Professional Documents
Culture Documents
Bahan Ajar Sepakbola - Panuwun Joko
Bahan Ajar Sepakbola - Panuwun Joko
SEPAKBOLA
Oleh
Panuwun Joko Nurcahyo, S.Pd., M.Pd.
Kusnandar, S.Pd., M.Pd.
Bahan Ajar Sepak Bola ini merupakan hasil dari Penelitian Hubungan
Tingkat Kebugaran Jasmani Dengan Kecerdasan Intelektual (IQ) Pada Atlet
UKM Sepakbola Unsoed. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui tingkat
kebugaran jasmani siswa dan kemudian akan peneliti hubungkan dengan
Kecerdasan Intelektual (IQ), sehingga akan diperoleh data mengenai
hubungan antar kedua variabel tersebut. Penelitian ini penting untuk
dilakukan, karena selama ini di UKM Sepakbola Unsoed belum pernah
dilakukan penelitian mengenai hubungan kebugaran dengan kecerdasan
intelektual (IQ). Instrumen Penelitian untuk mengukur kebugaran jasmani
siswa digunakan tes Multilevel Fitness Test (MFT) sedangkan untuk
mengukur kecerdasanintelektual (IQ) menggunakan tes IQ terstandar dengan
jenis tes Standar Progressive Matrices (SPM) yang bekerjasama dengan
lembaga resmi terkait. Metode penelitian menggunakan metode Korelasional,
analisis data menggunakan uji normalitas, uji linieritas dan uji korelasi untuk
melihat hubungan atara kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelktual (IQ).
Penelitian ini diharapkan mampu meberikan informasi mengenai pentingnya
berolahraga dan memiliki kebugaran jasmani sehingga pada
perkembangannya olahraga mampu meningkatkan potensi kearifan lokal di
lingkungan Unsoed dan Kabupaten Banyumas melalui berbagai aktivitas
olahraga. Hasil penelitian menunjukan bahwa rata-rata tingkat kebugaran
jasmani (Vo2 Max) yang dimiliki mahasiswa UKM sekpabola Unsoed
sebesar 44.12 atau dalam kategori Baik dengan nilai simpangan baku 7.42.
Rata-rata tingkat IQ dari 13 orang sebesar 112.15 dengan kategori High
Average dengan simpangan baku 14.51. sedangkan uji korelasi menunjukan
hasil nilai Sig (2-tailed) menunukan nilai 0.000 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat hubungan yang linier antara tingkat kebugaran jasmani
dengan kecerdasan intelektual (IQ). Semakin baik kebugaran yang dimiliki
maka kecerdasan intelektual juga semakin baik.
BAB I
SEPAKBOLA
A. Definisi Sepakbola
Menurut buku Football Theory, sebelum menyusun setuktur sepakbola harus
mengetahui apa itu sepakbola? Sepakbola yaitu olahraga permainan yang bertujuan untuk
menang, menurut FIFA Laws Of The Game untuk mendapatkan kemenangan harus
mencetak gol lebih banyak dari pada kebobolan.
Sepakbola adalah olahraga yang mengharuskan memiliki fisik yang prima.
Kemudian untuk lapangan sepakbola berukuran panjang 100-110 meter, lebar 64-70 meter,
daerah penalti busur berukuran 18 meter dari setiap pos, gawang lebar 7 meter dan tinggi
2,5 meter dan garis penalti 11 meter dari titik tengah garis gawang dan durasi permainannya
selama 90 menit (Qohhar and Pazriansyah, 2019; Sucipto et al., 2019). Dibawah ini
merupakan gambar dan ukuran lapangan sepakbola dengan standar Internasional
Permainan sepakbola dapat dimainkan saat panas, dingin, hujan, maupun salju
(Darmawan and Maulana, 2019; Budi and Widyaningsih, 2021). Permainan sepakbola
yaitu permainan beregu dengan dua kesebelasan yang bertanding dan melibatkan unsur
fisik, teknik, taktik dan mental, permainan ini dimainkan dengan memperebutkan satu bola
dengan cara ditendang dan bertujuan mencetak gol ke gawang lawan dengan mengacu pada
peraturan yang telah ditentukan (Syafi’i and Setiawan, 2019).
Sepakbola merupakan permainan yang dimainkan oleh dua regu yang masing-
masing regu berusaha memasukkan bola sebanyak-banyaknya ke dalam gawang lawan dan
berusaha mempertahankan gawangnya sendiri agar tidak kemasukan. Teknik sepakbola
adalah cara pengolahan bola maupun pengolahan gerak tubuh dalam bermain. Pemain yang
memiliki fisik dan mental yang baik dapat melakukan gerakan terampil ketika dalam
permainan. Pada saat dalam permainan, pemain yang mampu berlari cepat dapat
menghadapi perubahan situasi permainan. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan
ini menentukan penampilan dalam suatu pertandingan (Anwar, 2013).
A. Kekuatan (strength)
Kekuatan (strength) merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang
diperlukan dalam setiap cabang olahraga. Untuk dapat mencapai penampilan prestasi yang
optimal, maka kekuatan harus ditingkatkan sebagai landasan yang mendasari dalam
pembentukan komponen biomotor lainnya. Sasaran latihan kekuatan adalah untuk
meningkatkan daya otot dalam mengatasi beban selama aktivitas olahraga berlangsung
(Kusuma, Nurcahyo and Alivian, 2019; Kusuma, Syafei and Budi, 2019; Hidayat et al.,
2020; Widowati and Decheline, 2020).
Latihan kekuatan yang dilaksanakan secara baik dan tepat akan berpengaruh
terhadap peningkatan kualitas dan kuantitasnya dalam proses mencetak olahragawan.
Manfaat dari latihan kekuatan bagi olahragawan diantaranya untuk meningkatkan
kemampuan otot dan jaringan, mengurangi dan menghindari terjadinya cedera pada
olahragawan, meningkatkan prestasi, terapi dan rehabilitasi cedera pada otot, membantu
mempelajari atau penguasaan teknik. Salah satu tujuan dari latihan kekuatan untuk
meningkatkan ukuran besarnya serabut otot atau disebut dengan hypertrophy otot
(Rindawan and Mulyajaya, 2016; Arwih, 2019; Pertiwi et al., 2021).
C. Koordinasi
Menurut Atmojo (2008) mengatakan bahwa: Koordinasi adalah kemampuan untuk
secara bersama-sama melakukan berbagai tugas gerak secara mulus dan akurat (tepat).
Komponen koordinasi ini tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan hubungan berbagai
kemampuan komponen biomotorik lainnya. Komponen yang ada kaitannya dengan
koordinasi ini adalah kecepatan, kekuatan, daya tahan, kelincahan dan keseimbangan,
Sedangkan menurut Barrow dan McGee dalam Harsono (1988) bahwa: Koordinasi adalah
kemampuan untuk memadukan berbagai macam gerakan ke dalam satu atau lebih pola
gerak khusus (Hidayat, 2018).
Komponen fisik koordinasi sangat penting bagi pemain sepakbola. Hal ini
dikarenakan dalam permainan sepakbola memerlukan banyak keterampilan gerak, Teknik
dasar dan Teknik bermain sepakbola serta kemampuan untuk bekerjasama dengan teman
satu tim. Sehingga dengan koordinasi yang baik maka seorang pemain bola dapat
melakukan berbagai keterampilan dalam sepakbola dengan baik untuk dapat mencetak gol
ke gawag lawan.
D. Kelincahan
Kelincahan menurut Fenanlampir dan Faruq (2015) Kelincahan merupakan salah
satu komponen kesegaran jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktifitas yang
membutuhkan kecepatan perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Dalam bukunya,
Ismaryati juga berpendapat bahwa kelincahan merupakan salah satu komponen kesegaran
jasmani yang sangat diperlukan pada semua aktifitas yang membutuhkan kecepatan
perubahan posisi tubuh dan bagian-bagiannya. Disamping itu kelincahan merupakan
prasyarat untuk mempelajari dan memperbaiki keterampilan gerak dan teknik olahraga,
terutama gerakan-gerakan yang membutuhkan koordinasi gerak (Ismaryati, 2011).
Dalam olahraga sepakbola, faktor kelincahan dibutuhkan pada saat pemain
sepakbola melakukan pergerakan mencari ruang kosong, membaca permainan dan pada
saat melakukan berbagai Teknik dalam sepakbola untuk dapat menghindari dari hadangan
lawan. Dengan kelincahan yang baik maka pemain sepakbola dapat melakukan berbagai
keterampilan dengan baik.
BAB III
KEBUGARAN JASMANI
A. Definisi Kebugaran Jsmani
Kebugaran jasmani yang dimiliki setiap orang tentu memiliki tingkat yang
berbeda- beda. Orang yang melakukan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur
akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang tinggi, atau disebut sebagai derajat
kebugaran jasmani dinamis. Sedangkan orang yang kurang atau tidak pernah
melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara teratur cenderung memiliki tingkat
kebugaran jasmani yang rendah atau hanya memiliki derajat kebugaran jasmani
statis (Budi, 2015; Suhartoyo et al., 2019; Listiandi et al., 2020; Magdalena et
al., 2021).
MFT (Multi Stage Fitness Test) atau Bleep Test merupakan salah satu
bentuk latihan kebugaran yang biasa di gunakan para pelatih olahraga untuk
mengukur VO2MAX atau penyerapan Oksigen Maksimal seorang atlet (Syafei, et
al, 2020). Tes biasa digunakan pada olahraga-olahraga level Profesional seperti
Sepak Bola, Tenis Lapangan, Basket Ball, dan olahraga lainnya yang membutuhkan
kondisi fisik yang kuat.
Pelaksanaan tes dapat dilakukan dengan beberapa orang sekaligus, asalkan
yang mengetes dapat mencatat dengan tepat dan cermat setiap tahapan tes serta
dapat menghentikan dengan tepat sesuai dengan ketentuan. tes MFT sangatlah
mudah dilakukan karena dibandingkan dengan tes-tes kebugaran lainnya tes ini
tidak rumit dalam pelaksanaannya. tes ini mengukur koordinasi jantung, paru dan
pembuluh dara atau dengan kata lain Cardiovascular. ketika seseorang memiliki
Cardiovascular yang baik dan kuat maka kebugarannya dapat dikatakan kuat pula.
2. Mekanisme Tes MFT
Peserta tes akan berlari sejauh 20M secara bolak balik. peserta yang tidak
kuat akan diberhentikan. dalam tes ini terdapat 21 tingkatan denagan 16 balikan
semakin tinggi tingkatannya maka semakin baik Cardiovascular orang tersebut
(Nurhasan and Cholil, 2014). Beberapa Tindakan Pencegahan
a) Peserta tes harus dalam kondisi sehat, dan apabila terdapat peserta tes yang
kurang sehat dapat melakukan konsultasi dengan dokter, perawat atau tenaga
medis lainnya.
b) Pengetes perlu menggugah motivasi dan perhatian peserta test agar mereka
dapat melakukan tes dengan sungguh-sungguh. usahakan sedapat mungkin
peserta tes berhenti berlari ketika tidak dapat lagi menyesuaikan langkah dengan
signyal yang didiktekan lewat kaset.
3. Perlengkapan Test
a) Lapangan atau halaman untuk melaksanakan tes. halaman yang dimaksud harus
memiliki panjang lebih dari 22m dan lebar 1 sampai 1.5M. halaman tidak boleh
licin, panas, tidak rata(berbatu) dengan suasana yang teduh dan sejuk.
b) Laptop, Tape recorder, CD player tau pemutar musik lainnya yang dapat
memutarkan cassette penuntun MFT.
c) Kaset pendukung atau panduan MFT sebagai pemandu melaksanakan tes MFT.
d) Alat ukur panjang untuk mengukur panjang halaman atau lapangan yang akan
digunakan sebagai Trek/lintasan lari MFT.
e) Tanda Batas Jarak dapat memepergunakan Lakban, tali, atau pembatas lainnya
yang dapat memmisahkan lintasan yang satu dengan yang lain. disarankan
menggunakan lakban agar peserta tidak tersandung saat lari.
4. Persiapan dan Pelaksanaan Test
a) Ukur lintasan yang digunakan lari bolak balik sepanjang 20M, dimana kedua
ujungnya diberi batas jarak.
b) Pastikan kaset atau CD pemandu MFT berada di awal.
c) Usahakan sebelum Tes Peserta tidak makan ataupun minum terlalu banyak.
boleh makan namun yang ringan seperti roti ataupun camilan dengan jumlah
yang sedikit.
d) Peserta harus melakukan pemanasan atau pereegangan terlebih dahulu sebelum
melakukan tes terutama otot-otot pada tungkai.
e) Hidupkan Tape atau CD panduan tes MFT.
f) selanjutnya akan terdenganr bunyi “TUT” tunggal dengan beberata interval
yang teratur.
g) Peserta tes diharapkan untuk sampai ke ujung yang bertepatan dengan sinyal
“TUT” yang pertama berbunyi untuk kemudian berbalik dan berlari kearah yang
berlawanana.
h) Selanjutnya setiap satu kali sinyal “TUT” berbunyi perserta tes harus dapat
mencapai disalah satu lintasan yang ditempuhnya.
i) Setelah mencapai interval satu menit disebut level atau tingkatan satu yang
terdiri dari tujuh b alikan atau shuttle.
j) Selanjutnya mencapai interval satu menit akan berkurang sehingga
menyelsaikan level selanjutnya perserta harus berlari lebih cepat.
k) Setiap kali peserta tes menyelsaikan jarak 20m sosisis salahsatu kaki harus
menginjak atau melewati batas atau garis 20m.
l) Setiap peserta harus berusaha untuk berlari selama mungkin sesuai dengan
irama yang telah diatur oleh kaset atau CD.
m) Jika peserta gagal mencapai garis pembatas 20m sebanyak 2 kali berturut-turut
maka akan dihentikan atau telah dinyatakan tidak kuat dalam melaksananakan
tes MFT.
n) Setelah melakukan tes peserta hendaknya melakukan pendinginan berupa
berjalan ataupun melakukan cooling down.
Nama :…………………………………………………………………………………………………………………………………...
Usia :……………………………………………………………………………………………………………………………………
Waktu :……………………………………………………………………………………………………………………………………
Tempat :……………………………………………………………………………………………………………………………………
TINGKATAN BALIKAN KE
KE : :
1
1 2 3 4 5 6 7
2
1 2 3 4 5 6 7 8
3
1 2 3 4 5 6 7 8
4
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
6
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
7
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
8
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
9
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
11
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
12
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
13
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
14
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
15
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
16
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
17
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
18
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
19
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
20
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
21
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
CATATAN KEMAMPUAN
MAKSIMAL
Tingkatan :…………………………………………………………………………
Balikan :…………………………………………………………………………
V02Max :…………………………………………………………………………
Norma Kebugaran Menurut Kenneth H. Copper
A. Definisi Umum
Permainan sepakbola tidak hanya memerlukan kondisi kebugaran jasmani yang
baik dalam hal komponen daya tahan aerobik yang dikur melalui tingkat Vo2Max, akan
tetapi juga memerlukan tingkat kecerdasan intelektual (IQ) dalam bermain sepakbola.
Seorang pemain sepakbola dalam melakukan teknik dasar, teknik bermain dan bekerjasama
dengan rekan satu tim memerlukan pengambilan keputusan yang tepat. Keterampilan
bermain sepakbola, dimungkinkan dipengaruhi oleh faktor kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ) dan posisi bermain (Najah and Rejeb, 2015). Peneltian lain
menunjukan bahwa dalam proses selaksi dan pembinaan pemain muda cabang sepakbola,
IQ menjadi faktor yang penting (Bowman et al., 2020; Nurcahyo et al., 2021).
Pengambilan keputusan dalam suatu permainan memerlukan tingkat kecerdasan
intelektual (IQ) yang baik. Hasil penelitian lain mengenai pentingnya IQ dalam permainan
sepakbola diketahui bahwa terdapat korelasi positif dari IQ dan EQ dengan performa
permain sepakbola (Nakisa and Rahbardar, 2021). Berdasarkan hasil penelitian terdahulu
maka dapat disimpulkan bahwa faktor kecerdasan intelektuan (IQ) merupakan salah satu
faktor penting dalam menunjang performa atlet sepakbola pada saat latihan maupun
pertandingan. Kebugaran jasmani, khususnya Vo2Max dan kecerdasan intelektual (IQ)
sangat diperukan oleh pemain sepakbola, sehingga dapat melakukan teknik bermain dengan
baik.
B. Tes IQ
Tes Kecerdasan Intektual (IQ) dilakukan untuk mengukur dan mengetahui tingkat
kecerdasan secara kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa UKM Sepakbola Universitas
Jenderal Soedirman. Tes untuk mengukur tingkat kecerdasan IQ menggunakan jenis tes
Standar Progressive Matrices (SPM).
Kecerdasan Intelektual (IQ) diukur dengan melibatkan lembaga tes psikologi yang
profesional. Tes IQ jenis SPM digunakan untuk mengetahui kemampuan atau kecerdasan
umum yang dimiliki oleh seseorang dengan usia 6-60 tahun dengan jumlah 60 soal dan lama
waktu pengerjaan soal selama 75 menit (Rahmadani, 2019). Prosedur tes IQ secara rinci
tertera pada tabel dibawah ini.
Tabel Prosedur Tes IQ Metode SPM
2 Subtes A
3 Subtes B
4 Subtes C 30 Menit
5 Subtes D
6 Subtes E
7 Clossing 15 Menit
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Hubungan Tingkat Kebugaran jasmani dengan Kecrdasan Intelektual
(IQ) dilaksanakn di dua tempat yaitu Gedung perkuliahan jurusan penjas Fikes Unsoed dan
GOR Bulutangkis Unsoed. Penelitian diikuti oleh mahasiswa UKM sepakbola Unsoed.
Jumlah sampel pada peneltian ini telihat pada Tabel dibawah ini.
Jumlah total sampel penelitian yaitu 13 orang mahasiswa, hal ini dikarenakan pada
situasi pandemic Covid 19 tidak semua mahasiswa UKM Sepakbola berada di Purwokerto.
Untuk mengurangi resiko penularan Covid 19 maka sampel ditentukan hanya mengunakan
mahasiswa yang berada di wilayah Purwokerto. Peneltiian diawali dengan mahasiswa
melakukan tes Kecerdasan Intelektual (IQ).
Tes IQ dilakukan dengan berkerjasama dengan Lembaga tes psikologi yang telah
kredibel dengan memiliki legalitas formal sebagai lembaga tes. Lembaga tes tersebut yaitu
CV PROAKTIF dengan nomor usaha: 01202/11.07/PMIKRO/IX/2016, Nama pemilik
yaitu Heni Kurniawai, S.Psi, M.A. Psikolog yang telah mendapatkan Surat Izin Praktik
Psikologi (SIPP) dari Himpunan Psikologi Indonesia dengan nomor sertifikat: 0126-19-1-
3. Tes psikologi untuk mengukur kecerdasan Intelektual (IQ) dilakukan selama dua jam
dan dibagi menjadi dua ruangan kelas, sehinga ruangan satu berisikan 6 orang mahasiswa
dengan satu tenaga ahli dan ruangan lain berisikan 7 mahasiswa dengan satu tenaga ahli.
Pembagian ruangan ini bertujuan untuk mengjindari penularan virus dan juga lebih
memberikan kenyamanan kepada mahasiswa untuk mengerjakan soal karena dapat lebih
berkonsentrasi. Pelaksanaan tes IQ terlihat pada gambar berikut ini,
D. Hasil Penelitian
Peneltiian mengenai Hubungan Antara Tingkat Kebugaran Jasmani dengan
Kecerdasan Intelektual (IQ) mahasiswa UKM Sepakbola Universitas Jenderal Soedirman
diikuti oleh 13 orang dengan jenis kelamin laki-laki. Hasil peneltian berisikan hasil tes
kebugaran jasmani dengan bentuk tes MFT dan hasil tes kecerdasan Intelektual (IQ) dengan
jenis tes Standar Progressive Matrices (SPM).
2. Hasil Tes IQ
Tes Kecerdasan Intektual (IQ) dilakukan untuk mengetahui tingkat kecerdasan
secara kognitif yang dimiliki oleh mahasiswa UKM Sepakbola Unsoed. Tes untuk
mengukur tingkat kecerdasan IQ menggunakan jenis tes Standar Progressive Matrices
(SPM). Hasil tes IQ secara lengkap terlihat pada table dibawah ini.
Berdasarkan tabel hasil tes IQ diperoleh sebanyak 1 orang berada pada level Low
verage, 3 orang Normal Average, 4 orang High Average dan 5 orang berada pada level IQ
Superior. Rata-rata tingkat IQ dari 13 orang sebesar 112.15 dengan kategori High Average
dengan simpangan baku 14.51. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
mahasiswa UKM sepakbola Unsoed memiliki IQ dalam kategori diatas rata-rata.
3. Uji Normalitas
Uji Normalitas merupakan uji prasarat yang perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas data menggunakan
aplikasi SPSS dengan ketentuan apabila nilai Sig > 0.05 maka data diyatakan normal.
Sedangkan apabila nilai Sig < 0.05 maka data dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas
data peneltiian terlihat pada tabel dibawah ini.
4. Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengethui apakah terdapat hubungan yang linier
antara kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ) mahasiswa. Uji linieritas
menggunakan SPSS dengan ketentuan ketentuan apabila nilai Sig > 0.05 maka data
diyatakan linier. Sedangkan apabila nilai Sig < 0.05 maka data dinyatakan tidak linier. Hasil
uji linieritas data peneltiian terlihat pada tabel dibawah ini.
ANOVA Table
Sum of Mean
Squares df Square F Sig.
Kebugara Between (Combined) 658.848 9 73.205 80.298 .002
n * IQ Groups Linearity 622.00
567.060 1 567.060 .000
4
Deviation
from 91.788 8 11.473 12.585 .061
Linearity
Within Groups 2.735 3 .912
Total 661.583 12
Berdasarkan tabel diatas dikethui bahwa nilai signifikansi antara kebugaran dengan
IQ menunjukan nilai 0.061. berdasarkan nilai tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data
lebih besar daripada 0.05 sehingga data dinyatakan linier.
5. Uji Korelasi
Uji korelasi dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
kebugaran jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ). Uji koelasi menggunakan
correlation bivariat dengan bantuan SPSS. Ketentuan uji korelasi dnyatakan terdapat
hubungan antar dua variabel yaitu apabila nilai Sig < 0.05. sedangkan apabila nilai Sig >
0.05 maka dimyatakan tidak terdaapt hubungan antar dua variabel penelitan. Hasil uji
Korelasi terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel Uji Korelasi antara Kebugaran Jasmani dengan IQ
Correlations
Kebugaran IQ
Kebugaran Pearson
1 .926**
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 13 13
IQ Pearson
.926** 1
Correlation
Sig. (2-tailed) .000
N 13 13
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai Sig (2-tailed) menunukan nilai 0.000
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang linier antara tingkat kebugaran
jasmani dengan kecerdasan intelektual (IQ). Semakin baik kebugaran yang dimiliki maka
kecerdasan intelektual juga semakin baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, S. (2013) ‘Survei Teknik Dasar Dan Kondisi Fisik Pada Siswa Sekolah Sepak Bola
(Ssb) Se Kabupaten Demak Tahun 2012’, Active - Journal of Physical Education,
Sport, Health and Recreation, 2(9), pp. 596–604. doi: 10.15294/active.v2i9.1861.
Arief Darmawan and Amir Maulana (2019) ‘Pengembangan Model Pembelajaran Permainan
Motorik Halus Untuk Anak Usia Dini’, Jurnal Kejaora (Kesehatan Jasmani dan
Olahraga), 4(2), pp. 23–27. doi: 10.36526/kejaora.v4i2.721.
Arwih, M. Z. (2019) ‘Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dengan Kemampuan Handstand Pada
Olahraga Senam Lantai Mahasiswa Penjaskesrek Angkatan 2016 Kelas B FKIP UHO’,
JURNAL ILMU KEOLAHRAGAAN. doi: 10.24114/jik.v17i2.12302.
Asnaldi, A. (2020) ‘Hubungan Kelentukan dan Daya Ledak Otot Lengan Terhadap Ketepatan
Smash Bolavoli’, Physical Activity Journal, 1(2), p. 160. doi:
10.20884/1.paju.2020.1.2.2556.
Avissa, A. et al. (2021) ‘Pengaruh Program Latihan Olahraga dan Edukasi Gizi Terhadap
Komposisi Tubuh, Lingkar Perut dan Lingkar Panggul pada Wanita Usia Produktif di
Depok’, Physical Activity Journal, 2(2), p. 176. doi: 10.20884/1.paju.2021.2.2.3947.
Bowman, J. K. et al. (2020) ‘The Athletic Intelligence Quotient and Performance in the
National Football League’, Sports and Exercise Medicine – Open Journal, 6(2), pp. 39–
50. doi: 10.17140/semoj-6-180.
Budi, D. R. (2015) ‘Pengaruh Modifikasi Permainan Vobas dan Kebugaran Jasmani Terhadap
Peningkatan Kerjasama Siswa dalam Pembelajaran Penjas di SMP’, Thesis. Available
at: http://repository.upi.edu/id/eprint/17605.
Budi, D. R. and Widyaningsih, R. (2021) ‘Revealing Fanaticism of Football Supporters : Mass
Psychology Perspective’, 24(3).
Hadiana, O. and Sartono (2021) ‘Peningkatan Kebugaran Jasmani Melalui Latihan Cross
Country Mahasiswa UKM Karate Dimasa Pandemi Covid 19 Improvement Of Physical
Fitness Through Cross Country Exercise Karate Student Activity Unit During Covid
19 Pandemic’, Physical Activity Journal, 3(1).
Hidayat, R. et al. (2020) ‘Faktor Fisik Dominan Penentu Keterampilan Bermain Sepak
Takraw’, Jurnal MensSana. doi: 10.24036/jm.v5i1.127.
Ilissaputra, D. A. and Suharjana, S. (2016) ‘Pengaruh metode latihan dan VO2 Max terhadap
dasar sepak bola’, Jurnal Keolahragaan, 4(2), p. 164. doi: 10.21831/jk.v4i2.10892.
Ishak, M. and Supriadi, D. (2018) ‘Peningkatkan Teknik Shooting Melalui Model
Pembelajaran TAI’, JUDIKA (JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA), 6(2), pp. 59–68.
Kusuma, I. J., Nurcahyo, P. J. and Alivian, G. N. (2019) ‘Komponen Biomotor Dominan Pada
Permainan Tradisonal Dul-Dulan Khas Banyumas’, Physical Activity Journal, 1(1), p.
44. doi: 10.20884/1.paju.2019.1.1.2000.
Kusuma, M. N. H., Syafei, M. and Budi, D. R. (2019) Biomekanika Olahraga. Purwokerto:
Unsoed Press.
Laksana, B. D., Ugelta, S. and Jajat (2019) ‘Recovery Kondisi Denyut Nadi dengan Joging dan
Istirahat Dinamis’, Jurnal Keolahragaan, 5(2), pp. 12–19.
Latifah, E. et al. (2017) ‘Contribution of Intelligence and Emotional Qoutients with
Performance Athletes Pencak Silat’, IOP Conf. Series: Materials Science and
Engineering, 180. doi: 10.1088/1757-899X/180/1/012233.
Listiandi, A. D. et al. (2020) ‘Healthy fitness zone: identification of body fat percentage, body
mass index, and aerobic capacity for students’, Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian
Pembelajaran, 6(3), pp. 657–673. doi: https://doi.org/10.29407/js_unpgri.v6i3.14936.
Magdalena, R. et al. (2021) ‘Hubungan Antara Aktivitas Fisik Dengan Indeks Massa Tubuh
Pada Situasi Pandemi Covid-19’, Sport Science, 21(2), pp. 99–109.
Muhamad Syafei, Didik Rilastiyo Budi, Mohammad Nanang Himawan Kusuma, A. D. L.
(2020) ‘Identifikasi Keberbakatan Olahraga Metode Australian Sport Search Pada
Anak Sekolah Dasar’, Physical Activity Journal, 1(2), pp. 99–106.
Najah, A. and Rejeb, R. (2015) ‘The psychological profile of youth male soccer players in
different playing positions’, Advanc Physic Education, 5(3), p. 161. doi:
10.4236/ape.2015.53020.
Nakisa, N. and Rahbardar, M. G. (2021) ‘Comparison of IQ, EI, Sports Performance, and
Psychological Characteristics of Young Male Soccer Players in Different Playing
Positions’, Annals of Applied Sport Science, 9(1), pp. 1–8. doi:
10.29252/aassjournal.910.
Nurcahyo, P. J. et al. (2021) ‘Does Physical Fitness Correlate with IQ? A Study among Football
Student Athletes’, Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga, 6(2).
Nurhasan, H. and Cholil, H. D. (2014) Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung:
Universitas Pendidikan Indonesia.
Permana, R. and Istiadah, F. N. (2018) ‘Play-Teach-Play Terhadap Peningkatan Kebugaran’,
Naturalistic: Jurnal Kajian Penelitan Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1).
Pertiwi, E. S. et al. (2021) ‘Hubungan Kekuatan Otot Lengan, Kelentukan dan Keseimbangan
Dengan Kemampuan Gerakan Senam Meroda’, Physical Activity Journal, 2(2), p. 146.
doi: 10.20884/1.paju.2021.2.2.3797.
Qohhar, W. and Pazriansyah, D. (2019) ‘Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teaching Games For Understanding (TGFU) Terhadap Peningkatan Hasil Belajar
Teknik Dasar Sepakbola’, Physical Activity Journal. doi:
10.20884/1.paju.2019.1.1.1998.
Rahmadani, A. S. (2019) ‘Karakteristik Psikometri pada Standard Progressive Matrices
(SPM)’, JPPP - Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 8(2), pp. 59–68. doi:
10.21009/jppp.082.01.
Rindawan and Mulyajaya, M. S. (2016) ‘Hubungan kekuatan otot lengan dan kekuatan otot
perut dengan kemampuan melakukan sikap lilin pada senam lantai siswa kelas VIII
SMPN Praya Tengah tahun pelajaran 2015/2016’, Jurnal Ilmiah Mandala Education,
2(2), pp. 230–236.
Shalar, O. et al. (2020) ‘The correlation between intelligence and competitive activities of elite
female handball players’, Journal of Physical Education and Sport (JPES), 20(1), pp.
63–70. doi: 10.1002/9781118270011.
Sucipto, S. et al. (2019) ‘The Implementation of Tactical Approach on Students’ Enjoyment in
Playing Football in Junior High School’, Jurnal Pendidikan Jasmani Dan Olahraga,
4(1), pp. 14–20. doi: 10.17509/jpjo.v4i1.16252.
Suhartoyo, T. et al. (2019) ‘Identifikasi Kebugaran Jasmani Siswa SMP Di Daerah Dataran
Tinggi Kabupaten Banyumas’, Physical Activity Journal. doi:
10.20884/1.paju.2019.1.1.1995.
Syafi’i, I. and Setiawan, A. (2019) ‘Koordinasi Mata Dan Kaki Pada Long Passing Sepak
Bola’, Physical Activity Journal. doi: 10.20884/1.paju.2019.1.1.1993.
Widanita, N. et al. (2019) ‘The Effectiveness of Pilates Training Moderl Towards BMI and
Muscle Mass’, Annals of Tropical Medicine & Public Health, 11(December).
Widowati, A. and Decheline, G. (2020) ‘Modifikasi Senjata Anggar Untuk Meningkatkan
Kekuatan Otot Lengan Pada Atlet Anggar Pemula’, Physical Activity Journal, 2(1), p.
109. doi: 10.20884/1.paju.2020.2.1.3331.
Widyaningsih, R. et al. (2021) ‘eSport and Philosophy Behind : A Literature Review’, Annals
of Tropical Medicine & Public Health, 24(3). doi:
http://doi.org/10.36295/ASRO.2021.24348.