You are on page 1of 9

Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

PRAKTIKUM 1
MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE)
SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mengamati perubahan aktivitas perilaku setelah pemberian supermetrin secara
per sonde
2. Menentukan LD50 supermetrin pada tikus

PENDAHULUAN
Pestisida merupakan suatu zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah, dan menangkis gangguan serangga, binatang
pengerat, jasad renik yang dianggap hama serta semua zat atau campuran zat yang
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman dan pengering tanaman.
Pestisida bersifat toksik. Pada mamalia efek utama yang ditimbulkan adalah
menghambat asetilkolin esterase yang menyebabkan aktivitas kolinergik yang
berlebihan perangsangan reseptor kolinergik secara terus menerus akibat penumpukan
asetilkolin yang tidak dihidrolisis. Penghambatan asetilkolinesterase juga
menimbulkan polineuropati (neurotoksisitas) mulai terbakar sampai kesemutan,
terutama di kaki akibat kesukaran sensorik dan motorik dapat meluas ke tungkai dan
kaki (terjadi ataksia).
Penilaian keamanan obat/zat kimia perlu dilakukan untuk menentukan
seberapa toksik zat tersebut ke manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan
berikut :
1. Menentukan LD50
2. Melakukan percobaan toksisitas sub akut dan kronis untuk menentukan no
effect level
3. Melakukan percobaan karsinogenitas, teratogenitas, dan mutagenesis yang
merupakan bagian dari penyaringan rutin keamanan.
Salah satu tujuan melakukan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan
LD50. LD50 (Lethal Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan kematian pada 50%
individu. Perhitungan LD50 didasarkan atas perhitungan statistic. Nilai LD 50 dapat
berbeda 0,002 sampai 16 kali bila dilakukan berbagai macam laboratorium. Karena
itu harus dijelaskan lebih lanjut tentang prosedur yang dipakai, missal berat badan dan
umur tikus, zat pelarut, jantan atau betina, lingkungan, dan sebagainya.
Uji toksisitas akut tidak hanya bertujuan untuk menentukan nilai LD 50, tetapi
juga untuk melihat berbagai perubahan tingkah laku, adakah stimulasi atau depresi
SSP, perubahan aktivitas motorik dan pernafasan tikus, serta untuk mendapat
gambaran tentang sebab kematian. Oleh sebab itu uji toksisitas ini harus dilengkapi
dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan pembuatan sediaan histologik dari organ
yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan. Kematian yang timbul oleh kerusakan
pada hati, ginjal, atau system hematopoisis tidak akan terjadi pada hari pertama tapi
timbl paling cepat hari ketiga.

ALAT DAN BAHAN


- Kapas, kain, spuit, kasa, klem
- Kandang, tikus 3 ekor
- Alkohol
- Sutrin 100 ec (dosis 25 mg/kgBB, 100 mg/kgBB, 400 mg/kgBB)

PROSEDUR KERJA
1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan
dosis 25 mg/kgBB, 100 mg/gBB, 400 mg/kgBB

1
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

2. Pegang tikus dalam posisi terlentang secara gentle


3. Berikan sutrin 100 ec per sonde pada masing-masing tikus
4. Amati perubahan perilaku masing-masing tikus (seperti yang tertera pada
lembar pengamatan) dengan seksama

LEMBAR PENGAMATAN

Meni Nomor Postur Aktivitas Rightin Test


Ataxia Mati
t Eksperimen Tubuh Motor g Reflex Kasa
5 1
2
3
10 1
2
3
15 1
2
3
30 1
2
3
60 1
2
3

HASIL PENGAMATAN
1. Tentukan Onset of Action (mula kerja) dari perubahan perilaku seperti biasa
2. Penentuan LD50 (dosis lethal) mati dari seluruh kelas (6 kelompok)

% Indikasi yang
Respon mati (+/-) pada tikus no.
Dosis berespon
1 2 3 4 5 6
25 mg/kgBB
100 mg/gBB
400
mg/kgBB

3. Tentukan LD50 dengan menggunakan persamaan regresi y = ax + b


(menggunakan kalkulator)
DISKUSI
Jelaskan mekanisme perubahan perilaku seperti di atas

KETERANGAN
1. Postur Tubuh
+ = jaga = kepala dan punggung tegak
++ = ngantuk = kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = tidur = kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motor
+ = gerak spontan
++ = gerak spontan bila dipegang
+++ = gerak menurun saat dipegang
++++ = tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
3. Ataksia = Gerakan berjalan inkoordinasi
+ = inkoordinasi terlihat kadang-kadang

2
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

++ = inkoordinasi jelas terlihat


+++ = tidak dapat berjalan lurus
4. Righting Reflex
+ = diam pada satu posisi miring
++ = diam pada dua posisi miring
+++ = diam pada waktu terlentang
5. Test Kasa
+ = tidak jatuh apabila kasa dibalik dan digoyang
++ = jatuh apaila kasa dibalik
+++ = jatuh apabila posisi kasa 90°
++++ = jatuh apabila posisi kasa 45°

Dicatat causa kematian respirasi atau cardiac arrest

3
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

PRAKTIKUM 2
MODUL TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN dan PROSES TERAPI 2
(tugas kelompok)

Tugas kelompok :
a. Jawaban kasus ditulis dalam laporan/makalah dan format ppt
- setelah cover depan adalah nama anggota kelompk
- setiap jawaban wajib menuliskan referensi jurnalnya
b. Mencari jurnal terkait jawaban poin a dan masing-masing jurnal diberi identitas
(jurnal tersebut untuk menjawab kasus yang mana) Carilah literatur dari review
artikel (maksimal 5 tahun terakhir ATAU e-book terbaru (maksimal 10 tahun
terakhir) yang sesuai dengan topik yang didiskusikan,

Poin a dan b dikirimkan lewat email :

Learning objectives :
Diharapkan mahasiswa mampu :
 Mengetahui jenis pemeriksaan, dosis, cara dan lama pemberian suatu zat dalam
hubungannya dengan sifat toksik zat tersebut.
 menjelaskan kemungkinan etiologi, mekanisme toksisitas, gejala dan tanda yang
muncul akibat intoksikasi makanan kaleng (toksin botulinum), jamur beracun
(amatoksin, phallotoksin, virotoksin, muskarin, dll ), logam berat (Merkuri,
Arsen, Timbal dan Cadmium), dll.
 menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, tes diagnostik yang mendukung, dan
prinsip terapi (supportif dan antidotum) pada masing-masing kasus intoksikasi
 Menjelaskan zat aditif apa saja yang mungkin ada pada makanan dan efek
negatif apa saja yang bisa muncul akibat adanya zat–zat tersebut.
 Menjelaskan apa pengaruh proses pengolahan makanan seperti pengasapan,
pembakaran, pengalengan, pengasinan pada makanan.

Pendahuluan
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari keamanan dan sifat-sifat toksik setiap
zat kimia yang berasal dari berbagai sumber dan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Untuk menilai sifat zat kimia yang masih asing (xenobiotik) dan belum diketahui
efeknya yang pasti, digunakan hewan coba. Penilaian keamanan zat kimia terhadap
manusia dilakukan dengan cara ektrapolasi data dari hewan ke manusia, sehingga
bersifat prakiraan. Menurut Paraselsus (1564) : “dosis sola facit venereum”, dosis
menentukan apakah suatu bahan/zat adalah racun.
Pemeriksaan toksisitas suatu zat/bahan harus berdasar pada sifat zat (sifat
kimia) yang akan digunakan serta cara penggunaannya. Diperlukan beberapa uji untuk
memastikan efek dan toksisitas suatu zat, meliputi uji farmakokinetik, uji farmako
dinamik dan uji toksisitas. Dari hasil uji farmakokinetik didapat data absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi yang dapat menjelaskan toksisitas suatu bahan. Data
farmakodinami dapat menjelaskan efek toksik dari suatu zat, karena merupakan
lanjutan efek terapi. Uji toksisitas menghasilkan data toksisitas yang dapat digunakan
sebagai dasar penggunaan zat kimia/bahan alam sebagai obat, sehingga tidak
menimbulkan efek toksik.

TUGAS 1 : Toksikologi Lingkungan

Tn A, 48 tahun dibawa ke UGD karena mengalami pusing, muntah, sesak napas,


tenggorokan berlendir sampai gatal-gatal. Ia bersama puluhan warga Mentawai diduga
keracunan usai menyantap daging penyu saat pesta adat (punen) di Desa Taileleu,
Kecamatan Siberut Barat Daya, Minggu (18/2/18). Dari puluhan orang keracunan itu,

4
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

tiga meninggal dunia, 16 korban masih menjalani perawatan intensif di Balai Kesehatan
Desa Taileleu dan dua orang di Puskesmas Siberut Barat Daya. Dilaporkan juga enam
ekor kucing mati sesaat setelah makan sisa makanan dari bahan penyu masyarakat
terdampak. Pemeriksaan sampel berupa daging penyu tahun 2013 pernah melaporkan
bahwa positif mengandung arsenik

Tugas :
1. Gejala dan tanda-tanda apa saja yang bisa ditemukan pada pemeriksaan fisik
pada kasus intoksikasi tersebut ?
2. Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan ?
3. Bagamana cara memastikan penyebab intoksikasi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus intoksikasi tersebut ? Terapi spesifik apa
yang perlu diberikan ?
5. Jelaskan penggolongan, mekanisme kerja, efek samping, indikasi dan cara
penggunaan masing-masing chelating agent

TUGAS 2 : Zat aditif dalam makanan


1. Jelaskan zat aditif apa saja yang mungkin ada pada makanan ?
a. Tentukan mana yang aman dan mana yang berbahaya.
b. Sebut dan jelaskan efek yang mungkin akan terjadi jika mengkonsumsi
dalam jangka waktu yang lama bahan makanan /minum yang
mengandung zat aditif berbahaya tersebut.
2. Jelaskan apa pengaruh proses pengolahan makanan seperti pengasapan,
pembakaran, pengalengan, pengasinan, pengawetan pada makanan.
a. Proses pengolahan yang bagaimana yang menyebabkan bahan makanan
tersebut menjadi berbahaya untuk dikonsumsi.
b. Sebut dan jelaskan efek yang mungkin akan terjadi jika mengkonsumsi
dalam jangka waktu yang lama bahan makanan /minum yang berbahaya
tersebut

Learning objectives II:


Diharapkan mahasiswa mampu :
 Menjelaskan macam-macam interaksi obat
 Menjelaskan mekanisme dan aspek dalam interaksi obat
 Memberikan contoh masing-masing aspek interaksi obat dan dampaknya
 Menjelaskan apa saja yang harus dikomunikasikan dokter kepada pasien terkiat
dengan terapi obat yang diberikan
 Menjelaskan cara monitoring dan evaluasi penggunaan obat

Pendahuluan
Interaksi obat merupakan perubahan efek suatu obat yang disebabkan oleh
interaksi obat dengan obat lain, makanan, nutrient atau herbal. Interaksi obat dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan, yaitu berupa peningkatan atau
penurunan efek, yang selanjutnya dapat mempengaruhi outcome terapi pasien.
Berdasarkan mekanismenya, interaksi dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan
aspek farmasetik, farmakokinetika dan farmakodinamik obat.
Terdapat 5 macam dokumentasi interaksi, yaitu established (interaksi obat
sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat dapat terjadi), suspected (interaksi
obat diduga terjadi), possible (interaksi obat belum pasti terjadi), unlikely
(kemungkinan besar interaksi obat tidak terjadi). Derajat keparahan (severity) akibat
interaksi diklasifikasikan menjadi minor (dapat diatasi dengan baik), moderat (efek
sedang, dapat menyebabkan kerusakan organ), mayor (efek fatal, dapat menyebabkan
kematian)

5
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

TUGAS 3 : Interaksi Obat

1. Jelaskan aspek farmasetik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat. Berikan
contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat keparahan
dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
2. Jelaskan aspek farmakokinetik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat.
Berikan contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat
keparahan dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
3. Jelaskan aspek farmakodinamik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat.
Berikan contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat
keparahan dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
4. Jelaskan interaksi obat antihipertensi dengan makanan/minuman. Berikan contoh
dalam bentuk table, mekanisme dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
5. Jelaskan interaksi obat antidiabetik dengan herbal. Berikan contoh dalam bentuk
table, mekanisme dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
6. Jelaskan interaksi obat antiepileptic, antidepressant, antipsikotik dengan nutrient.
Berikan contoh dalam bentuk table, mekanisme dan dampak masing-masing
berdasarkan referensi

TUGAS 4 : Komunikasi, Monitoring dan Evaluasi Obat

Seorang pria, 50 tahun, paska serangan stroke iskemia dan infark mendapat
terapi berupa Metformin 750 mg 1-0-1-0; Pioglitazon 30 mg 1-0-0-0; CPG 75 mg 1-0-0-
0,; Gabapentin 0-0-1-0; Ramipril 2,5 mg 1-0-0-0; Atorvastatin 20 mg 0-0-0-1, fenofibrat
300 mg 0-0-0-1

1. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang harus dikomunikasikan dokter kepada pasien
2. Jelaskan cara monitoring dan evaluasi obat-obat tersebut

Referens :
1. Farmakologi dan Terapi, 2007, Editor : Sulistia Gan, Bag. Farmakologi FKUI,
Jakarta, hal 762-799.
2. Katzung, BG, 2007, Basic and Clinical Pharmacology, !0 th Ed., Singapore, p 934-
958
3. Goodman and Gilman, 2006, The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th ,
USA, p 1739-1776.

6
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

PRAKTIKUM 3

PENULISAN RESEP
(tugas individu, ditulis tangan)

Learning Objectives
Diharapkan mahasiswa mampu :
 Mampu menulis resep sesuai dengan kaidah penulisan resep
 Mampu mencari data dosis dan aturan penggunaan obat dari buku referensi obat
(MIMS, ISO dll)

Latihan 1

Tulislah Resep untuk penderita di bawah ini di kertas folio bergaris (beserta
kelengkapan resep):

2. Tn Roni , 35 tahun, dengan Dx = Gastritis kronik dan Conjunctivitis Bacterial


dextral
- Tablet Amoxicillin untuk 5 hari
- 1 botol Antasida doen untuk 3 hari diminum 1 jam setelah makan dan
sebelum tidur malam
- Tablet Famotidin mg untuk 3 hari
- Salep mata Kloramfenikol untuk 3 hari
3. Tn. Bambang, 43 tahun, dengan Dx=Haemorrhoid interna dan Hipertensi
essensial
- Boraginol-S suppositoria selama 5 hari
- Tablet Asam Mefenamat, 1 jam setelah makan, jika nyeri
- Hidrochlorthiazid untuk sebulan
4. Ny. Leny, 35 tahun, dengan Dx = dermatitis kontak allergi dan sindroma nefrotik
Obat terdiri dari :
- 1 tube Hidrocortison cream, dioles 3 kali sehari
- 20 tablet CTM 4 mg, diberikan 3 kali sehari 1 tablet
- 40 tablet Prednison 60 mg (dosis diturunkan secara bertahap /
tappering of= hari I-III 3x2 tablet, hari IV-VII 3x1 tablet, hari VIII-X 2x1
tablet, hari XI-XIV 1x1 tablet )
5. Tn. Joko , 43 tahun, MRS dengan Dx= nyeri e.c sarkoma dan diare, mendapat
resep yang terdiri dari :
- 1 ampul pethidin injeksi
- 4 ampul papaverin injeksi
- 4 fles 1 gram Ampicillin injeksi
- 1 fles cairan RL 500 mL
- 1 buah abbocath no. 20G
- 1 buah infus set
- 4 buah dispossible spuit 5 mL
- 2 buah dispossible spuit 3 mL
Tandai segera dan serahkan pada dokter.

6. Ny. Purwanti, 40 th, Kedung kandang IV/6 Malang dengan Dx = vaginitis dan
batuk kering
Obat terdiri atas :
- 15 kapsul Tetracyclin 500 mg, tandai 4 kali sehari 1 kapsul setelah
makan
- 12 tablet Codein 20 mg, tandai kalau perlu 2 kali sehari 1 tablet
- 10 Nystatin vaginal tablet, tandai 2 kali sehari 1

7. Sdr.Sigit, 26 tahun, dengan Dx=common cold


Obat terdiri dari :
- Parasetamol 600 mg
- Codein 10 mg
- Gliseryl Guacolat 100 mg

7
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

- Pseudoefedrin 7,5 mg
- Pehachlor 2 mg
Campur dan buatlah secara lege artis puyer dan masukkan dalam kapsul.
Tandai 3 kali 1 kapsul setelah makan

8. Tn Rio, 62 tahun, dengan Dx=glaukoma kronik


Obat terdiri dari :
- Obat tetes mata Timolol 0,5%, diteteskan 2 kali sehari 1 tetes,
- 6 tablet Asetazolamid 250 mg 2 kali sehari
- 6 tablet tablet Aspar K 2 kali sehari

9. Sdr. Peni, 35 tahun, dengan Varisela


Obat terdiri dari :
- Acyclovir tablet untuk 5 hari
- Amoksisilin tablet untuk 5 hari
- Parasetamol tablet untuk 3 hari jika demam
- Acyclovir cream untuk 5 hari
- Salisilat Talk 1% untuk ditaburkan ke bagian tubuh yang telah muncul
bintilnya.

10. Sdr. Rian, 13 tahun, dengan otitis media supuratif sinistra


Obat terdiri dari :
- Cairan H2O2 (perhidrol) 3% 300 mL untuk cuci telinga, dipakai ½ jam
sebelum obat tetes telinga
- 1 buah Otopain tetes telinga,
- tablet Cefadroxil untuk 4 hari

11. Tn. Ardi,37 tahun, dengan nyeri punggung bawah


Obat terdiri dari :
- tablet Na diklofenak untuk 3 hari
- tablet Neurobion 5000 untuk 3 hari
- tablet Diazepam 2mg untuk 3 hari .
- Krim Na Diklofenak, dioleskan di tempat yang paling nyeri

12. Tn Dino , 27 th, dengan Pytiriasis versicolor mendapat resep


- Ketokonazol tablet,
- Selenium sulfid cair yang dioles ½ jam sebelum mandi, dipakai 2 kali
seminggu.

Latihan 2

Hitung dosis obat pada anak dan selanjutnya tulislah resepnya :


1. An. Ali, 3 tahun , BB 20 Kg,
Obat terdiri atas : Ampicillin, Paracetamol, CTM, DMP, GG, Pseudoefedrin
Campur dan buatlah menurut keahlian puyer, berikan sekian takaran sejumlah
12. Tandai 3 kali sehari puyer sebelum makan.
2. An. Puput, 5 th, BB 24 kg
Sirup Eritromisin dan puyer yang berisi Bromheksin, Salbutamol, dan
Pehachlor. Sirup dan puyer masing-masing diminum 3 kali sehari setelah makan.
4. By. Teti, 3 bln, 8 kg, dengan Kandidiasis oral
Dokter meresepkan Kandistatin drop dan Sanmol drop yang diminum 3 kali
sehari jika anaknya panas
5. An. Rasyad, 2,5 th, 15 kg dibawa ke dokter oleh ibunya karena suhu badan
anaknya mulai meningkat sejak 3 jam y.l disertai pilek. Ibu takut dan segera
membawa anaknya ke dokter karena penderita punya riwayat kejang demam.
Dokter meresepkan puyer yang berisi Parasetamol dan Luminal serta sirup
Actifed. Dan sebagai persiapan untuk mengatasi kejang dengan cepat, dokter
juga meresepkan Stesolid supp yang dipakai jika anaknya kejang.
6. An. A, 4 th, BB=18 kg dibawa ke dokter oleh ibunya karena demam 3 hari yang
disertai batuk kering, pilek, dan muntah setiap kali makan. Dokter memberikan

8
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022

obat untuk 5 hari dalam bentuk sirup, yaitu sirup Amoksisilin, sirup Ibuprofen,
sirup antibatuk kering dan sirup metoklopropamid sebagai antimuntah yang
diminum setengah jam sebelum makan. Sirup-sirup tersebut harus diminum
tiga kali sehari
7. An R, 7 th, 27 kg, dibawa ibunya ke dokter karena panas, batuk, dan muntah.
Panas baru terasa 2 hari sedang batuknya sudah 1 minggu, dahak warna hijau,
kental. Ibu meminta obat dalam bentuk tablet terbagi saja karena anaknya sudah
bisa menelan obat tanpa harus dihancurkan. Dokter meresepkan Cotrimoxasol,
Parasetamol, GG dan CTM.
8. Dr. W sedang mengikuti kegiatan bakti sosial. Saat itu datang An. N, 4 tahun,
BB=18 kg bersama ibunya untuk berobat karena N mengalami demam 3 hari
yang disertai batuk berdahak warna kuning, pilek, dan muntah setiap kali
makan. Dokter memberikan obat untuk 5 hari dalam bentuk puyer yang
mengandung antibiotika, parasetamol, gliseril guaikolat, CTM dan
pseudoefedrin. Puyer tersebut harus diminum tiga kali sehari. Selain puyer,
dokter juga memberikan sirup metoklopropamid sebagai antimuntah yang
diminum setengah jam sebelum makan. Karena saat baksos tersebut tidak ada
apoteker / AA, dokter dituntut menulis puyer dalam resep dengan cara yang
memudahkan petugas bagian obat.

You might also like