You are on page 1of 15

PENGELOLAAN OBAT LASA

No. Dokumen : 445 / / IV.03 / UKP/ 2023


No. Revisi :B
Tanggal Terbit : 25 April 2022

Kabupaten Jumlah
:3 UPTD.
Lampung Halaman
Puskesmas
Selatan Way Urang

Ditetapkan Oleh:
Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang,

SOP
SAMSU RIZAL, A.md.Kep
NIP. 19680728

1. Pengertian Pengelolaan obat LASA adalah kegiatan yang dilakukan dalam


melakukan pengelolaan Obat dengan nama, kemasan, label,
penggunaan klinik tampak/kelihatan sama (look alike) dan bunyi
ucapan sama (sound alike) untuk menghindari terjadinya
kesalahan/kesalahan serius (sentinel event), dan berisiko tinggi
menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome).
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk pengelolaan obat
LASA
3. Kebijakan Keputusan Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang Nomor
: 445/4.01 /IV.03/2022 tentang Pelayanan Klinis.
4. Referensi 1. Permenkes No. 26 Tahun 2020 Tentang Standar Pelayanan
Kefarmasian di Puskesmas
2. Petunjuk Teknis Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Tahun
2019 (Kemenkes RI)
1. Persiapan alat & bahan:
a. Obat
b. Alat tulis
c. Label LASA

2. Petugas yang melaksanakan :


a. Petugas farmasi (Gudang Obat dan layanan farmasi)
b. Petugas layanan lainnya

5. Prosedur/ 3. Langkah-langkah:
Langkah-langkah a. Petugas gudang obat melakukan identifikasi dan
memisahkan obat LASA dengan obat lainnya
b. Petugas gudang obat memberi label obat LASA sesuai dengan
ketentuan
c. Petugas gudang obat mendistribusikan obat ke unit layanan
d. Petugas layanan menyimpan obat LASA dengan memberi
jarak minimal 1 tempat

e. Petugas membaca kembali resep dengan teliti (double


check) pada saat menyiapkan atau mengambil obat LASA

melakukan identifikasi dan memisahkan obat LASA


dengan obat lainnya

memberi label obat LASA sesuai dengan ketentuan

mendistribusikan obat ke unit layanan


6. Bagan alir

menyimpan obat LASA dengan memberi jarak minimal 1 tempat

membaca kembali resep dengan teliti (double check) pada saat menyiapkan atau mengambil

7. Hal-hal yang perlu 1. Petugas memberi label LASA pada kemasan sekunder obat
diperhatikan (box)
2. Petugas memberi label LASA merah pada obat dengan
konsentrasi tinggi dan label LASA biru untuk obat dengan
konsentrasi rendah
3. Petugas memberi label LASA merah untuk obat dengan
kemasan mirip
4. Untuk obat LASA yang diletakkan di emergency kit pelabelan
dilakukan pada kemasan primer
1. Unit terkait 1. Instalasi Farmasi
2. Poli Rawat Jalan
2. Dokumen 1. Resep
terkait 2. Buku KNC

3. Rekaman Yang Tanggal Mulai


No Isi Perubahan
historis diubah Diberlakukan
1 Kebijakan Keputusan Kepala UPTD. 25 April 2022
Puskesmas Way Urang No.
445/4.01/IV.03/2022 tentang
Pelayanan Klinis.
2 Referensi Penambahan Permenkes 1 November 2022
No. 26 Tahun 2020 tentang
Standar Pelayanan Frmasi
di Puskesmas.
3 Prodsedur Langkah-langkah 1 November
/ langkah- dipersingkat menjadi 5 2022
langkah langkah
1. Pengetikan
a. Ukuran dan jenis kertas
Kertas yang digunakan adalah sebagai berikut:
1.) Kertas yang digunakan untuk tata naskah adalah HVS 70 gram;
2.) Menggunakan kertas HVS di atas 70 gram atau jenis lainnya, hanya
terbatas untuk jenis tata naskah yang mempunyai nilai keamanan
tertentu dan nilai kegunaan dalam waktu lama;
3.) Penyediaan surat berlambang negara berwarna kuning emas atau logo
daerah berwarna dicetak di atas kertas 70 gram;
4.) Ukuran kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah Folio/F4
(21,59 cm x 33 cm); dan
5.) Ukuran kertas yang digunakan untuk makalah, paper dan laporan adalah
A4 (210mm x 297mm); dan
6.) Ukuran kertas yang digunakan untuk pidato adalah A5 (165mm x
215mm).

b. Bentuk Huruf (Fonts)


1.) Naskah Dinas
Setiap tulisan naskah dinas menggunakan bentuk huruf Arial ukuran 12
(dua belas) atau Times New Roman ukuran 12 (dua belas) dengan spasi
1 (satu) sampai dengan 1,5 (satu setengah).

2.) Naskah Akreditasi


a.) Naskah dokumen Akreditasi diketik pada satu halaman tidak boleh
bolak-balik dengan tipe huruf Times New Roman ukuran 12 (dua
belas).
b.) Judul Bab/Dokumen menggunakan Times New Roman ukuran 14
(empat belas) ditebalkan, huruf KAPITAL.
c.) Judul Sub Bab menggunakan Times New Roman ukuran 12 (dua
belas) ditebalkan.
d.) Jenis dokumen menggunakan Times New Roman ukuran 14 (empat
belas) ditebalkan.

c. Ruang Tepi (Margin)


Demi keserasian dan kerapian (estetika) dalam penyusunan naskah dinas ,
diatur supaya tidak seluruh permukaan kertas digunakan secara penuh. Oleh
karena itu, perlu ditetapkan batas antara tepi kertas dan naskah, baik pada
tepi atas, kanan, bawah, maupun pada tepi kiri sehingga terdapat ruang yang
diberikan kosong.
Penentuan ruang tepi dilakukan berdasarkan ukuran yang terdapat pada
peralatan yang digunakan untuk membuat naskah dinas, yaitu:
1) Penentuan ruang tepi untuk Surat-Menyurat menggunakan kertas HVS
F4, yaitu:
1.)Ruang tepi atas: 2 cm dari tepi atas kertas dan dari Kop naskah dinas, 2
spasi di bawah kop.
2.)Ruang tepi kiri: 2 cm dari tepi kiri kertas.
3.)Ruang tepi kanan: 2 cm dari tepi kanan kertas.
4.)Ruang tepi bawah: 2 cm dari tepi bawah kertas.
2) Penentuan ruang tepi untuk Makalah, Paper Dan Laporan menggunakan
kertas HVS A4, yaitu:
a) Ruang tepi atas: 3 cm dari tepi atas kertas dan dari Kop naskah dinas, 2
spasi di bawah kop.
b) Ruang tepi kiri: 3 cm dari tepi kiri kertas.
c) Ruang tepi kanan: 2 cm dari tepi kanan kertas.
d) Ruang tepi bawah: 2,5 cm dari tepi bawah kertas.

d. Sistematika Penomoran Naskah Akreditasi


Penomoran ditulis secara konsisten dari awal sampai akhir naskah. Cara
yang digunakan adalah gabungan antara angka Romawi dan Arab, seperti
contoh berikut:
I.
A.
1.
a.
1)
a)
(1)
(a)
3. Penomoran Naskah Dinas
a. Naskah Dinas
Contoh Penomoran
445 / 185 / IV.03 / X / 2020
Ket:
445 : Sesuai kode klasifikasi
(berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung No 106 Tahun 1986) *
185 : Nomor urut surat (tinta basah warna biru)

IV.03 : Kode klasifikasi


(berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Selatan No
B/480/I.08/HK/2016)
X : Bulan pembuatan surat **
2020 : Tahun pembuatan surat
* Naskah dinas UPTD. Puskesmas menggunakan kode 445
** Naskah dinas produk hukum tidak menggunakan kode bulan

b. Naskah Dinas Akreditasi


Penomoran naskah dinas di UPTD. Puskesmas mengikuti naskah dinas
seperti ketentuan huruf a. Penomoran dokumen akreditasi mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
1.) Penomoran Surat Keputusan (SK)
Contoh Penomoran Akreditasi
445 / 185 / IV.03 / 2020
Ket:
445 : Sesuai kode klasifikasi
(berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung No 106 Tahun 1986)
185 : Nomor urut surat (tinta basah warna biru)
IV.03 : Kode klasifikasi
(berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Selatan No
B/480/I.08/HK/2016)
2020 : Tahun pembuatan

2.) Penomoran SOP


Contoh Penomoran Akreditasi
445 / 190 / IV.03 / ADMEN / 2020
Ket:
445 : Sesuai kode klasifikasi
(berdasarkan Peraturan Gubernur Lampung No 106 Tahun
1986)
190 : Nomor urut surat (tinta basah warna biru)
IV.03 : Kode klasifikasi
(berdasarkan Keputusan Bupati Lampung Selatan No
B/480/I.08/HK/2016)
ADMEN : Nama POKJA*
2020 : Tahun pembuatan

* ADMEN : Pokja Admen


* UKM: Pokja UKM
* UKP : Pokja UKP
D. STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PUSKESMAS
Terdapat sejumlah pengertian istilah prosedur, diantaranya :
1. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah serangkaian instruksi tertulis yang
dibakukan mengenai berbagai proses penyelenggaraan aktivitas organisasi,
bagaimana dan kapan harus dilakukan, dimana dan oleh siapa dilakukan
(Permenpan No. 035 Tahun 2012).
2. Instruksi kerja adalah petunjuk kerja terdokumentasi yang dibuat secara rinci,
spesifik dan bersifat instruktif, yang dipergunakan oleh pekerja sebagai acuan
dalam melaksanakan suatu pekerjaan spesifik agar dapat mencapai hasil kerja
sesuai persyaratan yang telah ditetapkan (Susilo, 2003).
3. Langkah di dalam penyusunan instruksi kerjasama dengan penyusunan
prosedur, namun ada perbedaan, instruksi kerja adalah suatu proses yang
melibatkan satu bagian/unit/profesi, sedangkan prosedur adalah suatu proses
yang melibatkan lebih dari satu bagian/unit/profesi. Prinsip dalam penyusunan
prosedur dan instruksi kerja adalah kerjakan yang ditulis, tulis yang dikerjakan,
buktikan dan tindak-lanjut, serta dapat ditelusur hasilnya.
4. Istilah Standar Prosedur Operasional (SPO) digunakan di UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran dan UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan dan UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
5. Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :
a. Prosedur yang telah ditetapkan disingkat PROTAP
b. Prosedur untuk panduan kerja (Prosedur Kerja, disingkat PK)
c. Prosedur untuk melakukan tindakan
d. Prosedur penatalaksanaan
e. Petunjuk Pelaksanaan, disingkat JUKLAK
f. Petunjuk pelaksanaan secara teknis, disingkat JUKNIS
g. Prosedur untuk melakukan tindkan klinis: Protokol Klinis, Algoritma/Clinical
Pathway

Karena beraneka ragamnya istilah tentang prosedur dan untuk menghindari


salah tafsir serta dalam rangka menyeragamkan istilah maka dalam pedoman
penyusunan dokumen ini digunakan istilah ÒStandar Operasional Prosedur
(SOP)Ó sebagaimana yang tercantum dalam Permenpan Nomor 35 Tahun
2012. Prosedur yang dimaksud dalam istilah ÒStandar Operasional Prosedur
(SOP)Ó bersifat institusi maupun perorangan sebagai profesi sehingga
dianggap lebih tepat karena prosedur yang dimaksud dalam pedoman
penyusunan dokumen akreditasi FKTP ini adalah prosedur yang bersifat institusi
maupun perorangan sebagai profesi, sementara istilah ÒStandar Prosedur
Operasioanal (SPO)Ó yang dipergunakan dalam Undang-Undang Praktik
Kedokteran maupun dalam Undang-Undang Kesehatan lebih bersifat
perorangan sebagai profesi.
6. Tujuan Penyusunan SOP
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif,
konsisten/seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
melalui pemenuhan standar yang berlaku.
7. Manfaat SOP
a. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas
b. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan
c. Memastikan staf UPTD. Puskesmas Way Urang memahami bagaimana
melaksanakan pekerjaannya.
Contoh:
SOP pemberian informasi, SOP pemasangan infus, SOP pemindahan pasien,
dari tempat tidur ke kereta dorong.

8. Format SOP
a. Jika sudah terdapat format baku SOP berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)
masing-masing, maka format SOP dapat disesuaikan dengan Perda tersebut.
b. Jika belum terdapat Format Baku SOP berdasarkan Perda, maka SOP dapat
dibuat mengacu Permenpan No. 35 Tahun 2012 atau pada contoh format
SOP yang ada dalam Buku Pedoman Penyusunan Dokumen ini.
c. Prinsipnya adalah Format SOP yang digunakan dalam satu institusi harus
ÒSERAGAMÓ.
d. Contoh yang dapat digunakan di luar format SOP Permenpan terlampir
dalam Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP ini.
e. Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini dapat diberi
tambahan materi/kolom misalnya, nama penyusun SOP, unit yang memeriksa
SOP. Untuk SOP tindakan agar memudahkan di dalam melihat langkah-
langkanya dengan bagan alir, persiapan alat dan bahan dan lain-lain, namun
tidak boleh mengurangi item-item yang ada di SOP.

Berikut ini merupakan format SOP


a. KOP/Heading SOP UPTD Puskesmas Way Urang

JUDUL

: 445 / 190 / IV.03 / ADMEN /


No. Dokumen
2020
No. Revisi :0
Tanggal Terbit : 01 April 2020
Jumlah Halaman :2

Kabupaten UPTD.
Ditetapkan Oleh:
Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang,

SOP
SAIFUL ANWAR, SKM., M.Kes.
NIP. 19680314 198903 1 011

Catatan : Jika SOP disusun lebih dari satu halaman, pada halaman kedua dan
seterusnya SOP dibuat tanpa menyertakan kop/heading.
2. Komponen SOP
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Alat dan Bahan
6. Prosedur/Langkah-langkah
7. Diagram Alir (Jika Diperlukan)
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan
9. Unit terkait
10. Dokumen terkait
11. Rekaman historis

Keterangan :
Penulisan SOP yang harus tetap di dalam tabel/kotak adalah: nama
Dinas/Puskesmas dan logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan tanda
tangan Kepala Puskesmas, sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan,
prosedur/langkah-langkah, dan unit terkait boleh tidak diberi tabel/kotak.

3. Petunjuk pengisian SOP


1. Logo:
a. Bagi Puskesmas, logo yang dipakai adalah Logo Pemerintah
Kabupaten/Kota, dan Lambang Puskesmas.
b. Bagi Klinik Pratama dan Dokter/Dokter Gigi Praktik Mandiri, logo yang
dicantumkan adalah Logo Klinik Pratama dan Dokter/Dokter Gigi Praktik
Mandiri.

2. Kotak/ Heading
Diisi sebagai berikut:
a. Heading dan kotaknya dicetak pada setiap halaman. Pada halaman
pertama dan seterusnya kotak heading harus lengkap.
b. Kotak UPTD. Puskesmas Way Urang diberi nama Puskesmas dan Logo
Pemerintah Daerah, atau logo dan nama Klinik Pratama dan
Dokter/Dokter Gigi Praktik Mandiri.
c. Kotak Judul diberi Judul/Nama SOP sesuai proses kerjanya.
d. No. Dokumen : diisi sesuai dengan ketentuan penomoran yang berlaku di
UPTD. Puskesmas Way Urang, dibuat sistematis agar ada keseragaman.
e. No. Revisi : diisi dengan status revisi.
Contoh : Dokumen baru diberi tanda strip ( - ), dokumen revisi pertama
diberi nomor 1, revisi kedua diberi nomor 2 dan seterusnya.
f. Halaman : diisi dengan jumlah halaman untuk SOP tersebut.
Misalnya, jumlah halaman : 3.
g. Tanggal terbit : diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SOP tersebut.
h. Ditetapkan Kepala Fktp : diberi tandatangan Kepala UPTD. Puskesmas
Way Urang dan Nama jelasnya.

3. Isi SOP
Isi dari SOP setidaknya adalah sebagai berikut :
a. Pengertian: diisi definisi judul SOP, dan berisi penjelasan dan atau definisi
tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/menimbulkan multi persepsi.
b. Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci:
ÒSebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk ......Ó
c. Kebijakan: berisi kebijakan Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang yang
menjadi dasar dibuatnya SOP tersebut dicantumkan kebijakan yang
mendasari SOP tersebut, kemudian diiikuti dengan peraturan keputusan
dari kebijakan terkait, misalnya untuk SOP imunisasi pada bayi, pada
kebijakan dituliskan : Keputusan Kepala Puskesmas No. 005/2014 tentang
Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak.
d. Referensi: berisi dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-undangan, ataupun bentuk lain
sebagai bahan pustaka.
e. Alat dan Bahan: berisi alat dan bahan yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan.
f. Langkah-langkah prosedur: bagian ini merupakan bagian utama yang
menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu.
g. Hal-hal yang perlu diperhatikan: berisi segala sesuatu yang harus
diperhatikan yang mungkin terjadi yang dapat mengganggu atau
memperlancar kegiatan.
h. Unit terkait: berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam
proses kerja tersebut.
i. Dokumen terkait: berisi tulisan yang berisi informasi tentang hal-hal yang
terkait dengan SOP tersebut.
j. Rekaman historis: berisi tentang catatan bagian-bagian SOP yang
mengalami perubahan.
k. Diagram alir /bagan alir ( Flow / Chart )
Di dalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam
langkah-langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir/bagan alir untuk
memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir
secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir makro dan
diagram alir mikro.
1.) Diagram Alir Makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar
dari proses yang ingin kita tingkatkan , hanya mengenal satu simbol,
yaitu simbol balok:

2.) Diagram Alir Mikro, menunjukkan rincian kegiatan-kegiatan dari tiap


tahapan diagram makro, bentuk simbol sebagai berikut:
 Awal Kegiatan:

 Akhir Kegiatan:

 Simbol Keputusan:

? YA

Tidak
 Penghubung:

 Dokumen:

 Arsip:

4. Syarat Penyusunan SOP:


1. Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh mereka yang melakukan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang
ditunjuk oleh Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang hanya untuk
menanggapi dan mengkoreksi SOP tersebut. Hal tersebut sangatlah
penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan SOP hanya diperoleh
dengan adanya keterlibatan personel/unit kerja dalam penyusunan SOP.
2. SOP harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau
unit kerja agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian
Tim Mutu diminta memberikan tanggapan.
3. Didalam SOP harus dikenali dengan jelas siapa melakukan apa, dimana,
kapan, dan mengapa.
4. SOP jangan menggunakan kaliamat majemuk,. Subjek, predikat dan objek
SOP harus jelas.
5. SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi bagi pelaksana dengan
bahasa yang dikenal pemakai.
6. SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SOP pelayanan
pasien maka harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan
kenyamanan pasien. Untuk SOP profesi harus mengacu kepada standar
profesi, standar pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK) Kesehatan, dan memperhtaikan aspek keselamatan
pasien.

5. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
1.) Evaluasi Penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan dengan
menilai tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SOP. Untuk
evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check list:
a.) Daftar Tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan
secara konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian
kegiatan, untuk diingat, dikerjakan, dan diberi tanda (check mark).
b.) Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk
mendukung standarisasi suatu proses pelayanan.
c.) Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
d.) Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah pelaksanaan
dan memonitor SOP, bukan untuk menggantikan SOP itu sendiri.
e.) Langkah-langkah menyusun daftar tilik:
Langkah-langkah menyusun daftar tilik dengan melakukan identifikasi
prosedur yang membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah
pelaksanaan dan monitoringnya.
 Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut
 Buat daftar kerja yang harus dilakukan
 Susun urutan kerja yang harus dilakukan
 Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu
 Lakukan uji coba
 Lakukan perbaikan daftar tilik
 Standarisasi daftar tilik
f.) Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam langkah-
langkah kegiatan, dengan rumus sebagai berikut:
y
Compliance Rate (CR) = SaSga x 100 %
+ Tidak

6. Evaluasi isi SOP


a. Evaluasi SOP dilaksanakan sesuai kebutuhan dan Maksimal 3 Tahun
sekali dilakukan oleh masing-masing unit kerja yang dipimpin oleh
koordinator unit kerja/ program.
b. Hasil evaluasi: SOP masih tetap bisa dipergunakan, atau SOP tersebut
perlu diperbaiki/revisi. Perbaikan/revisi isi SOP bisa dilakukan sebagian
atau seluruhnya.

c. Perbaikan/revisi perlu dilakukan bila


 Alur SOP sudah tidak sesuai dengan keadaan yang ada
 Adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Pelayanan Kesehatan
 Adanya perubahan organisasi atau kebijakan baru
 Adanya perubahan fasilitas
d. Peraturan Kepala UPTD. Puskesmas Way Urang tetap berlaku meskipun
tarjadi penggantian Kepala.

You might also like