Fitrah Bayu Maulana 22522006 L1 07.50

You might also like

You are on page 1of 13

Laporan Praktikum “Hantaran Listrik Dalam

Kawat”
Modul L1 – Hantaran Listrik Dalam Kawat
Fitrah Bayu Maulana/22522006
Asisten: Muhammad Iqbal Kukuh Maulana
Tanggal praktikum: 29 September 2023
Teknik Industri – Fakultas Teknologi Industri
Universitas Islam Indonesia

Abstrak— Hukum Ohm merupakan hukum yang menjelaskan hubungan antara arus listrik (I), hambatan
(R), dan beda potensial (V) yang dijelaskan oleh George Simon Ohm (1789-1854). Praktikum ini bertujuan agar
praktikan dapat memahami hukum Ohm, dapat memperagakan untaian bagan listrik dalam pengukuran arus dan
tegangan, dan dapat membuat interpretasi grafik antara V vs I dan antara V vs P. Arus merupakan perubahan
kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang mengalir pada satuan waktu yang disimbolkan dengan I.
Rangkaian listrik merupakan kumpulan elemen listrik yang saling terhubung dengan cara-cara tertentu dan paling
sedikit memiliki satu lintasan tertutup. Voltmeter merupakan alat pengukur tegangan listrik dan amperemeter
merupakan alat pengukur arus listrik. Gejala kelistrikan disebabkan oleh aliran muatan listrik yang terjadi antara dua
titik. Didapatkan kesimpulan bahwa V mempengaruhi nilai I,R, dan P.. Dibuktikan dari hasil grafik V vs I dan V vs
P.
Kata kumci—Listrik;Ohm;Tegangan;Daya

I. PENDAHULUAN
Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat memahami hukum Ohm, dapat memperagakan
untaian bagan listrik dalam pengukuran arus dan tegangan, dan dapat membuat interpretasi grafik antara
V vs I dan antara V vs P.
Latar balakang dari praktikum ini adalah untuk memenuhi mata kuliah praktikum fisika dasar dan
agar dapat memahami percobaan L1 hantaran listrik dalam kawat.
Arus merupakan perubahan kecepatan muatan terhadap waktu atau muatan yang mengalir pada
satuan waktu yang disimbolkan dengan I. Selama muatan bergerak maka akan muncul arus namun jika
muatan diam maka arus pun akan hilang. Muatan akan bergerak jika dipengaruhi energi dari luar. Arus
terbagi menjadi arus searah dan bolak balik [1]. Listrik merupakan hal yang sangat penting bagi
kehidupan manusia. Gejala kelistrikan disebabkan oleh aliran muatan listrik yang terjadi antara dua titik.
Semua alat listrik merupakan sebuah susunan komponen-komponen listrik yang membentuk jalur
tertutup yang disebut rangkaian. Komponen yang penting dalam distribusi daya listrik adalah penghatar
listrik[2]. Kemampuan penghantar listrik dalam menghantarkan listrik dipengaruhi oleh kualitas
konduktor dan resistansinya. Rangkaian listrik merupakan kumpulan elemen listrik yang saling
terhubung dengan cara-cara tertentu dan paling sedikit memiliki satu lintasan tertutup[1].
Besaran arus listrik disebut dengan kuat arus listrik, yang didefinisikan sebagai banyak muatan
positif ∆ Q yang mengalir melalui kawat penampang penghantar per satuan waktu ∆ t [3]. Arus listrik
dapat dirumuskan sebagai berikut:

∆ Q dQ
I = lim = [3]
∆ t →0 ∆ t dt
Dimana satuan kuat arus listrik adalah ampere atau coulomb per detik (C/s).
Selanjutnya yang menjadi dasar teori pada praktikum ini adalah hukum Ohm. Hukum Ohm
dirumuskan oleh George Simon Ohm (1789-1854) yang menjelaskan hubunan antar arus listrik (I),
hambatan (R), dan beda potensial (V)[4]. Hukum Ohm dapat dituliskan dengan persamaan:
V
I=
R
Pada praktikum ini alat yang digunakan adalah voltmeter dan amperemeter. Voltmeter
merupakan alat pengukur tegangan listrik, alat ini dapat mengukur tegangan listrik dari satu titik ke titik
yang lain secara paralel. Prinsip kerja dari voltmeter adalah dengan mendeteksi adanya fluks magnet
yang mempunyai gelombang sinus dengan frekuensi yang sama dan memasuki kepingan logam paralel.
Fluks yang berbolak balik akan membangkitkan tegangan kepingan logam yang menimbulkan arus putar
pada logam Jika tegangan bernilai V dan arus I maka besaran hambatan dalam voltmeter adalah
R.V=V.I[4].
Amperemeter merupakan alat pengukur arus listrik. Prinsip kerja amperemeter adalah
menggunakan prinsip gaya Lorentz. Saat arus mengalir melalui kumparan yang dikelilingi magnet, maka
akan menimbulkan gaya yang menggerakkan jarum penunjuk. Jika arus yang melewati kumparan besar
maka gaya yang dihasilkan juga besar Jika tegangan bernilai V dan arus I maka hambatan dalam
amperemeter adalah R.A=V.I [4].
II. METODE PRAKTIKUM
Langkah Percobaan:
Menyiapkan alat

Membuat rangkaian bagan 1

Menyalakan saklar pada amperemeter


dan voltmeter

Mengatur tegangan 50 V dan


mencatat arus yang terukur, dan
dilakukan pengulangan sebanyak 3
kali

Mematikan saklar lalu mengganti


rangkaian ke bagan II

Menyalakan saklar kembali dan


mencatat perubahan tegangan dan arus
yang terjadi, dan dilakukan
pengulangan sebanyak 3 kali

Menghitung a untuk menentukan


bagan yang akan dipakai, bagan
dengan a terkecil yang dipakai

Menyalakan saklar dan mengatur


tegangan ke angka 60 V lalu mencatat
arus yang terukur, percobaan
dilakukan sebanyak 2 kali

Melakukan percobaan yang sama


dengan tegangan 60-100 V

Mencatat hasil arus yang didapatkan

Merapikan alat yang sudah digunakan


Alat dan Bahan:

Gambar 1 lampu
sumber: foto pribadi

Gambar 2 voltmeter
sumber: foto pribadi

Gambar 3 amperemeter
sumber: foto pribadi
Gambar 4 regulator
sumber: foto pribadi

Gambar 5 kabel jumper


sumber: foto pribadi

III. DATA PERCOBAAN

HASIL PERCOBAAN
Tabel 1 data percobaan
NO V’ I a V I’ A
1 2 3 1 2 3 1 2 3
1 50 240 240 240 0 50 50 50 230 220 220 0,07

Tabel 2 data percobaan


No V (Volt) I (mA) I (mA) I (mA) R (ohm) P (W)
1 60 240 260 250 240 15
2 70 280 275 285 250 19,6
3 80 300 310 295 264,9 24,16
4 90 320 320 320 281,25 28,8
5 100 340 330 330 300,3 33,3
IV. ANALISIS DATA

1. Menghitung rerata arus dan ketidakpastiannya

a. V = 60 Volt
I I −I |I −I |
2

0,24 -0,01 0,0001


0,26 0,01 0,0001
0,25 0 0
∑ ¿ 0 ,75 ∑ ¿ 0,0002

I=
∑ I =0 ,25 A
n

√ |∑ (I −I )| =
2

∆ I=
n−1 √ 0,0002
2
=0 , 01 A

Jadi, I ± ∆ I =( 0 ,25 ± 0 , 01 ) A

b. V = 70 Volt
I I −I |I −I |
2

0,28 0 0
0,275 -0,005 0,000025
0,285 0,005 0,000025
∑ ¿ 0 ,84 ∑ ¿ 0,00005

I=
∑ I =0 ,28 A
n

√ |∑ (I −I )| =
2

∆ I=
n−1 √ 0,00005
2
=0,005 A

Jadi, I ± ∆ I =( 0 ,28 ± 0,005 ) A

c. V = 80 Volt
I I −I |I −I |
2

0,3 -0,002 0,000004


0,31 0,008 0,000064
0,295 -0,007 0,000049
∑ ¿ 0,905 ∑ ¿ 0,000117

I=
∑ I =0,302 A
n

√ |∑ (I −I )| =
2

∆ I=
n−1 √ 0,000117
2
=0,0076 A
Jadi, I ± ∆ I =( 0,302 ± 0,0076 ) A

d. V = 90 Volt
I I −I |I −I |
2

0,32 0 0
0,32 0 0
0,32 0 0
∑ ¿ 0 ,96 ∑ ¿0

I=
∑ I =0 ,32 A
n

√ |∑ (I −I )| =
2

∆ I=
n−1 √ 0
2
=0 A

Jadi, I ± ∆ I =( 0 ,32 ± 0 ) A

e. V = 100 Volt
I I −I |I −I |
2

0,34 0,007 0,000049


0,33 -0,003 0,000009
0,33 -0,003 0,000009
∑ ¿1 ∑ ¿ 0,000067

I=
∑ I =0,333 A
n

√ |∑ (I −I )| =
2

∆ I=
n−1 √ 0,000067
2
=0,0058 A

Jadi, I ± ∆ I =( 0,333 ± 0,0058 ) A

2. Menghitung hambatan (R) dan ketidakpastiannya

a. V = 60 Volt
V 60
R= = =240 A
I 0 , 25

√| | || √| | | |
2 2
1 2 V 2 1 2 60 2
∆ R= |∆ V | + 2 |∆ I | = |2 ,5| + |0 , 01| =10,005 ohm
I I 0 , 25 0 ,25
2

Jadi, R ± ∆ R= (240 ± 10,005 ) ohm

b. V = 70 Volt
V 70
R= = =250 A
I 0 , 28

√| | || √| | | |
2 2
1 2 V 2 1 2 70 2
∆ R= |∆ V | + 2 |∆ I | = |2 ,5| + |0,0005| =8 , 93 ohm
I I 0 , 28 0 ,28
2
Jadi, R ± ∆ R= (250 ± 8 , 93 ) ohm

c. V = 80 Volt
V 80
R= = =264 , 9 A
I 0,302

√| | || √| | | |
2 2
1 2 V 2 1 2 80 2
∆ R= |∆ V | + 2 |∆ I | = |2 ,5| + |0,0076| =8,281 ohm
I I 0,302 0,302
2

Jadi, R ± ∆ R= (264 , 9 ±8,281 ) ohm

d. V = 90 Volt
V 90
R= = =281 ,25 A
I 0 , 32

√| | || √| | | |
2 2
1 2 V 2 1 2 90 2
∆ R= |∆ V | + 2 |∆ I | = |2, 5| + |0| =7,813 ohm
I I 0 , 32 0 , 32
2

Jadi, R ± ∆ R= (281 , 25 ±7,813 ) ohm

e. V = 100 Volt
V 100
R= = =300 , 3 A
I 0,333

√| | || √| | | |
2 2
1 2 V 2 1 2 100 2
∆ R= |∆ V | + 2 |∆ I | = |2 , 5| + |0,0058| =7 , 51 ohm
I I 0,333 0,333
2

Jadi, R ± ∆ R= (300 ,3 ± 7 ,51 ) ohm

3. Menghitung daya (P) dan ketidakpastiannya

a. V = 60 Volt
P=V . I =60.0 , 25=15 Watt
∆ P=√| I| |∆ V| +|V | |∆ I | = √|0 , 25| |2 , 5| +|60| |0 ,01| =0,866 Watt
2 2 2 2 2 2 2 2

Jadi, P ± ∆ P=( 15 ± 0,866 ) Watt

b. V = 70 Volt
P=V . I =70.0 , 28=19 , 6 Watt
∆ P=√| I| |∆ V| +|V | |∆ I | = √|0 , 28| |2 , 5| +|70| |0,0005| =0 , 7 Watt
2 2 2 2 2 2 2 2

Jadi, P ± ∆ P=( 19 , 6 ± 0 ,7 ) Watt

c. V = 80 Volt
P=V . I =80.0,302=24 , 16 Watt
∆ P=√| I| |∆ V| +|V | |∆ I | = √|0,302| |2 , 5| +|80| |0,0076| =0 , 97 Watt
2 2 2 2 2 2 2 2

Jadi, P ± ∆ P=( 24 ,16 ± 0 , 97 ) Watt

d. V = 90 Volt
P=V . I =90.0 , 32=28 , 8 Watt
∆ P=√| I| |∆ V| +|V | |∆ I | = √|0 , 32| |2 ,5| +|90| |0| =0 , 8 Watt
2 2 2 2 2 2 2 2

Jadi, P ± ∆ P=( 28 , 8 ± 0 , 8 ) Watt

e. V = 100 Volt
P=V . I =100.0,333=33 ,3 Watt
∆ P=√| I| |∆ V| +|V | |∆ I | = √|0,333| |2, 5| +|100| |0,0058| =1,015 Watt
2 2 2 2 2 2 2 2

Jadi, P ± ∆ P=( 33 , 3 ±1,015 ) Watt

4. Grafik hubungan V vs I dan V vs P

a. Grafik V vs I

Gambar 6 grafik V vs I

b. Grafik V vs P
Gambar 7 grafik V vs P

V. PEMBAHASAN
Pada percobaan ini membahas tentang hantaran listrik dalam kawat, untuk menghitung hal
tersebut kita dapat menggunakan konsep hukum Ohm. Hukum Ohm merupakan hukum yang
menyatakan “untuk suatu konduktor logam pada temperatur konstan, pebandingan antara perbedaan
potensial dua titik dari konduktor dengan arus listrik adalah konstan”.
Rumus dari hukum ohm adalah:
V
R=
I
Pada praktikum ini kami akan mencari hubungan antara tegangan dengan daya, maka untuk
menghitung nya kita memerlukan rumus: P=V I . Untuk menghitung hubungan antara tegangan
V
dengan ars listrik kita memerlukan rumus: R= . Untuk mencari besar arus yang terjadi digunakan alat
I
yang disebut amperemeter, yang merupakan alat pengukur arus listrik disuatu titik, oleh karena itu alat
harus dirangkai secara seri karena besar arus pada rangkaian seri tetap sama, jika dipasang secara paralel
maka arus akan berubah-ubah. Untuk menghitung tegangan diperlukan alat voltmeter, alat ini mengukur
tegangan dari satu titik ke titik lain sehingga harus dipasang secara paralel, jika dipasang seri, maka
tidak akan terdeteksi.
Pada percobaan ini posisi kabel berpengaruh pada hasil percobaan. Jika kabel tergeser dan tidak
sesuai maka hasil arus dan tegangan akan berubah. Hal ini juga berlaku pada regulator dimana jika
regulator tergeser maka akan mempengaruhi hasil dari arus listrik yang terjadi karena ada perubahan
tegangan yang terjadi.
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil percobaan dan perhitungan sebagai berikut:

1. Hasil rerata arus dan ketidakpastiannya


a. Untuk V = 60 Volt
I ± ∆ I =( 0 ,25 ± 0 , 01 ) A
b. Untuk V = 70 Volt
I ± ∆ I =( 0 ,28 ± 0,005 ) A
c. Untuk V = 80 Volt
I ± ∆ I =( 0,302 ± 0,0076 ) A
d. Untuk V = 90 Volt
I ± ∆ I =( 0 ,32 ± 0 ) A
e. Untuk V = 100 Volt
I ± ∆ I =( 0,333 ± 0,0058 ) A
2. Hasil perhitungan hambatan (R) dan ketidakpastiannya
a. Untuk V = 60 Volt
R ± ∆ R= (240 ± 10,005 ) ohm
b. Untuk V = 70 Volt
R ± ∆ R= (250 ± 8 , 93 ) ohm
c. Untuk V = 80 Volt
R ± ∆ R= (264 , 9 ±8,281 ) ohm
d. Untuk V = 90 Volt
R ± ∆ R= (281 , 25 ±7,813 ) ohm
e. Untuk V = 100 Volt
R ± ∆ R= (300 ,3 ± 7 ,51 ) ohm
3. Hasil perhitungan daya (P) dan ketidakpastiannya
a. Untuk V = 60 Volt
P ± ∆ P=( 15 ± 0,866 ) Watt
b. Untuk V = 70 Volt
P ± ∆ P=( 19 , 6 ± 0 ,7 ) Watt
c. Untuk V = 80 Volt
P ± ∆ P=( 24 ,16 ± 0 , 97 ) Watt
d. Untuk V = 90 Volt
P ± ∆ P=( 28 , 8 ± 0 , 8 ) Watt
e. Untuk V = 100 Volt
P ± ∆ P=( 33 , 3 ±1,015 ) Watt
Dari hasil perhitungan di atas dapat disimpulkan untuk rerata kuat arus (I) berbanding lurus
dengan beda potensial listrik (V) yang diberikan. Dimana semakin besar beda potensial (V) yang
diberikan maka besar kuat arus listrik (I) yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini juga berlaku pada
besar hambatan (R) dimana semakin besar beda potensial (V) yang diberikan maka hambatannya akan
semakin besar juga.
Dalam perhitungan daya (P) dapat disimpulkan bahwa semakin besar beda potensial (V) suatu
aliran listrik maka akan semakin besar pula daya (P) listrik yang dihasilkan. Terbukti pada hasil
perhitungan yang menunjukkan kenaikkan nilai.
Kenaikkan nilai pada arus listrik dan daya listrik yang dipengaruhi oleh meningkatnya nilai beda
potensial (V) yang diberikan juga dapat dilihat dari hasil grafik yang tergambar dimana grafik
menunjukkan nilai yang meningkat.
Dalam kehidupan sehari-hari alat elektronik yang memanfaatkan listrik sebagai sumber energinya
pasti menggunakan konsep hantaran listrik dalam kawat. Semua alat elektronik listrik pasti
memanfaatkan konsep hukum Ohm ini. Contoh penerapan hukum Ohm dalam kehidupan sehari-hari
adalah penggunaan alat-alat elektronik yang memanfaatkan listrik sebagai sumber energinya.

VI. KESIMPULAN
1. Hukum Ohm merupakan konsep yang menjelaskan hubunan antar arus listrik (I), hambatan
V
(R), dan beda potensial (V) yang dapat dituliskan dengan persamaan: I= .
R
2. Dalam percobaan didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar beda potensial (V) yang
diberikan maka akan memberikan hasil nilai arus listrik (I), hambatan (R), dan daya (P) yang
semakin besar pula.
3. Grafik hubungan V vs I dan V vs P membuktikan bahwa nilai V dan I menunjukkan
hubungan yang berbanding lurus, begitu pula hubungan antara grafik V vs P.

DAFTAR PUSTAKA
[1] A. R. N, R. E. Yuliani and V. , "KARAKTERISTIK ARUS DAN TEGANGAN PADA
RANGKAIAN SERI DAN RANGKAIAN PARALEL DENGAN MENGGUNAKAN RESISTOR,"
Jurnal Ilmiah d’Computare, vol. 9, 2019.
[2] B. Julianto and S. , "PENGARUH SUHU TERHADAP HAMBATAN RANGKAIAN LISTRIK,"
Jurnal Fisika Pengaruh Suhu Terhadap Hambatan, vol. Vol. 3 No. 2, 2013.

[3] T. L. F. D. UII, "MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR," Buku Panduan Praktikum - Lab.
Fisika Dasar, 2023.

[4] G. W. Jaya and S. V. Aponno, "KAJIAN TEORI ARUS LISTRIK DAN DAYA LISTRIK PADA
RANGKAIAN RESISTOR SERI DAN PARALEL BERDASARKAN JUMLAH RESISTOR YANG
DIGUNAKAN," Jurnal Hasil Kajian, Inovasi, dan Aplikasi Pendidikan Fisika , vol. Volume 9. No. 1,
2023.
LAMPIRAN

You might also like