Professional Documents
Culture Documents
PR KIL 21 20
PR KIL 21 20
PRAKTIKUM 1
MENENTUKAN LD50 (LETHAL DOSE)
SUPERMETRIN (SUTRIN 100 ec) PADA TIKUS
PENDAHULUAN
Pestisida merupakan suatu zat atau campuran zat yang khusus digunakan
untuk mengendalikan, mencegah, dan menangkis gangguan serangga, binatang
pengerat, jasad renik yang dianggap hama serta semua zat atau campuran zat yang
digunakan untuk mengatur pertumbuhan tanaman dan pengering tanaman.
Pestisida bersifat toksik. Pada mamalia efek utama yang ditimbulkan adalah
menghambat asetilkolin esterase yang menyebabkan aktivitas kolinergik yang
berlebihan perangsangan reseptor kolinergik secara terus menerus akibat penumpukan
asetilkolin yang tidak dihidrolisis. Penghambatan asetilkolinesterase juga
menimbulkan polineuropati (neurotoksisitas) mulai terbakar sampai kesemutan,
terutama di kaki akibat kesukaran sensorik dan motorik dapat meluas ke tungkai dan
kaki (terjadi ataksia).
Penilaian keamanan obat/zat kimia perlu dilakukan untuk menentukan
seberapa toksik zat tersebut ke manusia. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tahapan
berikut :
1. Menentukan LD50
2. Melakukan percobaan toksisitas sub akut dan kronis untuk menentukan no
effect level
3. Melakukan percobaan karsinogenitas, teratogenitas, dan mutagenesis yang
merupakan bagian dari penyaringan rutin keamanan.
Salah satu tujuan melakukan uji toksisitas akut adalah untuk menentukan
LD50. LD50 (Lethal Dose 50) adalah dosis yang menimbulkan kematian pada 50%
individu. Perhitungan LD50 didasarkan atas perhitungan statistic. Nilai LD 50 dapat
berbeda 0,002 sampai 16 kali bila dilakukan berbagai macam laboratorium. Karena
itu harus dijelaskan lebih lanjut tentang prosedur yang dipakai, missal berat badan dan
umur tikus, zat pelarut, jantan atau betina, lingkungan, dan sebagainya.
Uji toksisitas akut tidak hanya bertujuan untuk menentukan nilai LD 50, tetapi
juga untuk melihat berbagai perubahan tingkah laku, adakah stimulasi atau depresi
SSP, perubahan aktivitas motorik dan pernafasan tikus, serta untuk mendapat
gambaran tentang sebab kematian. Oleh sebab itu uji toksisitas ini harus dilengkapi
dengan pemeriksaan laboratorium klinik dan pembuatan sediaan histologik dari organ
yang dianggap dapat memperlihatkan kelainan. Kematian yang timbul oleh kerusakan
pada hati, ginjal, atau system hematopoisis tidak akan terjadi pada hari pertama tapi
timbl paling cepat hari ketiga.
PROSEDUR KERJA
1. Siapkan sonde yang berisi sutrin 100 ec untuk masing-masing tikus dengan
dosis 25 mg/kgBB, 100 mg/gBB, 400 mg/kgBB
1
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
LEMBAR PENGAMATAN
HASIL PENGAMATAN
1. Tentukan Onset of Action (mula kerja) dari perubahan perilaku seperti biasa
2. Penentuan LD50 (dosis lethal) mati dari seluruh kelas (6 kelompok)
% Indikasi yang
Respon mati (+/-) pada tikus no.
Dosis berespon
1 2 3 4 5 6
25 mg/kgBB
100 mg/gBB
400
mg/kgBB
KETERANGAN
1. Postur Tubuh
+ = jaga = kepala dan punggung tegak
++ = ngantuk = kepala tegak, punggung mulai datar
+++ = tidur = kepala dan punggung datar
2. Aktivitas Motor
+ = gerak spontan
++ = gerak spontan bila dipegang
+++ = gerak menurun saat dipegang
++++ = tidak ada gerak spontan pada saat dipegang
3. Ataksia = Gerakan berjalan inkoordinasi
+ = inkoordinasi terlihat kadang-kadang
2
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
3
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
PRAKTIKUM 2
MODUL TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN dan PROSES TERAPI 2
(tugas kelompok)
Tugas kelompok :
a. Jawaban kasus ditulis dalam laporan/makalah dan format ppt
- setelah cover depan adalah nama anggota kelompk
- setiap jawaban wajib menuliskan referensi jurnalnya
b. Mencari jurnal terkait jawaban poin a dan masing-masing jurnal diberi identitas
(jurnal tersebut untuk menjawab kasus yang mana) Carilah literatur dari review
artikel (maksimal 5 tahun terakhir ATAU e-book terbaru (maksimal 10 tahun
terakhir) yang sesuai dengan topik yang didiskusikan,
Learning objectives :
Diharapkan mahasiswa mampu :
Mengetahui jenis pemeriksaan, dosis, cara dan lama pemberian suatu zat dalam
hubungannya dengan sifat toksik zat tersebut.
menjelaskan kemungkinan etiologi, mekanisme toksisitas, gejala dan tanda yang
muncul akibat intoksikasi makanan kaleng (toksin botulinum), jamur beracun
(amatoksin, phallotoksin, virotoksin, muskarin, dll ), logam berat (Merkuri,
Arsen, Timbal dan Cadmium), dll.
menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, tes diagnostik yang mendukung, dan
prinsip terapi (supportif dan antidotum) pada masing-masing kasus intoksikasi
Menjelaskan zat aditif apa saja yang mungkin ada pada makanan dan efek
negatif apa saja yang bisa muncul akibat adanya zat–zat tersebut.
Menjelaskan apa pengaruh proses pengolahan makanan seperti pengasapan,
pembakaran, pengalengan, pengasinan pada makanan.
Pendahuluan
Toksikologi adalah ilmu yang mempelajari keamanan dan sifat-sifat toksik setiap
zat kimia yang berasal dari berbagai sumber dan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Untuk menilai sifat zat kimia yang masih asing (xenobiotik) dan belum diketahui
efeknya yang pasti, digunakan hewan coba. Penilaian keamanan zat kimia terhadap
manusia dilakukan dengan cara ektrapolasi data dari hewan ke manusia, sehingga
bersifat prakiraan. Menurut Paraselsus (1564) : “dosis sola facit venereum”, dosis
menentukan apakah suatu bahan/zat adalah racun.
Pemeriksaan toksisitas suatu zat/bahan harus berdasar pada sifat zat (sifat
kimia) yang akan digunakan serta cara penggunaannya. Diperlukan beberapa uji untuk
memastikan efek dan toksisitas suatu zat, meliputi uji farmakokinetik, uji farmako
dinamik dan uji toksisitas. Dari hasil uji farmakokinetik didapat data absorbsi, distribusi,
metabolisme dan ekskresi yang dapat menjelaskan toksisitas suatu bahan. Data
farmakodinami dapat menjelaskan efek toksik dari suatu zat, karena merupakan
lanjutan efek terapi. Uji toksisitas menghasilkan data toksisitas yang dapat digunakan
sebagai dasar penggunaan zat kimia/bahan alam sebagai obat, sehingga tidak
menimbulkan efek toksik.
4
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
tiga meninggal dunia, 16 korban masih menjalani perawatan intensif di Balai Kesehatan
Desa Taileleu dan dua orang di Puskesmas Siberut Barat Daya. Dilaporkan juga enam
ekor kucing mati sesaat setelah makan sisa makanan dari bahan penyu masyarakat
terdampak. Pemeriksaan sampel berupa daging penyu tahun 2013 pernah melaporkan
bahwa positif mengandung arsenik
Tugas :
1. Gejala dan tanda-tanda apa saja yang bisa ditemukan pada pemeriksaan fisik
pada kasus intoksikasi tersebut ?
2. Apa saja pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan ?
3. Bagamana cara memastikan penyebab intoksikasi ?
4. Bagaimana penatalaksanaan kasus intoksikasi tersebut ? Terapi spesifik apa
yang perlu diberikan ?
5. Jelaskan penggolongan, mekanisme kerja, efek samping, indikasi dan cara
penggunaan masing-masing chelating agent
Pendahuluan
Interaksi obat merupakan perubahan efek suatu obat yang disebabkan oleh
interaksi obat dengan obat lain, makanan, nutrient atau herbal. Interaksi obat dapat
mempengaruhi respon tubuh terhadap pengobatan, yaitu berupa peningkatan atau
penurunan efek, yang selanjutnya dapat mempengaruhi outcome terapi pasien.
Berdasarkan mekanismenya, interaksi dapat dibagi menjadi interaksi yang melibatkan
aspek farmasetik, farmakokinetika dan farmakodinamik obat.
Terdapat 5 macam dokumentasi interaksi, yaitu established (interaksi obat
sangat mantap terjadi), probable (interaksi obat dapat terjadi), suspected (interaksi
obat diduga terjadi), possible (interaksi obat belum pasti terjadi), unlikely
(kemungkinan besar interaksi obat tidak terjadi). Derajat keparahan (severity) akibat
interaksi diklasifikasikan menjadi minor (dapat diatasi dengan baik), moderat (efek
sedang, dapat menyebabkan kerusakan organ), mayor (efek fatal, dapat menyebabkan
kematian)
5
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
1. Jelaskan aspek farmasetik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat. Berikan
contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat keparahan
dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
2. Jelaskan aspek farmakokinetik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat.
Berikan contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat
keparahan dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
3. Jelaskan aspek farmakodinamik dalam mekanisme interaksi obat dengan obat.
Berikan contoh dalam bentuk table, cantumkan kemungkinan terjadinya, derajat
keparahan dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
4. Jelaskan interaksi obat antihipertensi dengan makanan/minuman. Berikan contoh
dalam bentuk table, mekanisme dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
5. Jelaskan interaksi obat antidiabetik dengan herbal. Berikan contoh dalam bentuk
table, mekanisme dan dampak masing-masing berdasarkan referensi
6. Jelaskan interaksi obat antiepileptic, antidepressant, antipsikotik dengan nutrient.
Berikan contoh dalam bentuk table, mekanisme dan dampak masing-masing
berdasarkan referensi
Seorang pria, 50 tahun, paska serangan stroke iskemia dan infark mendapat
terapi berupa Metformin 750 mg 1-0-1-0; Pioglitazon 30 mg 1-0-0-0; CPG 75 mg 1-0-0-
0,; Gabapentin 0-0-1-0; Ramipril 2,5 mg 1-0-0-0; Atorvastatin 20 mg 0-0-0-1, fenofibrat
300 mg 0-0-0-1
1. Sebutkan dan jelaskan apa saja yang harus dikomunikasikan dokter kepada pasien
2. Jelaskan cara monitoring dan evaluasi obat-obat tersebut
Referens :
1. Farmakologi dan Terapi, 2007, Editor : Sulistia Gan, Bag. Farmakologi FKUI,
Jakarta, hal 762-799.
2. Katzung, BG, 2007, Basic and Clinical Pharmacology, !0 th Ed., Singapore, p 934-
958
3. Goodman and Gilman, 2006, The Pharmacological Basis of Therapeutics, 11 th ,
USA, p 1739-1776.
6
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
PRAKTIKUM 3
PENULISAN RESEP
(tugas individu, ditulis tangan)
Learning Objectives
Diharapkan mahasiswa mampu :
Mampu menulis resep sesuai dengan kaidah penulisan resep
Mampu mencari data dosis dan aturan penggunaan obat dari buku referensi obat
(MIMS, ISO dll)
Latihan 1
Tulislah Resep untuk penderita di bawah ini di kertas folio bergaris (beserta
kelengkapan resep):
6. Ny. Purwanti, 40 th, Kedung kandang IV/6 Malang dengan Dx = vaginitis dan
batuk kering
Obat terdiri atas :
- 15 kapsul Tetracyclin 500 mg, tandai 4 kali sehari 1 kapsul setelah
makan
- 12 tablet Codein 20 mg, tandai kalau perlu 2 kali sehari 1 tablet
- 10 Nystatin vaginal tablet, tandai 2 kali sehari 1
7
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
- Pseudoefedrin 7,5 mg
- Pehachlor 2 mg
Campur dan buatlah secara lege artis puyer dan masukkan dalam kapsul.
Tandai 3 kali 1 kapsul setelah makan
Latihan 2
8
Blok Kedokteran Industri dan Lingkungan TA 2021/2022
obat untuk 5 hari dalam bentuk sirup, yaitu sirup Amoksisilin, sirup Ibuprofen,
sirup antibatuk kering dan sirup metoklopropamid sebagai antimuntah yang
diminum setengah jam sebelum makan. Sirup-sirup tersebut harus diminum
tiga kali sehari
7. An R, 7 th, 27 kg, dibawa ibunya ke dokter karena panas, batuk, dan muntah.
Panas baru terasa 2 hari sedang batuknya sudah 1 minggu, dahak warna hijau,
kental. Ibu meminta obat dalam bentuk tablet terbagi saja karena anaknya sudah
bisa menelan obat tanpa harus dihancurkan. Dokter meresepkan Cotrimoxasol,
Parasetamol, GG dan CTM.
8. Dr. W sedang mengikuti kegiatan bakti sosial. Saat itu datang An. N, 4 tahun,
BB=18 kg bersama ibunya untuk berobat karena N mengalami demam 3 hari
yang disertai batuk berdahak warna kuning, pilek, dan muntah setiap kali
makan. Dokter memberikan obat untuk 5 hari dalam bentuk puyer yang
mengandung antibiotika, parasetamol, gliseril guaikolat, CTM dan
pseudoefedrin. Puyer tersebut harus diminum tiga kali sehari. Selain puyer,
dokter juga memberikan sirup metoklopropamid sebagai antimuntah yang
diminum setengah jam sebelum makan. Karena saat baksos tersebut tidak ada
apoteker / AA, dokter dituntut menulis puyer dalam resep dengan cara yang
memudahkan petugas bagian obat.