You are on page 1of 16

MAKALAH

PENYUSUNAN DAN PENULISAN AL QUR’AN DI ERA RASULULLAH


Makalah ini disusun guna memenuhi tugas
Mata Kuliah : Tarikh Al Qur’an.
Dosen Pengampu : Yeti Dahliana, S.Si., S.Th.I., M.Ag.

Disusun oleh
Fayiz Yan Avicena G100220073
Khaeeruzzahir Ardiansyah G100220077
Ammar Muhammad Jundy G100229065
Amru Farkhan Salim G100220040
Abid Ihsan Al Faruq G100229064

PROGRAM STUDI ILMU AL QURAN DAN TAFSIR


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2023

i
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul penyusunan dan penulisan
al qur’an diera Rasulullah ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Tarikh Al Qur’an. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan terkait penyusunan dan penulisan al qur’an diera Rasulullah bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yeti Dahliana, selaku dosen mata kuliah
Tarikh Al Qur’an yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karna itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Surakarta, 21 September 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PENGANTAR ...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
1. Pengertian Penyusunan Al Qur’an. ............................................................................. 3
2. Sejarah Penulisan dan Penyusunan Al Qur’an di Era Rasul ....................................... 3
D. Penulis Penulis Al Qur’an di era Rasul ....................................................................... 7
3. Faktor penulisan Al Qur’an di Era Rasul .................................................................... 8
4. Metode Pengumpulan Al-Quran ................................................................................. 9
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wahyu dari Allah adalah suatu hal yang paling rasulullah SAW.
tunggu tunggu, dan sesuatu yang paling menggembirakan Rasulullah
SAW, hingga setiap wahyu turun setiap permasalahan atau pertanyaan
para sahabatnya terjawab dengan adanya wahyu yang turun itu.

Para sahabat ketika mendapatkan kabar wahyu turun, mereka


sangat antusias dengan segera menemui rasulullah, bentuk antusiasnya
macam macam ada yang menghafalnya, ada yang menanyakan
asbabunnuzul nya, hingga wahyu itu turun itu ditulis di inisiatif sendiri
pada pelepah kurma, lempengan batu, papan tipis, kulit atau daun kayu,
pelana, dan potongan tulang belulang binatang, mereka isi dengan wahyu
Allah. sampai mereka hafal mereka akan membawanya hingga selesai
menghafalnya mereka menyusun tulisan tulisan tersebut.
Pemeliharaan autentisitas dan kemurnian Al Qur’an yang
berlangsung sejak zaman Nabi hingga sekarang mengalami perubahan
bentuk sesuai kemajuan zaman dan tekhnologi yang ada. Meski demikian
tapi ada jaminan bahwa Al Qur’an itu tidak ada perubahan dalam
penulisannya sedikitpun. Karena jaminannya sudah sahabat contohkan
mereka menjaga dan memelihara Al Qur’an di dada ( suduur ) dan di
hafalkan / ditulis ( suthuur ).
Untuk memelihara kemurnian dan mencapai kemaslahatan al-
Qur’an dan hadis sebagai sumber ajaran Islam, Rasulullah SAW.
mengambil kebijaksanaan yang berbeda. Terhadap al-Qur‟an, beliau
secara resmi memberi instruksi kepada sahabat tertentu supaya menulis
selain menghafalnya. Sedangkan terhadap hadis, perintah resmi hanya
untuk menghafal dan menyampaikannya kepada orang lain. Penulisan
resmi seperti halnya al-Qur‟an tidak diperkenakan Rasulullah Saw. (
penulisam Hadist )
Dengan penulisan kami dalam makalah ini berharap bisa
memberikan pemahaman baru akan penyusunan dan pembukuan Al
Qur’an pada masa Rasul dan juga sesuai dengan data yang sudah kami cari
kemudian kami ambil intinya . kami tulis dengan baik di makalah ini
bersama sitasi yang kami cantumkan didalamnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Penyusunan Al Qur’an ?
2. Bagaimana sejarah Penulisan dan Penyusunan di era Rasul ?
3. Siapa penulis Al Qur’an di Era Rasul ?
4. Bagaimana Faktor penulisan Al Qur’an di era Rasul ?
5. Bagaimana konsep Penyusunan Al Qur’an Pada era Rasul ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Penyusunan Al Qur’an
2. Mengetahui sejarah Penulisan dan Penyusunan di era Rasul
3. Mengetahui penulis Al Qur’an di Era Rasul
4. Memahami Faktor penulisan Al Qur’an di era Rasul
5. Mengetahui konsep Penyusunan Al Qur’an Pada era Rasul

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Penyusunan Al Qur’an.


Penyusunan Al Qur’an, kata penyusunan memiliki arti yaitu
merupakan suatu kegiatan atau kegiatan memproses suatu data atau
kumpulan data yang dilakukan oleh organisasi atau perorangan. Menyusun
dalam KBBI adalah : mengatur dengan menumpuk secara tindih-
menindih; menaruh berlapis-lapis. Sedangkan Al Qur’an menurut bahasa
berarti bacaan atau yang di baca.
Menurut istilah, Al Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril sebagai petunjuk
bagi umat manusia, yang diawali surat Al fatihah dan diakhiri surat An
nas. Al Qur’an diturunkan untuk menjadi pegangan bagi mereka yang
ingin mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi penyususn Al Qur’an
sendiri adalah suatu kegiatan atau proses kegiatan dalam rangka
mengumpulkan ayat demi ayat Al Qur’an menjadi satu kumpulan untuk
memudahkan dalam membacanya.1
2. Sejarah Penulisan dan Penyusunan Al Qur’an di Era Rasul
Nabi Muhammad SAW setelah menerima wahyu langsung
menyampaikan wahyu tersebut kepada para sahabat agar mereka
menghafalnya sesuai dengan hafalan Nabi, tidak kurang dan tidak
lebih. Dalam rangka menjaga kemurnian al-Qur’an, selain ditempuh lewat
jalur hafalan, juga dilengkapi dengan tulisan.
Pengumpulan al-Qur’an pada masa Rasulullah dikelompokkan menjadi
dua kategori, yaitu: pengumpulan dalam dada berupa hafalan dan
penghayatan serta pengumpulan dalam catatan berupa
penulisan.(Manna’ al-Qaththan,1973).
Fakta sejarah menginformasikan bahwa segera setelah menerima ayat
al-Qur’an, Nabi Saw memanggil para sahabat yang pandai
menulis,untuk menulis ayat-ayat yang baru saja diterimanya disertai
informasi tempat dan urutan setiap ayat dalam suratnya. Ayat-ayat
tersebut ditulis di pelepah-pelepah kurma, batu-batu, kulit-kulit atau
tulang-tulang(Manna’ al-Qaththan,1973)
Istilah pengumpulan AlQuran, setidaknya ada dua pengertian yang
terakomodasi di dalamnya. Kedua pengertian itu merujuk kepada
kandungan makna jam’ul AQuran (pengumpulan AlQuran), yaitu:

1
“KBBI,” n.d., https://ikmalonline.com/ penyusunan-al-quran/.

3
Kata pengumpulan dalam arti penghafalannya didalam lubuk hati,
sehingga orang orang yang hafal AlQuran disebut jumma’ual Quran atau
huffadz Al Quran dan kata pengumpulan dalam arti penulisannya,
yakni perhimpunan seluruh Al Quran dalam bentuk tulisan, yang
memisahkan masing masing ayat dan surah, atau hanya mengatur
susunan ayat ayat AlQuran saja dan mengatur susunan semua ayat dan
surah di dalam beberapa shahifah yang kemudian disatukan sehingga
menjadi suatu koleksi yang merangkum semua surah yang
sebelumnya telah disusun satu demi satu.(Irpina et al., 2022)
Pengumpulan al-quran atau kodifikasi telah dimulai sejak zaman
Rasulullah SAW, bahkan telah dimulai sejak masa-masa awal turunya
alquran. Sebagaimana diketahui, al-quran diwahyukan secara berangsur-
angsur. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW lalu
membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang
diperintahkan untuk mengajarkan al-quran kepada mereka(Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam, 1993).
a. Penyusunan di Masa Rasulullah
Pengumpulan dengan cara menghafal dilakukan oleh Rasulullah SAW
dan para sahabat. Penghafalan ini sangat penting mengingat Al-
Quranul Karim diturunkan kepada Nabi yang ummi (tidak bisa
membaca dan menulis) yang diutus ditengah kaum yang juga ummi.
Setelah menerima wahyu, Rasulullah SAW mengumumkannya di
hadapan para sahabat dan memerintahkan mereka untuk
menghafalnya.(Nahar, 2015) Ada beberapa riwayat yang
mengindikasikan bahwa para sahabat menghafal dan mempelajari al-
quran lima ayat, sebagian meriwayatkan sepuluh setiap kali
pertemuan. Mereka merenungkan ayat-ayat tersebut dan berusaha
mengimplementasikan ajaran-ajaran yang terkandung didalamnya
sebelum meneruskan pada teks berikutnya. Hal ini juga diduga
sebagai awal mula tradisi hifz (menghafal) yang terus berlangsung
hingga saat ini(Farid Esack, 2007). Selain itu secara kodrati bangsa
Arab mempunyai daya hafal yang kuat.
Secara singkat faktor yang mendorong penulisan Al-Qur‟an pada
masa Nabi adalah:
1) Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatnya
2) Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna.
Adapun pada masa Nabi penulisan al-Qur’an tidak ditulis pada satu
tempat melainkan terpisah-pisah dengan alasan: 1) Proses penurunan

4
Al-Qur’an masih berlanjut sehingga ada kemungkinan ayat yang
turun belakangan menasakh ayat sebelumnya, 2) Penyusunan ayat
dan surat Al-Qur’an tidak sesuai dengan turunnya.Unit-unit wahyu yang
diterima Muhammad SAW pada faktanya, dipelihara dari
kemusnahan dengan dua cara utama:1) Menyimpannya ke dalam
dada manusia (menghafalkannya), dan 2) merekamnya secara tertulis di
atas berbagai jenis bahan untuk menulis (pelepah korma, tulang-belulang,
dan lain-lain)(Mannā’ Khalīl al-Qaṭṭān, 1973)
b. Masa Pengumpulan Dalam Dada/ Secara Hafalan
kodrati, bangsa arab memiliki daya hafal yang kuat.(Ichan, 2012) Hal
itu dikarenakan sebagian besar dari mereka buta huruf atau tidak
dapat membaca dan menulis. Sehingga dalam menulis berita,syair,atau
silsilah keluarga mereka hanya menuliskannya dalam hati. Termasuk
ketika mereka menerima ayat-ayat al-Qur’an yang disampaikan oleh
Rasulullah SAW. Dalam kitab shahih Bukhari, dikemukakan bahwa
terdapat tujuh Huffaz melalui tiga riwayat. Mereka adalah Abdullah
bin Mas’ud, Salim bin Ma’qal, Muadz bin Jabal, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin
Tsabit, Abu Zaid bin Sakan,dan Abu Darda.
c. Masa Pengumpulan Dalam Bentuk Tulisan
Rasulullah telah mengangkat para penulis wahyu Qur’an dari para sahabat
pilihan seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abban bin Sa‘id,
Khalid bin Sa‘id,Khalid bin al-Walid, Mu‘awiyah bin Abu Sufyan, Ubay
bin Ka’ab,dan Zaid bin Tsabit. Selain penulis wahyu, para sahabat yang
lainnya pun ikut menulis ayat-ayat al-Qur’an. Diantara faktor pendorong
penulisan al-Qur’an pada masa Nabi adalah:1) Memback-up hafalan yang
telah dilakukan oleh Nabi dan para sahabatnya, 2) Mempresentasikan
wahyu dengan cara yang paling sempurna, karena bertolak dari hafalan
para sahabat saja tidak cukup karena terkadang mereka lupa atau
sebagian dari mereka sudah wafat. Adapun tulisan tulisan akan tetap
terpelihara walaupun pada masa Nabi al-Qur’an tidak ditulis ditempat
tertentu.(Irpina et al., 2022)
Dalam suatu cacatan, disebutkan bahwa sejumlah bahan yang digunakan
untuk menyalin wahyu-wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi
Muhammad yaitu: 1) Riqa atau lembaran lontar(daun yang
dikeringkan)atau perkamen(kulit binatang).2) Likhaf atau batu tulis
berwarna putih, terbuat dari kepingan batu kapur yang terbelah secara
horizontal lantaran panas, 3) ‘Asib, atau pelapah kurma, terbuat dari
bagian ujung dahan pohon kurma yang tipis. 4)Aktaf, atau tulang
belikat, biasanya terbuat dari tulang belikat unta.5)Adlla’ atau tulang
rusuk, biasanya juga terbuat dari tulang rusuk unta, 6) Adim atau lembaran

5
kulit, terbuat dari kulit binatang asli yang merupaka bahan utama untuk
menulis ketika itu. Para sahabat menyodorkan al-Qur’an kepada
Rasulullah secara hafalan maupun tulisan. Tetapi tulisan-tulisan yang
terkumpul pada zaman nabi tidak terkumpul dalam satu mushaf, dan yang
ada pada seseorang belum tentu dimiliki yang lainnya.
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Rasulullah Shallahu‘Alaihi WaSallam
Pada masa ini AlQur’an dikumpulkan dengan dua cara:a)Pengumpulan
AlQur’an dengan hafalan Pada masa Rasulullah Shallahu
‘AlaihiWaSallam, pengamanan dan pelestarian Al-Qur’an pertama
dilakukan dengan menghapalnya. Cara seperti ini umum dilakukan
orang Arab dalam upaya menjaga dan melestarikan karya-karya
sastra mereka. Cara paling lazim dalam menjaga Al-Qur’an pada masa
Nabi Shallahu‘Alaihi Wa Sallam dan sahabatnya ialah hafalan. Ini
dilakukan disamping banyaknya sahabat yang buta huruf (ummy), juga
hapalan orang Arab ketika itu yang terkenal sangat kuat.
Pengumpulan AlQur’an dengan tulisan Penulisan AlQur’an pada zaman
Nabi Muhammad Shallahu‘Alaihi Wa Sallam sudah dikenal secara
umum. Rasulullah Shallahu‘Alaihi Wa Sallam memiliki beberapa
sekretaris penulis AlQur’an dari golongan sahabatnya, antara lain Abu
Bakar As Siddhiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan,Ali bin Abi
Thalib, Muawiyah bin Abi Sofyan, Khalid bin Walid, Ubay bin Ka’ab,
Zaid bin Tsabit, Tsabit bin Qais, Amir bin Fuhairah, Amr bin Ash, Abu
Musa Al Asy’ari dan Abu Darda’. Apabila turun ayat-ayat AlQur’an,
Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam menyuruh mereka untuk
menulisnya, dan mengarahkan mereka letak dan sistematik peletakan
surat-suratnya, lalu mereka menulis wahyu tersebut di atas kepingan
tulang-belulang, pelepah korma, lempengan batu, diatas kulit bahkan
diatas pelana kuda. Pada zaman Rasulullah Shallahu‘Alaihi Wa Sallam,
penulisan Al -Qur’an telah rampung dan tertulis seleuruhnya, hanya saja
ayat-ayat dan suratnya masih terpisah.(Nahar, 2015)
Meski Nabi Muhammad telahmencurahkan segala upaya yang mungkin
dapat dilakukan dalam memelihara al Qur’an, beliau tidak merangkum
semua surah kedalam satu jilid, sebagaimana ditegaskan oleh zaid
bin tsabit dalam pernyataannya.Disini kita perlu memperhatikan
penggunaan kata pengumpulan bukanpenulisan. Dalam komentarnya
Khattabi menyebut catatan ini memberi isyarat akan kelangkaan buku
tertentu yang memiliki ciri khas tersendiri. Sebenarnya, kitab al Qur’an
telah ditulis seutuhnya sejak zaman Nabi Muhammad. Hanya saja belum
disatukan dan surah-surah yangada juga masih belum tersusun.
Penyusunan al Qur’an dalam satu jilid utama boleh jadi merupakan
satu tantangan karena nasikh dan mansukh yang muncul kemudian dan

6
perubahan ketentuan hukum maupun kata-kata dalam ayat tertentu
memerlukan penyertaan ayat lain secara tepat. Hilangnya satu format
halaman akan sangat merendahkan penyertaan ayat-ayat yang baru
serta surahnya karena wahyu tidak berhenti untuk beberapa saat
sebelum Nabi Muhammad wafat. Dengan wafatnya Nabi Muhammad
berarti wahyu berakhir untuk selamanya. Tidak akan terdapat ayat
lain, perubahan hukum, serta penyusunan ulang.

D. Penulis Penulis Al Qur’an di era Rasul


Sejarah mencatat bahwa sejumlah orang diantara mereka ada yang
mampu membaca dan menulis. Adiy bin Zaid Al-Abbadiy (w. 35 SH)
misalnya, sudah belajar menulis hingga menguasainya, dan merupakan
orang pertama yang menulis dengan Bahasa arab dalam surat yang di
tunjukan kepada kisra. Sebagian orang yahudi menyekolahkan anak anak
mereka di Madinah menulis dan membaca. Kota Makkah dengan pusat
perdagangannya sebelum kenabian menjadi saksi adanyaa para penulis dan
orang orang yang mampu membaca.2
Para sahabat Rasul adalah orang Arab tulen yang mayoritas tidak
bisa baca tulis, namun demikian mereka mempunyai kemampuan hafalan
yang luar biasa. Semenjak zaman jahiliyyah mereka mampu menghafal
nasab atau garis keturunan sampai nenek moyang nya, riwayat riwayat
kejadian yang mereka alami. Disisilain ketika islam datang dikalangan
suku quraisy ada beberapa yang mampu membaca dan menulis. Nama
nama penulis itu disebutkan Al Baladzuri tidak mencakup orang orang
mekah yang dikenal dapat menulis seperti Abu Bakar al Shiddiq,
‘Abdullah ibn ‘Amr ibn al ‘Ash, dan Sufyan ibn Harb.
Pada masa Nabi SAW. Tulis menulis sudah tersebar luas. Al
Qur’an sendiri menganjurkan untuk belajar dan membaca. Rasulullah
sendiri mengangkat penulis wahyu hingga 40 orang, dan nama nama
mereka di sebutkan dalam kitab al-Taratib al-Idariyyah. Bahkan penulis
wanita pun ada yang disebutkan dalam kitab futuh al buldan, diantara
meraka yaitu; Ummul mu’minin Hafshah, Ummu Kultsum bintu Uqbah,
Al-Syifa’ bintu ‘Abdullah Al Quraisiyyah, ‘Aisyah bintu Sa’ad, Karimah
bintu al Miqdad.
Orang pertama yang menjadi penulis wahyu bagi Nabi di periode
Makkah ialah ‘Abdullah ibn Sarh. Para khalifah yang empat juga menjadi
penulis wahyu, begitu pula al-Zubair ibn ‘Awwam, Khalid dan Aban dua

2
Ichan.

7
putera Sa„id ibn al ‘Ash ibn Umayyah, Hanzhalah ibn al-Rabi’ al-Asadi,
Mu’ayqib ibn Abi Fathimah, ‘Abdullah ibn al-Arqam al-Zuhri, Syurahbil
ibn Hasanah, dan ‘Abdullah ibn Rawahah. Setelah hijrah ke Madinah,
maka yang mula-mula menjadi penulis wahyu ialah Ubay ibn Ka’ab.
Kemudian diikuti oleh Zayd ibn Tsabit dan sejumlah sahabat lainnya.
Sekretaris Nabi ada yang bersifat sementara, ada juga yang
menjadi sekretaris tetap. Hanya saja kebanyakan mereka menulis masalah-
masalah khusus, sehingga ada yang menulis al-Qur’an saja seperti ‘Ali ibn
Abi Thalib, ‘Utsman ibn ‘Affan, Zaid ibn Tsabit, dan Ubay ibn Ka’ab. 3
Adapun sahabat sahabata yang menjadi juru tulis wahyu adalah
Abu Bakar Al Shiddiq, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin
Furaihah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, Mu’awiyyah bin Abi Sofyan,
Zubair bin Awwam, Khalid bin Walid, dan ‘Amr bin ‘Ash. Mereka itu lah
juru tulis wahyu nya Rasulullah SAW. tulisan ayat ayat Al Qur’an yang
ditulis oleh mereka disimpan dirumah rasulullah SAW. Merekapun masing
masing menulis untuk disimpan sendiri. Walaupun demikian, tulisan
tulisan itu nelum di kumpulkan dalam satu lembaran ( mushaf ) seperti
sekarang ini, melainkan masih berserakan.4

3. Faktor penulisan Al Qur’an di Era Rasul


Rasulullah SAW mangangkat para penulis wahyu al-quran
(asisten) dari sahabat-sahabat terkemuka, seperti Ali Muawiyah, Ubay bin
Ka'ab dan Zaid bin Tsabit. Bila ayat turun, ia memerintahkan
menuliskannya dan menunjukkan, di mana tempat ayat tersebut dalam
surat. Maka penulisan pada lembaran itu membantu penghafalan di dalam
hati.
Az-Zarkasi berkata, "al-quran tidak dituliskan dalam satu mushaf
pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh sebab
itu,penulisannya dilakukan kemudian sesudah al-quran selesai turun
semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah."
Penulisan al-quran dilakukan sesuai tartib (urutan) ayat
sebagaimana ditunjukkan Nabi SAW sesuai perintah Allah SWT. Jadi,

3
Latifah Anwar, “Penulisan Hadis Pada Masa Rasulullah SAW.,” Al-Bayan:
Jurnal Ilmu Al-Qur’an Dan Hadist 3, no. 2 (2020): 131–56,
https://doi.org/10.35132/albayan.v4i2.88.
4
Miftakhul Munir, “Metode Pengumpulan Al-Qur’an,” Jurnal Kariman 9, no. 1
(2021): 143–60.

8
tartib ayat al-quran adalah tauqifi (menurut ketentuan wahyu, bukan
ijtihad). Artinya, susunan ayat dan surah dalam al-quran sebagaimana
terlihat sekarang dalam mushaf- mushaf adalah sesuai dengan perintah dan
wahyu dari Allah SWT melalui Rasulullah SAW. Malaikat Jibril AS bila
membawa sebuah atau beberapa ayat kepada Nabi, ia berkata: "Hai
Muhammad! Sesungguhnya Allah SWT memerintahkan kepadamu untuk
menempatkannya pada urutan kesekian surat anu. Demikian pula halnya
Rasul memerintahkan kepada para sahabat, "Letakkanlah pada urutan ini,
setelah ayat yang berbunyi begini, sebelum ini." Diriwayatkan dari Ibnu
Abbas bahwa ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW, jika turun kepadanya
satu surat, beliau memanggil para sebagian penulis wahyu. Beliau berkata,
"Letakkanlah surat ini di tempat yang disebut begini dan begini Dan
penulisan al quran dulu menggunakan benda² yang ada di sekitar seperti
pelepah, kulit, kepingan batu, dan lain-lain,
Secara singkat faktor yang mendorong penulisan Al-Qur'an pada masa
Nabi adalah:
1) Membukukan hafalan yang telah dilakukan oleh Nabi dan para
sahabatnya
2) Mempresentasikan wahyu dengan cara yang paling sempurna. Hal
ini karena hafalan para sahabat saja tidak cukup. Dan sebagian dari mereka
ada yang sudah wafat.
Adapun pada masa Nabi ini penulisan al-Qur'an tidak ditulis pada satu
tempat melainkan terpisah-pisah dengan alasan:
1) Proses penurunan Al-Qur'an masih berlanjut sehingga ada
kemungkinan ayat yang turun belakangan menasakh ayat sebelumnya.
2) Penyusunan ayat dan surat Al-Qur'an tidak sesuai dengan turunnya.5

4. Metode Pengumpulan Al-Quran


Penyusunan Al-Qur’an atau biasa disebut dengan kodifikasi Al-
Qur’an adalah proses pengumpulan teks-teks Al-Qur’an yang ditulis oleh
sahabat. Sejak Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur melalui Malaikat
Jibril kepada Rasulullah, beliau secara disiplin telah meminta sahabat
untuk menulis Al-Qur’an. Pada zaman Rasulullah pengumpulan terbagi
menjadi 2 metode, yaitu pengumpulan dengan hafalan (Al-Jamu’ Fis

5
Hingga Perkembangan and Ilmu Rasm, “BAB III. Sejarah Mushaf Al-Qur’an,”
2012, 31–90.

9
Sudur) dan pengumpulan secara tertulis (Al-Jamu’ Fis Suthur) (Pakhrujain
& Habibah, 2022).

Yang pertama yaitu metode dengan hafalan atau Al-Jamu’ Fis


Sudur. Mengingat Rasulullah SAW adalah seorang yang ummi maka
ketika Rasulullah menerima wahyu maka beliau langsung mengajarkannya
kepada para sahabat supaya dihafal. Metode ini merupakan metode yang
efektif bagi bangsa Arab saat itu, mengingat pada saat itu daya hafal
bangsa Arab sangat kuat karena terbiasa dengan menghafal syair-syair dan
silsilah-silsilah yag ada. Metode ini juga efektif karena umat islam saat itu
masih banyak yang ummi atau belum mengerti baca tulis. Ada riwayat
yang menyebutkan bahwa para sahabat menghafal Al-Qur’an setiap 5 ayat.
Pada riwayat lain ada yang mengatakan setiap 10 ayat, lalu para sahabat
mencoba mengimplementasikannya di kehidapn sehari-hari mereka.
meskipun. Imam Al-Bukhori meriwayatkan bahwa ada 7 Sahabat yang
menghafal dengan 3 riwayat. Mereka itu adalah Abdullah bin Mas’ud,
Salim bin Ma’qil Maula Abi Hudzaifah, Ubay bin Ka’ab, Muadz bin Jabal,
Zaid bin Tsabit, Abu Zaid bin Sakan dan Abu Darda’. Namun riwayat ini
bukan menunjukkan bahwa hanya merekalah yang menghafal Al-Qur’an,
namun merekalah orang-orang yang menghafal seluruh isi Al-Qur’an
diluar kepala dan selalu merujukkan bacaannya ke Rasulullah dan
sanadnya sampai ke kita.
Yang kedua yaitu metode dengan menulis Al-Qur’an atau dikenal
dengan Al-Jamu’ Fis Suthur. Meskipun bangsa Arab terkenal dengan
tingkat hafalannya yang kuat, namun Rasulullah juga tetap memerintahkan
untuk menulis Al-Qur’an. Pada saat itu belum mengenal istilah
pembukuan, sehingga penulisan Al-Qur’an masih belum terbukukan
seperti zaman sekarang. Karena pada masa itu kertas masih belumbanyak
eksistensinya, penulisan Al-Qur’an pun juga tidak hanya dilakukan pada
media kertas, namun juga media lain. Selain belum dikenalnya istlah
pembukuan, alasan lain mengapa pada zaman Rasulullah tidak adanya
pembukuan adalah karena pada masa itu Al-Qur’an masih dalam proses
penurunan, sehingga agar tidak terjadi banyak perubahan setiap waktunya
maka Al-Qur’an ditulis secara terpisah-pisah. Karena masih banyak pula
ayat-ayat yang dinasakh sehingga jika dibukukan akan terjadi banyak
perubahan. Az-Zarkasi berkata, “al-quran tidak dituliskan dalam satu
mushaf pada zaman Nabi agar ia tidak berubah pada setiap waktu. Oleh
sebab itu, penulisannya dilakukan kemudian sesudah al-quran selesai turun
semua, yaitu dengan wafatnya Rasulullah.” Dalam saru riwayat Zaid
berkata “"Kami menyusun al-Quran di hadapan Rasulullah saw pada kulit

10
binatang, sedangkan Rasulullah sendiri menerima wahyu atas kehendak
Allah SWT." Selain dengan kuli binatang para sahabat juga menggunakan
beberapa media lain untuk menulis Al-Qur’an antara lain adalah pelepah
kurma, lempengan batu, papan tipis, potongan tulang belulang, kulit kayu
atau daun dan pelana (Munir, 2021)

Adapun para sahabat yang ditunjuk oleh Rasulullah sebagai juru


tulis Al-Qur’an adalah Zaid bin Tsabit, Muawiyah bin Abi Sufyan, Ubay
bin Ka’ab, Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Amir bin Fuhairah, Zubair bin
Awwam, Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab. Tapi para sahabat
selain mereka pun juga menulis Al-Qur’an untuk mereka diri sendiri.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada masa Rasulullah Shallahu‘Alaihi Wa Sallam belum ada
upaya untuk melakukan unifikasi atau kodifikasi Al Qur’an. Al
Qur’an tidak dibukukan pada zaman Rasulullah Shallahu‘Alaihi Wa
Sallam karena belum ada kebutuhan yang mendesak untuk melakukan
upaya itu. Berbeda padazaman Khalifah Abu Bakar As Shiddiq,
Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan ra, upaya untuk melakukan
pembukuan dan penggandaan Al Qur’an sangatlah mendesak. Disampng
itu dari segi teknis, alat tulis menulis ketika itu masih sulit didapatkan,
sehingga tidak heran kalau mereka menggunakan alat apa adanya seperti
pelepah daun korma, lempengan batu, pecahan telang, kulit binatang
dsb sebagai cara menjaga kelestarian Al-Qur’an. Al Qur’an tidak turun
hanya sekali. Akan tetapi Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur
selama lebihdaridua puluh tahun. Jikalau pengumpulan Al-Qur’an
dilakukan dan wahyu masihterusturun,maka yang akan terjadi mushaf
tersebut tidak mencakup seluruh Al-Qur’an. Sistematika peletakan ayat
dan surat tidak sesuai dengan sebab turunnya ayat tersebut. Dan kita
semua tahu jikalau Al-Qur’an dikumpulkan menjadi mushaf,
sedangkan faktor-faktor diatas masih saja berlangsung,maka mushaf
yang telah terkumpulkan tadi jelas akan terjadi perubahan dan
penyelewangan.(Irpina et al., 2022)
Dari beberapa pembahasan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Al-Qur’an sebagai kalam Allah yang telah diturunkan kepada Rasul-Nya
Muhammad Saw untuk disampaikan kepada umat telah dijamin langsung
oleh Allah akan keotentikannya
2. Penulisan al-Qur’an telah dimulai sejak masa Rasulullah Saw masih hidup
hingga masa kodifikasi Al Qur’an.
3. Pemeliharaan al-Qur’an pada masa Rasulullah Saw lebih banyak
mengandalkan kemampuan hafalan, sedangkan penulisannya hanya sedikit
seperti pada pelepah kurma, tulang belulang, batu-batuan, hal ini karena
pada masa tersebut belum dikenal kertas seperti sekarang ini, disamping
juga karena banyaknya umat Islam yang buta huruf.
4. Metode yang di gunakan sangat bermacam macam ada yang menggunakan
pelepah, batu hingga tulang belulang.

12
DAFTAR PUSTAKA
(2021). kumparan.com.
Atabik, A. (2015). melacak historis syiah (asal usul, perkembangan dan aliran-
alirannya.
fahamsyah, f. (2021). ideologi politik dan doktrin syiah.
Febrianti, M. (2020). Aliran syiah dan pemikirannya.
Hasim, M. (2012). Syiah : sejarah timbul dan perkembangannya di Indonesia.
Hum, J. M. (2018). sistem politik daulah/kerajaan : konsepsi,bentuk
pemerintahan dan institusi politik syi'ah.
Marjuni, K. N. (2020). Konsep kepemipinan dalam prespektif teologi syiah.
Ichan, M. (2012). Sejarah Penulisan Dan Pemeliharaan Al QUran Pada Masa
Nabi Muhammad SAW dan Sahabat. Jurnal Substantia, 14(1), 1–9.
Irpina, I., Istiqamah, I., & Anisa, N. (2022). Jam’Ul Qur’an Masa Nabi
Muhammad Saw. MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran Dan Hadis, 2(1),
93–100. https://doi.org/10.54443/mushaf.v2i1.22
Nahar, S. (2015). Studi Ulumul Quran. Citapustaka Media, 13.

13

You might also like