You are on page 1of 11

MAKALAH TAUHID/ ILMU KALAM

KELOMPOK 5
( Rukun Iman dan Segala Permasalahannya )

Dosen Pengampu : Dra. Hj. YUSAFRIDA RASYIDIN. M.Ag


Disusun oleh:
IMELDA WATI ( 2231030008 )

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN dan TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UIN RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Yang pertama-tama mari kita ungkapkan dengan kata syukur alhamdulillah atas
izin dan rahmatNya kami telah menyelesaikan makalah yang berjudul “ Rukun
Iman dan Segala Permasalahannya” dengan tepat waktu dan sebaik-baiknya.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada ibu Dra. Hj. YUSAFRIDA
RASYIDIN. M.Ag selaku dosen pengampu mata kuliah ini karena bimbingannya
kami dapat menyelesaikan makalah ini dan kami mengucapkan terimakasih kepada
teman-teman yang telah membantu dalam Menyusun makalah ini dari awal hingga
akhir. Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah ILMU KALAM/
TAUHID.

Mungkin makalah ini jauh dari kata sempurna maka dari itu kami meminta para
dosen, teman-teman, atau orang yang membacanya untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam menyempurnakan makalah ini, kami berharap semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.

Bandar Lampung, 04 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ I
DAFTAR ISI ........................................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG ................................................................................................... 1
B. RUMUSAN MASALAH .............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
A. IMAN KEPADA ALLOH .......................................................................................... 2
B. IMAN KEPADA PARA MALAIKAT ....................................................................... 3
C. IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLOH ................................................................ 3
D. IMAN KEPADA PARA ROSUL ............................................................................... 4
E. IMAN KEPADA HARI AKHIR................................................................................. 5
F. IMAN KEPADA QADA DAN QADAR .................................................................... 5
BAB III PENUTUP .............................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................... 8

III
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Dalam agama Islam terdapat pilar-pilar keimanan yang dikenal dengan rukun Iman,
terdiri dari enam pilar. Ke enam pilar tersebut adalah keyakinan Islam terhadap hal-hal yang
“ghoib” yang hanya dapat diyakini secara transedental, sebuah kepercayaan terhadap hal-hal
yang diluar daya nalar manusia. Rukun Iman (pilar keyakinan) ini adalah terdiri dari:

1) iman kepada Allah (Patuh dan taat kepada Ajaran Allah dan Hukum-hukumNya),
2) iman kepada Malaikat-malaikat Allah (mengetahui dan percaya akan keberadaan
kekuasaan dan kebesaran Allah di alam semesta),
3) iman kepada Kitab-kitab Allah (melaksanakan ajaran Allah dalam kitab-kitabNya secara
hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-Qur'an),
4) iman kepada Rasul-rasul Allah (mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam
menyebarkan dan menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran),
5) iman kepada hari Kiamat (aham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan) dan
6) iman kepada Qada dan Qadar (paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan
Allah pada alam semesta).
Enam pilar keimanan umat Islam tersebut merupakan sesuatu yang wajib dimiliki
oleh setiap muslim. Tanpa mempercayai salah satunya maka gugurlah keimanannya,
sehingga mengimani ke enam rukun iman tersebut merupakan suatu kewajiban yang tidak
dapat ditawar-tawar lagi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan rukun iman?
2. Bagaimana iman kepada Malaikat dan permasalahnnya?
3. Bagaimana iman kepada Kitab dan permasalahnnya?
4. Bagaimana iman kepada Rasul dan permasalahnnya?
5. Bagaimana iman kepada hari kiamat dan permasalahnnya?
6. Bagaimana iman kepada qada dan qadar dan permasalahnnya?

1
BAB II
PEMBAHASAN
Rukun iman ada 6 yang mesti diyakini umat Islam. Iman dalam Islam merupakan
dasar atau pokok kepercayaan yang harus diyakini setiap muslim. Jika tak memiliki iman,
seseorang dianggap tidak sah menganut Islam. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan Umar
bin Khattab RA, ketika malaikat Jibril menyaru menjadi seorang laki-laki, ia bertanya kepada
Nabi Muhammad SAW:
" ... 'Beritahukan kepadaku tentang Iman' Rasulullah SAW menjawab 'Engkau
beriman kepada Allah, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada para rasul-Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk.' Orang tadi [Jibril]
berkata,'Engkaubenar',"(H.R.Muslim)
Rukun iman itu adalah satu iman kepada Alloh Subhanahu wa Ta’ala, kedua iman
pada para malaikat, ketiga iman kepada kitab-kitab Alloh, keempat iman kepada para
Rosul, kelima iman kepada hari akhir dan keenam iman kepada qodo-qodar.
Mengenalkan dan mengajarkan rukun iman bukan perkara yang sulit. Masalah
besarnya ada di pemahaman dan pengamalan dari rukun iman yang benar sesuai Al Qur’an
dan Sunnah Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa salam.
A. IMAN KEPADA ALLOH
Iman kepada Allah SWT dilakukan dengan mempercayai dan meyakini bahwa Allah
itu benar-benar ada, kendati seseorang tidak pernah melihat wujud-Nya atau mendengar
suara-Nya. Untuk beriman kepada-Nya, seorang muslim harus mengetahui sifat-sifat-Nya,
baik itu sifat-sifat wajib, jaiz, atau mumkin, atau dapat juga dilakukan dengan mengenal 99
Asmaul Husna yang tertuang dalam Alquran atau hadis.
Jika ditanya setiap muslim, apakah dia percaya adanya Alloh tentu akan dijawab
percaya. Yang jadi masalah dalam perwujudan keimanan itu adalah dalam kehidupan sehari-
hari, terlebih jika menghadapi berbagai permasalahan hidup.
Fenomena di masyarakat, ada diantara umat Islam masih terjebak menuhankan selain
Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Fenomena ini bisa dilihat adanya orang-orang yang mengaku
Islam bahkan sholat tapi percaya kepada roh-roh leluhur atau benda-benda yang dianggap
keramat. Percaya kepada roh-roh leluhur disebut dinamisme dan kepada benda-benda disebut
dinamisme. Animisme – dinamisme masih berpengaruh terhadap keislaman sebagian umat
Islam. Ini terutama di kalangan mereka yang masih menganut tradisi-tradisi leluhur dari
zaman sebelum masa Islam dengan kuat.
Contohnya adalah di masyarakat Jawa yang masih memegang
kepercayaan kejawen sehingga ada sebutan Islam Kejawen.
Selain menganut Islam, mereka di saat-saat tertentu masih membuat sesajen di hari
atau tempat tertentu yang dianggap keramat atau angker. Namun dengan gencarnya dakwah
Islam, penganutnya makin sedikit. Selain itu adalah ketika ada permasalahan yang dihadapi
dalam hidup, sebagian umat Islam justru tidak menyerahkannya pada Alloh, namun pada
yang lain.
Contoh kongkritnya mereka yang menggunakan pesugihan untuk kekayaan dan jimat
penglarisan saat berdagang. Seharusnya semua masalah dimintakan tolong kepada
Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Ini sesuai dengan firman surat Al Fatihah ayat ke-5 :
2
َُ ‫ستعِي‬
َ‫ن وإِيَّاكَ ن ْعبُدُ ِإيَّاك‬ ْ ‫ن‬

Artinya : Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan.

Jika konsisten pada aqidah atau keyakinan Islam sesuai Al Qur’an dan Sunnah, maka
saat ada permasalahan-permasalahan atau hajat hidup harus dikembalikan kepada Alloh.
Caranya dengan mengamalkan ibadah dan doa yang sudah dituntunkan sesuai Al Qur’an dan
Sunnah, tanpa dikurangi atau ditambah. Itu sudah lebih dari cukup untuk mengatasi segala
masalah kehidupan.
B. IMAN KEPADA PARA MALAIKAT
Iman kepada malaikat Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa malaikat itu
benar-benar ada. Seorang muslim mesti meyakini adanya malaikat kendati tidak pernah
melihat wujudnya, mendengar suaranya, atau menyentuh zatnya. Perintah mengimani
malaikat ini tertera dalam Alquran surah Al-Baqarah ayat 285:
"Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-
Nya,"(QS.Al-Baqarah[2]:285).

Masalah iman kepada para malaikat yang dominan ada pada domain akhlak. Percaya
adanya malaikat, termasuk malaikat pencatat amal baik dan buruk, namun banyak melakukan
dosa-dosa besar. Saat melakukan dosa-dosa besar berarti seorang muslim menganggap
seolah-olah tidak ada yang mengawasi dan mencatat segala perilakunya. Padahal ada dua
malaikat yang selalu mencatat segala amalnya.
Dalam surat Qaaf ayat 17 disebutkan tentang keberadan dua malaikat ini :

‫ال قَ ِعيْد‬
ِ ‫الش َم‬ َ ‫ع ِن ْاليَ ِمي ِْن َو‬
ِ ‫ع ِن‬ َ ‫اِذْ يَتَلَقَّى ْال ُمت َ َل ِق ٰي ِن‬

Arti: (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di
sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.)

Dengan demikian, jika iman kepada para malaikat betul-betul dilaksanakan, maka seorang
muslim akan terhindar dari sengaja melakukan dosa-dosa apalagi yang besar.

C. IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLOH


Iman kepada kitab-kitab Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
menurunkan kitab kepada utusan-Nya. Kitab ini merupakan pedoman, petunjuk kebenaran
dan kebahagiaan, baik itu di dunia maupun akhirat. Keberadaan kitab-kitab Allah SWT ini
tertera dalam Alquran surah Al-Hadid ayat 25:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Alkitab dan neraca [keadilan] supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan,” (QS.Al-Hadid [57]: 25).
Dengan beriman kepada kitab Allah, seorang muslim membenarkan secara mutlak
bahwa kitab-kitab itu merupakan firman Allah SWT. Isinya adalah kebenaran yang wajib
diikuti dan dilaksanakan. Dalam buku Rukun Iman (2007) yang diterbitkan Universitas Islam

3
Madinah, disebutkan bahwa beriman kepada kitab Allah dapat dilakukan dengan dua hal,
yaitu beriman secara umum dan terperinci.

Pertama, beriman secara umum artinya meyakini bahwa Allah SWT menurunkan kitab-kitab
kepada rasul-Nya. Jumlahnya, tiada yang tahu kecuali Allah SWT sendiri. Kedua, beriman
secara terperinci artinya mengimani kitab-kitab yang disebutkan Allah SWT secara spesifik
dalam Alquran, seperti Taurat, Injil, Zabur, Alquran, serta Suhuf Ibrahim dan Musa.
Dalam pandangan Islam, diantara kitab Alloh yang pernah diturunkan kepada para
Nabi hanyalah Al Qur’an yang masih terjaga keasliannya bahkan hingga hari kiamat nanti.
Sedangkan kitab-kitab suci lainnya yang sekarang ada, faktanya sudah mengalami
perubahan-perubahan.
Ini disebutkan dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 9 dibawah ini :

ِ ‫اِنَّا نَحْ نُ ن ََّز ْلنَا‬


َ‫الذ ْك َر َواِنَّا لَهٗ لَحٰ ِفظُ ْون‬

Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya. (tafsirq.com)

Dengan demikian maka kitab-kitab suci yang diturunkan sebelum Al Qur’an yang
wajib diimani oleh umat Islam adalah kitab-kitab yang dulu masih dalam kondisi asli, belum
diubah-ubah manusia. Sementara yang saat ini ada dan sudah diubah-ubah, maka umat Islam
tidak ada kewajiban sama sekali untuk mengimaninya. Masalah yang timbul di seputar iman
kepada kitab-kitab Alloh adalah bahwa banyak ajaran Al Qur’an yang tidak dilaksanakan
dengan baik oleh umat Islam.
Timbulnya penyimpangan-penyimpangan aqidah di kalangan umat Islam adalah
contoh nyata Al Qur’an tidak dilaksanakan dengan baik. Padahal perkara aqidah adalah hal
paling mendasar dari agama Islam. Penyimpangan aqidah itu wujudnya macam-macam dari
aliran sempalan sampai keyakinan yang tidak sejalan dengan aqidah Islam yang benar.
Contoh aliran sempalan adalah Ahmadiyah yang mengakui ada Nabi lain sesudah Nabi
Muhammad.
D. IMAN KEPADA PARA ROSUL
Iman kepada rasul-rasul Allah SWT dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah
benar-benar menurunkan rasul-Nya kepada suatu masyarakat tertentu untuk menyampaikan
ajaran-Nya. Siapa saja yang mengikuti rasul-rasul itu akan memperoleh hidayah dan
petunjuk. Sebaliknya, yang mengingkari Rasul-Nya akan tersesat. Keberadaan rasul Allah
SWT ini tertera dalam Alquran surah Al-Hajj ayat 75:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah
Maha Mendengar lagi Maha Melihat,” (QS.Al-Hajj [22]:75).

Secara umum tidak ada masalah berarti dalam rukun iman kepada para Rosul ini.
Umat Islam mempercayai, mengimani keberadaan 25 Nabi dan Rosul yang disebutkan dalam
Al Qur’an. Namun demikian, memang masih ada saja umat Islam yang kemudian punya
kepercayaan menyimpang terkait keimanan kepada para Rosul ini. Yaitu mereka yang
mengimani ada Nabi lain setelah Muhammad shalallhu ‘alaihi wasalam.
Bahkan ada pula yang mengaku dirinya sebagai Nabi yang membawa wahyu dari
Alloh. Ini tentu sangat bertentangan dengan Al Qur’an dan Hadits. Disebutkan dalam surat Al
Ahzab ayat 40 :

4
‫َّٰللاَِوخاتمَالنَّبِ ّٖيِّ َۗنَوكان ه‬
‫َّٰللاَُ ِبكُ ِ ِّلَش ْيءٍ َع ِل ْي ًما‬ ‫س ْول ه‬ َّ ْ‫َرجا ِلكُ ْمَو ٰل ِكن‬
ُ ‫َر‬ ِّ ِ ْ‫ماَكانَ ُمح َّمدٌَابا َٓاحدٍَ ِِّمن‬

Mā kāna muḥammadun aba aḥadim mir rijālikum wa lākir rasụlallāhi wa khātaman-


nabiyyīn, wa kānallāhu bikulli syai`in ‘alīmā
Artinya : Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu,
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.

E. IMAN KEPADA HARI AKHIR


Iman kepada hari kiamat dilakukan dengan mempercayai bahwa suatu hari kehidupan
di semesta akan musnah. Selepas itu, manusia akan dibangkitkan dari kubur, dikumpulkan di
padang mahsyar, dan diputuskan ke surga atau neraka. Dalam surah Al-Infithar ayat 14 dan
15, Allah SWT berfirman:
“Dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. Mereka
masuk ke dalamnya pada hari pembalasan [hari kiamat],” (QS. Al-Infithar [82]:14-15).

Meskipun hari akhir atau kiamat itu sebuah kepastian yang diimani oleh umat Islam,
namun masih banyak perdebatan tentang hal ini. Perdebatannya adalah seputar tanda-tanda
hari akhir, karena tentang kapan hari akhir akan terjadi itu hanya Alloh yang tahu. Ini
disampaikan dalam Al Qur’an surat Al Hijr ayat 187 :
Artinya : Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?”
Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.

Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. Kiamat itu
tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”.

Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:


“Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui”.

Tidak sedikit umat Islam yang ikut ambil dalam perdebatan tentang tanda-tanda hari
akhir seperti saat terjadinya fenomena-fenomena salju turun di Arab (Januari 2020), salju di
gurung Sahara (Januari 2018), perlombaan membuat pencakar langit.
Banyak fenomena lain yang dikaitkan dengan tanda-tanda hari akhir. Tentu
perdebatan tentang tanda-tanda hari akhir itu seperti sia-sia karena hari akhir adalah misteri
terbesar yang hanya diketahui Alloh.

F. IMAN KEPADA QADA DAN QADAR


Iman kepada qada dan qadar dilakukan dengan mempercayai bahwa Allah SWT telah
menetapkan takdir manusia, baik itu yang buruk maupun yang baik. Pertama, qada
merupakan takdir atau ketetapan yang tertulis di lauh al-mahfuz sejak zaman azali. Takdir
dan ketetapan ini sudah diatur oleh Allah SWT bahkan sebelum Dia menciptakan semesta
berdasarkan firman-Nya dalam surah Al-Hadid ayat 22:
“Tiadalah sesuatu bencana yang menimpa bumi dan pada dirimu sekalian, melainkan sudah
tersurat dalam kitab [lauh al-mahfuz] dahulu sebelum kejadiannya,” (QS. Al-Hadid [57]: 22).
Artinya, qada merupakan ketetapan Allah SWT terhadap segala sesuatu sebelum sesuatu itu
terjadi. Hal ini juga tergambar dalam sabda Nabi Muhammad SAW:

5
"Allah SWT telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun
sebelum penciptaan langit dan bumi," (H.R. Muslim).
Kedua, qadar adalah realisasi dari qada itu sendiri. Artinya, adalah ketetapan atau
keputusan Allah SWT yang memiliki sifat Maha Kuasa (qudrah dan qadirun) atas segala
ciptaan-Nya, baik berupa takdir yang baik, maupun takdir yang buruk. Jika qada itu ketetapan
yang belum terjadi, maka qadar adalah terwujudnya ketetapan yang sudah ditentukan
sebelumnya.
Qada dan Qadar adalah takdir Alloh Subhanahu wa Ta’ala. Tentang definisi
keduanya banyak perbedaan pendapat diantara ulama, ada yang mengatakan sama saja, ada
yang katakan keduanya berbeda. Yang jadi permasalahan adalah bahwa banyak umat Islam
karena dorongan hawa nafsunya, tingginya harapan, cita-cita, duka cita atau kesedihan tidak
jarang mengingkari takdir yang ditetapkan Alloh.
Ini biasanya terjadi ketika yang dialami adalah kegagalan, kebangkrutan, kehilangan
yang menimbulkan kesedihan berlarut-larut sehingga melupakan bahwa ada Alloh yang
berkuasa menetapkan takdir atas makhluk-NYA.
Alloh berfirman dalam surat Al A’la ayat 3 :
ْ ‫َوا َّل ِذ‬
‫ي َقد ََّر َف َه ٰدى‬
Artinya: Dan yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,
Yang dimaksut “Yang menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk” adalah
Alloh. Dalam awal surat Al A’la disebutkan : ‫سَبِح ِ ٱسْم َ َربِكَ ْٱْلَ ْع َلى‬
yang artinya : Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi.

Sehingga dengan memahami ketentuan Alloh tentang takdir manusia, maka umat Islam
seharusnya bisa menerima dengan ikhlas semua takdir Alloh atas dirinya. Wallohu a’lam

6
BAB III
PENUTUP
Rukun Iman dapat diartikan sebagai pilar keyakinan, yakni pilar-pilar keyakinan
seorang muslim, dalam hal ini terdapat enam pilar keyakinan atau rukun iman dalam ajaran
Islam, yaitu:man kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikat Allah, Iman kepada Kitab-
kitab Allah, Iman kepada Rasul-rasul Allah, Iman kepada hari Kiamat, Iman kepada Qada
dan Qadar,
Iman kepada Allah serta iman kepada sifat-sifatnya akan mempengaruhi perilaku
seorang muslim, sebab keyakinan yang ada dalam dirinya akan dibuktikan pada dampak
perilakunya. Jika seseorang telah beriman bahwa Allah itu ada, Maha Melihat dan Maha
Mendengar, maka dalam perilakunya akan senantiasa berhati-hati dan waspada, ia tidak akan
merasa sendirian, kendati tidak ada seorang manusiapun di sekitarnya.
Keyakinan terhadap adanya malaikatakan berpengaruh terhadap perilaku manusia.
Jika kita yakin ada malaikat yang mencatat semua amal baik dan buruk kita, maka seorang
muslim akan senantiasa berhati-hati dalam setiap perbuatannya karena ia akan menyadari
bahwa semua perilakunya tersebut akan dicatat oleh malaikat.
Iman kepada kitab Allah bagi manusia dapat memberikan keyakinan yang kuat akan
kebenaran jalan yang ditempuhnya, karena jalan yang harus ditempuh manusia telah
diberitahukan Allah dalam kitab suci.
Iman kepada rasul merupakan kebutuhan manusia, karena dengan adanya rasul maka
manusia dapat melihat contoh-contoh perilaku dan teladan terbaik yang sesuai dengan apa
yang diharapkan Allah.
Beriman kepada hari akhir atau hari kiamat adalah keyakinan akan datangnya hari
akhir sebagai ujung perjalanan umat manusia. Keimanan tersebut akan melahirkan sikap
optimis, yakni bahwa tidak akan ada yang sia-sia dalam kehidupan manusia, karena
semuanya akan dipertanggungjawabkan amal ibadah dan balasannya.
Beriman kepada takdir akan melahirkan sikap optimis, tidak mudah kecewa dan putus
asa, sebab yang menimpanya ia yakini sebagai ketentuan yang telah Allah takdirkan
kepadanya dan Allah akan memberikan yang terbaik kepada seorang muslim, sesuai dengan
sifatnya yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

7
DAFTAR PUSTAKA

https://kemuhammadiyahan.com/seputar-masalah-rukun-iman-ada-6/

https://tirto.id/pengertian-rukun-iman-dan-penjelasan-6-aspeknya-dalam-agama-islam-gays

https://staff.blog.ui.ac.id/rendi.supiana/rukun-iman-ada-6-perkara/

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6099519/rukun-iman-ada-6-ini-penjelasan-dalilnya-
secara-berurutan

You might also like