Wewenang yang ditetapkan harus sesuai dengan tanggung
jawab yang dimiliki.
7) Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah dan arah.
Pelaksanakan kegiata oleh suatu organisasi harus bersifat
berkelanjutan, fleksibel serta sederhana. Prinsip kesatuan pemerintah
(unity comand) serta kesatuan arah (unity of direction) yang
kesemuannya harus dapat membentuk satu hubungan mata rantai
yang tak terputus (chain of command). Prinsip kejelasan wewenang
dan tanggung jawab yang disusun secara bertingkat ini dikenal
dengan nama “scalar principle”.
b) Tenaga pelaksana
Merupakan pengaturan struktur organisasi, susunann personalia serta
hak dan wewenang dari setiap tenaga pelaksana, sedemikian rupa
sehingga setiap kegiatan mempunyai penanggung jawab.
c) Proses pengorganisasian
21
Yaitu hal yang menyangkut pelaksanaan langkah-langkah yang harus
dilakukan sedemikian rupa sehingga semua kegiatan yang akan
dilaksanakan serta tenaga pelaksana yang dibutuhkan.
d) Hasil pengorganisasian
Yaitu perpaduan antara kegiatan yang akan dilaksanakan serta tenaga
pelaksana yang dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut.
Wadah yang terbentuk ini dikenal dengan nama organisasi.
d. Jenis Organisasi
Jenis organisasi terbagi menjadi tiga, yaitu
1) Organisasi Lini ( Lini/Command Organization)
Maksudnya dalam pembagian tugas serta wewenang terdapat
perbedaaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dengan
satuan organisasi pelaksana. Keuntungannya adalah pengambilan
keputusan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin serta
pengawasan dan koordinasi lebih mudah. Sedangkan kerugiannya
adalah karena keputusan diambil oleh satu orang ,aka keputusan
tersebut sering kurang sempurna serta dibutuhkan pemimpin yang
berwibawa dan berpengetahuan luas.
3. Implementasi
a. Pengertian Implementasi.
Implementasi atau aktuasi adalah kegiatan mewujudkan rencana dengan
mempergunakan organisasi yang terbentuk. Fungsi aktuasi ini merupakan
usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien
(https://phrespati.wordpress.com/2014/12/23/fungsi-managemen
actuating/). Fungsi aktuasi terkait dengan:
1) Penentuan masalah,
2) Penetapan tujuan,
3) Penetapan tugas dan sumber daya penunjang,
4) Menggerakan dan mengarahkan,
5) Memiliki keberhasilan sumber daya manusia.
b. Fungsi Implementasi
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen
harus memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan
tepat pada waktunya dengan cara:
1) Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim,
2) Mengkoordinasikan kegiatan,
3) Menyampaikan keputusan,
23
4) Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat
meliputi mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi,
5) Mobilisasi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukan
meliputi :
a) Pemantauan dan pengawasan,
b) Logistik (perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman,
penyebaran dan pengembalian barang),
c) Akuntasi,
d) Organisasi,
6) Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan.
c. Tujuan Implementasi
Tujuan fungsi implementasi adalah:
1) Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.
2) Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staff.
3) Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.
4) Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan
motivasi dan prestasi kerja staff.
5) Membuat organisasi berkembang lebih dinamis.
25
adanya jenis evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif dilakukan untuk mendiagnosis suatu program, yang
hasilnya digunakan untuk pengembanagn atau perbaikan program.
Biasanya formatif dilakukan pada proses program (program masih
berjalan). Sedangkan evaluasi sumatif adalah suatu evaluasi yang
dilakukan untuk menilai hasil akhir dari suatu program. Biasanya evaluasi
sumatif ini dilakukan pada waktu program telah selesai (akhir program).
Meskipun demikian pada praktik evaluasi program sekaligus mencakup
kedua tujuan tersebut.
26
BAB III
HASIL KEGIATAN
a. Tahun 2009
b. Tahun 2011
c. Tahun 2012
d. Tahun 2013
Operasional UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam mulai dikembangkan dengan fungsi utama ;
e. Tahun 2014
Melalui evaluasi kinerja laboratorium oleh Bapedalda Propinsi Sumbar dan
PPE Sumatera, Laboratorium Lingkungan Kabupaten Agam masih ditetapkan
sebagai Laboratorium Klaster melalui Surat Keputusan Kepala Pusat Pengelolaan
Ekoregion Sumatera Nomor: KEP-169/PPES/11/2014 tentang Perubahan atas
Surat Keputusan Kepala Pusat Pengelolaan Ekoregion Sumatera Nomor KEP-
114/PPES/09/2012 tentang Penetapan Klaster Laboratorium dalam Rangka
Pengembangan dan Pemanfaatan Laboratorium Instansi Lingkungan Hidup
Kabupaten / Kota.
f. Tahun 2015
28
Tahun 2015, sesuai dengan JUKNIS DAK Bidang Lingkungan Hidup tahun
2014, Laboratorium Lingkungan Kabupaten Agam mendapat peluang untuk
melengkapi peralatan laboratorium yang dibutuhkan dan kembali mengusulkan
Peningkatan Kapasitas Kelembagaan menjadi UPT Laboratorium (Perbup Nomor
24 Tahun 2015 tentang pembentukan UPT Laboratorium BPLH Kab. Agam)
g. Tahun 2016
h. Tahun 2017
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
melakukan penerimaan Tenaga Harian Lepas (THL) dan pengisian struktur UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
i. Tahun 2018
j. Tahun 2019
2. Udara Ambien
30
Parameter Udata Ambien yaitu Sulfur dioksida, Nitrogen dioksida,
TSP, Karbon monoksida.
Kepala UPT
( Penanggungjawab Operasional
Laboratorium)
Kasubag TU
(Penanggungjawab Mutu dan
Administrasi)
Penanggungjawab Teknis
B. Fokus Magang
1. Safety Shower
Safety Shower memenuhi persyaratan:
2. Bak Cuci
Bak cuci selain digunakan untuk mencuci peralatan gelas laboratorium
dapat juga digunakan ketika pekerja laboratorium terkena bahan kimia
pada kulitnya.
32
3. Fume Hood/Lemari Asam
Fume Hood/Lemari Asam memenuhi persyaratan:
a) Bersih di bagian dalamnya;
b) Saluran gas tahan panas;
c) Pintu tipe vertikal tidak mudah jatuh;
d) Pada kondisi tertutup semua bagian berfungsi;
e) Sesuai dengan spesifikasi sifat bahan kimia yang digunakan (organik
atau anorganik).
4. Eye Wash
Eye Wash memenuhi persyaratan:
a) Eye wash dipastikan dapat beroperasi dan mempunyai aliran air yang
konstan dan memadai;
b) Dapat diatur sehingga tepat dengan posisi mata;
c) Kualitas air sama dengan kualitas air bersih dan wadah air dalam eye
wash harus bersih;
d) Dilakukan pengecekan kinerja alat secara kontinu.
5. Perlengkapan Kerja
Setiap personel laboratorium wajib memakai perlengkapan kerja sesuai
dengan bahan kimia yang digunakan seperti, baju kerja (jas laboratorium),
kaca mata pengaman, sepatu tertutup, sarung tangan dan masker ketika
melaksanakan pengujian.
6. Exhaust-fan
Exhaust-fan digunakan pada ruangan tertentu seperti ruang preparasi atau
pada ruang penyimpanan bahan kimia.
7. Pemadam kebakaran (APAR)
Yang perlu diperhatikan:
a) Alat pemadam kebakaran yang digunakan adalah yang dapat dibawa
dan dijinjing serta dapat dioperasikan oleh satu orang;
b) Bahan atau media pengisi APAR ada 2 jenis yaitu:
1) Jenis padat: dry powder chemical;
2) Jenis cair: foam atau busa.
c) Gunakan dalam bentuk semburan;
33
d) Jangan disemprotkan secara langsung ke sumber kebakaran;
e) Mengisi ulang setelah dipakai meskipun belum benar-benar kosong;
f) Penggunaan APAR disesuaikan bahan-bahan penyebab kebakaran.
Penggolongan jenis kebakaran terbagi atas beberapa kelas, yaitu kelas
A, B, C, dan D.
Selain APAR alat bantu pemadam kebakaran lainnya dapat juga
disediakan seperti karung/goni basah, pasir, atau baju tahan api.
8. Alarm
Alarm dipasang di lokasi yang mudah menimbulkan kebakaran.
34
3. Sumber api harus dijauhkan apabila menggunakan bahan
kimia yang mempunyai sifat mudah terbakar atau mudah meledak.
35
setahun dan/atau lebih jika timbul kondisi kesehatan abnormal yang dicurigai
bersumber dari pekerjaan di laboratorium.
2) Luka karena basa kuat KOH, NaOH, dan amonia cair atau kapur
tohor, tidakan penyelamatannya adalah:
Siram dengan air mengalir
38
Netralkan dengan asam borat 4% atau asam asetat 1%
3) Keracunan bahan kimia, tindakan yang penting:
Identifikasi jenis racun
Bersihkan saluran pernafasan dari kotoran, lendir, atau
muntahan
Berikan pernafasan buatan
Jika racun tidak diketahui berikan pelunak racun yaitu
norit (karbon aktif), putih telur dan susu
39
Tabel 3.1 Planning Of Action (POA) Penerapan Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
40
No Kegiatan Tujuan Sasaran Pelaksana Tempat Waktu Dana Penanggungjawab
3 Penerapan dan Untuk meminimalisir Seluruh Penanggungjawab UPT Setiap APBD Penanggungjawab
Evaluasi kecelakaan kerja dan personil UPT Keselamatan Dan Laboratorium Senin Keselamatan Dan
Penerapan K3 meningkatkan Laboratorium Kesehatan Kerja DLH Agam Pagi pada Kesehatan Kerja
produktivitas DLH Agam (K3) hari kerja (K3)
4 Pengecekan Untuk mencegah Seluruh Kasubag Tata UPT 05 APBD Kasubag Tata Usaha
Kesehatan Penyakit Akibat personil UPT Usaha Laboratorium Agustus
personel Kerja (PAK) Laboratorium DLH Agam 2019
Laboratorium DLH Agam
5 Penanggulangan Untuk meminimalisir Seluruh Penanggungjawab UPT Setiap APBD Penanggungjawab
Tanggap Darurat resiko yang personil UPT Keselamatan Dan Laboratorium Senin Keselamatan Dan
ditimbulkan akibat Laboratorium Kesehatan Kerja DLH Agam Pagi pada Kesehatan Kerja
kecelakaan kerja DLH Agam (K3) hari kerja (K3)
41
2. Pengorganisasian Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
Penanggungjawab
K3
Ramli
Gambar 3. 2 Struktur Organisasi K3
42
a. Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium
Kasubag Tata Usaha telah menyediakan Fasilitas Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam melalui tender pada tanggal 15 Maret
2019. Fasilitas K3 yang telah tersedia antara lain:
1. Safety Shower
2. Bak Cuci
3. Fume Hood/Lemari Asam
4. Eye Wash
5. Perlengkapan Kerja
6. Exhaust-fan
7. Pemadam kebakaran (APAR)
8. Alarm
9. Petunjuk arah keluar ruangan laboratorium dengan warna hijau
10. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
Kegiatan ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor 06 tahun 2009 tentang Laboratorium
Lingkungan.
43
c. Penerapan dan Evaluasi Penerapan K3
Penerapan dan evaluasi penerapa K3 dilakukan melalui kegiatan briefing
setiap Senin pagi. Kegiatan ini bertujuan untuk meminimalisir kecelakaan
kerja dan meningkatkan produktivitas personil.
d. Pengecekan Kesehatan personel Laboratorium
Pengecekan Kesehatan personel Laboratorium bertujuan untuk mencegah
Penyakit Akibat Kerja (PAK), namun kegiatan ini belum terlaksana seperti
yang telah direncanakan sebelumnya dikarenakan tidak tersedianya
anggaran untuk kegiatan tersebut.
e. Penanggulangan Tanggap Darurat
Penanggulangan Tanggap Darurat telah dilakukan setiap senin pagi berupa
sosialisasi. Dari kegiatan ini setiap personil dapat mengetahui dan
memahami tindakan yang dilakukan dan peralatan yang digunakan apabila
terjadi kecelakaan kerja sehingga dapat megurangi resiko yang
ditimbulkan.
44
Evaluasi penerapan Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam dilakukan
oleh Penanggungjawab K3 per triwulan. Dari pelaksanaan evaluasi terakhir
didapatkan hasil bahwa program Keselamatan dan Kesehatan Kerja di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam secara
umum telah terlaksana, namun kegiatan Pengecekan Kesehatan personel
Laboratorium belum terlaksana sesuai dengan perencanaan dikarenakan anggaran
untuk kegiatan tersebut pada saat perubahan anggaran di alihkan untuk pembelian
bahan kimia untuk pengujian di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas
Lingkungan Hidup Kabupaten Agam.
45
BAB IV
PEMBAHASAN
46
5) Time, adanya batas waktu Kegiatan Program Keselamatan dan Kesehatan
Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam
47
dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana
pelaksanaan bisa diartikan penerapan.
Dalam pelaksanaannya Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
dilakukan oleh setiap personil secara optimal, seperti membaca terlebih dahulu
instruksi keselamatan kerja sebelum memulai pekerjaan, mengenali prosedur dan
lokasi fasilitas tanggap darurat, mengenali sifat dan resiko bahan kimia yang
dipakai, selalu menggunakan alat pelindung diri lengkap pada saat bekerja, dll.
Menurut saya Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam perlu di
evaluasi kembali dikarenakan pengecekan kesehatan personil belum terlaksana
dikarenakan pada saat pergeseran anggaran dana untuk pengecekan kesehatan
personil di alihkan untuk pembelian bahan kimia.
48
menerus oleh Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam.
Menurut saya Monitoring dan evaluasi di UPT Laboratorium Lingkungan
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam telah sesuai dengan teori yang ada
karena Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Agam secara terus menerus melakukan monitoring terhadap
pelaksanaan dan pengendalian Kecelakan dan Kesehatan Kerja dilaboratorium.
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Perencanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
telah sesuai dengan standar yang ada.
2. Pengorganisasian Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di
UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam ini termasuk ke dalam organisasi gabungan (Lini dan Staff) karena
peranan staff tidak hanya terbatas pada memberi usul atau saran tetapi juga
diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan tertentu. Bantuan yang
diharapkan dari staf tidak hanya pemikiran saja, tetapi juga telah
menyangkut pelaksanaannya.
3. Pelaksanaan Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT
Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
dilakukan setiap sebelum bekerja seluruh personel membaca terlebih
dahulu instruksi keselamatan kerja. seluruh personel mengenali prosedur
dan lokasi fasilitas tanggap darurat seperti pintu keluar darurat, alat
pemadam kebakaran, kotak P3K, dan lain-lain. Seluruh personel
mengenali sifat dan resiko bahan kimia yang dipakai. Selalu menggunakan
alat pelindung diri pada saat bekerja seperti jas laboratorium, masker,
sepatu tertutup, kacamata pengaman, dan lan-lain. Hindari kontak dengan
bahan kimia apabila kulit terkena bahan kimia jangan digaruk agar tidak
tersebar. Memberikan tanda/peringatan pada bahan atau alat pada kegiatan
tertentu.
4. Monitoring dan Evaluasi Program Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)
di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten
Agam dilakukan secara terus menerus oleh Kepala UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam agar Pelaksanaan
dan pengendalian Kecelakan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan SOP
50
yang sudah ditetapkan baik menurut peraturan yang berlaku maupun SOP
yang dibuat oleh Laboratorium sendiri.
B. Saran
Diharapkan agar terlaksananya pengecekan kesehatan personil dan
mengupayakan alokasi dana sesuai dengan Perencanaan Program Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja (K3) di UPT Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Agam karena program tersebut sangat penting untuk
mendeteksi resiko terjadinya penyakit akibat kerja.
51
DAFTAR PUSTAKA
https://hastiyanto.wordpress.com/2018/01/25/monitoring-dan-evaluasi-dalam-
perencanaan-pembangunan/
53
LAMPIRAN
54
A. Penyediaan Fasilitas K3 di laboratorium
Alarm P3K
56
B. Aturan Penyimpanan dan Penggunaan Bahan Kimia
57
D. Implementasi Penggunaan APD Pada setiap kegiatan di UPT Laboratorium
Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Agam
58
Proses pemberian pengawet contoh uji
59
Proses analisa contoh uji
60