You are on page 1of 29

BAHAN AJAR MATA KULIAH

SEPAKBOLA

Oleh
Panuwun Joko Nurcahyo, S.Pd., M.Pd.
Kusnandar, S.Pd., M.Pd.

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


2022
ABSTRAK

Panuwun Joko Nurcahyo dan Kusnandar

Bahan Ajar Sepak Bola ini merupakan hasil dari Penelitian Hubungan
Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Kecerdasan Intelektual (IQ) Pada Atlet
UKM Sepakbola Unsoed. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani siswa dan kemudian akan peneliti hubungkan dengan
Kecerdasan Intelektual (IQ), sehingga akan diperoleh data mengenai
hubungan antar kedua variabel tersebut. Penelitian ini penting untuk
dilakukan, karena selama ini di UKM Sepakbola Unsoed belum pernah
dilakukan penelitian mengenai hubungan kebugaran dengan kecerdasan
intelektual (IQ). Instrumen Penelitian untuk mengukur kebugaran jasmani
siswa digunakan tes Multilevel Fitness Test (MFT) sedangkan untuk
mengukur kecerdasanintelektual (IQ) menggunakan tes IQ terstandar dengan
jenis tes Standar Progressive Matrices (SPM) yang bekerjasama dengan
lembaga resmi terkait. Metode penelitian menggunakan metode Korelasional,
analisis data menggunakan uji normalitas, uji linieritas dan uji korelasi untuk
melihat hubungan atara kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelktual (IQ).
Penelitian ini diharapkan mampu meberikan informasi mengenai pentingnya
berolahraga dan memiliki kebugaran jasmani sehingga pada
perkembangannya olahraga mampu meningkatkan potensi kearifan lokal di
lingkungan Unsoed dan Kabupaten Banyumas melalui berbagai aktivitas
olahraga. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat kebugaran
jasmani (Vo2 Max) yang dimiliki mahasiswa UKM sekpabola Unsoed
sebesar 44.12 atau dalam kategori Baik dengan nilai simpangan baku 7.42.
Rata-rata tingkat IQ dari 13 orang sebesar 112.15 dengan kategori High
Average dengan simpangan baku 14.51. sedangkan uji korelasi menunjukan
hasil nilai Sig (2-tailed) menunukan nilai 0.000 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang linier antara tingkat kebugaran jasmani
dengan kecerdasan intelektual (IQ). Semakin baik kebugaran yang dimiliki
maka kecerdasan intelektual juga semakin baik.
BAB I
SEPAKBOLA

A. Definisi Sepakbola
Menurut buku Football Theory, sebelum menyusun setuktur sepakbola harus
mengetahui apa itu sepakbola? Sepakbola yaitu olahraga permainan yang bertujuan untuk
menang, menurut FIFA Laws Of The Game untuk mendapatkan kemenangan harus
mencetak gol lebih banyak dari pada kebobolan.
Sepakbola adalah olahraga yang mengharuskan memiliki fisik yang prima.
Kemudian untuk lapangan sepakbola berukuran panjang 100-110 meter, lebar 64-70 meter,
daerah penalti busur berukuran 18 meter dari setiap pos, gawang lebar 7 meter dan tinggi
2,5 meter dan garis penalti 11 meter dari titik tengah garis gawang dan durasi permainannya
selama 90 menit (Qohhar and Pazriansyah, 2019; Sucipto et al., 2019). Dibawah ini
merupakan gambar dan ukuran lapangan sepakbola dengan standar Internasional

Gambar Lapangan Sepkabola beserta Ukurannya

Permainan sepakbola dapat dimainkan saat panas, dingin, hujan, maupun salju
(Darmawan and Maulana, 2019; Budi and Widyaningsih, 2021). Permainan sepakbola
yaitu permainan beregu dengan dua kesebelasan yang bertanding dan melibatkan unsur
fisik, teknik, taktik dan mental, permainan ini dimainkan dengan memperebutkan satu bola
dengan cara ditendang dan bertujuan mencetak gol ke gawang lawan dengan mengacu pada
peraturan yang telah ditentukan (Syafi’i and Setiawan, 2019).
Sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-
masing regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan
berusaha mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan. Teknik sepakbola
adalah cara pengolahan bola maupun pengolahan gerak tubuh dalam bermain. Pemain yang
memiliki fisik dan mental yang baik dapat melakukan gerakan terampil ketika dalam
permainan. Pada saat dalam permainan, pemain yang mampu berlari cepat dapat
menghadapi perubahan situasi permainan. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan
ini menentukan penampilan dalam suatu pertandingan (Anwar, 2013).

B. Teknik Dasar Sepakbola


Sepakbola merupakan salah satu olahraga permainan yang didalamnya terdapat
berbagai teknik dasar seperti, menggiring (dribbling), mengoper (passing), menyundul bola
(heading), dan menembak (shooting).
1) Menggiring Bola (dribbling)
Dribbling adalah keterampilan dasar dalam sepakbola karena semua pemain
harus mampu menguasai bola saat sedang bergerak,berdiri, atau bersiap melakukan
operan atau tembakan. Ketika pemain telah menguasai kemampuan dribbling secara
aktif, sumbangan mereka di dalam pertandingan akan sangat besar (Ilissaputra and
Suharjana, 2016). Menggiring yaitu membawa bola menuju arah gawang lawan dan
berusaha menghindari hadangan lawan.
2) Mengoper Bola (passing)
Passing adalah seni memindahkan momentum bola dari satu pemain ke
pemain lain (Syafi’i and Setiawan, 2019). Passing paling baik dilakukan dengan
menggunakan kaki, tetapi bagian tubuh lain juga bisa digunakan. Passing
membutuhkan banyak teknik yang sangat penting agar dapat tetap menguasai bola.
Dengan passing yang baik, memudahkan untuk berlari ke ruang yang terbuka dan
mengendalikan permainan saat membangun strategi.
3) Menembak Bola (shooting)
Shooting adalah tendangan keras yang ditujukan ke gawang lawan untuk
menghasilkan gol (Ishak and Supriadi, 2018). Seorang pemain harus menguasai
keterampilan dasar menendang bola dan selanjutnya mengembangkan sederet teknik
shooting yang memungkinkannya untuk melakukan tendangan shooting dan
mencetak gol dari berbagai posisi lapangan.
4) Menghentikan Bola (controling)
Controling adalah metode mengontrol bola yang paling sering digunakan
pemain ketika menerima bola dari pemain lain (Danny Mielke 2008). Controlling
terjadi ketika seseorang pemain menerima passing atau menyambut bola dan
mengontrolnya sedemikian rupa sehingga pemain tersebut dapat bergerak dengan
cepat untuk melakukan dribbling, passing dan shooting.
BAB II
KONDISI FISIK

A. Kekuatan (strength)
Kekuatan (strength) merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang
diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Untuk dapat mencapai penampilan prestasi yang
optimal, maka kekuatan harus ditingkatkan sebagai landasan yang mendasari dalam
pembentukan komponen biomotor lainnya. Sasaran latihan kekuatan adalah untuk
meningkatkan daya otot dalam mengatasi beban selama aktivitas olahraga berlangsung
(Kusuma, Nurcahyo and Alivian, 2019; Kusuma, Syafei and Budi, 2019; Hidayat et al.,
2020; Widowati and Decheline, 2020).
Latihan kekuatan yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas dan kuantitasnya dalam proses mencetak olahragawan.
Manfaat dari latihan kekuatan bagi olahragawan diantaranya untuk meningkatkan
kemampuan otot dan jaringan, mengurangi dan menghindari terjadinya cedera pada
olahragawan, meningkatkan prestasi, terapi dan rehabilitasi cedera pada otot, membantu
mempelajari atau penguasaan teknik. Salah satu tujuan dari latihan kekuatan untuk
meningkatkan ukuran besarnya serabut otot atau disebut dengan hypertrophy otot
(Rindawan and Mulyajaya, 2016; Arwih, 2019; Pertiwi et al., 2021).

B. Daya Ledak Tungkai


Menurut Mylsidayu, Kurniawan mengatakan bahwa: “Power dapat diartikan
sebagai kekuatan dan kecepatan yang dilakukan secara bersama-sama dalam melakukan
suatu gerak”. Sedangkan Sajoto mengatakan bahwa: Daya ledak yaitu kemampuan
seseorang untuk mempergunakan kekuatan maksimum yang dikerahkan dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya (Asnaldi, 2020).
Menurut Harsono mengatakan bahwa: “Power adalah hasil dari kekuatan dan
kecepatan”. Sedangkan Ramli mengatakan bahwa: “power adalah kemampuan otot untuk
mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat”. Kekuatan adalah
kemampuan komponen fisik seseorang dalam mempergunakan otot untuk menerima beban
sewaktu bekerja, sedangkan kecepatan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang
sejenisnya secara berturut-turut dalam waktu yang singkat (Yamin 2016).
Dari penjabaran rumus di atas jelaslah bahwa daya eksplosif memiliki dua
komponen yaitu kekuatan dan kecepatan, maka power/daya eksplosif dapat dimanipulasi
atau ditingkatkan dengan melalui meningkatkan kekuatan otot tanpa mengabaikan
kecepatan. Atau sebaliknya dapat meningkatkan kecepatan tanpa mengabaikan kekuatan,
cara pendekatan seperti ini biasanya dengan memanipulasi atau melatih keduanya secara
bersama-sama sehingga menghasilkan daya eksplosif yang baik (Yamin, 2016)

C. Koordinasi
Menurut Atmojo (2008) mengatakan bahwa: Koordinasi adalah kemampuan untuk
secara bersama-sama melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan akurat (tepat).
Komponen koordinasi ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan hubungan berbagai
kemampuan komponen biomotorik lainnya. Komponen yang ada kaitannya dengan
koordinasi ini adalah kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan dan keseimbangan,
Sedangkan menurut Barrow dan McGee dalam Harsono (1988) bahwa: Koordinasi adalah
kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola
gerak khusus (Hidayat, 2018).
Komponen fisik koordinasi sangat penting bagi pemain sepakbola. Hal ini
dikarenakan dalam permainan sepakbola memerlukan banyak keterampilan gerak, Teknik
dasar dan Teknik bermain sepakbola serta kemampuan untuk bekerjasama dengan teman
satu tim. Sehingga dengan koordinasi yang baik maka seorang pemain bola dapat
melakukan berbagai keterampilan dalam sepakbola dengan baik untuk dapat mencetak gol
ke gawag lawan.

D. Kelincahan
Kelincahan menurut Fenanlampir dan Faruq (2015) Kelincahan merupakan salah
satu komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktifitas yang
membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Dalam bukunya,
Ismaryati juga berpendapat bahwa kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran
jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktifitas yang membutuhkan kecepatan
perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Disamping itu kelincahan merupakan
prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga,
terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak (Ismaryati, 2011).
Dalam olahraga sepakbola, faktor kelincahan dibutuhkan pada saat pemain
sepakbola melakukan pergerakan mencari ruang kosong, membaca permainan dan pada
saat melakukan berbagai Teknik dalam sepakbola untuk dapat menghindari dari hadangan
lawan. Dengan kelincahan yang baik maka pemain sepakbola dapat melakukan berbagai
keterampilan dengan baik.
BAB III
KEBUGARAN JASMANI
A. Definisi Kebugaran Jsmani

Kebugaran jasmani yang dimiliki setiap orang tentu memiliki tingkat yang
berbeda- beda. Orang yang melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi, atau disebut sebagai derajat
kebugaran jasmani dinamis. Sedangkan orang yang kurang atau tidak pernah
melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur cenderung memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang rendah atau hanya memiliki derajat kebugaran jasmani
statis (Budi, 2015; Suhartoyo et al., 2019; Listiandi et al., 2020; Magdalena et
al., 2021).

Kebugaran jasmani pada dasarnya memiliki berbagai komponen di


dalamnya, yangmeliputi komponen anatomis dan komponen fisiologis. Mengenai
komponen kebugaran jasmani, Giriwijoyo dan Sidik (2009) menjelaskan bahwa:
Komponen kebugaran jasmani secara anatomis terdiri dari: Ergosistema I
(ES-I)dan Ergosistema II (ES II). ES I terdiri dari:
a. Kerangkan dengan persendiannya.
b. Otot.
c. Syaraf.
ES II terdiri dari:
a. Darah dan cairan tubuh.
b. Perangkat pernapasan.
c. Perangkat kardiovaskular.
Komponen kebugaran jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari
komponen-komponen anatomis tersebut di atas yaitu fungsi dasar ES I
yang wujudnya adalah:
a. Fleksibilitas.
b. Kekuatan dan daya tahan otot.
c. Fungsi koordinasi syaraf.
Fungsi dasar ES II yang wujudnya adalah: daya tahan umum, sering juga
disebutsebagai daya tahan kardio-respirasi.

Komponen Kebugaran Jasmani (Giriwijoyo, 2012)


Prasepty (2017) menjelaskan mengenai komponen-komponen kebugaran
jasmani yaitu sebagai berikut:
Physical fitness includes both health-related and skill-related componen.
Health- related fitness components-cardiorespiratory efficiency, muscular
strength and endurance, flexibility and body composition-focus on abilities
and skills assosiated with performance in movement, sport, dance and
gymnastics. These skill-related components, highly influenced by heredity,
include agility, balance, cordination, power and speed

Kebugaran fisik mencangkup kedua komponen antara hubungan kesehatan dan


hubungan keterampilan. Komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan
efisiensi kardiorespirasi (pernafasan), kekuatan otot dan ketahanan tubuh, kelentukan,
dan komposisi tubuh fokus pada faktor-faktor yang meningkatkan kesehatan yang
optimum dan mencegah timbulnya penyakit serta masalah yang terkait dengan aktivitas.
Komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan fokus pada kemampuan
dan keterampilan yang berasosiasi dengan kinerja dalam gerakan, olahraga, tarian, dan
gimnastik (Hadiana and Sartono, 2021). Komponen keterempilan yang saling
berhubungan ini sangat dipengaruhi oleh faktor keturunan, termasuk kelincahan,
keseimbangan, koordinasi, kekuatan dankecepatan.
Kebugaran jasmani akan memberikan kontribusi positif bagi pertumbuhan dan
perkembangan fungsi tubuh pada anak usia sekolah dari SD hingga Perguruan Tinggi
(Permana and Istiadah, 2018; Widyaningsih et al., 2021). mahasiswa dengan
kemampuan aerobik yang tinggi akan dapat melakukan berbagai aktivitas fisik dengan
baik, sehingga dapat membangun kemampuan gerak dasar yang dimilikinya, karena
kemampuan dan keterampiulan gerak dapat terbentuk dengan baik apabila siswa
memiliki kebugaran jasamani yang baik.
Selain itu manfaat lain dari kebugaran jasmani bagi tubuh antara lain dapat
mencegah berbagai penyakit seperti jantung, pembuluh darah, dan paru-paru sehingga
meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan (Laksana, Ugelta and Jajat, 2019;
Widanita et al., 2019; Avissa et al., 2021). Dengan jasmani yang bugar, hidup menjadi
semangat dan menyenangkan dan dapat menyelesaikan tugas fisik dalam kehidupan
sehari–hari dengan baik. Kebugaran jasmani tidak hanya menggambarkan kesehatan,
tetapi lebih merupakan cara mengukur individu melakukan kegiatannya sehari-hari.
Kebugaran jasmanai tidak hanya berkontribusi terhadap kesehatan dan
kebugaran fisik saja, akan tetapimjuga dapat berpengaruh trhadap perkembangan
kecerdasan intelektual (IQ) pada seseorang. Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh
anak diusia sekolah, karena pada masa inilah perkembangan fisik, mental dan
kecerdasan intelktual dapat dikembangkan dan digali secara optimal. Penelitian yang
dilakukan oleh Lulian Doru (2014) menunjukan hasil Pendidikan jasmani, termasuk di
dalamnya permainan dan olahraga memegang peran penting dalam pengembangan
kepribadian generasi muda. Itu membuat mereka sehat secara fisik, membentu dalam
pembentukan karakter, dan juga mengurangi resiko mereka untuk masalah kesehatan.
Aktivitas olahraga yang dilakukan secara rutin akan dapat mencapai kesehatan dan
kinerja otak secara maksimal, aktivitas fisik juga akan membantu seseorang untuk
meningkatkan kebugaran jasmani yang dimiliki. Selain itu, penjas membuat anak
mengenal kerjasama, disiplin diri, sportivitas, kepemimpinan dan interaksi sosial.

B. Multilevel Fitness Test (MFT)


1. Definisi MFT

MFT (Multi Stage Fitness Test) atau Bleep Test merupakan salah satu
bentuk latihan kebugaran yang biasa di gunakan para pelatih olahraga untuk
mengukur VO2MAX atau penyerapan Oksigen Maksimal seorang atlet (Syafei, et
al, 2020). Tes biasa digunakan pada olahraga-olahraga level Profesional seperti
Sepak Bola, Tenis Lapangan, Basket Ball, dan olahraga lainnya yang membutuhkan
kondisi fisik yang kuat.
Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan
yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes serta
dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan. tes MFT sangatlah
mudah dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes kebugaran lainnya tes ini
tidak rumit dalam pelaksanaannya. tes ini mengukur koordinasi jantung, paru dan
pembuluh dara atau dengan kata lain Cardiovascular. ketika seseorang memiliki
Cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugarannya dapat dikatakan kuat pula.
2. Mekanisme Tes MFT
Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. peserta yang tidak
kuat akan diberhentikan. dalam tes ini terdapat 21 tingkatan denagan 16 balikan
semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik Cardiovascular orang tersebut
(Nurhasan and Cholil, 2014). Beberapa Tindakan Pencegahan
a) Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes yang
kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau tenaga
medis lainnya.
b) Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian peserta test agar mereka
dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh. usahakan sedapat mungkin
peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi menyesuaikan langkah dengan
signyal yang didiktekan lewat kaset.
3. Perlengkapan Test
a) Lapangan atau halaman untuk melaksanakan tes. halaman yang dimaksud harus
memiliki panjang lebih dari 22m dan lebar 1 sampai 1.5M. halaman tidak boleh
licin, panas, tidak rata(berbatu) dengan suasana yang teduh dan sejuk.
b) Laptop, Tape recorder, CD player tau pemutar musik lainnya yang dapat
memutarkan cassette penuntun MFT.
c) Kaset pendukung atau panduan MFT sebagai pemandu melaksanakan tes MFT.
d) Alat ukur panjang untuk mengukur panjang halaman atau lapangan yang akan
digunakan sebagai Trek/lintasan lari MFT.
e) Tanda Batas Jarak dapat memepergunakan Lakban, tali, atau pembatas lainnya
yang dapat memmisahkan lintasan yang satu dengan yang lain. disarankan
menggunakan lakban agar peserta tidak tersandung saat lari.
4. Persiapan dan Pelaksanaan Test
a) Ukur lintasan yang digunakan lari bolak balik sepanjang 20M, dimana kedua
ujungnya diberi batas jarak.
b) Pastikan kaset atau CD pemandu MFT berada di awal.
c) Usahakan sebelum Tes Peserta tidak makan ataupun minum terlalu banyak.
boleh makan namun yang ringan seperti roti ataupun camilan dengan jumlah
yang sedikit.
d) Peserta harus melakukan pemanasan atau pereegangan terlebih dahulu sebelum
melakukan tes terutama otot-otot pada tungkai.
e) Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT.
f) selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan beberata interval
yang teratur.
g) Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal
“TUT” yang pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang
berlawanana.
h) Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT” berbunyi perserta tes harus dapat
mencapai disalah satu lintasan yang ditempuhnya.
i) Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang
terdiri dari tujuh b alikan atau shuttle.
j) Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga
menyelsaikan level selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat.
k) Setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m sosisis salahsatu kaki harus
menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
l) Setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan
irama yang telah diatur oleh kaset atau CD.
m) Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut
maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan
tes MFT.
n) Setelah melakukan tes peserta hendaknya melakukan pendinginan berupa
berjalan ataupun melakukan cooling down.

Gambar Tes FMT


C. Kriteria Penilaian Kebugaran Vo2Max (Tes MFT)

FORM PENGHITUNGAN MFT

Nama :…………………………………………………………………………………………………………………………………...
Usia :……………………………………………………………………………………………………………………………………
Waktu :……………………………………………………………………………………………………………………………………
Tempat :……………………………………………………………………………………………………………………………………
TINGKATAN BALIKAN KE
KE : :
1
1 2 3 4 5 6 7
2
1 2 3 4 5 6 7 8
3
1 2 3 4 5 6 7 8
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
CATATAN KEMAMPUAN
MAKSIMAL
Tingkatan :…………………………………………………………………………

Balikan :…………………………………………………………………………

V02Max :…………………………………………………………………………
Norma Kebugaran Menurut Kenneth H. Copper

Konsumsi Oksigen VO2Max Kategori Kebugaran


28.0' atau Kurang Kurang Sekali
28.1 s/d 34 Kurang
34.1 s/d 42 Sedang
42.1 s/d 52 Baik
52.1 atau lebih Baik Sekali
BAB IV
KECERDASAN INTELEKTUAL (IQ)

A. Definisi Umum
Permainan sepakbola tidak hanya memerlukan kondisi kebugaran jasmani yang
baik dalam hal komponen daya tahan aerobik yang dikur melalui tingkat Vo2Max, akan
tetapi juga memerlukan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dalam bermain sepakbola.
Seorang pemain sepakbola dalam melakukan teknik dasar, teknik bermain dan bekerjasama
dengan rekan satu tim memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Keterampilan
bermain sepakbola, dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ) dan posisi bermain (Najah and Rejeb, 2015). Peneltian lain
menunjukan bahwa dalam proses selaksi dan pembinaan pemain muda cabang sepakbola,
IQ menjadi faktor yang penting (Bowman et al., 2020; Nurcahyo et al., 2021).
Pengambilan keputusan dalam suatu permainan memerlukan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) yang baik. Hasil penelitian lain mengenai pentingnya IQ dalam permainan
sepakbola diketahui bahwa terdapat korelasi positif dari IQ dan EQ dengan performa
permain sepakbola (Nakisa and Rahbardar, 2021). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
maka dapat disimpulkan bahwa faktor kecerdasan intelektuan (IQ) merupakan salah satu
faktor penting dalam menunjang performa atlet sepakbola pada saat latihan maupun
pertandingan. Kebugaran jasmani, khususnya Vo2Max dan kecerdasan intelektual (IQ)
sangat diperukan oleh pemain sepakbola, sehingga dapat melakukan teknik bermain dengan
baik.

B. Tes IQ

Tes Kecerdasan Intektual (IQ) dilakukan untuk mengukur dan mengetahui tingkat
kecerdasan secara kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa UKM Sepakbola Universitas
Jenderal Soedirman. Tes untuk mengukur tingkat kecerdasan IQ menggunakan jenis tes
Standar Progressive Matrices (SPM).
Kecerdasan Intelektual (IQ) diukur dengan melibatkan lembaga tes psikologi yang
profesional. Tes IQ jenis SPM digunakan untuk mengetahui kemampuan atau kecerdasan
umum yang dimiliki oleh seseorang dengan usia 6-60 tahun dengan jumlah 60 soal dan lama
waktu pengerjaan soal selama 75 menit (Rahmadani, 2019). Prosedur tes IQ secara rinci
tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel Prosedur Tes IQ Metode SPM

No. Tahapan Tes Waktu

1 Opening dan Pengisian Lembar 30 Menit


Identitas Teste

2 Subtes A

3 Subtes B

4 Subtes C 30 Menit

5 Subtes D

6 Subtes E

7 Clossing 15 Menit

Hasil pada tes kecerdasran Intelektual (IQ) menunjukan bahwa rata-rata


mahasiswa UKM sepakbola Universitas Jenderal Soedirman berada pada kategori High
Average atau kecerdasan yang dimiliki berada diatas rata-rata. Sehingga kondisi ini sesuai
dengan tingkat pendidikan mahasiswa yang berada di tingkat perguruan tinggi. Kondisi
kecerdasan intelektual (IQ) yang dimiiki mahasiswa berperan dalam penyelesain studi
secara akdemik serta dapat membantu mahasiswa dalam mencapai prestasi non akademik,
khususnya dibidang olahraga sepakbola. IQ adalah elemen penting yang sering
mendefinisikan keberhasilan dalam olahraga, seperti sepak bola, bola voli, bola basket,
tenis, dll yang membutuhkan pemikiran akurat dan cepat (Nakisa and Rahbardar, 2021).
Latifah et al. (2017) Menjelaskan bahwa tingkat kecerdasan (IQ) dalam olahraga menjadi
hal krusial bagi pencapaian performace dan prestasi olahraga.
Hasil penelitian ini juga mendukung penelitian terdahulu yang menyebutkan
bahwa tingkat kecerdasan intelektual (IQ) berpengaruh terhadap keterampilan yang
dimiliki oleh atlet sepakbola (Nakisa and Rahbardar, 2021). Hasil penelitian lain
menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara IQ dengan keterampilan bermain
bolatangan (Shalar et al., 2020). Berdasarkan hasil tersebut maka faktor IQ perlu menjadi
perhatian serius dalam proses pembinaan prestasi sepakbola.
Analisis terhadap data penelitian menunjukan terdapat hubungan yang kuat antara
tingkat kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ) pada mahasiswa UKM
sepakbola Universitas Jenderal Soedirman. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa
kebugaran jasmani yang baik maka akan berpengaruh terhadap tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) yang baik juga. Perpaduan dua komponen tersubut akan membantu
mahasiswa untuk dapat meraih kesuksesan di bidang akademik dan non akademik.
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Pemyusunan Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data penelitian.
Pada penelitian ini dengan judul “Hubungan Tingkat Kebugaran Jasmani dengan
Kebugaran Jasmani” menggunakan dua instrument yaitu Tes Kebugaran Jasmani dengan
Multilevel Fitness Test (MFT) dan Tes Kecerdasan Intelektual (IQ) dengan jenis tes
Standar Progressive Matrices (SPM). Penyusunan angket dlakukan oleh tim peneliti
dengan melobatkan ahli Psikologi untuk mengukur IQ mahasiswa. Tenaga ahli yang telibat
dalam penyusunan instrument terlihat pada Tabel dibawah ini

Tabel Tenaga Ahli Penyusun Istrumen Tes


No Angket Nama Penyusun
1 Tes Kebugaran (MFT) Panuwn Joko Nurcahyo, M.Pd.
2 Tes IQ Kusnandar, M.Kes.
Dr. Henie Kurniawati, S.Psi., M.A.

Proses penyusunan instrument penelitian dilakukan oleh 3 orang dengan terlebih


dahulu melakukan koordinasi. Koordinasi da penyusunan instrument penelitian dilakukan
di Ruang Seminar Gedung Jurusan Pendidikan Jasmani, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto.
Tahap selanjurnya setelah instrument peneltiian telah tersusun maka, tim peneliti
menetukan jadwal pengambilan data peneltiian yang terlebih dahulu berkoordinasi dengan
mahasiswa UKM Sepakbola Universitas Jenderal Soedirman yang berada du wilayah
Purwoerto,

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada situasi pandemic Covid 19, sehingga semua yang terlibat
dalam penelitian ini telah melakukan protocol kesehatan yang ketat. Penelitian
dilaksanakan pada Hari Sabtu, 5 Juni 2021 Pukul 08.00-14.00 WIB. Secara lengkap jadwal
pelaksanaan tes terlihat pada tabel di bawah ini
Tabel Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tes
Hari/Tanggal Waktu Tempat Jenis Tes
Sabtu, 08.00-09.00 WIB Gedung Jurusan Penjas Persiapan Tes
Fikes Unosed
5 Juni 2021
09.00-11.30 WIB Ruang Kelas Jurusan Tes IQ
Penjas Fikes Unosed
13.00-12.30 WIB Gedung Jurusan Penjas ISOMA
Fikes Unosed
12.30-13.30 WIB GOR Bulutangkis Tes Kebugaran
Unosed Jasmani (MFT)
13.30-14-00 WIB Evaluasi dan Penutup

C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Hubungan Tingkat Kebugaran jasmani dengan Kecrdasan Intelektual
(IQ) dilaksanakn di dua tempat yaitu Gedung perkuliahan jurusan penjas Fikes Unsoed dan
GOR Bulutangkis Unsoed. Penelitian diikuti oleh mahasiswa UKM sepakbola Unsoed.
Jumlah sampel pada peneltian ini telihat pada Tabel dibawah ini.

Tabel Sampel Penelitian Mahasiswa UKM Sepakbola Unsoed


No. Angkatan Jumlah
1 2017 4
2 2018 7
3 2019 2
Total 13

Jumlah total sampel penelitian yaitu 13 orang mahasiswa, hal ini dikarenakan pada
situasi pandemic Covid 19 tidak semua mahasiswa UKM Sepakbola berada di Purwokerto.
Untuk mengurangi resiko penularan Covid 19 maka sampel ditentukan hanya mengunakan
mahasiswa yang berada di wilayah Purwokerto. Peneltiian diawali dengan mahasiswa
melakukan tes Kecerdasan Intelektual (IQ).
Tes IQ dilakukan dengan berkerjasama dengan Lembaga tes psikologi yang telah
kredibel dengan memiliki legalitas formal sebagai lembaga tes. Lembaga tes tersebut yaitu
CV PROAKTIF dengan nomor usaha: 01202/11.07/PMIKRO/IX/2016, Nama pemilik
yaitu Heni Kurniawai, S.Psi, M.A. Psikolog yang telah mendapatkan Surat Izin Praktik
Psikologi (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia dengan nomor sertifikat: 0126-19-1-
3. Tes psikologi untuk mengukur kecerdasan Intelektual (IQ) dilakukan selama dua jam
dan dibagi menjadi dua ruangan kelas, sehinga ruangan satu berisikan 6 orang mahasiswa
dengan satu tenaga ahli dan ruangan lain berisikan 7 mahasiswa dengan satu tenaga ahli.
Pembagian ruangan ini bertujuan untuk mengjindari penularan virus dan juga lebih
memberikan kenyamanan kepada mahasiswa untuk mengerjakan soal karena dapat lebih
berkonsentrasi. Pelaksanaan tes IQ terlihat pada gambar berikut ini,

Gambar Tes IQ oleh Tim Peneliti dan Tenaga Ahli Psikologi


Pengabdilan data penelitian selanjutnya yaitu mahasiswa melakukan tes MFT untuk
dapat diketahui tingkat kebugaran jasmani yang dimiliki. Tes kebugaran jasmani dilakuan
dengan siswa melakukan lari bola balik dengan jarak 20 meter dengan mengikuti irama
musik. Skor ditulis seberapa lama mahasiswa dapat melakukan lari bola balik sebanyak-
banyaknya dan kemudian hasil tes akan dikonversi menjadi kategori tingkat kebugaran
jasmani mahasiswa. Pelaksanaan tes MFT terlihat pada gambar dibawah ini.
Gambar Pelaksanaan Tes Kebugaran Jasmani (IMF)

D. Hasil Penelitian
Peneltiian mengenai Hubungan Antara Tingkat Kebugaran Jasmani dengan
Kecerdasan Intelektual (IQ) mahasiswa UKM Sepakbola Universitas Jenderal Soedirman
diikuti oleh 13 orang dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil peneltian berisikan hasil tes
kebugaran jasmani dengan bentuk tes MFT dan hasil tes kecerdasan Intelektual (IQ) dengan
jenis tes Standar Progressive Matrices (SPM).

1. Hasil Tes Kebugaran Jamani


Tes kebugaran jasmani dilakukan untuk mengetahui tingkat daya tahan
cardiorespiratory yang dimiliki oleh mahasiswa UKM sepakbola Unsoed. Tes yang
digunakan yaitu Multilevel Fitness Test (MFT). Hasil tes terlihat pada table dibwah ini.

Tabel Hasil Tes MFT Mahasiswa UKM Sepakbola


No. Nama sampel Hasil MFT Nilai VO2Max Keterangan
1 LAM 10.1 50.2 Baik
2 MDAP 6.2 33.6 Kurang
3 ANR 12.8 56.0 Baik Sekali
4 APS 8.6 41.8 Sedang
5 FJ 8.1 40.2 Sedang
6 FHF 10.5 48.5 Baik
7 NSS 9.7 45.5 Baik
8 AM 10.3 47.9 Baik
9 SER 9.2 43.9 Baik
10 FAM 11.11 53.7 Baik Sekali
11 IR 6.3 33.9 Kurang
12 SDR 9.6 45.2 Baik
13 SF 6.1 33.2 Kurang
Rata-Rata 9.12 44.12 Baik
Simpangan Baku 2.02 7.42

Berdasarkan tabel hasil tes Kebugaran dengan menggunakan MFT diketahui


sebanyak 2 mahasiswa memiliki kebugaran kurang, 2 kategori sedang, 6 orang kategori
baik dan 2 orang memiliki kebugaran jasmani baik sekali. Rata-rata tingkat kebugaran
jasmani (Vo2 Max) yang dimiliki mahasiswa UKM sekpabola Unsoed sebesar 44.12 atau
dalam kategori Baik dengan nilai simpangan baku 7.42. berdasarkan data kebugaran
tersebut maka data disimpulkan bahwa kondisi kebugaran jasmani (Vo2Max) mahasiswa
UKM sepakbola Unsoed berada pada kategori Baik.

2. Hasil Tes IQ
Tes Kecerdasan Intektual (IQ) dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan
secara kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa UKM Sepakbola Unsoed. Tes untuk
mengukur tingkat kecerdasan IQ menggunakan jenis tes Standar Progressive Matrices
(SPM). Hasil tes IQ secara lengkap terlihat pada table dibawah ini.

Tabel Hasil Tes IQ Mahasiswa UKM Sepakbola


No. Nama sampel Hasil Tes IQ Keterangan
1 LAM 120 Superior
2 MDAP 93 Normal or Average
3 ANR 127 Superior
4 APS 96 Normal or Average
5 FJ 115 High Average
6 FHF 122 Superior
7 NSS 118 High average
8 AM 120 Superior
9 SER 113 High Average
10 FAM 134 Superior
11 IR 93 Normal or Average
12 SDR 118 High average
13 SF 89 Low Average
Rata-Rata 112.15 High Average
Simpangan Baku 14.51

Berdasarkan tabel hasil tes IQ diperoleh sebanyak 1 orang berada pada level Low
verage, 3 orang Normal Average, 4 orang High Average dan 5 orang berada pada level IQ
Superior. Rata-rata tingkat IQ dari 13 orang sebesar 112.15 dengan kategori High Average
dengan simpangan baku 14.51. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa UKM sepakbola Unsoed memiliki IQ dalam kategori diatas rata-rata.

3. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji prasarat yang perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan
aplikasi SPSS dengan ketentuan apabila nilai Sig > 0.05 maka data diyatakan normal.
Sedangkan apabila nilai Sig < 0.05 maka data dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas
data peneltiian terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Normalitas Data Penelitian


Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Kebugaran .945 13 .526
IQ .891 13 .101
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true
significance.
Berdasarkan tabel diatas dikethui bahwa nilai signifikansi kebugaran jasmani
sebesar 0.526 dan nilai IQ menunjukan nilai 0.101. berdasarkan nilai tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa data lebih besar daripada 0.05 sehingga data berdistribusi normal.

4. Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengethui apakah terdapat hubungan yang linier
antara kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ) mahasiswa. Uji linieritas
menggunakan SPSS dengan ketentuan ketentuan apabila nilai Sig > 0.05 maka data
diyatakan linier. Sedangkan apabila nilai Sig < 0.05 maka data dinyatakan tidak linier. Hasil
uji linieritas data peneltiian terlihat pada tabel dibawah ini.

Tabel Hasil Uji Linieritas Data Penelitian

ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kebugara Between (Combined) 658.848 9 73.205 80.298 .002
n * IQ Groups Linearity 622.00
567.060 1 567.060 .000
4
Deviation
from 91.788 8 11.473 12.585 .061
Linearity
Within Groups 2.735 3 .912
Total 661.583 12

Berdasarkan tabel diatas dikethui bahwa nilai signifikansi antara kebugaran dengan
IQ menunjukan nilai 0.061. berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data
lebih besar daripada 0.05 sehingga data dinyatakan linier.

5. Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ). Uji koelasi menggunakan
correlation bivariat dengan bantuan SPSS. Ketentuan uji korelasi dnyatakan terdapat
hubungan antar dua variabel yaitu apabila nilai Sig < 0.05. sedangkan apabila nilai Sig >
0.05 maka dimyatakan tidak terdaapt hubungan antar dua variabel penelitan. Hasil uji
Korelasi terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel Uji Korelasi antara Kebugaran Jasmani dengan IQ

Correlations
Kebugaran IQ
Kebugaran Pearson
1 .926**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 13 13
IQ Pearson
.926** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 13 13
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai Sig (2-tailed) menunukan nilai 0.000
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara tingkat kebugaran
jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ). Semakin baik kebugaran yang dimiliki maka
kecerdasan intelektual juga semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2013) ‘Survei Teknik Dasar Dan Kondisi Fisik Pada Siswa Sekolah Sepak Bola
(Ssb) Se Kabupaten Demak Tahun 2012’, Active - Journal of Physical Education,
Sport, Health and Recreation, 2(9), pp. 596–604. doi: 10.15294/active.v2i9.1861.
Arief Darmawan and Amir Maulana (2019) ‘Pengembangan Model Pembelajaran Permainan
Motorik Halus Untuk Anak Usia Dini’, Jurnal Kejaora (Kesehatan Jasmani dan
Olahraga), 4(2), pp. 23–27. doi: 10.36526/kejaora.v4i2.721.
Arwih, M. Z. (2019) ‘Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Handstand Pada
Olahraga Senam Lantai Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2016 Kelas B FKIP UHO’,
JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN. doi: 10.24114/jik.v17i2.12302.
Asnaldi, A. (2020) ‘Hubungan Kelentukan dan Daya Ledak Otot Lengan Terhadap Ketepatan
Smash Bolavoli’, Physical Activity Journal, 1(2), p. 160. doi:
10.20884/1.paju.2020.1.2.2556.
Avissa, A. et al. (2021) ‘Pengaruh Program Latihan Olahraga dan Edukasi Gizi Terhadap
Komposisi Tubuh, Lingkar Perut dan Lingkar Panggul pada Wanita Usia Produktif di
Depok’, Physical Activity Journal, 2(2), p. 176. doi: 10.20884/1.paju.2021.2.2.3947.
Bowman, J. K. et al. (2020) ‘The Athletic Intelligence Quotient and Performance in the
National Football League’, Sports and Exercise Medicine – Open Journal, 6(2), pp. 39–
50. doi: 10.17140/semoj-6-180.
Budi, D. R. (2015) ‘Pengaruh Modifikasi Permainan Vobas dan Kebugaran Jasmani Terhadap
Peningkatan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Penjas di SMP’, Thesis. Available
at: http://repository.upi.edu/id/eprint/17605.
Budi, D. R. and Widyaningsih, R. (2021) ‘Revealing Fanaticism of Football Supporters : Mass
Psychology Perspective’, 24(3).
Hadiana, O. and Sartono (2021) ‘Peningkatan Kebugaran Jasmani Melalui Latihan Cross
Country Mahasiswa UKM Karate Dimasa Pandemi Covid 19 Improvement Of Physical
Fitness Through Cross Country Exercise Karate Student Activity Unit During Covid
19 Pandemic’, Physical Activity Journal, 3(1).
Hidayat, R. et al. (2020) ‘Faktor Fisik Dominan Penentu Keterampilan Bermain Sepak
Takraw’, Jurnal MensSana. doi: 10.24036/jm.v5i1.127.
Ilissaputra, D. A. and Suharjana, S. (2016) ‘Pengaruh metode latihan dan VO2 Max terhadap
dasar sepak bola’, Jurnal Keolahragaan, 4(2), p. 164. doi: 10.21831/jk.v4i2.10892.
Ishak, M. and Supriadi, D. (2018) ‘Peningkatkan Teknik Shooting Melalui Model
Pembelajaran TAI’, JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA), 6(2), pp. 59–68.
Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J. and Alivian, G. N. (2019) ‘Komponen Biomotor Dominan Pada
Permainan Tradisonal Dul-Dulan Khas Banyumas’, Physical Activity Journal, 1(1), p.
44. doi: 10.20884/1.paju.2019.1.1.2000.
Kusuma, M. N. H., Syafei, M. and Budi, D. R. (2019) Biomekanika Olahraga. Purwokerto:
Unsoed Press.
Laksana, B. D., Ugelta, S. and Jajat (2019) ‘Recovery Kondisi Denyut Nadi dengan Joging dan
Istirahat Dinamis’, Jurnal Keolahragaan, 5(2), pp. 12–19.
Latifah, E. et al. (2017) ‘Contribution of Intelligence and Emotional Qoutients with
Performance Athletes Pencak Silat’, IOP Conf. Series: Materials Science and
Engineering, 180. doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012233.
Listiandi, A. D. et al. (2020) ‘Healthy fitness zone: identification of body fat percentage, body
mass index, and aerobic capacity for students’, Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian
Pembelajaran, 6(3), pp. 657–673. doi: https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6i3.14936.
Magdalena, R. et al. (2021) ‘Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh
Pada Situasi Pandemi Covid-19’, Sport Science, 21(2), pp. 99–109.
Muhamad Syafei, Didik Rilastiyo Budi, Mohammad Nanang Himawan Kusuma, A. D. L.
(2020) ‘Identifikasi Keberbakatan Olahraga Metode Australian Sport Search Pada
Anak Sekolah Dasar’, Physical Activity Journal, 1(2), pp. 99–106.
Najah, A. and Rejeb, R. (2015) ‘The psychological profile of youth male soccer players in
different playing positions’, Advanc Physic Education, 5(3), p. 161. doi:
10.4236/ape.2015.53020.
Nakisa, N. and Rahbardar, M. G. (2021) ‘Comparison of IQ, EI, Sports Performance, and
Psychological Characteristics of Young Male Soccer Players in Different Playing
Positions’, Annals of Applied Sport Science, 9(1), pp. 1–8. doi:
10.29252/aassjournal.910.
Nurcahyo, P. J. et al. (2021) ‘Does Physical Fitness Correlate with IQ? A Study among Football
Student Athletes’, Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 6(2).
Nurhasan, H. and Cholil, H. D. (2014) Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Permana, R. and Istiadah, F. N. (2018) ‘Play-Teach-Play Terhadap Peningkatan Kebugaran’,
Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1).
Pertiwi, E. S. et al. (2021) ‘Hubungan Kekuatan Otot Lengan, Kelentukan dan Keseimbangan
Dengan Kemampuan Gerakan Senam Meroda’, Physical Activity Journal, 2(2), p. 146.
doi: 10.20884/1.paju.2021.2.2.3797.
Qohhar, W. and Pazriansyah, D. (2019) ‘Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teaching Games For Understanding (TGFU) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Teknik Dasar Sepakbola’, Physical Activity Journal. doi:
10.20884/1.paju.2019.1.1.1998.
Rahmadani, A. S. (2019) ‘Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
(SPM)’, JPPP - Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 8(2), pp. 59–68. doi:
10.21009/jppp.082.01.
Rindawan and Mulyajaya, M. S. (2016) ‘Hubungan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot
perut dengan kemampuan melakukan sikap lilin pada senam lantai siswa kelas VIII
SMPN Praya Tengah tahun pelajaran 2015/2016’, Jurnal Ilmiah Mandala Education,
2(2), pp. 230–236.
Shalar, O. et al. (2020) ‘The correlation between intelligence and competitive activities of elite
female handball players’, Journal of Physical Education and Sport (JPES), 20(1), pp.
63–70. doi: 10.1002/9781118270011.
Sucipto, S. et al. (2019) ‘The Implementation of Tactical Approach on Students’ Enjoyment in
Playing Football in Junior High School’, Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga,
4(1), pp. 14–20. doi: 10.17509/jpjo.v4i1.16252.
Suhartoyo, T. et al. (2019) ‘Identifikasi Kebugaran Jasmani Siswa SMP Di Daerah Dataran
Tinggi Kabupaten Banyumas’, Physical Activity Journal. doi:
10.20884/1.paju.2019.1.1.1995.
Syafi’i, I. and Setiawan, A. (2019) ‘Koordinasi Mata Dan Kaki Pada Long Passing Sepak
Bola’, Physical Activity Journal. doi: 10.20884/1.paju.2019.1.1.1993.
Widanita, N. et al. (2019) ‘The Effectiveness of Pilates Training Moderl Towards BMI and
Muscle Mass’, Annals of Tropical Medicine & Public Health, 11(December).
Widowati, A. and Decheline, G. (2020) ‘Modifikasi Senjata Anggar Untuk Meningkatkan
Kekuatan Otot Lengan Pada Atlet Anggar Pemula’, Physical Activity Journal, 2(1), p.
109. doi: 10.20884/1.paju.2020.2.1.3331.
Widyaningsih, R. et al. (2021) ‘eSport and Philosophy Behind : A Literature Review’, Annals
of Tropical Medicine & Public Health, 24(3). doi:
http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24348.

You might also like