You are on page 1of 40

MODUL PELATIHAN

Keuangan Berkelanjutan & Pembiayaan Energi Bersih


Untuk Lembaga Jasa Keuangan

Pembiayaan Pembangkit Listrik


Tenaga Mini Hidro
Pembiayaan Pembangkit Listrik
Tenaga Minihidro
PAKET PELATIHAN
Keuangan Berkelanjutan dalam Pembiayaan Energi Bersih
DISCLAIMER:

PEMBUATAN NASKAH INI DIKOORDINASIKAN DENGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK).


SERANGKAIAN DISKUSI TELAH DILAKUKAN MELIBATKAN INSTITUSI TERKAIT, DAN PARA
AHLI YANG TELAH MEMBANTU MEMPERSIAPKAN NASKAH INI. MENJADI SUATU KEBANG-
GAAN BAGI KAMI UNTUK DAPAT MENYAMPAIKAN RASA TERIMAKASIH KEPADA SEMUA
PIHAK YANG TELAH TERLIBAT DALAM PENYUSUNAN NASKAH INI DARI AWAL HINGGA SE-
LESAI.

PEDOMAN INI TIDAK BERSIFAT MENGIKAT BAGI LEMBAGA JASA KEUANGAN (LJK) NAMUN
DAPAT DIJADIKAN SEBAGAI SALAH SATU ACUAN BAGI LJK DALAM HAL BERINVESTASI DI SEK-
TOR ENERGI BARU TERBARUKAN.

PENYUSUNAN NASKAH INI MEMPEROLEH DUKUNGAN KONSULTASI DAN MASUKAN DARI


THE UNITED STATES AGENCY FOR INTERNATIONAL DEVELOPMENT – INDONESIA CLEAN
ENERGY DEVELOPMENT (ICED) ROJECT BEKERJA SAMA DENGAN LEMBAGA PENDIDIKAN
EKONOMI DAN MASYARAKAT FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA
(LPEM UI)

2
DAFTAR ISI
Daftar Isi
TUJUAN PEMBELAJARAN............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................ 2
PENTINGNYA BANK TERLIBAT DALAM PEMBIAYAAN SEKTOR BISNIS BERKELANJUTAN......................... 3
MEMAHAMI MODEL BISNIS PROYEK PLTMH.............................................................................................. 5
Kelebihan dan kelemahan PLTMH................................................................................................................ 6
ASPEK PENTING DALAM PROYEK PLTMH.................................................................................................. 10
ANALISA KREDIT PLTMH YANG MEMASUKKAN KONSEP ASRI................................................................ 16
PENILAIAN DAN MITIGASI RISIKO KREDIT PADA PEMBIAYAN PROYEK PLTMH..................................... 23
PENTINGNYA MONITORING KREDIT YANG MEMASUKKAN ASRI........................................................... 27
ASPEK PENTING DALAM MONITORING KREDIT PROYEK PLTMH............................................................. 28
PENERAPAN SISTEM MONITORING KREDIT PLTMH YANG MEMASUKKAN ASRI.................................... 29
DAFTAR REFERENSI.................................................................................................................................. ...32

Daftar Tabel
Tabel 1. Feed In Tariff.................................................................................................................................. 12
Tabel 2. Biaya proyek PLTMH...................................................................................................................... 20
Tabel 3. Dokumen PLTMH........................................................................................................................... 22
Tabel 4. Penilaian Risiko Proyek PLTMH dan Mitigasinya........................................................................... 24
Tabel 5. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTMH............................ 28

Daftar Gambar
Gambar 1. Komponen dalam analisa dan monitoring kredit PLTMH.......................................................... 2
Gambar 2. Stakeholder PLTMH..................................................................................................................... 7
Gambar 3. Tahap pembangunan PLTMH..................................................................................................... 8
Gambar 4. Fitur yang diatur dalam PPA..................................................................................................... 13
Gambar 5. Integrasi equator principle ke dalam proses persetujuan kredit.............................................. 17
Gambar 6. Proses Pemberian Kredit........................................................................................................... 18

Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih 3


POINT 1

PENDAHULUAN
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan peserta dapat:
1. Memahami pentingnya bank untuk terlibat dalam pembiayaan sektor bisnis berkelanjutan
2. Memahami model bisnis proyek PLTMH
3. Memahami aspek penting dalam proyek PLTMH
4. Menerapkan analisa kredit proyek PLTMH yang memasukkan konsep ASRI (Analisis risiko sosial
dan lingkungan)
5. Memahami penilaian dan mitigasi risiko kredit dalam pembiayaan proyek PLTMH
6. Memahami pentingnya bank untuk memasukkan ASRI dalam monitoring kredit
7. Memahami aspek penting dalam monitoring kredit PLTMH
8. Memahami penerapan sistem monitoring kredit PLTMH yang memasukkan ASRI

TUJUAN PEMBELAJARAN

M
odul ini bertujuan memberikan panduan bagi bank dan institusi keuangan dalam memberikan
pinjaman untuk proyek PLTMH. Ruang lingkup pembahasan lebih menekankan pada aspek
yang terkait dengan risiko lingkungan dan sosial untuk mendukung pembiayaan sektor bisnis
berkelanjutan. Sedangkan aspek lainnya diluar isu lingkungan dan sosial tidak dibahas mendalam karena
aspek-aspek tersebut berlaku seperti pada umumnya pemberian pinjaman.

Modul ini ingin memberikan referensi bagaimana aspek penilaian risiko lingkungan dan sosial
diintegrasikan ke dalam prosedur analisa dan monitoring kredit yang selama ini berlaku. Gambar 1
menunjukkan komponen dalam analisa dan monitoring kredit untuk PLTMH yang memasukan analisis
lingkungan dan sosial yang akan dibahas pada bagian-bagian selanjutnya dalam modul ini.

4 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Sustainable Finance

POLICY

Capacity Procedures

Training Evaluating

Roles &
Monitoring
Responsibility

Aspek Teknis & Lingkungan


Aspek Keuangan
Aspek Hukum

Proses Bisnis PLTMH


PPA (Purchasing Power Agreement)
Dokumen - dokumen

Gambar 1. Komponen dalam analisa dan monitoring kredit PLTMH

Di bagian pertama modul akan membahas mengapa bank perlu terlibat dalam pembiayaan sektor
bisnis berkelanjutan. Kesadaran akan keterlibatan bank dalam sustainable finance, akan terwujud pada
kebijakan bank untuk mengintegrasikan aspek lingkungan dan sosial nya dalam pemberian pinjaman.
Kebijakan (Policy) bank tersebut perlu dituangkan dalam penentuan kapasitas dan prosedur pemberian
pinjaman.

Kapasitas (Capacity) bank maksudnya adalah bank harus menetapkan peran dan tanggung jawab
untuk menjalankan kebijakan tersebut dan memberi pemahaman kepada pada personilnya mengenai
aspek risiko lingkungan dan sosial dalam pemberian pinjaman. Sedangkan prosedur (Procedure),
mencakup evaluasi dan monitoring kredit seperti biasa namun memasukkan aspek risiko lingkungan dan
sosial kedalam alur proses pemberian pinjaman dan monitoring pinjaman.

Untuk dapat melakukan prosedur pemberian pinjaman PLTMH yang memperhatikan aspek lingkungan dan
sosial, maka kapasitas personil perlu ditingkatkan melalui pemahaman mengenai aspek teknis dan lingkungan,
aspek hukum dan tidak lupa juga tentang aspek keuangan terkait PLTMH. Selain itu, personil bank perlu
memahami proses bisnis PLTMH dan dokumen-dokumen kunci yang digunakan dalam analisa kerdit, termasuk
dokumen kunci seperti PPA (Power Purchase Agreement).

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 5


POINT 2

Pentingnya Bank Terlibat


dalam Pembiayaan
Sektor Bisnis Berkelanjutan

L
embaga keuangan memiliki peran penting dan mendukung pembangunan berkelanjutan.
dalam masyarakat. Melalui produk dan Saat ini orang mulai memberi perhatian lebih
layanan yang diberikannya, lembaga pada kualitas hidup dan kualitas pembangunan
keuangan berada pada tempat yang strategis ekonomi. Pembangunan ekonomi berfokus
untuk mempengaruhi arah dan langkah pada pembangunan berkelanjutan (sustainable
pembangunan perekonomian suatu negara, development). Area yang besar salah satunya
termasuk langkah dalam pembangunan adalah mengenai energi terbarukan. Orang
berkelanjutan jangka panjang. mulai banyak terlibat pada bisnis-bisnis yang
menghasilkan energi baru dan terbarukan.
Pertama kali membaca konsep keuangan Sektor energi baru dan terbarukan adalah
berkelanjutan (sustainable finance) untuk sektor industri masa depan. Semua negara beranjak
keuangan mungkin terasa aneh, karena sektor ini menuju ke sana, termasuk Indonesia. Indonesia
tidak menghasilkan produk berwujud fisik yang memiliki potensi yang besar bagi pengembangan
berkaitan dengan lingkungan, sektor keuangan dan pembangunan energi terbarukan.
hanya menyediakan jasa keuangan. Namun, pada
kenyataannya, paling tidak terdapat dua channel Potensi yang besar ini perlu didukung pendanaan
bagaimana bank dapat berdampak ke masyarakat, dari Bank. Sudah terdapat beberapa bank yang
yaitu lingkungan dan perekonomian: dampak berminat untuk masuk ke dalam sektor energi
langsung melalui aktivitas operasinya sehari-hari, baru dan terbarukan ini. Sebagian besar masuk
misal penggunaan barang-barang daur ulang dan pada proyek energi listrik dari air atau dari
dampak tidak langsung melalui produk dan jasa panas bumi. Namun masih banyak bank yang
keuangan yang disediakan kepada masyarakat. enggan untuk masuk ke sektor pembiayaan ini.
Penyebabnya adalah bank merasa tidak terbiasa
Namun demikian, dampak melalui aktivitas untuk pembiayaan energi yang kental akan risiko
langsung kegiatan sehari-hari bank sangat lingkungan alam, belum memahami seluk beluk
kecil. Dampak riil datang dari sisi aset bank, bisnis energi dan sering dipandang sektor ini
yaitu melalui proyek pilihan yang akan didanai adalah bisnis yang berisiko tinggi. Persepsi bahwa
oleh bank. Sebagai lembaga yang memiliki industri ini berisiko tinggi lebih disebabkan
peran signifikan dalam perekonomian dan karena ketidak pahaman bank mengenai
menggerakkan pertumbuhan GDP, bank bisnis ini. Padahal imbal hasil dari sektor energi
berpotensi menjadi agen yang merubah prinsip baru dan terbarukan merupakan bisnis jangka
dan prioritasnya dalam pemberian jasa. Bank panjang yang memberi keuntungan yang tidak
dapat memilih, apakah akan menciptakan bisa dibilang sedikit.
insentif untuk “business as usual” atau pada bisnis
yang lebih ramah lingkungan, berorientasi sosial

6 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Kewajiban Bank untuk memperhatikan isu lingkungan dan sosial sudah diatur melalui Undang-
Undang dan Peraturan Bank Indonesia. Berikut adalah beberapa peraturan pada Bank terkait aspek
lingkungan yang harus diperhatikan oleh Bank, sebagaimana terangkum dalam Dokumen Lingkungan
Hidup Sektor Energi Bersih, suatu Pedoman untuk LJK yang dipublikasikan oleh OJK:

1. UU No. 7/1992 tentang Perbankan


Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan
menggunakan prinsip kehati-hatian

2. UU No. 10/1998 (perubahan UU No. 7/1992)


Prinsip kehati-hatian harus dipegang teguh, sedangkan ketentuan mengenai kegiatan usaha bank
perlu disempurnakan terutama yang berkaitan dengan penyaluran dana, termasuk di dalamnya
peningkatan peranan AMDAL bagi perusahaan berskala besar dan atau berisiko tinggi

3. UU No. 21/1998 tentang Perbankan Syariah


Bank syariah menjalankan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip
kehati-hatian. Salah satu prinsip syariah adalah melakukan kegiatan yang berkesinambungan dan
berkeseimbangan. Salah satu prinsip keseimbangan adalah pendekatan kelestarian alam

4. PBI No. 14/15/PBI/2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum


Dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian, Direksi wajib menilai, memantau, mengambil langkah-
langkah yang diperlukan agar kualitas aset senantiasa baik. Bank melakukan analisa kualitas kredit
berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kemampuan membayar. Salah satu penilaian prospek
usaha adalah upaya debitur dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup sesuai peraturan berlaku.

5. SE BI No. 15/28/DPNP, 2013 tentang Bank Umum Konvensional dan SE BI No.13/10/DPBS,


2011 tentang Bank Umum Syariah
Mewajibkan Bank untuk melakukan evaluasi terhadap usaha pengelolaan lingkungan hidup dari
debitur atau calon debitur, dalam rangka penilaian kualitas aset (kredit) yang diberikan. Salah satu
komponen penilaian prospek usaha adalah memastikan adanya AMDAL. Bank harus memperhatikan
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi AMDAL. Bank juga harus memperhatikan
hasil penilaian Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup yang dikeluarkan oleh
Kementrian Lingkungan Hidup.

Dengan terlibat pada pembiayaan sektor energi baru dan terbarukan yang mendukung pembangunan
berkelanjutan, Bank juga mendapat manfaat dari sisi reputasi. Reputasi bank akan meningkat dan positif.
Tentunya hal ini akan membawa dampak lanjutan bagi berkembangnya bisnis bank di sektor lain.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 7


POINT 3
Memahami Model Bisnis
Proyek PLTMH

M
odul ini berfokus pada pembiayaan proyek energi terbarukan pada pembangkit listrik tenaga
mini hidro (PLTMH). PLTMH adalah pembangkit listrik berskala kecil dengan output antara
1MW – 10 MW yang memanfaatkan aliran air sebagai sumber tenaga. Prinsip kerja PLTMH yaitu
memanfaatkan beda tinggi dan jumlah debit air per detik yang ada pada aliran atau sungai. Air yang
mengalir lalu diteruskan oleh saluran pembawa lalu akan memutar poros turbin sehingga menghasilkan
energi mekanik. Turbin air akan memutar generator dan menghasilkan listrik. PLTMH termasuk sumber
energi terbarukan termasuk ke dalam energi bersih karena ramah lingkungan.

Keterlibatan Bank dalam pembiayaan proyek PLTMH merupakan peluang bagi bank dalam program
tanggung jawab sosial yang juga sekaligus berkontribusi pada pengembangan portfolio kreditnya.
Proyek PLTMH bermanfaat untuk membangun ketersediaan listrik di kawasan-kawasan yang terpencil
yang belum terjangkau baik oleh distribusi jaringan PLN.

Dalam perencanaan pembangunan suatu PLTMH, diperlukan pengetahuan tentang:


- Hidrologi
- Kelistrikan
- Bangunan sipil
- Permesinan
- Ekonomi untuk studi kelayakan

8 Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih


POINT 4
Kelebihan dan
Kekurangan PLTMH
Kelebihan dari PLTMH adalah sebagai berikut:

- Sumber energi bersih


PLTMH tidak menghasilkan emisi gas rumah kaca, yang merupakan penyebab utama keprihatinan
internasional tentang masalah lingkungan. PLTMH tidak melibatkan proses pembakaran, sehingga
tidak menyebabkan emisi polusi seperti karbon dioksida seperti pembakaran bahan bakar fosil.
PLTMH merupakan sumber energi bersih (tidak menghasilkan limbah di sungai, atau polusi udara)
dan terbarukan (bahan untuk pembangkit listrik tenaga air adalah air, yang tidak dikonsumsi dalam
proses pembangkit listrik).

- Sumber energi yang efisien


PLTMH hanya membutuhkan sejumlah kecil aliran air. Bahkan dengan debit air beberapa liter/menit
dan perbedaan ketinggian 1 m, PLTMH sudah bisa dibangun. Karena PLTMH merupakan sumber energi
yang terdesentralisasi terletak dekat dengan konsumen, kerugian transmisi dapat dikurangi. Meskipun
demikian, listrik dapat dialirkan sejauh satu mil jauhnya ke lokasi penggunaan. Biaya pengoperasian
dan pemeliharan PLTMH sangat rendah jika dibandingkan dengan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga
Surya) atau PLTBM (Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa). Ini juga merupakan teknologi yang tahan
lama dan kuat - sistem dapat hidup selama 50 tahun atau lebih tanpa investasi baru yang besar (namun
umur rata-rata dipertimbangkan untuk tujuan investasi sekitar 30 tahun).

- Sumber listrik yang andal


Air merupakan sumber energi yang andal karena kelangsungannya sebagai penyedia energi listrik
dibandingkan dengan teknologi terbarukan skala kecil lainnya.

- Minim dampak bagi lingkungan


PLTMH berfungsi sebagai ‘run-of-river system,’ yang berarti bahwa air yang melewati generator diarahkan
kembali ke sungai, sehingga dampak relatif minimal atau tidak berdampak sama sekali pada ekologi
sekitarnya.

- Memenuhi kebutuhan listrik untuk negara-negara berkembang


Karena fleksibel, murah dan berumur panjang, negara-negara berkembang dapat memproduksi dan
menerapkan teknologi ini untuk membangun pasokan listrik sangat dibutuhkan untuk masyarakat
kecil dan desa-desa terpencil. Pengembangan PLTMH dengan memanfaatkan arus sungai dapat
menimbulkan manfaat lain seperti pariwisata, perikanan, irigasi dan pengendalian banjir.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 9


Kelemahan dari PLTMH adalah sebagai berikut:

- Teknologi bersifat spesifik pada tiap situs


Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan bersifat spesifik pada tiap lokasi: jarak dari sumber listrik
ke lokasi di mana energi dibutuhkan, jarak sumber air ke transmisi, ukuran aliran (termasuk laju aliran
dan output), serta keseimbangan komponen sistem - inverter, baterai, controller, saluran transmisi
dan pipa.

- Tidak dimungkinkan untuk melakukan ekspansi energi


Setiap situs memiliki output daya maksimum yang tersedia yang membatasi peningkatan kapasitas
pembangkit listrik dan tingkat ekspansi kegiatan.

- Variasi musim
Di beberapa lokasi, aliran sungai berfluktuasi secara musiman dan ini dapat membatasi output daya.
Selama musim kemarau ada kemungkinan aliran air berkurang dan output daya menjadi berkurang.
Perencanaan dan penyelidikan komprehensif diperlukan untuk memastikan pembangkit energi dan
kebutuhan energi yang memadai dapat terpenuhi.

Gambar 2. Stakeholder PLTMH

Stakeholder utama pada proyek PLTMH adalah sebagai berikut:

- Pengembang proyek atau Independent Power Producer (IPP)


IPP adalah badan usaha yang berinisiatif melaksanakan pembangunan proyek PLTMH.

- Perusahaan Listrik Negara (PLN)


PLN merupakan pihak yang membeli listrik dari swasta dengan mengeluarkan Power purchase
agreement (PPA) sebagai jaminan kepada pihak swasta untuk membeli listrik tersebut

10 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


- Pemasok sumber energi
Pemasok sumber energi pada PLTMH adalah sungai atau danau. Sungai atau danau pada umumnya
dikuasai oleh pemerintah daerah ataupun dinas kehutanan (untuk sungai dan danau yang berada
dalam hutan). Untuk itu diperlukan izin pengelolaan sungai atau danau.

- Sponsor Proyek
Sponsor proyek adalah pihak yang menyediakan modal untuk PLTMH minimal sebesar 20 – 35%
dari total biaya investasi. IPP juga dapat berperan sebagai sponsor proyek apabila menggunakan
modal sendiri. Kesanggupan pendanaan dari sponsor proyek sangat penting ketika IPP mengajukan
permohonan kredit ke Bank.

- Pengembang Proyek
Pengembang proyek yang direkrut oleh IPP untuk menyediakan jasa konstruksi, termasuk sipil dan
mekanikal/elektrikal. Kontrak dikenal dengan istilah Engineering Procurement Construction (EPC).

- Pemasok Peralatan
Pihak yang berperan sebagai pemasok peralatan, diantaranya yaitu turbin dan generator.

- Bank
Pihak yang menyediakan pendanaan kredit yang umumnya berkisar antara 65% - 75% dari total
biaya investasi.

- Lembaga Penjaminan Kredit


Lembaga yang digunakan bank untuk mitigasi risiko proyek PLTMH, misalnya Askrindo

- Masyarakat dan Lingkungan Sekitar


Terlibat dalam sewa lahan, penyediaan lapangan kerja dan pemelihaan lingkungan.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 11


Tahapan pembangunan PLTMH dapat dilihat seperti pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahap pembangunan PLTMH


Sumber (ICED, 2013)

Gambar 3 dan uraian di bawah ini merupakan hasil observasi pada praktek yang berlaku di tahun
2013, sebelum berlakunya Permen ESDM No. 12 Tahun 2014 tentang Pembelian tenaga listrik dari PLTA
oleh PLN (sebagaimana dirubah pada Permen ESDM No. 22 Tahun 2014). Saat ini telah terbit dan telah
berlaku Permen ESDM No. 19 Tahun 2015 tentang Pembelian tenaga listrik dari PLTA dengan kapasitas
sampai 10MW yang menggantikan Permen No. 22 Tahun 2014. Namun demikian, sejak Permen ESDM
No. 19 Tahun 2015 tersebut berlaku, PLN belum menerbitkan PPA. Tahapan yang diilustrasikan pada
Gambar 3 mungkin saja mengalami perubahan dalam hal urutan dan persyaratan.

Penjelasan tahapan umum pembangunan PLTMH yang ada di Gambar 3 adalah sebagai berikut:
a. Penentuan Lokasi dan Perizinan Awal
- IPP menentukan lokasi pembangunan PLTMH. Informasi wilayah mana yang masih terbuka potensi
untuk PLTMH juga dapat diperoleh pada PLN. Pada tahap ini jika memungkinkan, IPP dapat membuat
MOU antara IPP dengan PLN sebagai komitmen awal dari PLN untuk membeli listrik dari IPP
- IPP mengajukan permohonan izin pembangunan PLTMH kepada pemerintah daerah setempat atau
instansi terkait.
- Proses awal ini memerlukan waktu 2 – 3 bulan

b. Studi Kelayakan
IPP melakukan studi kelayakan, yang di dalamnya mencakup analisa risiko lingkungan hidup dan
sosial

12 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


c. Pengajuan Proposal Pembangunan PLTMH
- IPP mengajukan proposal pembangunan PLTMH kepada PLN untuk mendapat persetujuan.
Jika hasil evaluasi disetujui oleh PLN maka akan dikeluarkan dalam bentuk surat penunjukan
pengembang (Appointment Letter), dimana PLN dapat melakukan penunjukan langsung tanpa
lelang untuk PLTMH < 10MW
- IPP dapat mengajukan proposal ke Bank untuk memperoleh pendanaan. Bank akan mengeluarkan
letter of intent jika Bank berminat mendanai proposal tersebut
- IPP mengajukan proposal ke Kementerian ESDM untuk memperoleh IUPTL sementara (Izin Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik)

d. Penyelesaian Pengurusan Izin


IPP menyelesaikan semua pengurusan izin yang dipersyaratkan oleh PLN dan Bank

e. Perolehan PPA
Setelah semua izin dilengkapi, IPP mengajukan ke PLN untuk diterbitkan PPA (Power purchase
agreement). Proses sampai dengan keluarnya PPA memerlukan waktu 3 – 6 bulan

f. Pembebasan Lahan
IPP melakukan pembebasan lahan.
g. Financial Closure
IPP melakukan negosiasi pinjaman kepada bank. Jika Bank menyetujui proses pemberian kredit, maka IPP
akan menandatangani akad kredit. Proses ini memerlukan waktu sampai 12 bulan.

h. Proses Konstruksi
Proses konstruksi dimulai dengan dana bank dan atau dana sendiri. Proses ini memerlukan waktu
sampai 24 bulan

i. Operasi dan Pemeliharaan


Ketika proses konstruksi selesai dan telah menghasilkan listrik, maka IPP melakukan proses
komisioning. PLTMH harus memenuhi kelayakan teknis. Untuk mendapatkan sertifikat
komisioning dan Berita Acara COD (commercial operation date) PLTMH harus dapat menyalurkan
listrik ke jaringan PLN secara stabil dalam beberapa periode waktu tertentu. Proses jual beli
dilakukan sejak COD, sehingga listrik selama masa komisioning tidak diperhitungkan dalam jual
beli.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 13


POINT 5
Aspek Penting
Dalam Proyek PLTMH
Aspek penting yang perlu diperhatikan oleh Bank dalam pertimbangan pembiayaan proyek PLTMH
adalah sebagai berikut:

1. Studi Kelayakan
Biasanya studi kelayakan didahului dengan Studi Potensi atau Pra-Studi Kelayakan atau lebih dikenal
dengan Pra-FS. Studi Potensi berisi kajian umum atau penjajakan awal yang dapat memberikan
informasi dan data tentang mungkin tidaknya suatu sungai yang ada tersebut untuk dipakai sebagai
sumber energi pembangkit suatu PLTMH. Pra-FS kan menunjukkan kelayakan suatu lokasi untuk
dilakukan atau mendapatkan prioritas untuk dilakukan kegiatan studi kelayakan.

Studi Kelayakan (Feasibility Study / FS) mencakup 2 hal utama, yaitu kelayakan teknis dan kelayakan
non-teknis (IMIDAP, 2009).

a. Kelayakan teknis
Aspek Keterangan
Hidrologi
Meliputi pengukuran debit Kriteria kelayakan menggunakan formula tertentu untuk mengetahui
minimum yang mengalir pada daya yang dapat dihasilkan. Bertujuan untuk mengetahui apakah debit
saluran air/sungai, debit air pada air dan tinggi terjun yang tersedia mampu untuk menggerakkan turbin
saat banjir dengan melakukan sesuai dengan daya yang diinginkan.
pengamatan visual batas banjir,
dan pengukuran debit air secara
time series, tinggi terjun (beda
tinggi/head) yang tersedia.
Sipil
Mencakup keadaan topografi, Kriteria kelayakan adalah syarat minimum yang dimiliki secara alamiah
geologi dan mekanika tanah oleh suatu lokasi potensi PLTMH untuk dapat dibangun yaitu: Sumber
yang akan digunakan untuk mata air atau yang memenuhi standar kelayakan hidrologi; Terdapat aliran
bangunan utama dan rute sungai dengan debit air (minimal 1.0 - 3.0 meter/detik) yang cukup dan
saluran air. Data tersebut diperkirakan dapat memenuhi standar kelayakan hidrologi; Secara visual di
harus mendukung ke kualitas lokasi terdapat potensi sistem skema PLTMH; Kondisi dan stabilitas tanah
bangunan - bangunan inti yang calon lokasi; Akses ke lokasi PLTMH dapat digambarkan dengan skema
terdiri atas : bendungan, , bak yang jelas dan dapat dijangkau dengan metode tertentu sesuai dengan
pengendap, saluran pembawa, kebutuhan pembangunannya; Bangunan PLTMH yang akan didirikan tidak
bak utama, saluran pembuang, mengganggu kelestarian lingkungan; Bangunan PLTMH yang akan didirikan
rumah turbin, dan lain-lain. tidak menimbulkan dampak negatif sosial masyarakat yang berkepanjangan.

14 Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih


Aspek Keterangan
Mekanikal Elektrikal
Bertujuan untuk memilih jenis Jenis turbin yang sesuai: 1) Dapat dioperasikan dengan baik sesuai
turbin dan komponen elektrik umur teknis. 2) Mudah dioperasikan oleh operator lokal yang terlatih.
yang sesuai 3) Komponen mekanikal elektrikal diprioritaskan buatan dalam negeri
guna menumbuhkan industri dalam negeri
b. Kelayakan non-teknis
Aspek Keterangan
Ekonomi/Finansial
Untuk meyakinkan bahwa Kriteria umumnya berdasarkan indikator-indikator kinerja keuangan/
biaya pembangunan PLTMH finansial seperti:
yang dimaksud masih lebih kecil Internal Rate of Return (IRR); Benefit Cost Ratio (B/C ratio); Net Present
bila dibandingan dengan Total Value (NPV); Cash Flow, dan sebagainya.
benefit. Total Benefit ini akan
memberikan “Capital Asset ”
kepada masyarakat pemilik/
pengguna

Aspek Keterangan
Sosial Budaya
Mengkaji dampak keberadaan Kriteria kelayakan:
program terhadap kehidupan 1) Masyarakat mempunyai kemampuan membayar iuran yang akan
masyarakat setempat, disepakati 2) Masyarakat memiliki kemauan dan kemampuan untuk
kebiasaan adat setempat, mengelola PLTMH yang akan dibangun 3) Masyarakat bersedia untuk
kehidupan hubungan sosial mengusahakan ketersediaan lahan yang dibutuhkan
dan perekonomian masyarakat.
Studi ini menunjukkan bahwa
“sosialisasi” kepada masyarakat
dan konsumen dilakukan mulai
dari tahap penyusunan program
Lingkungan
Memberikan gambaran Untuk komersialisasi, menyampaikan hasil Upaya Pengelolaan
dan untuk meyakinkan Lingkungan(UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL).
kepada instansi terkait serta
masyarakat setempat, bahwa Keterangan: Panduan mereviu dokumen ini dijelaskan pada Dokumen
tidak ada dampak yang serius Lingkungan Hidup yang diterbitkan OJK tahun 2015
terhadap kerusakan lingkungan
sehubungan dengan akan
dibangunnya PLTMH di lokasi
tersebut. Juga disampaikan
apabila ada dampak negatif
maka sudah ada program untuk
mengurangi dampak tersebut

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 15


Aspek Keterangan
Keberlanjutan
Memberikan gambaran Kelayakan dilihat dari semua kriteria-kriteria yang menyangkut aspek
secara menyeluruh bahwa teknis dan non teknis yang dipersyaratkan kelayakan seluruh aspek di
pembangunan PLTMH di lokasi atas, dan mempunyai nilai positif
dimaksud layak untuk diwujudkan.
Kesimpulan layak atau tidaknya ini
merupakan hasil kesimpulan studi
kelayakan berbagai aspek yang
terkait dengan pembangunan
suatu PLTMH di lokasi dimaksud
yang mencakup aspek teknis
seperti sipil, mekanikal, elektrikal,
jaringan, maupun non teknis
seperti aspek sosial budaya,
ekonomi, kelembagaan dan
lingkungan
2. Perizinan
Perizinan terkait proyek PLTMH meliputi banyak pihak. Dalam hal ini seharusnya Bank bukan hanya
memperhatikan keberadaan izin, namun juga substansi dari dokumen perizinan. Izin yang harus
diperoleh antara lain: Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL), Izin lokasi, izin pinjam kawasan
hutan (jika melewati hutan), dan izin mendirikan bangunan (IMB).

3. Appointment Letter dari PLN


Penting karena menjadi dasar adanya kebutuhan listrik yang bisa dipasok oleh PLTMH di kawasan
tersebut.

4. Pembebasan Lahan atau Sewa Lahan


Proses konstruksi dapat berjalan lancar jika semua lahan dan akses menuju lokasi sudah dibebaskan,
atau jika sewa, maka sudah diperoleh izin sewa lahan. Aspek ini penting karena biasanya menyangkut
banyak pihak karena tanah bisa dimiliki oleh perorangan, adat, pemda, kementrian kehutanan.

5. Pengajuan IUPTL
IUPTL juga hal penting karena dipersyaratkan oleh PLN sebagai pembeli daya listrik sebelum keluarnya
PPA. Persyaratan pengajuan IUPTL adalah:
- Persyaratan Administratif, meliputi identitas & profil pemohon, pengesahan badan hukum,
NPWP, kemampuan pendanaan
- Persyaratan Teknis, meliputi Studi Kelayakan, izin lokasi, single line diagram, jenis dan kapasitas
usaha, jadwal pembangunan dan pengoperasian, persetujuan harga jual listrik/sewa (PPA)
- Persyaratan Lingkungan, yang mengacu pada Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Dalam proses pelaksanaan usaha dan/kegiatan yang telah mendapatkan izin, pelaku usaha
diharuskan untuk melakukan pelaporan, termasuk di dalamnya data pelaksanaan pengelolaan
dan pemantauan lingkungan, sesuai dengan persyaratan dokumen lingkungan (UKL/UPL).

16 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


6. Puchasing Power Agreement (PPA)
PPA merupakan dokumen penting karena menyangkut sumber pendapatan utama dari pembangunan
proyek PLTMH. Harga jual listrik sudah ditetapkan melalui kebijakan pemerintah (feed in tariff).
Berikut ini adalah tarif sesuai Permen yang berlaku saat ini, yaitu Permen ESDM No. 19/2015.

Tegangan Jaringan Harga Pembelian


Listrik (Kapasitas (cent USD/kwh) Lokasi / Wilayah dan Faktor (F)
Pembangkit) Tahun 1 sd 8 Tahun 9 sd 20
Tegangan 12,00 x F 7,50 x F Jawa, Bali dan Madura (1,00)
Menengah Sumatera (1,10)
(sd 10MW) Kalimantan dan Sulawesi (1,20)
NTB dan NTT (1,25)
Maluku dan Maluku utara (1,3)
Papua dan Papua Barat (1,60)
Tegangan Rendah 14,4 x F 9,00 x F Jawa, Bali dan Madura (1,00)
(sd 250 kw) Sumatera (1,10)
Kalimantan dan Sulawesi (1,20)
NTB dan NTT (1,25)
Maluku dan Maluku utara (1,3)
Papua dan Papua Barat (1,60)
Tabel 1. Feed In Tariff

Perlu diketahui bahwa sejak Permen ESDM No. 19 tahun 2015 berlaku sampai saat ini, belum terdapat
PPA yang ditanda tangani dan diterbitkan oleh PLN (vakum). Dengan demikian, PPA yang sudah terbit
dan beredar adalah PPA yang masih mengacu ke Permen ESDM yang lama yaitu No. 12 Tahun 2014
sebagaimana diubah No. 22 Tahun 2014.

Berikut adalah perbedaan antara Permen ESDM No. 19 Tahun 2015 dengan No. 12 dan 22 Tahun 2014:

Keterangan Permen ESDM No. 12 Tahun 2014, Permen ESDM No. 19 Tahun
sebagaimana dirubah menjadi 2015
Permen ESDM No. 22 Tahun 2014.
Harga 8 tahun < 10 MW = Rp1.075/Kwh X F < 10 MW = USD12,00/Kwh X F
pertama < 250 kW = Rp1.270/Kwh X F < 250 kW = USD14,40/Kwh X F
Permohonan - Perlu dilampirkan Pernyataan
sebagai pengelola tidak ada masalah perizinan di
tenaga air untuk pemerintah daerah
pembangkit listrik

Berikut adalah 5 (lima) alasan mengapa Perjanjian Pembelian Tenaga Listrik (PPA) PLN penting:
a. PPA merupakan dasar untuk menentukan aliran pendapatan untuk proyek energi terbarukan skala
kecil dalam hal penjualan (kWh), harga (Rp / kWh), aliran pembayaran, dan durasi (tahun).
b. PLN adalah satu-satunya pembeli keluaran proyek tenaga listrik swasta energi terbarukan.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 17


c. Penandatanganan PPA merupakan tonggak penting dalam proses pembangunan. PPA menentukan
jadwal pelaksanaan proyek (pembiayaan, konstruksi, uji fungsi, tanggal tenggat waktu operasi
komersial), kondisi operasi, dan tanggung jawab.
d. PPA akan mewajibkan semua izin dan persetujuan yang berlaku sebagai “syarat tangguh” untuk PPA
agar berlaku.
e. Dengan menandatangani PPA, PLN tidak bertanggung jawab untuk kelayakan teknis dan keuangan
proyek. Oleh karena itu, sponsor dan penyandang danalah yang menanggung semua risiko yang
terkait dengan desain, konstruksi dan operasi proyek

Gambar 4. Fitur yang diatur dalam PPA

Berikut adalah hal-hal yang diatur dalam PPA, dengan skema seperti pada Gambar 4.
a. Harga beli sesuai dengan Feed in tariff (FIT) untuk kapasitas < 10 MW, seperti pada tabel 1 tentang
tarif. Harga dapat dinegosiasikan untuk kapasitas > 10 MW dan disetujui oleh Menteri ESDM

b. IPP atau sponsor menyatakan kesanggupan untuk menyerahkan Sertifikat Deposito sebesar 5%
dari investment cost sebagai jaminan
• Terdapat sanksi jika tidak memenuhi batas waktu untuk kelengkapan semua dokumen (IUPTL
sementara, FS, PJBL); kehilangan 25% deposit
• Financial close harus terjadi dalam waktu 15 bulan sejak tanda tangan PPA; kehilangan 50%
deposit jika financial close tidak tercapai.
• Konstruksi dimulai dalam 3 bulan sejak terbitnya IUPTL

c. Sanksi FIT jika construction milestone tidak terpenuhi


• 3 bulan keterlambatan = 1% pengurangan dari harga
• 3-6 bulan keterlambatan = 2% pengurangan dari harga
• >6 bulan keterlambatan = 3% pengurangan dari harga
• >15 bulan keterlambatan maka IUPTL dicabut; kehilangan 100% deposit

18 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


d. Persyaratan ijin dan dokumen
• Ijin lokasi dari pemerintah lokal
• Penetapan badan usaha sebagai pengelola tenaga air untuk pembangkit listrik dari ESDM
• IUPTL sementara dari ESDM
• Feasibility study (termasuk studi Interkoneksi)
• Ijin lingkungan (lingkungan dan kehutanan)

e. Jangka Waktu PPA


• 20 tahun sejak tanggal commissioning
• Dapat negosiasi ulang untuk perpanjangan setelah 20 tahun

f. PLN membeli dengan “Take and Pay” basis.


Perjanjian ini berbeda dengan “Take or Pay” yang mewajibkan pembeli untuk mengambil produk
yang ditawarkan (dan membayar harga pembelian tunai) atau membayar jumlah tertentu. “Take

g. PLN bertanggung jawab untuk menjaga keandalan dan memelihara fasilitas jaringan milik PLN
untuk menerima dan menyalurkan energi listrik dari IPP

h. IPP bertanggung jawab untuk melaksanakan tanggung jawab sosial (Corporate Social
Responsibility / CSR) atas lingkungan Proyek

i. IPP bertanggung jawab atas pembiayaan, pembangunan, pengembangan, kepemilikan dan


pengoperasian serta pemeliharaan pembangkit dan sistem pengukuran

j. IPP menyerahkan Jaminan Pelaksanaan dalam bentuk bank garansi


• Tahap 1: sejak PPA ditanda tangani sampai financial close
• Tahap 2: sejak financial close sampai 1 bulan setelah COD (commercial operating date)
k. IPP wajib menutup asuransi semua peralatan dan fasilitas khusus

l. Kegagalan yang dapat menyebabkan pemutusan kontrak PPA

Kegagalan IPP:
• Kegagalan IPP untuk mulai melakukan konstruksi Pembangkit melewati 90 (sembilan puluh)
Hari Kalender setelah tanggal pembiayaan, yang dibuktikan dengan tidak dilakukannya
aktivitas lapangan seperti umumnya dilakukan oleh kontraktor pada proyek sejenis
• Kegagalan IPP mencapai tanggal operasi komersial pembangkit lebih dari 12 (dua belas)
bulan setelah target tanggal operasi komersial

Kegagalan PLN:
• Kegagalan PLN untuk melakukan pembayaran dalam waktu 3 (tiga) bulan berturut-turut.
• Proses likuidasi, merger, konsolidasi, penggabungan, reorganisasi, rekonstruksi atau privatisasi
PLN, kecuali sepanjang hal itu tidak mempengaruhi kemampuan dari perusahaan baru untuk
melaksanakan kewajibannya

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 19


7. Konstruksi
Pada tahap konstruksi, beberapa hal yang harus menjadi perhatian antara lain adalah keterlambatan
waktu pengerjaan, baik masalah teknis, legal maupun keuangan; cost overrun, baik terkait harga
material, kesalahan penggunaan mesin ataupun karena ada pengerjaan yang tidak terencana
sebelumnya. Ketidak lengkapan cakupan kontrak selain dapat menyebabkan cost overrun juga
dapat menyebabkan perselisihan antara para pihak. Selengkapnya mengenai risiko-risiko konstruksi
dan operasi akan dibahas pada bagian analisis risiko.

8. Operasi
Pada masa operasi, aspek terpenting adalah menjaga kestabilan pasokan listrik yang diproduksi.
Pasokan listrik merupakan sumber arus kas proyek. Kemungkinan keterlambatan pembayaran dari
PLN juga harus diantisipasi.

Beberapa permasalah terkait hal teknis yang dapat terjadi selama tahap operasi adalah:
endapan, sampah pada intake, energy loss, kegagalan antisipasi perubahan desain asal,
perubahan kondisi air, tanah longsor, dan berkurangnya debit air. Selengkapnya mengenai
risiko-risiko konstruksi dan operasi akan dibahas pada bagian analisis risiko.

9. Interaksi Sosial dan Lingkungan


Aspek interaksi sosial dan lingkungan bukan hal yang dapat dianggap sepele. Interaksi dengan
masyarakat dapat memberi banyak manfaat untuk kelancaran proyek sejak tahap perencanaan
sampai pembangunan dan pengoperasian. Manfaatnya antara lain, ketersediaan SDM lokal,
persepsi masyarakat dan konfirmasi data sekunder.

20 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


POINT 6
Analisa Kredit PLTMH
yang Memasukan
Konsep ASRI

D
alam analisa kredit perbankan biasa dikenal Prinsip 5C, yang terdiri dari Capacity, Collateral,
Capital, Conditions, dan Character. Analisa kredit untuk PLTMH tetap berada dalam kerangka
seperti biasa yang menggunakan prinsip 5C. Aspek ASRI yang diintegrasikan kedalam proses
analisa kredit dapat dijelaskan ke dalam prinsip 5 C sebagai berikut:

- Capacity
Merupakan kemampuan proyek membayar pinjaman. Integrasi ASRI ke dalam prinsip ini, dilakukan
dalam analisa keuangan PLTMH, dengan cara memperhatikan asumsi-asumsi keuangan dan non-
keuangan (misal capacity factor produksi listrik) yang digunakan dalam mengestimasi arus kas masa
depan untuk menilai kemampuan proyek membayar pinjaman dan bunga.

- Collateral
Jaminan kredit PLTMH umumnya merupakan proyek PLTMH itu sendiri. Dengan demikian, konsep
ASRI sangat penting dievaluasi karena collateral yang diberikan untuk pinjaman ini merupakan aset
yang memiliki risiko terkait lingkungan dan sosial. Jika suatu kondisi mengharuskan bank mengambil
alih collteral, maka Bank juga dapat secara langsung terkena dampak risiko lingkungan dan sosial.

- Capital
Merupakan kekuatan modal sponsor proyek. Analisa kredit untuk PLTMH juga harus memperhatikan
persyaratan finansial yang disyaratkan PLN atau Kementerian ESDM kepada sponsor proyek.

- Conditions
Karakteristik PLTMH yang berada secara langsung di sumber daya alam air dan dekat dengan
masyarakat sekitar sumber air tersebut, mengharuskan analis kredit menyadari bahwa keberhasilan
PLTMH sangat kental dengan aspek risiko dan lingkungan. Oleh karena itu, dalam analisa kredit perlu
diperhatikan risiko-risiko sosial dan lingkungan, sampai kepada regulasi yang mencakupi PLTMH serta
perubahan atau dinamika dari regulasi tersebut.

- Character
Ini merupakan aspek karakter dan perilaku debitur. Untuk integrasi aspek ASRI, analis kredit perlu
memperhatikan track record pemohon kredit apakah pernah terlibat dalam pelanggaran lingkungan
dan sosial.

1. Tahapan Analisa Kredit


Tahapan analisa kredit untuk proyek PLTMH sebenarnya secara garis besar sama seperti analisa
kredit lainnya, namun demikian, pertimbangan mengenai ASRI pada tahapan analisa kredit tidak
dapat diabaikan.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 21


Banyak lembaga keuangan dan perbankan yang sudah mengintegrasikan konsep ASRI ke dalam
prosedur analisa kreditnya. Beberapa bank memiliki peringkat dalam hal penilaian ASRI dalam suatu
pembiayaan proyek.

Salah satu acuan kerangka yang dapat digunakan oleh lembaga keuangan dalam menganalisa
pengajuan kredit adalah Equator Principle. Equator Principle adalah kerangkan manajemen
risiko kredit untuk menentukan, menilai dan mengelola risiko lingkungan dan sosial pada
pembiayaan proyek. Lembaga yang mengadopsi equator principle akan mengintegrasikan
kebijakan sosial dan lingkungan, peraturan dan prosedur internal ke dalam pembiayaan
proyek.

Berikut ini adalah contoh adopsi Equator principle ke dalam prosedur persetujuan kredit di Standard
Bank, Afrika Selatan.

Gambar 5. Integrasi equator principle ke dalam proses persetujuan kredit


Alternatif gambar 5 :

Di Indonesia, belum terdapat regulasi atau acuan yang secara khusus mengintegrasikan konsep
ASRI ke dalam analisa kredit. Namun demikian Bank seharusnya mulai dapat mengembangkan
sendiri proses analisa kredit yang memasukkan ASRI.

Berikut adalah integrasi ASRI ke dalam proses pemberian kredit proyek PLTMH yang mungkin
dapat dilakukan oleh Bank.

22 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Gambar 6. Proses Pemberian Kredit

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh Bank adalah misalnya sebagai berikut:

a. Screening awal
Dalam tahapan penerimaan calon debitur, bank dapat menerapkan screening awal untuk
melihat apakah proyek PLTMH masuk ke dalam kategori proyek yang dapat dibiayai oleh bank.
Screening awal juga dapat mempertimbangkan apakah perusahaan tidak sedang menghadapi
isu-isu lingkungan, tuntutan hukum dari pihak ketiga, pemogokan karyawan, permasalahan
dengan masyarakat, serta isu lingkungan dan sosial lainnya yang dapat berdampak signifikan
pada kinerja keuangan perusahaan. Screening awal juga melibatkan prosedur untuk melihat
apakah perusahaan tidak sedang berada dalam daftar merah atau hitam dari daftar PROPER.

b. Due dilligence
Prosedur due dilligence yang dilakukan dapat memasukkan aspek teknis dan lingkungan. Butir
penting due dilligence terkait dengan proyek energi bersih dapat mengacu ke “Pedoman Energi
Bersih” untuk lembaga jasa keuangan yang dipublikasikan OJK. Beberapa poin uji tuntas terkait
lingkungan, yaitu:
- Kajian UKL UPL
- Kajian deskripsi fasilitas proyek
- Kajian prosedur konsultasi publik dan kegiatan
- Kajian dukungan dari masyarakat setempat

Dalam mengkaji UKL UPL, OJK juga sudah mempublikasikan “Dokumen Lingkungan Hidup” yang
memberikan panduan untuk mengkaji UKL UPL bagi staf Bank. Berikut ini adalah hal-hal yang
dapat menjadi fokus untuk direviu oleh Bank:
- Besaran proyek, pada energi bersih tercermin dalam kapasitas pembangkitan;
- Lokasi proyek, bisa digali informasi dari peta lokasi projek;
- Ukuran bendungan/dam yang akan dibangun bencana alam, gangguan akses jalan; atau tahap
operasi misal sedimentasi, kebisingan suara turbin
- Aktivitas atau upaya pengelolaan lingkungan hidup
- Tolok ukur (parameter) besaran dampak
- Kelengkapan rencana mitigasi terhadap dampak yang teridentifikasi

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 23


- Komponen/parameter lingkungan yang harus dipantau, misalnya pemantauan kualitas
udara, dampak lalu lintas, pengaduan kesehatan masyarakat, dll.
- Tata cara / metode pemantauan termasuk tata cara pelaporannya;
- Lokasi, waktu, dan institusi yang harus melaksanakan pemantauan;

c. Peringkat Internal
Bank dapat mengembangkan sistem pemeringkatan internal, atau Bank juga bisa memasukkan unsur
kepatuhan terhadap regulasi pemerintah di bidang lingkungan, peringkat PROPER, dan penalti bagi
perusahaan yang pernah masuk daftar merah atau hitam dalam PROPER.

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin dapat dijadikan contoh pertanyaan dalam membuat
rating internal:
1. Sejauh mana komitmen perusahaan terhadap ASRI dan bisnis keberlanjutan?
2. Sejauh mana kemungkinan bahwa kolateral akan terkontaminasi?
3. Sejauh mana kemungkinan perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban pembayaran utang karena
penyebab lingkungan?

d. Perjanjian Kredit (covenant)


Bank dapat memasukkan kriteria atau persyaratan terkait isu lingkungan yang harus dipenuhi
selama perjanjian kredit. Misalnya:
- Persyaratan untuk mematuhi regulasi dan hukum yang berlaku
- Persyaratan untuk memenuhi action plan terkait lingkungan dan sosial
- persyaratan pelaporan berkala mengenai aspek pengelolaan lingkungan selama dalam masa
perjanjian kredit bank. Laporan dimaksud dapat diminta untuk dibuat oleh pihak ahli atau
pihak ketiga.
- Persyaratan untuk melaporkan segera jika ada kejadian atau isu terkait lingkungan dan sosial
tanpa harus menunggu jadwal penyampaian laporan berkala

Berikut ini adalah contoh klausul yang dapat dicantumkan dalam perjanjian kredit:
“ ...memastikan bahwa proyek tersebut dilakukan sesuai dengan ketentuan Pengelolaan Lingkungan,
Pembebasan Lahan dan Pemukiman, Rencana Aksi, dan setiap addendum yang terkait aspek
khusus di lapangan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (Envinronmental Management
Plan), dan tanpa hak atau kewenangan, kecuali sebagai Peminjam dan Bank dinyatakan akan setuju,
untuk menetapkan, mengubah, membatalkan, atau mengabaikan, atau mengizinkan yang akan
ditugaskan, mengubah, membatalkan, atau membebaskan, yang disebutkan di atas, atau ketentuan
yang ada...”

2. Aspek penting dalam evaluasi kredit proyek PLTMH


Bank tidak perlu khawatir dengan risiko kredit proyek PLTMH karena sudah tersedia perangkat
due dilligence. Buku Pedoman Energi Bersih untuk lembaga jasa keuangan yang diterbitkan OJK
menjelaskan secara rinci dan menyediakan butir-butir yang akan diperiksa dalam due dilligence.
Secara umum, terdapat 3 (tiga) aspek penting dalam mereviu kelayakan pembiayaan proyek PLTMH.
a. Aspek teknis dan lingkungan
Mencakup kualitas pembangkit, mesin, peralatan, dan data-data pendukung proyek PLTMH agar
bisa berjalan secara berkelanjutan. Kualitas data sangat mempengaruhi aspek ini. Untuk itu perlu
diperhatikan kredibilitas konsultan yang menyusun FS dan juga validitas FS apakah mencerminkan
kondisi terkini.

24 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Aspek yang perlu dipertimbangkan termasuk aspek lingkungan. Bank mungkin tidak memiliki
kapasitas untuk menelaah masalah teknis dan lingkungan, oleh karena itu Bank dapat menyewa
konsultan independen untuk memperoleh pendapat obyektif.

Aspek organisasi proyek juga perlu ditelaah untuk memastikan apakah posisi manajemen kunci
diisi oleh orang-orang yang kompeten.

b. Aspek keuangan
Secara umum, komponen biaya untuk proyek PLTMH mencakup kelompok sebagai berikut:
- Biaya pra investasi
Ini sepenuhnya menjadi beban IPP, mencakup biaya studi kelayakan dan perizinan
- Biaya investasi
Meliputi biaya pekerjaan sipil, pekerjaan mekanikal elektrikal, pengembangan dan biaya
lingkungan. Biaya lingkungan perlu mendapat perhatian apakah IPP sudah mengantisipasi
biaya terkait aspek lingkungan dan sosial, misalnya reboisasi setelah pembangunan.
- Biaya operasi dan pemeliharaan
Merupakan biaya yang dikeluarkan selama PLTMH beroperasi, terdiri dari biaya tetap dan
variabel
- Biaya bunga pinjaman
Ini biaya pinjaman yang dikenakan oleh Bank selama masa konstruksi

Tabel berikut ini menunjukkan persentase komponen biaya dari total biaya:
Komponen Persentase
Biaya pra investasi 2 - 5%
Biaya investasi 80 – 90 %
Biaya operasi dan pemeliharaan 1 – 4%
Biaya bunga pinjaman 10 – 13%
Tabel 2. Biaya proyek PLTMH
Sumber: dari berbagai sumber

Bank umumnya menyediakan pendanaan sebesar 70% dari biaya investasi. Bagian 30% disediakan
oleh sponsor proyek.
Tools yang dapat digunakan sama seperti analisa keuangan pada umumnya menggunakan NPV
dan IRR. IRR yang umum diperoleh dari proyek ini berkisar dari 14% - 17,5%.
Dalam analisis keuangan perlu diperhatikan:
- Asumsi yang digunakan, jika asumsi yang digunakan tidak tepat, maka akan menghasilkan
proyeksi keuangan menjadi salah. Misalnya asumsi suku bunga, kurs, capacitiy factor, yang
umum digunakan adalah 60%. Capacity factor ini biasanya bervariasi antara 40% sampai 80%,
dengan rata-rata 60%. Penentuan asumsi capacity factor tentunya terkait dengan analisis
hidrologi.
- Kelengkapan struktur biaya dan pendapatan untuk mempredikasi arus kas masuk dan keluar
dalam proyeksi keuangan
- Potensi pembengkakan biaya

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 25


- Analisis sensitivitas untuk menguji asumsi yang digunakan dan untuk melihat sejauh mana
proyek masih bisa berjalan apabila terdapat gangguan, misalnya penurunan produksi yang
berakibat pada penurunan pendapatan.

Ilustrasi Analisa Keuangan


Berikut ini diberikan ilustrasi perhitungan IRR untuk analisa proyek PLTMH. Data-data mengenai
proyek adalah sebagai berikut:
Kapasitas Pembangkit KW 10,000
Capacity factor Capacity factor 60%
Biaya Investasi US$1000 / KW $ 2,000
Total investasi 10 MW $ 20,000,000
Beban Operasi & Pemeliharaan % of investment 1.00%
Beban Bunga % of investment 7.00%
1 Tahun Hari 360
1 Hari Jam 24

Feed in Tariff
Daerah Th 1 sd 8 (US$/KwH) Th 9 sd 20 (US$/KwH)
USD Faktor USD USD Faktor USD
Jamali 0.12 1.00 0.12 0.08 1.00 0.08
Sumatera 0.12 1.10 0.13 0.08 1.10 0.08
Kal Sel 0.12 1.20 0.14 0.08 1.20 0.09
NTB NTT 0.12 1.25 0.15 0.08 1.25 0.09
Maluku 0.12 1.30 0.16 0.08 1.30 0.10
Papua 0.12 1.50 0.18 0.08 1.50 0.11

Total perincian biaya investasi adalah sebagai berikut:


Total 10 MW
IDR USD
Jenis Biaya
(jutaan) (jutaan)
Biaya EPC (Engineering, Procurement dan Construction) 226,101
Pekerjaan sipil 162,914
Elektrikal dan Mekanikal 63,187
Biaya pengembangan 20,265
Biaya pengelolaan lingkungan 1,558
Lainnya 13,650
Investasi: 261,574 20.12
Bank 70% 183,102

IPP 30% 78,472


261,574

26 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Berikut adalah perhitungan IRR untuk proyek ini:
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
(in 000) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Produksi Listrik KWh 51,840 51,840 51,840 51,840 51,840 51,840 51,840 51,840
Pendapatan US$ - - 6,220.8 6,220.8 6,220.8 6,220.8 6,220.8 6,220.8 6,220.8 6,220.8
Investasi -5,000 -15,000 - - - - - - - -
Beban O&M - - -200 -200 -200 -200 -200 -200 -200 -200
Beban bunga -1,400 -1,400 -1,400 -1,400 -1,400 -1,400 -1,400 -1,400
Net -5,000 -15,000 4,620.8 4,620.8 4,620.8 4,620.8 4,620.8 4,620.8 4,620.8 4,620.8
IRR 14.98%

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa proyek PLTMH yang diajukan mencapai IRR 14,98%.
Nilai ini cukup tinggi dan menarik untuk dimasukkan ke dalam portofolio bank yang berkomitmen
untuk berpartisipasi dalam bisnis dan pendapaan berkelanjutan.
Pada bagian Lampiran akan disajikan kertas kerja untuk perhitungan IRR dan DSCR (Debt Service
Coverage Ratio) untuk suatu proyek PLTMH.

c. Aspek hukum
Aspek ini mencakup izin-izin yang harus dilengkapi oleh IPP atau debitur, termasuk perizinan perusahaan,
pemegang saham dan kajiannya, kajian manajemen perusahaan, pengalaman sponsor proyek dan
strategi sponsor proyek dakam pengelolaan keuangan, termasuk kebijakan dividen.

Dalam aspek hukum, juga ditelaah kontrak proyek yang mencakup kajian PPA, kajian kontrak EPC,
kajian kontrak operasional dan pemeliharaan, kajian sewa lahan, kajian pengaturna interkoneksi
dan distribusi serta asuransi proyek

Dokumen yang wajib disampaikan dalam proses pengajuan kredit proyek PLTMH:
No. Dokumen Pihak Penerbit
1. Persetujuan Prinsip Pemda
2. Appointment Letter PLN
3. IUPTL sementara dan tetap Kementrian ESDM
4. Persetujuan Penetapan Harga Jual Kementrian ESDM (jika ada)
5. PPA PLN
6. Persetujuan UKL – UPL Kementrian Lingkungan Hidup
7. Izin mendirikan bangunan Pemda
8. Izin lokasi Pemda
9. Izin pinjam kawasan hutan Kementrian kehutanan, jika melewati atau berada
di hutan
Tabel 3. Dokumen PLTMH

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 27


POINT 7
Penilaian dan Mitigasi
Risiko Kredit Pada
Pembiayaan Proyek PLTMH

S
ecara umum, risiko terkait lingkungan dan pelanggaran lingkungan yang berdampak
sosial bagi Bank dapat dikelompokkan kepada gagal bayar.
menjadi:
2. Risiko pasar, yaitu risiko perubahan harga pasar
1. Risiko langsung pada posisi portofolio dan rekening administratif
Bank dapat terkena risiko langsung termasuk derivative akibat perubahan pasar
lingkungan, misalnya terjadi ketika bank yang meliputi faktor nilai tukar, suku bunga,
memutuskan untuk mengambil alih kolateral harga saham dan harga komoditas.
setelah peminjam gagal memenuhi kewajiban
dan ternyata kolateral ini terkontaminasi dan 3. Risiko likuiditas, yaitu risiko ketidak-mampuan
melanggar lingkungan. Sebagai pemilik baru, bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh
maka bank menanggung risiko berupa biaya tempo.
untuk membersihkan kontaminasi, belum
lagi nilai kolateral yang mungkin akan turun 4. Risiko operasional, yaitu risiko akibat ketidak
setelah peristiwa pelanggaran. cukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kegagalan sistem, atau kejadian
2. Risiko tidak langsung eksternal yang berdampak kehilangan
Risiko tidak langsung ini merupakan risiko potensi memperoleh keuntungan
yang dihadapi bank ketika peminjam proyek
PLTMH terkena isu lingkungan dan sosial. 5. Risiko hukum, yaitu risiko akibat kelalaian
Risiko-risiko yang dihadapi langsung oleh bank yang dapat menimbulkan kelemahan
peminjam akan berdampak ke bank dalam aspek yuridis dalam menghadapi tuntutan
bentuk risiko kredit dan juga risiko reputasi. hukum pihak lain.

Sedangkan berdasarkan Peraturan Bank 6. Risiko reputasi, yaitu risiko suatu kejadian
Indonesia No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya yang menimbulkan persepsi negatif
PBI No. 11/25/2009 tentang penerapan terhadap bank yang mengakibatkan tingkat
manajemen risiko bagi bank umum telah kepercayaan stakeholder menurun.
menentukan risiko operasional bank umum
mencakup 8 risiko, yaitu: 7. Risiko stratejik, yaitu risiko akibat ketidak
pastian dalam pengambilan dan atau
1. Risiko kredit, yaitu risiko kegagalan pihak pelaksanaan suatu keputusan strategis serta
counter party dalam memenuhi kewajiban kegagalan dalam mengatasi perubahan
pada bank. Risiko kredit dapat bersumber lingkungan bisnis
dari berbagai aktivitas, salah satunya aktivitas

28 Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih


8. Risiko kepatuhan, yaitu risiko akibat bank tidak mematuhi dan atau tidak melaksanakan peraturan
perundangan dan ketentuan yang berlaku.

BI memang belum memasukkan risiko lingkungan dan sosial secara khusus sebagai sebagai jenis risiko
bank. Namun demikian, terkait dengan kebijakan pembiayaan proyek energi bersih seperti proyek
PLTMH, risiko yang dapat diidentifikasi terkait dengan risiko lingkungan dapat dikelompokkan menjadi
3 (tiga) risiko, yaitu:

1. Risiko kredit
Terkait kegagalan debitur dalam membayar pinjaman dan bunga, yang dapat bersumber dari banyak
hal misalnya faktor lingkungan, konstruksi, harga, maupun operasional.

2. Risiko hukum
Misal terkait kegagalan bayar debitur yang kemudian menyebabkan bank mengambil alih jaminan
proyek. Ketika proyek tersebut melanggar hukum, misalnya terlibat pelanggaran peraturan
lingkungan, maka pihak bank akan dihadapkan pada risiko hukum atas pelanggaran tersebut.

3. Risiko reputasi
Misalnya terkait dengan tuntutan masyarakat akibat pelanggaran aspek sosial dan lingkungan pada
proyek PLTMH
Ketiga risiko tersebut bersumber dari risiko teridentifikasi dari risiko proyek PLTMH. Oleh karena itu
penting bagi bank untuk memahami risko proyek PLTMH dan mitigasinya.

Tabel 4 berikut ini menguraikan risiko yang dapat terindentifikasi yang melekat pada proyek PLTMH.
Risiko melekat ini akan menjadi sumber risiko bagi bank. Untuk setiap risiko teridentifikasi, akan dijelaskan
juga contoh upaya mitigasi risiko tersebut.

No. Risiko Mitigasi


1. Risiko Desain dan Teknis:
- Studi kelayakan yang kurang akurat - Studi kelayakan harus dilakukan oleh tenaga yang
- Perhitungan hidrologi yang tidak benar kompeten dan independen serta berpengalaman
sehingga menyebabkan penentuan - Dapat dilakukan proses verifikasi oleh konsultan
kapasitas investasi yang tidak benar independen dan berpengalaman terhadap studi
- Tidak ada akses ke lokasi proyek kelayakan
- Kunjungan lokasi untuk verifikasi fisik

2. Risiko Lingkungan dan Sosial:


- Proyek kurang memberi manfaat - Evaluasi dampak sosial dan lingkungan wajib
langsung bagi masyarakat dilakukan
- Hilangnya atau berpindahnya sumber - Program monitoring terkait aspek sosial
mata pencaharian lingkungan harus diimplementasikan selama
- Kurangnya penerimaan dari masyarakat tahap konstruksi dan operasional
lokal
- Merusak ekologi sungai
- Berkurangnya aliran air ke sungai

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 29


No. Risiko Mitigasi
3. Risiko konstruksi:
- Gangguan tahap konstruksi dari cuaca, - Model kontrak dengan kontraktor jika
kondisi geologis, ketidak cukupan dana, dimungkinkan berbentuk Turnkey project
kekurangan tenaga kerja, manajemen - Performance bonds / guarantees dari kontraktor
yang buruk, kontraktor yang kurang - Kapabilitas kontraktor harus diverifikasi dan
kompeten menggunakan referensi atau rekomendasi
- Cost overruns dan time overruns, - Pembayaran kepada kontraktor harus dilakukan
yang akhirnya memerlukan tambahan berdasarkan dasar yang jelas dan diverifikasi oleh
pendanaan, biaya bunga yang lebih tinggi profesional dan independen
yang akan mengurangi keuntungan - Kontrak bersifat lump sum dengan kontraktor
konstruksi atau pemasok lain dan memasukkan
risiko kenaikan harga selama konstruksi; Pilihan
lain (meskipun bukan solusi terbaik ) : persiapkan
pembiayaan cadangan
- Penutupan asuransi wajib dilakukan untuk
pekerjaan kontraktor dengan skema “all risk
insurance”
4. Risiko keuangan
- Kekurangan modal - Mengembangkan rencana pendanaan modal di
- Kehilangan sumber pendanaan hutang awal
bank - Bekerja dengan pengembang yang memiliki
- Inflasi tinggi dan depresiasi kurs lokal pendanaan yang baik
- Pembayaran dari PLN macet atau tidak - Studi kelayakan aspek keuangan yang valid
dibayar - Pemahaman mendalam mengenai PPA
- Hasil dari proyek lebih rendah dari
perkiraan
5. Risiko pendapatan
- Pemutusan kontrak PPA - Analisa sensitivitas jumlah output listrik yang
- Perubahan tarif dihasilkan pada studi kelayakan
- Perubahan ketentuan pajak - Kajian PPA
- Restrukturisasi PPA
6. Risiko operasional dan pemeliharaan
- Debit air yang fluktuatif - Studi hidrologi dilakukan oleh pihak yang
- Potensi kehilangan daya kompeten dan obyektif
- Kurangnya dukungan masyarakat lokal - Studi kelayakan memasukkan analisis potensi
kehilangan daya
- Interaksi dengan pemimpin agama dan
masyarakat
- Program pengembangan pemberdayaan
masyarakat
Tabel 4. Penilaian Risiko Proyek PLTMH dan Mitigasinya

30 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


Dari risiko teridentifikasi yang dibahas sebelumnya, bank perlu mengetahui faktor risiko apa yang
memiliki bobot terbesar. Berdasarkan hasil survey yang diperoleh dalam studi literatur mengenai proyek
PLTMH, berikut adalah bobot faktor risiko proyek PLTMH.

Gambar 7. Bobot risiko proyek PLTMH


Sumber: Kucukali, 2011

Dapat dilihat pada bagan bahwa faktor risiko yang memiliki bobot besar adalah aspek lingkungan. Oleh
karena itu, bank tidak dapat mengabaikan untuk memasukkan konsep ASRI ke dalam pendanaan proyek
PLTMH.
Yang dapat dilakukan Bank terkait aspek risiko lingkungan dan sosial yang tinggi, yaitu:
a. Penentuan tarif bunga yang dibebankan dengan memperhatikan risiko lingkungan dan sosial
b. Mendesain rencana monitoring kredit yang tanggap terhadap risiko lingkungan dan sosial
c. Memasukkan aspek mitigasi risiko lingkungan dan sosial dalam perjanjian kredit (covenant)
d. Menolak aplikasi pinjaman
e. Mengoptimalkan portofolio

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 31


POINT 8
Pentingnya
Monitoring Kredit yang
Memasukan ASRI

M
onitoring kredit pada pembiayaan proyek PLMTH artinya pengawasan secara
kontinyu terhadap suatu proyek PLTMH untuk menilai kepatuhan terhadap
syarat dalam perjanjian kredit, menilai kualitas kredit, kinerja keuangan dan
operasional, serta kemampuan debitur untuk membayar kewajibannya.

Proses monitoring dimulai sejak financial close sampai debitur membayar kembali
pinjaman dan bunga. Monitoring kredit bertujuan untuk mengetahui secepatnya
perubahan yang dapat mempengaruhi kondisi keuangan dan kinerja operasional
debitur yang dapat berdampak pada kemampuan debitur dalam membayar
pinjaman.

Perangkat utama yang dapat dijadikan perangkat dalam melakukan monitoring kredit
adalah perjanjian kredit (covenant). Perjanjian kredit dapat memasukkan syarat-
syarat yang harus dipenuhi selama perjanjian kredit berlangsung. Hal-hal yang harus
dimasukkan sebagai perangkat monitoring biasanya berdasarkan area yang menjadi
kelemahan proyek yang diidentifikasi pada tahap analisa kredit. Biasanya semakin
tinggi risiko kredit maka semakin banyak informasi yang diperlukan Bank pada proses
monitoring kredit.
Indikator yang paling mudah dilihat dalam monitoring kredit adalah kemampuan
debitur membayar pokok dan pinjaman dengan tepat waktu. Namun demikian,
pembayaran yang tepat waktu tersebut tidak menjadi jaminan bahwa tidak terdapat
masalah dalam kredit.
Pada prinsipnya monitoring kredit PLTMH hampir sama dengan monitoring
kredit umum. Namun, karena proyek PLTMH merupakan proyek yang kental dengan
aspek lingkungan dan sosial, maka bank harus memperhatikan persyaratan terkait
aspek lingkungan dan sosial. Seperti yang telah dibahas pada bagian sebelumnya,
bahwa risiko proyek PLTMH sebagian besar terkait dengan lingkungan alam dan
sosial. Misalnya, risiko operasional dapat bersumber dari berkurangnya debit air
yang merupakan isu lingkungan.

Dengan demikian, pentingnya memasukkan ASRI ke dalam prosedur monitoring


kredit karena dalam analisa risiko proyek PLTMH, faktor risiko terbesar adalah faktor
yang bersumber dari faktor lingkungan.

32 Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih


POINT 9
Aspek Penting Dalam
Monitoring Kredit
Proyek PLTMH
B
ank dapat mendesain perencanaan Demikian juga hal yang kritikal atau menjadi
monitoring pada saat kredit dicairkan. kelemahan proyek dapat dijadikan poin
Bank dapat menentukan poin penting yang pengawasan dalam monitoring kredit. Hasil
harus dimasukkan dalam rencana monitoring monitoring dituangkan dalam suatu laporan
kredit. Perangkat monitoring kredit dapat dibuat sebagai informasi penting bagi manajemen bank.
yang bersifat “tailored” sesuai dengan kondisi
masing-masing proyek. Hal-hal yang sudah Tabel berikut menunjukkan komponen utama
masuk ke dalam perjanian kredit perlu mendapat yang dapat dimasukkan dalam perencanaan
perhatian dalam proses monitoring. monitoring kredit untuk proyek PLTMH.

Komponen Keterangan
Monitoring yang dilakukan di - Rencana keuangan yang terkini setelah keputusan kredit
Tahap Konstruksi - Pihak ahli yang melakukan pengawasan progress konstruksi
- Monitoring pemberitaan di media massa terkait isu lingkungan
dan sosial
- Permintaan khusus, misalnya monitoring terkait pasokan
peralatan, isu sosial masyarakat terkait akses ke lokasi proyek
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Monitoring yang dilakukan di - Pendekatan yang dilakukan untuk monitoring di tahap operasi,
Tahap Operasional misalnya terkait dengan status penjualan daya listrik ke PLN
- Action plan terkait rencana pengelolaan lingkungan dan sosial
Ceklis - Kepatuhan terhadap persyaratan kredit
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek lingkungan
- Kepatuhan terhadap persyaratan aspek hukum dan perizinan
Laporan dan dokumen yang - Rencana keuangan yang terkini dan tanggal batas waktu
diperlukan dari debitur penyerahan
- Laporan status proyek dan tanggal batas waktu penyerahan
- Status Manajemen/Action Plan terkait lingkungan dan sosial
- Dokumen kepatuhan lingkungan
- Laporan pihak independen pengawas proyek terkait lingkungan
dan sosial
- Investasi yang dilakukan terkait manajemen lingkungan dan
sosial
Kunjungan lapangan dan review - Peserta
meeting dengan peminjam - Jadwal
Persyaratan lain - Dokumen lain atau persyaratan spesifik yang disyaratkan dalam
perjanjian kredit
Tabel 5. Komponen yang dimasukkan dalam perencanaan monitoring kredit PLTMH

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 33


POINT 10
Penerapan Monitoring
Kredit PLTMH yang
Memasukan ASRI

S
elama belum ada panduan dari regulator untuk melakukan monitoring
kredit yang memasukkan ASRI, maka Bank dapat mengembangkan sendiri
perangkat untuk monitoring kredit PLTMH.

Monitoring kredit yang memasukkan konsep ASRI dapat mencakup hal-hal sebagai
berikut:

1. Kondisi Keuangan
Monitoring dalam hal kondisi keuangan debitur yang terkini, yang mencakup
perencanaan pendanaan proyek, proyeksi arus kas, Rasio utang (coverage,
outstanding debt)

2. Status proyek
Status kemajuan proyek, yang mencakup total biaya dan pengeluaran yang
sudah dikeluarkan, pencapaian skedul proyek, jadwal proyek terkini.
3. Kepatuhan terhadap persyaratan kredit
Mencakup kepatuhan debitur terhadap perjanjian kredit termasuk persyaratan
pencairan kredit berkala

4. Kepatuhan terhadap persyaratan aspek lingkungan dan sosial (jika tidak


dimasukkan ke dalam perjanjian kredit)
Mencakup kepatuhan terhadap laporan pengelolaan lingkungan yang harus
disampaikan debitur kepada regulator.

5. Kepatuhan terhadap persyaratan hukum dan perizinan


Mencakup kepatuhan terhadap peraturan dan perizinan

6. Hal lain yang dijadikan pertimbangan


Hal lain yang dapat memengaruhi kemampuan debitur dalam membayar
pinjaman dan bunga, misalnya pergantian manajemen.

34 Modul Keuangan Berkelanjutan – Ikhtisar Peraturan-Peraturan Berkaitan Pembiayaan Energi Bersih


Tabel ceklis berikut ini mungkin dapat dijadikan sumber referensi bagi bank dalam mengembangkan
perangkat sistem monitoring yang memasukkan ASRI.

No. Keterangan Ya Tidak N/A Referensi


KONDISI KEUANGAN
1 Apakah rencana keuangan (financial plan) yang terkini
(update) sudah diterima?
2 Apakah isu terkait kondisi keuangan dapat diidentifikasi?
3 Apakah terdapat perubahan signifikan terkait anggaran
proyek, biaya proyek atau proyeksi arus kas?
4 Apakah penurunan atau pengurangan pendapatan
sudah diantisipasi?
5 Apakah debitur melakukan audit laporan keuangan?
6 Apakah laporan auditor menyatakan opini wajar tanpa
pengecualian?
7 Apakah ada perubahan terkait peringkat kredit debitur
(jika ada)
8 Apakah proyeksi anggaran periode lalu cukup akurat?
9 Apakah estimasi anggaran pendapatan cukup untuk
membayar bunga dan pinjaman?
STATUS PROYEK
Tahap Konstruksi
1 Apakah arus kas selama periode konstruksi sesuai
dengan perkiraan?
2 Apakah progress proyek berjalan sesuai jadwal?
3 Apakah ada perubahan signifikan atau amandemen
terkait rencana proyek?
4 Apakah semua kontrak dengan kontraktor telah dibuat?
5 Apakah pembebasan lahan sudah dilaksanakan semua?
6 Apakah ada faktor yang dapat menyebabkan
keterlambatan skedul proyek?
7 Apakah terdapat isu lingkungan yang muncul?
Tahap Operasi
1 Apakah tahap operasi berjalan sesuai rencana?
2 Apakah penjualan daya listrik sesuai dengan
perencanaan keuangan?
3 Apakah pembayaran dari PLN mengalami kendala?
4 Apakah terdapat dokumen proyek yang diamandemen,
modifikasi, dihentikan atau diperpanjang?
5 Apakah terdapat isu atau kejadian yang dapat
memengaruhi operasi PLTMH di masa depan
6 Apakah terdapat isu lingkungan dan sosial yang muncul
dan berdampak pada kelangsungan PLTMH di masa
depan?

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 35


No. Keterangan Ya Tidak N/A Referensi
KEPATUHAN TERHADAP PERSYARATAN KREDIT
1 Apakah debitur memenuhi jadwal pembayaran
pinjaman dan bunga?
2 Apakah debitur memenuhi semua persyaratan untuk
pencairan kredit bertahap?
3 Apakah debitur mematuhi persyaratan yang tercantum
dalam perjanjian kredit?
KEPATUHAN TERHADAP PERSYARATAN ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL
1 Apakah izin lingkungan masih valid dan berlaku?
2 Apakah terdapat perselisihan terhadap dokumen UKL
UPL yang diterbitkan?
3 Apakah debitur melakukan pelaporan terkait dengan
pelaksanaan izin lingkungan secara periodik 6 bulan
sekali?
4 Apakah debitur sudah menyampaikan salinan Laporan
Hasil Pelaksanaan Izin Lingkungan dan Laporan Hasil
Pengawasan?
KEPATUHAN TERHADAP PERSYARATAN ASPEK HUKUM DAN PERIZINAN
1 Apakah semua izin-izin masih berlaku dan valid?
2 Apakah terdapat isu dalam perjanjian dengan PLN
(PPA) atau apakah ada perubahan dalam PPA?
3 Apakah terdapat isu pelanggaran hukum atau
tuntutan hukum?
LAIN-LAIN
Dalam proses monitoring kredit, apakah terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan yang berpotensi memberi
dampak negatif terhadap kemampuan debitur untuk
membayar, atau terhadap kesehatan keuangan debitur
secara keseluruhan, termasuk hal-hal berikut tapi tidak
terbatas pada:
- Perubahan / pergantian manajemen
- Publikasi yang negatif mengenai proyek
- Perubahan komitmen pendanaan dari sponsir
atau pihak ketiga
- Penurunan signifikan kondisi perekonomian
- Lainnya, sebutkan....

36 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro


DAFTAR REFERENSI

Bank Indonesia. (2013). Pola Pembiayaan Pembankit Listrik Tenaga Mini Hidro (PLTM).

British Hydropower Association. (2005). “A guide to UK mini-hydro developments.” Available online:


Britishhydro.org

Kucukali, S. (2011). Risk assessment of river-type hydropower plants using fuzzy logic approach. Energy
Policy, 39(10), 6683-6688.

Otoritas Jasa Keuangan. (2014). Energi Bersih Buku Pedoman untuk Lembaga Jasa Keuangan.

Peraturan Bank Indonesia No. 5/8/PBI/2003 dan perubahannya PBI No. 11/25/2009 tentang penerapan
manajemen risiko bagi bank umum.

Permen ESDM No. 12/2014 sebagaimana dirubah menjadi Permen ESDM No. 22/2014 tentang Pembelian
Tenaga Listrik Tenaga Air.

Permen ESDM No. 19/2015 tentang Pembelian Tenaga Listrik Tenaga Air dengan kapasitas sampai 10
MW.

Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro 37


2016 © USAID
38 Modul Keuangan Berkelanjutan – Pembiayaan Pembangkit ListrikTenaga Minihidro

You might also like