You are on page 1of 9

ALIRAN PSIKOLOGI STRUKTURALISME

Pendahuluan
Sebenarnya sejak berabad-abad lamanya manusia telah berilmu jiwa yaitu memikirkan secara khusus
apa sebenarnya hakekat jiwa manusia itu, termasuk jiwa-jiwa makhluk lainnya. Pemikiran-pemikiran yang
dilakukan orang-orang dahulu untuk memperoleh pengetahuan tentang hakekat jiwa tersebut ditempuh dengan
cara berfilsafat. Dan hasil pemikiran filsafat pada zaman lampau ialah bahwa jiwa manusia itu dianggap sebagai
sesuatu yang konstant dan tidak berubah-ubah dan jiwa demikian itu dapat dianalisa ke dalam unsur-unsurnya
tersendiri yang masing-masing bekerja sendiri-sendiri terpisah satu dengan yang lainnya.
Sehubungan dengan perkembangan ilmu pengetahuan di zaman modren ini, maka ilmu mengenai jiwa
ini juga ikut berkembang. Hal ini juga didorong oleh para ilmuan yang semakin giat mengadakan penelitian
terhadap kejiwaan manusia hingga pada akhirnya ilmu jiwa ini dipatenkan menjadi salah satu cabang ilmu
pengetahuan yang disebut psikologi layaknya seperti ilmu pengetahuan yang lain. Namun, para ilmuan tidak
puas hanya begitu saja, psikologi akhirnya melahirkan banyak aliran-aliran di dalamnya, dan salah satu dari
aliran itu adalah strukturalisme.
Makalah ini akan membahas mengenai aliran strukturalisme ini, bagaimana sejarah lahirnya, tokoh-
tokoh pendirinya, ajaran pokok daripada aliran ini, serta metode-metode yang digunakan didalamnya. Di akhir
makalah ini juga penulis juga memberikan evaluasi, baik secara umum maupun secara khusus melalui firman
Allah. Melalui makalah ini penulis berharap akan memberikan akan memberikan sumbangsih bagi pemahaman
pembaca mengenai psikologi, khususnya aliran strukturalisme.
Pengertian Psikologi
Psikologi berasal dari bahasa Yunani “Logos” yang berarti “ilmu pengetahuan” dan “Psyche” yang
berarti “jiwa”.[1] Jadi, berdasarkan asal katanya maka psikologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
mengenai jiwa. Secara harafiah, Psikologi berarti ilmu jiwa. Dan secara umum, Psikologi berarti ilmu yang
mempelajari tingkah laku manusia atau tentang gejala-gejala jiwa.[2] Hal ini mencakup segala sesuatu yang
berkaitan dengan kejiwaan manusia dan segala hubungannya dengan perilaku serta tindakan dari manusia itu,
baik secara sadar maupun diluar tingkat kesadaran.
Psikologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang masih sangat mudah. Awal kelahirannya
sebagai ilmu pengetahuan adalah bersumber dari filsafat. Psikologi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari
ilmu filsafat.[3]
Sejarah Singkat Psikologi sebagai Ilmu
Tahun 1879 dianggap sebagai tahun kelahiran psikologi sebagai ilmu. Ditandai dengan didirikannya
laboratorium psikologi pertama oleh Wilhelm Wundt, seorang peneliti kebangsaan Jerman.[4] Semula psikologi
merupakan hasil perkawinan ilmu filsafat dengan ilmu fisiologi. Kombinasi antara minat menjelaskan perilaku
dan minat terhadap penggunaan metode ilmu-ilmu pengetahuan alam menyebabkan psikologi memisahkan diri
menjadi ilmu tersendiri.
Psikologi sebagai ilmu ini kemudian diimport ke Amerika. Tahun 1881, G. Stanley Hall mendirikan
laboratorium di Universitas Johns Hopkins sebagai laboratorium psikologi pertama di Amerika Serikat.
Aliran dalam Psikologi
Aliran Strukturalisme
Menurut Kamus Psikologi, Psikologi Strukturalisme adalah suatu sistem dari ilmu psikologi yang
memusatkan perhatian pada pengalaman yang dialami di dalam alam sadar.[5] Sistem ini mencoba
menguraikan pengalaman ke dalam bagian-bagian yang pokok, menetapkan hukum-hukum dengan mana
bagian-bagian tersebut disatukan, dan menyelidiki struktur serta kadar keadaan mental melalui instropeksi.
Sejarah Singkat Aliran Strukturalisme
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang
mandiri, pada masa itulah tercatat satu aliran psikologi yang disebut psikologi strukturalisme.[6] Tokoh pendiri
dari aliran ini adalah Wilhem Wundt. Wundt mendirikan aliran strukturalisme ini didasarkan pada pendapat
bahwa psikologi sudah seharusnya mempelajari jiwa dari segi unsur-unsurnya dimana jiwa tersebut tersusun.
Pendapat dan pandangan psikologi psikologi Wundt yang strukturalis dan eksperimentalis tersebut akibat aliran
Asosiasi dari inggris disatu pihak dan dilain pihak terpengaruh aliran materialisme dari tokoh-tokoh fisika dan
biolaogi yaitu Helmhots yang telah melatih kemampuan Wundt dalam penelitian psikologi secara eksperimen.
[7]
Tokoh Aliran Strukturalisme
Wilhelm Wundt
Wilhem Wundt (1832-1920) pada tahun 1879 mendirikan laboratorium psikologi pertama di Leipzig
Jerman, dan peristiwa ini menandai psikologi sebagai ilmu mandiri.[8] Aliran Srukturalisme menurut Wundt,
mempelajari gejala kejiwaan manusia dengan mempelajari struktur dan isi jiwa orang tersebut terlebih dahulu.
Edward Bradfor Titchener
Titchener adalah seorang eksponen,pengurai dan penerang terkemuka aliran strukturalisme, ia adalah
murid dari Wundt. Ia dan Wilhelm Wundt adalah pendiri dan sekaligus pelopor aliran psikologi strukturalisme.
Psikologi Strukturalisme adalah satu sistem psikologi yang berasosiasi dengan cara mengajar Wundt dan
Titchener
Ajaran Pokok Aliran Strukturalisme
Aliran ini beranggapan bahwa psikologi adalah pengalaman manusia yang dipelajari dari sudut pandang
pribadi yang mengalaminya seperti kesadaran, proses-proses mental, psikolinguistik, emosi dan juga kemauan.
[9] Kesadaran (Consciousness) menurut Wundt berkata bahwa kesadaran adalah sebuah realitas, dan itulah
yang menjadi subjek masalah dalam psikologi. Sementara itu proses-proses mental adalah sebuah aktivitas

1
otak, dan bukan materi. Dalam hal Psikolinguistik Wundt menunjukkan bahwa unit bahasa fundamental adalah
kalimat bukan kata atau suara. Kalimat bukan hanya sebagai sebuah rangkaian kata atau suara, tapi juga sebagai
keadaan mental khusus. Sementara suara, kata atau aturan tatabahasa hanya mempunyai makna jika
dihubungkan dengan kalimat mental yang mendasarinya.
Menurut Wundt, manusia adalah makhluk emosional pertama. Semua aktivitas mental manusia mempunyai
emosi dan emosi manusia selalu mendahului kognisi.[10] Hal menunjukkan dimana manusia berusaha
memperoleh pengetahuan secara sadar dan mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Demikian juga
dengan kemauan, menurut Wundt tindakan dari kehendak, “keputusan dan pilihan” begitu signifikan dalam
memahami psikologi. Kemauan merupakan motivasi sejati dan aksi kemauan dimotivasi perilaku.
Metode dalam Aliran Strukturalisme
Metode Psikologi dalam aliran ini adalah introspeksi terhadap diri sendiri (Analisis introspektif).[11]
Metode introspeksi yaitu orang yang menjalani percobaan diminta untuk menceritakan kembali pengalamannya
atau perasaannya setelah ia melakukan suatu eksperimen. Karena metode introspeksi ini, strukturalisme dapat
juga disebut sebagai psikologi introspeksi (introspective psichology). Hal ini dilakukan dengan cara mengajak
orang yang menjalani percobaan (pasien) untuk mengingat semua pengalaman-pengalamannya secara sadar.
Kemudian setelah itu mereka akan ditanyakan mengapa itu terjadi, bagaimana itu terjadi, sehingga sipasien akan
mengungkapkan apa yang dia dapatkan melalui ingatannya.
Tujuan Psikologi dalam Aliran Strukturalisme
Tujuan psikologi menurut aliran ini adalah menyelidiki apa, bagaimana, dan mengapa terjadi
pengalaman atau kesadaran. Dalam konsep dan sistem ini, psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener
memiliki 3 tujuan.[12] Pertama, menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen
dasar. Kedua menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut. Dan yang ketiga
adalah menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf.
Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman
sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu diwarnai
oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional
seseorang. Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara.
Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika.
Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional
berupa instropeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada
manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi
kesadaran.
Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari
asosiasi. Oleh karena hal itu, maka Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan
metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak integritasnya.[13]
Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah
introspeksi. Tehknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman
pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih,
bukan oleh pengamat awam.
Evaluasi
Evaluasi Umum
Strukturalisme gagal, karena aliran ini menyajikan laporan objektif yang unggul mengenai keadaan-
keadaan sensoris imajinatif atau gambaran khayalan, dan afektif dari kesadaran, tetapi aliran ini tidak mampu
memperluas sampai sukses metodenya untuk mencakup tingkah laku anak-anak dan tidak mampu menyajikan
tes mental dan studi behavioral mengenai cara belajar. Kelemahan psikologi struktural dalam pandangan
fungsionalisme yaitu hanya sekedar mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental.
Fungsionalisme memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa
terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Psikologi struktural memiliki kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi
menjadi ilmu pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan
pada formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.

Evaluasi Khusus
Kunci untuk memahami psikologi kristen bisa dilihat dari Yer 17:9, rom 1:28-31. Kej 6:5. Kita buta
terhadap keberdosaan kita sendiri. oleh karena itu kita perlu berdoa seperti raja Daud dalam Maz. 139:23. Rasul
Paulus bukan saja mendorong orang Kristen untuk memeriksa dirinya (2 Kor 13:5), tetapi juga menegur orang
lain. Amsal 14:8 berkata “mengerti jalannya sendiri adalah hikmat orang Cerdik ...” orang yang bijak dapat
mengintropeksi diri sendiri. Kesadaran akan kebenaran tentang diri kita menghasilkan rasa sakit secara emosi,
namun jika manusia dapat menerima kebenaran tentang dirinya dan dalam anugerah Allah menerima diri
berharga di mata Kristus. Aliran ini memang baik mengetahui apa dan mengapa terjadi sesuatu di dalam
pengalaman manusia melalui kesadaran dengan metode intropeksi diri. Akan tetapi tanpa Roh Kudus manusia
tidak akan memperoleh kesadaran akan keberdosaannya dan bahkan akan keberadaannya (Yoh.16:7-11). Oleh
karena itu dalam psikologi ini untuk menerapkannya kepada jemaat harus juga mengikutsertakan Tuhan di
dalam konseling. Intinya adalah kita harus selalu memberikan tempat bagi Roh Kudus untuk memberikan
kesadaran dan pemulihan jiwa sipasien.

2
Aliran-Aliran Psikologi

Strukturalisme
Aliran struktualisme adalah aliran yang dikembangkan oleh Titchener di Amerika. Strukturalisme adalah aliran
psikologi pertama yang dihasilkan dari eksperimen-eksperimen yang dilakukan Wilhelm Wundt di Leipzig,
Jerman. Sebelum tahun 1879, banyak orang yang sudah mengenal psikologi, namun pada saat itu belum ada
yang menyebutkan dirinya sebagai sarjana psikologi. Sarjana-sarjana yang mempelajari psikologi pada
umumnya adalah para ahli filsuf, faal dan dokter. Wundt sendiri awalnya adalah seorang dokter. Akan tetapi
dengan berdirinya labotarorium psikologinya, ia tidak lagi disebut sebagai dokter atau ahli faal. Hal ini
dikarenakan ia mulai melakukan dan memfokuskan diri pada eksperimen-eksperimen yang dilakukan di
laboratoriumnya. Strukturalisme dapat dengan mudah diterima di Amerika dan Jerman, karena pada saat itu
psikologi merupakan hal yang baru. Masyarakat juga dengan mudah dapat menerima keberadaan aliran
struktualisme karena belum ada eksperimen dan aliran psikologi lain yang muncul pada saat itu. Strukturalisme
disebarkan dan dipopulerkan di Amerika oleh Titchener dan bertahan hingga 25 tahun dan berakhir pada saat
Titchener wafat. Untuk memperdalam mengenai sejarah aliran ini, berikut akan dibahas dua tokoh sentral dalam
Strukturalisme.
Penelitian Wundt tentang pengalaman dan kesadaran meliputi hal-hal seperti waktu merespon, perhatian,
hubungan kata, perasaan, sensasi dan persepsi. Wundt membagi dua jenis pengalaman, yaitu perantara dan
langsung. Pengalaman perantara contohnya seperti cahaya dan gelombang suara. Pengalaman langsung seperti
warna dan tingkat suara (tone). Bagi Wundt, yang menjadi ranah psikologi ialah terkait dengan pengalaman
langsung. Selain itu, Wundt juga membagi menjadi dua berdasarkan kesadaran yaitu sensasi dan persepsi
(perasaan). Sebenarnya terdapat kelas images, tetapi kontribusinya hanya sedikit dan tidak memiliki perbedaan
berarti dengan sensasi. Dalam persepsi, terdapat istilah tridimensional theory of feelings, yaitu penjelasan
Wundt tentang persepsi. Ia membaginya menjadi tiga poros,pleasure/displeasure, tension/relaxation, dan
excitement/depression. Wundt menghubungkan kesadaran dengan perhatian (attention). Dalam hal ini perhatian
terwujud dalam bentuk apersepsi. Apersepsi berperan dalam menentukan pusat perhatian kepada stimulus dan
mengorganisir elemen-elemen kesadaran menjadi satu kesatuan. Misalnya ketika melihat pohon, kita akan
melihatnya secara keseluruhan sebagai pohon, bukan dari elemen-elemen dasar seperti saturasinya, terang-
gelapnya, bentuknya yang menyusun pohon tersebut.
Wundt merumuskan tujuan pencapaiannya dalam meneliti tentang kesadaran ini, yaitu:
1. Analisa proses kesadaran menjadi elemen-elemen dasar
2. Mengetahui bagaimana elemen-elemen tersebut saling terkait
3. Menentukan hukum keterkaitan yang mencakup semua elemen-elemen tersebut
Contoh terapan dari penelitian Wundt ialah dimana seorang observer diberikan stimulus berupa potret diri.
Ketika diminta menjelaskan pengalamannya saat diberikan stimulus tersebut, observer yang sudah dilatih
menjadi introspeksionis akan menjabarkan pengalamannya secara parsial. Misalnya, “saya melihat warna hitam
di bagian atas dengan goresan-goresan kasar”, “saya merasakan permukaan yang bergelombang dan tidak rata
ketika menyentuh stimulus”, “saya melihat dominasi warna kuning kecoklatan”, dan sebagainya. Akan keliru
bagi introspeksionis jika dalam menjabarkan pengalamannya malah menyebutkan hal-hal sebagai berikut, “saya
melihat potret diri”, “bagian atas terdapat rambut”, “permukaan kanvasnya kasar”. Hal ini menjadi keliru,
karena “potret diri”, “rambut”, dan “kanvas” bukanlah elemen utama dari kesadaran, melainkan istilah dari
konsep akan sesuatu yang telah digeneralisasi dari elemen-elemen kesadaran tersebut.
Wundt mengemukakan beberapa titik lemah dari psikologi. Kelemahan tersebut mendasar dan terkait dengan
metode introspeksi Wundt yang menyatakan bahwa dalam penelitian, observer harus memenuhi empat kriteria
untuk menjadi seorang introspeksionis yang handal. Pertanyaannya adalah, “Ketika introspeksi dilakukan oleh
beberapa observer berbeda, akan mendapatkan hasil yang berbeda pula (stimulus yang diberikan sama), lalu
bagaimana peneliti menentukan jawaban yang benar?”. Wundt berargumen bahwa metodenya dapat
ditingkatkan dengan
Edward Bradford Titchener
Selain Wundt, tokoh lain yang cukup berpengaruh dalam aliran strukturalisme adalah Edward Bradford
Titchener. Wundt menyebarkan strukturalisme di Eropa, sedangkan Titchener menyebarkan strukruralisme di
Amerika. Titchener lahir pada tanggal 1 November 1867 dan meninggal pada tanggal 8 Maret 1927. Titchener
memperoleh beasiswa ke Oxford, di mana ia memulai studinya di filsafat dan sastra klasik. Ia belajar satu tahun
tambahan di Oxford dalam ilmu pengetahuan dengan eksperimental fisiologi Burdon Sanderson. Ia belajar di
Leipzig dengan menerima gelar PhD pada tahun 1892. Titchener sempat kuliah beberapa saat di Oxford dan
menjadi dosen ekstensi dalam Biologi. Ia juga mengambil posisi di Cornell pada tahun 1892 sebagai Profesor
Psikologi dan dikembangkan di laboratoriumnya. Ia berhasil menerbitkan 10 makalah di bidang Biologi pada
saat awal bekerja. Ia membentuk asosiasi psikologi eksperimental yang masih ada sampai sekarang sebagai
Masyarakat Psikolog Eksperimental. Ia pun mengembangkan gagasan dari Wundt, namun ia banyak
memisahkan diri dari ide gurunya tersebut. Titchener berhasil menciptakan sistem psikologi struktural yang
kemudian disebut studi strukturalisme tentang struktur elemental kesadaran berdasarkan intropeksi (Evans,
1991).
Menurut Titchener, strukturalisme membicarakan tentang kesadaran. Kesadaran ini merupakan sesuatu yang
abstrak, sehingga metode yang digunakan untuk mengukur kesadaran tersebut ialah introspeksi dari
pengalaman. Titchener membedakan kesadaran dengan mind. Mind itu sendiri merupakan akumulasi
pengalaman sadar sejak lahir hingga saat ini. Dalam strukturalismenya, Titchener memperkenalkan konsep
fisiologi-psikologi. Unsur fisiologi dimasukkannya karena latar belakangnya yang merupakan lulusan

3
kedokteran. Sedangkan aspek fisiologi yang dimaksud ialah ruang, waktu, dan massa. Ketiga aspek ini bersifat
konkrit, yang mana dapat dinyatakan dalam ukuran matematis. Aspek ruang diukur dalam satuan meter, aspek
waktu diukur dalam satuan sekon, dan aspek massa diukur dalam satuan gram. Besaran ini merupakan sesuatu
yang mutlak dan universal. Pengalaman akan hal yang bersifat konkrit ini ternyata bisa berbeda-beda bagi setiap
individu. Misalnya untuk satuan waktu, menonton film dua jam akan terasa lebih menyenangkan daripada
belajar statistik selama dua jam. Bagi orang yang tidak menyukai statistik, ia akan merasa waktu terasa sangat
lama ketika mempelajarinya, sedangkan bagi yang menonton film, ia tidak akan merasakan bahwa sudah selama
itu ia menonton. Inilah yang menjadi aspek psikologis, yaitu kesadaran dari strukturalisme. Titchener juga
membuat istilah stimulus eror dalam strukturalismenya, “The stimulus error is, in fact, the material aspect of
what appears, in more formal guise, as the error of logical reflection or of Kundgabe; it is an error both subtle
and pervasive; and the more closely our psychological [p. 489] method approximates the methods of
observation employed in other laboratories or in daily life, the greater is the likelihood that our students fall
victims to it.” (Titchener, 1912). Disamping itu semua, Titchener juga mendirikan laboratorium Psikologi di
Universitas Cornell dan menggagaskan kajiannya di Amerika (Razali, Jantan & Hashim, 2004).
Dalam alirannya, Wundt menetapkan aspek kualitas dan intensitas sama seperti Titchener. Akan tetapi yang
membedakannya ialah Titchener menambahkan elemen durasi, kejelasan, dan perpanjangan (extensity) dalam
strukturalismenya. Dalam hal ini, Titchener menjawab pertanyaan “apa” tentang psikologi, yaitu merujuk pada
analisis introspektif dan sistematis terhadap suatu fenomena psikologis. “The ideal introspective report is an
accurate description, made in the interests of psychology, of some conscious process. Causation, dependence,
development are then matters of inference” (Titchener, 1912).
Ada beberapa kritik yang diajukan terhadap strukturalisme Titchener. Pertama, mengenai metode
introspeksinya. Immanuel Kant menyatakan bahwa segala percobaan mengenai pengalaman kesadaran yang
melibatkan introspeksi, akan mengubah pengalaman kesadaran tersebut. Hal ini dikarenakan adanya variabel
observasi yang dimasukan ke dalam esensi dari pengalaman kesadaran tersebut. Auguste Comte juga
menentang, bahwa jika memangmind dapat melakukan observasi, maka mind akan terbagi dua di saat yang
sama, dimana yang satu mengobservasi dan satunya melakukan aktivitas. Hal ini tidak mungkin terjadi menurut
Auguste Comte. Kritik terhadap metode introspeksi Titchener bisa disebabkan karena definisi tentang metode
intospeksi tersebut kurang ilmiah atau spesifik. Titchener mengalami kesulitan dalam merumuskan definisi
tersebut, karenanya ia mengkaitkannya dengan kondisi eksperimental yang spesifik.
Selain itu, kritik juga ditujukan terkait dengan apa yang dilatih terhadap introspeksionis dalam mengutarakan
pengalaman kesadaran mereka. Ajaran didikan Titchener diinstruksikan untuk tidak menggunakan beberapa kata
saat menyampaikan pengalaman kesadaran, seperti “aku melihat meja”. Kata “meja” tidak memiliki arti ilmiah
dalam hal ini, karena merupakan generalisasi dari satuan elemen kesadaran yang sebenarnya menjadi fokus
utamanya. Dari sini, pertanyaan yang muncul menjadi, “Jika beberapa kata dihilangkan, maka sebaiknya
bagaimana introspeksionis tersebut dapat menyampaikan pengalamannya?”. Titchener dalam hal ini berniat
untuk membuat bahasa baru untuk introspeksionis, tetapi hal ini tidak pernah terwujud.
Titchener juga bersifat eksklusif, ia hanya memikirkan immediate experience atau pengalaman langsung sebagai
bahasan psikologi. Ia tidak menghiraukan aplikasinya ke dunia nyata dan tidak terpengaruh oleh bahasan
psikologi yang sedang berkembang (sosial, abnormal, anak, hewan, dll). William James dalam pragmatismenya,
mengkritik strukturalisme tidak berguna, karena tidak bersifat aplikatif.
Kritik yang terakhir menyatakan bahwa introspeksi sebenarnya merupakan bentuk retrospeksi. Hal ini karena
setelah mengamali stimulus, terdapat rentang waktu bagi observer untuk menceritakan pengalamannya. Padahal
dalam penelitian Ebbinghaus dikatakan bahwa manusia memiliki tingkat melupakan yang tinggi. Oleh karena
itu, bisa saja ada beberapa pengalaman yang terlewat.
Meskipun terdapat banyak kritik, strukturalisme Titchener telah memberikan kontribusi terhadap perkembangan
psikologi masa kini. Titchener berpendapat psikologi harus lepas dari kekuatan metafisika, pikiran awam, dan
kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak integritasnya. Titchener bersama dengan Wundt
berupaya untuk mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Subjek pembahasan
psikologi strukturalisme adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi (Brennan, 2006).

2.1. Pengertian Psikologi


1. Ilmu Jiwa, tingkah laku, perilaku.
2. Ilmu tentang kehidupan mental (The science of mental life).
3. Crow & Crow; Psychology is the study of human behavior and human relationship.
4. Tingkah laku manusia, apa, mengapa dan bagaimana yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan, factor-faktor
apa yang mendorong manusia, memikirkan, merasakan dan melakukan sesuatu.

Yang dipelajari dalam psikologi


1. Segala kegiatan/tindakan/perbuatan baik yang kelihatan maupun yang tidak, sadar ataupun tidak sadar dan
sengaja ataupun yang tidak.
2. Interaksi antara manusia dengan manusia dan interaksi manusia dengan selain manusia.
Jenis tingkah laku
1. Nyata (eksplisit, terbuka)Yaitu tingkah laku yang dapat diamati, contohnya tertawa dan menangis.
2. Tidak nyata (implisit, tertutup)Yaitu tingkah laku yang tidak bisa diamati, namun indikatornya yang bias
diamati. Misalnya berfikir, mengingat, merasakan, berkhayal, sedih, senang, susah, bangga, dongkol dan
seterusnya.
Obyek Psikologi
1. Material Yaitu yang menyelidiki tentang manusia dan segala sifatnya

4
2. Formal Yaitu yang tergantung dari aspek mana yang akan dipelajari/penekanannya.
Misalnya :
- Zaman Yunani s/d abad pertengahan, obyek formalnya adalah hakekat manusia.
- Masa Deskartes, gejala-gejala kesadaran (tanggapan, perasaan, emosi, hasrat dan kemauan).
- Aliran behaviorisme (di AS abad ke 20) tingkah laku manusia yang tampak.
- Aliran Freud, gejala ketidak sadaran manusia.
Pengelompokan Psikologi
1. Metafisika Penyelidikan tentang hakekat kejiwaan (Plato + Aristoteles).
2. Empiris Yaitu penyelidikan tentang gejala-gejala kejiwaan tingkat laku manusia dengan menggunakan
pengamatan, percobaan.
Hubungan antara Psikologi dengan ilmu lain
1. Psikologi dengan antropologi
2. Psikologi dengan sosiologi
3. Psikologi dengan fisiologi

2.2. Psikologi sebagai ilmu dan Ruang lingkup psikologi Karakter Ilmu
1. Melalui penelitian ilmiah
2. Memiliki Obyek tertentu.
3. Metode penelitian tertentu.
4. Sistematika yang teratur.
5. Mempunyai sejarah tertentu.
Obyek psikologi
1. Materil --- manusia
2. Formal --- jiwa/perilaku
Metode Penelitian
1. Longitudinal
2. Cross - sectional
Karakter Penelitian Ilmiah
1. Sistematis
2. Terkontrol
3. Berdasarkan data empiris
4. Teruji
5. Bersifat obyektif

2.3. Aliran-aliran dalam psikologi


1. STRUKTURALISME
1. Tokoh : WILHELM WUNDT
2. Pendapatnya : Untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaaan kita harus mempelajari isi dan struktur jiwa
seseorang.
3. Metode : Instrospeksi / mawas diri
4. Obyek : Kesadaran
Elemen mental / elemen-elemen yang lebih kecil
1. Jiwa
2. Kesadaran
3. Penginderaaan = penangkapan terhadap rangsang yang datang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-
elemen yang terkecil
Perasaaan sesuatu yang dimiliki dalam diri kita, tidak terlalu di pengaruh rangsangan dari luar.
Aliran Strukturalisme Tokoh WILHELM WUNDT berpendapat.
a. Untuk mempelajari gejala kejiwaan kita harus mempelajari isi dan struktur dari jiwa seseorang
b. Objek utama dalam psikologi adalah kesadaran
c. Pengalaman -pengalaman kesadaran di bagi atas 2 bagian yaitu pengindraan dan perasaan

2. FUNGSIONALISME
Tokoh : WILLIAM JAMES (1842-1910)
Pendapatnya :
• Mempelajari fungsi / tujuan akhir aktivitas
• Semua gejala psikis berpangkal pada pertanyaan dasar yaitu apakah gunanya aktivitas itu
• Jiwa seseorang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk menyesuaikan diri- Lebih
menekankan apa tujuan atau akhir dari suatu aktivitas

BAB STRUKTURALISME FUNGSIONALISME 1 2


Asal Pendekatannya
Jerman (ahli filsafat) Pengalaman di analisa dalam unsurnya
Amerika (Praktis Pragmatis) Pengalaman di hubungkan untuk hidup / fungsinya penyesuaian diri.

3. ASOSIASISME
a. Tokoh : THOMAS HOBBES (1588-1679)
b. Pendapatnya : Jiwa terdiri 3 bagian

5
1. Sensation
2. Secall
3. Association
1. Sensation : Proses seseorang menerima rangsang
2. Secall : Proses seseorang memproduksi kembali yang dialami
3. Association : Penggabungan rangsang satu dengan rangsang yang lain lahirlah berpikir
c. Metode : Eksperimen
1. Thorndike, dalam law of readiness untuk mengajarkan sesuatu dengan baik kepada seseorang, maka orang
tersebut harus ada kesiapan tentang hal-hal yang akan diajarkan (Hukum Pertautan)
2. Law of effect, suatu laku yang dalam situasi tertentu memberi kepuasan akan selalu di assosiasikan (di ulang
lagi kalau ada kesempatan)

4. PSIKOANALISA / PSIKOLOGI DALAM


a. Tokoh : SIGMUND FREUD (1856-1939)
b. Pendapatnya : Kehidupan manusia di kuasai oleh alam ketidaksadaran
c. Metode : Eksperimen
Psikoanalisa sebagai teori kepribadian (gunung es)
Id = libido (dorongan seksual)
Ego = melaksanakan dorongan-dorongan
Super ego = penyaring / kontrol (kata hati)
(Dream as a Wishful Fillment)

5. BEHAVIORISME
a. Tokoh : JOHN BROADUS WATSON (1878-1958)
b. Pendapatnya : Mempelajari tingkah laku, tingkah laku yang nyata, yang terbuka, yang dapat di ukur secara
obyektif.
Ilmu tentang tingkah laku, rangsang, kebiasaan, belajar.
Tingkah laku Tertutup : Tingkah laku, kontraksi otot-otot sekresu kelenjar (gerakan-gerakan yang lemah),
berpikir (tidak bergerak-gerak secara halus sekali selama kita berpikir)
Terbuka :

6. PSIKOLOGI HORMIC
a. Tokoh : WILLIAM MC DOUGALL (1871-1944)
b. Pendapatnya : (Hampir sama Behaviorisme)
- Tiap-tiap tingkah laku ada yang mendasarinya yaitu tujuan / arah
- Tingkah laku tidak dapat dipelajari terlepas dari tujuannya
- Tingkah laku tanpa tujuan itu refleks

7. GESTALT
a. Tokoh : MAX WERTHEIMER (1880-1943)
b. Pendapatnya : Bahwa dalam alat kejiwaan tidak terdapat jumlah unsur-unsurnya melainkan Gestalt
(keseluruhan) dan tiap-tiap bagian tidak berarti dan bisa mempunyai arti kalau bersatu dalam hubungan
kesatuan.

Aliran Strukturalisme
Aliran strukturalisme merupakan studi analisis tentang generalisasi pikiran manusia dewasa melalui
metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten) pikiran, sehingga
system ini juga disebut dengan psikologi konten. Aliran strukturalisme ini berasal dari pemikiran Wilhem Wundt
yang kemudian di Amerika dikembangkan oleh muridnya yang bernama Edward Bradford Tichnerner.
Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Edward memiliki 3 tujuan yaitu:
1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar.
2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut.
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan system saraf.
Strukturalisme pertamakali diperkenalkan oleh Wundt setelah ia melakukan eksperimennya di
laboratorium. Menurt aliran Strukturalisme, pengalaman mental yang kompleks sebenarnya adalah struktur yang
terdiri atas keadaan-keadaan mental yang sederhana. Orientasi aliran ini adalah menyelidiki struktur kesadaran
dan mengembangkan hokum-hukum pembentukannya.

Strukturalisme
1.1 Latar belakang

Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk
menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan.
Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai salah satu tokoh penggagas aliran ini, meskipun

6
masih banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap memberi pengaruh lebih luas. Aliran ini
kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis , teori
sastra dan arsitektur. Ini menjadikan strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah
gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alas eksistensialisme di Perancis tahun 1960-an.

Menurut Alison Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan
intelektual’. Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan. Kedua, kaum
strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur. Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan. Dan terakhir
struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.

Strukturalisme muncul sekitar paruh kedua abad ke-20 dan berkembang menjadi salah satu pendekatan
yang paling populer di bidang akademik berkaitan dengan analisis bahasa, budaya, dan masyarakat.
Aktivitas Ferdinand de Saussure yang menggeluti bidang linguistik inilah yang dianggap sebagai titik
awal dari strukturalisme. Istilah Strukturalisme itu sendiri muncul dalam karya-karya antropolog Perancis
Claude Lévi-Strauss, yang menyebabkan gerakan strukturalis di Perancis. Hal ini pula yang mendorong
para pemikir seperti Louis Althusser, psikoanalis Jacques Lacan, serta Nicos Poulantzas untuk
mengembangkannya sebagai Marxisme struktural. Sebagian besar anggota aliran strukturalisme ini tidak
menggambarkan diri sebagai bagian dari setiap gerakan tersebut. Strukturalisme berkaitan erat dengan
semiotika. Tidak lama kemudian, aliran baru post strukturalisme muncul dan mencoba untuk membedakan
diri dari aliran struktural. Dengan cara memunculkan hal-hal yang kontradiktiv (dekonstruksi), para
pengikut aliran ini berusaha untuk menjauhkan diri dari pikiran stukturalis. Beberapa kaum intelektual
seperti Julia Kristeva, mengambil strukturalisme (dan formalisme Rusia) untuk titik awal kiprahnya yang
kemudian menjadikannya menonjol sebagai salah satu tokoh post strukturalis. Strukturalisme memiliki
berbagai tingkat pengaruh dalam ilmu sosial, dan pengaruh sangat kuat dapat terlihat di bidang sosiologi.

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang yang dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut

1. Apa yang disebut dengan aliran psikologi strukturalisme?

2. Apa yang disebut pendekatan strukturalisme?

3. Apa konsep strukturalisme?

PEMBAHASAN

2.1 pengertian dari alran strukturalisme

Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk
menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan.
Ferdinand de Saussure (1857-1913) dianggap sebagai salah satu tokoh penggagas aliran ini, meskipun
masih banyak intelektual Perancis lainnya yang dianggap memberi pengaruh lebih luas. Aliran ini
kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis , teori
sastra dan arsitektur. Ini menjadikan strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah
gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alas eksistensialisme di Perancis tahun 1960-an.

Menurut Alison Assiter, ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk ‘kecenderungan
intelektual’. Pertama, struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan. Kedua, kaum
strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur. Ketiga, kaum strukturalis tertarik pada
‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan. Dan terakhir
struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.

Strukturalisme muncul sekitar paruh kedua abad ke-20 dan berkembang menjadi salah satu pendekatan
yang paling populer di bidang akademik berkaitan dengan analisis bahasa, budaya, dan masyarakat.
Aktivitas Ferdinand de Saussure yang menggeluti bidang linguistik inilah yang dianggap sebagai titik
awal dari strukturalisme. Istilah Strukturalisme itu sendiri muncul dalam karya-karya antropolog Perancis
Claude Lévi-Strauss, yang menyebabkan gerakan strukturalis di Perancis. Hal ini pula yang mendorong

7
para pemikir seperti Louis Althusser, psikoanalis Jacques Lacan, serta Nicos Poulantzas untuk
mengembangkannya sebagai Marxisme struktural. Sebagian besar anggota aliran strukturalisme ini tidak
menggambarkan diri sebagai bagian dari setiap gerakan tersebut. Strukturalisme berkaitan erat dengan
semiotika. Tidak lama kemudian, aliran baru post strukturalisme muncul dan mencoba untuk membedakan
diri dari aliran struktural. Dengan cara memunculkan hal-hal yang kontradiktiv (dekonstruksi), para
pengikut aliran ini berusaha untuk menjauhkan diri dari pikiran stukturalis. Beberapa kaum intelektual
seperti Julia Kristeva, mengambil strukturalisme (dan formalisme Rusia) untuk titik awal kiprahnya yang
kemudian menjadikannya menonjol sebagai salah satu tokoh post strukturalis. Strukturalisme memiliki
berbagai tingkat pengaruh dalam ilmu sosial, dan pengaruh sangat kuat dapat terlihat di bidang sosiologi.

Aliran Strukturalis menyatakan bahwa budaya manusia harus dipahami sebagai sistem tanda (system of
signs). Robert Scholes mendefinisikannya sebagai reaksi terhadap keterasingan modernis dan
keputusasaan. Para kaum strukturalis berusaha mengembangkan semiologi (sistem tanda). Ferdinand de
Saussure adalah penggagas strukturalisme abad ke-20, dan bukti tentang hal ini dapat ditemukan
dalam Course in General Linguistics, yang ditulis oleh rekan-rekan Saussure setelah kematiannya dan
berdasarkan catatan para muridnya. Saussure tidak memfokuskan diri pada penggunaan bahasa
(parole, atau ucapan), melainkan pada sistem yang mendasari bahasa (langue). Teori ini lalu muncul dan
disebut semiologi. Namun, penemuan sistem ini harus terlebih dahulu melalui serangkaian pemeriksaan
parole (ucapan). Dengan demikian, Linguistik Struktural sebenarnya bentuk awal dari linguistik korpus
(kuantifikasi). Pendekatan ini berfokus pada bagaimana sesungguhnya kita dapat mempelajari unsur-
unsur bahasa yang terkait satu sama lain ’sinkronis’ daripada ‘diakronis’. Akhirnya, dia menegaskan
bahwa tanda-tanda linguistik terdiri atas dua bagian, sebuah penanda (pola suara dari sebuah kata, baik
dalam proyeksi mental – seperti pada saat kita membaca puisi untuk diri kita sendiri dalam hati – atau
sebenarnya, realisasi fisik sebagai bagian dari tindak tutur) dan signified (konsep atau arti kata). Ini sangat
berbeda dari pendekatan sebelumnya yang berfokus pada hubungan antara kata dan hal-hal di dunia
dengan referensinya (Roy Harris dan Talbot Taylor, [1989], hal 178-179).

Pemikiran Saussure ternyata mempengaruhi banyak linguis pada kurun waktu terjadinya Perang Dunia I
dan Perang Dunia II. Di Amerika Serikat, misalnya, Leonard Bloomfield mengembangkan linguistik
structural versinya sendiri. Selain itu, ada pula linguis lainnya seperti Louis Hjlemslev dari Denmark dan
Alf Sommerfelt dari Norwegia. Di Perancis, Antoine Meillet dan Émile Benveniste melanjutkan
pemikiran Saussure ini. Tapi yang paling penting dan masih tetap relevan hingga saat ini adalah Mahzab
Praha dengan tokoh sentralnya seperti Roman Jakobson dan Nikolai Trubetzkoy, melalui penelitian yang
telah dilakukannya.

Salah satu contoh yang dianggap penting adalah dalam hal fonemik.Mahzab Praha ini tidak seperti halnya
mahzab yang lain yang hanya menyusun daftar suara yang ada dalam suatu bahasa, melainkan berusaha
meneliti bagaimana mereka ada keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Mereka menyatakan, bahwa
suara dalam bahasa tertentu hanya dapat dianalisis jika ada pembandingnya. Contohnya adalah dalam
bahasa Inggris, bunyi / p / dan / b / dilafalkan berbeda, seperti pada kata « Bat » dan « Pat ». Menganalisis
suara dalam hal fitur kontrastif juga membuka ruang lingkup komparatif yang dapat memperjelas kita.
Misalnya, kesulitan orang Jepang dalam hal membedakan fonem / r / dan / l / dalam bahasa Inggris. Ini
diakibatkan karena kedua fonem ini tidak kontrastif dalam bahasa Jepang. Pendekatan semacam ini pada
saat itu menjadi hal yang aktual. Fonologi dapat menjadi dasar paradigmatik untuk strukturalisme dalam
sejumlah bidang yang berbeda.

2.2 Pendekata Strukturalisme

Psikologi struktural atau strukturalisme merupakan studi analitis tentang generalisasi pikiran manusia
dewasa melalui metode introspeksi. Dalam hal ini psikologi dimaksudkan untuk mempelajari isi (konten)
pikiran, sehingga sistem ini kadang juga disebut dengan psikologi konten.

Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh
muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh
Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi
Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep
aslinya.

8
2.3 Konsep Strukturalisme

Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan :

1. Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar,


2. Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut, dan
3. Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf

Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman
sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara yaitu
diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta
motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh
pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan
membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan
melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari
dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa
introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.

Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi.
Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran
awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak intergritasnya. Sedangkan metode
eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik
pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga
introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh
pengamat awam.

Disamping kelemahan psikologi struktural dalam pandangan fungsionalisme yaitu hanya sekedar
mempelajari isi dan struktur yang terlibat dalam proses-proses mental, psikologi struktural memiliki
kontribusi positif dalam bidang ilmu psikologi. Sistem ini mendorong psikologi menjadi ilmu
pengetahuan. Wundt mendeklarasikan sebuah disiplin formal yakni psikologi yang didasarkan pada
formulasi-formulasi ilmiah sehingga psikologi diakui sebagai ilmu pengetahuan.

You might also like