You are on page 1of 21

MAKALAH

Politik Dalam Asuhan Kebidanan,


Framework Aspek Legal Dan Regulasi Kebidanan
Dosen Pengampu: Wilfa Muslimah, M.Keb

Disusun Oleh : Kelompok 10

Eli Trinanda
Putri Permata Sari
Sri Hadi Ningsih
Suriana

INSTITUT KESEHATAN DELI HUSADA DELI TUA


PROGRAM STUDY KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
BAB l PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1.3 Tujuan Rumusan Masalah.............................................................................................2
BAB ll. PEMBAHASAN....................................................................................................3
2.1 Politik Dalam Asuhan Kebidanan.................................................................................3
2.1.1 Pengertian Bidan...................................................................................................3
2.1.2 Pengertian Politik..............................................................................................3
2.1.3 Pengertian Kesehatan........................................................................................3
2.1.4 Pengertian Politik Kesehatan.............................................................................4
2.1.5 Hubungan Politik Dan Kesehatan......................................................................4
...........................................................................................................................
2.1.6 Masalah Politik Dan Kesehatan.........................................................................4
...........................................................................................................................
2.1.7 Pengaruh Hubungan Politik Terhadap Kesehatan.............................................4
2.2 Framework Aspek Legal Dan Regulasi Kebidanan.......................................................6
2.2.1 Definisi Aspek Legal Dalam Pelayanan Kebidanan.............................................6
2.2.2 Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan................................7
2.2.3 Hak Kewajiban Dan Tanggung Jawab.................................................................8
.......................................................................................................................................
2.2.4 Aspek Legal..........................................................................................................11
.......................................................................................................................................
2.2.5 Legislasi, Registrasi, Dan Lisensi Dalam Kebidanan...........................................11
.......................................................................................................................................
2.2.6 Otonomi Dalam Praktek Kebidanan.....................................................................12
.......................................................................................................................................
BAB lll PENUTUP..............................................................................................................16
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................16
3.2 Saran............................................................................................................................16
Daftar pustaka.....................................................................................................................17
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berbagai kenikmatan
salah satunya adalah nikmat sehat sehingga kelompok mampu menyelesaikan makalah yang
berjudul “Politik Dalam Asuhan Kebidanan, Framework Aspek Legal Dan Regulasi
Kebidanan ” dalam waktu yang sudah ditentukan. Terimakasih sebesar –besarnya kami ucapkan
kepada dosen pembimbing mata kuliah yang telah mengajarkan berbagai ilmu pengetahuannya
sehingga kami dapat dengan mudah menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.

Dalam penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi. Mengingat akan kemampuan yang kami miliki untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.semoga Tuhan yang Maha Esa melancarkan segala usaha kita.

Deli Tua, 14 Septerber 2023


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Berbicara masalah perkembangan mengenai ilmu politik jelas bahwa seiring
dengan perkembangan zaman maka perkembangan ilmu politikpun terus mengalami
peningkatan dan terus berkembang, kebutuhan akan pentingnya ilmu politik dalam
keberlangsungan hidup bernegara dan peran serta memajukan atas bangsa ini. Maka ilmu
politikpun menjadi dianggap sangat penting untuk menopang kemajuan tersebut.
Dengan kronologi di atas jelas bahwa hari ini mahasiswa khususnya dalam
jurusan ilmu politik harus lebih faham terhadap pola perkembangan ialah sudah sejauh
mana ilmu itu berkembang, dan sudah sejauh mana perkambangan ilmu poitik sendiri
memberikan kontribusi terhadap keberlangsungan hidup berbangsa dan bernegara, karena
ilmu sosial politik akan terus mengalami perkembangan seiring hal itu, lain dengan ilmu
pasti, yang lebih mengedepankan terhadap perhitungan dan rumus, yang mana lebih
digolongkan kepada sifat statis. Karena definisi dalam ilmu itu sudah pasti, dengan
contoh kecil pakar penemu rumusrumus dari dahulu sampai sekarang hampir sama
seperti itu hasil rumus perhitunganya hanya sedikit mengalami perkembangan saja.
Sekarang zaman terus menuntut kita untuk terus berusaha dan terus mengembangkan
perkembangan terhadap ilmu itu sendiri, sangat penting kiranya untuk mahasiswa politik
memahami betul akan esensi dari ilmu itu sendiri, dengan belajar serta mengkaji
mengenai ilmu politik untuk kita aktualisasikan dalam kehidupan bernegara dalam
mengurusi bidang kepemerintahan.

Pembangunan nasional dilaksanakan pada segala bidang, yang tidak kalah


pentingdari bidang lain adalah bidang kesehatan. Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomi.
(Kementrian Kesehatan, 2015).
Kesehatan adalah hak asasi manusia, hak tersebut haruslah diwujudkan dalam
bentuk memberikan upaya kesehatan kepada seluruh masyarakat melalui
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu dan berkualitas.Salah satunya
mempunyai patokan ataustandard kode etik profesi, mengembangkan ilmu pengetahuan,
mengikuti pelatihan berkelanjutan, memiliki sertifikasi, registrasi dan lisensi serta
membina, mengawasi dan memantau agar pengabdian sesuai dengan standar pelayanan
atau pun standar pendidikan yang berlaku. (Arimbi, 2014).
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan ibu dan janinnya adalah mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap
ibu yangmembutuhkannya.Atas dasar itulah profesi bidan merupakan profesi yang sangat
strategisdalam konteks pelayanan kesehatan di Indonesia.Bidan merupakan profesi yang
berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia, memiliki pertanggung jawaban dan
tanggung gugat (accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya, sehingga semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang mengatur
batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. (Tajmiati, 2016).
Tiap profesi pelayanan kesehatan dalam menjalankan tugasnya di suatu institusi
mempunyai batas jelas wewenangnya yang telah disetujui oleh antar profesi dan
erupakan daftar wewenang yang sudah tertulis. (Arimbi, 2014).
Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan yang profesional
danakuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan. Pengetahuan dan
penerapan etika dalam praktik kebidanan, akan menjadikan seorang bidan terlindung dari
pelanggaranetik ataupun moral yang sedang berkembang di hadapan publik.Masalah
hukum di dalam kesehatan merupakan ilmu yang saling berhubungan satu sama lain.
Salah satu yang berpengaruh terhadap tenaga kesehatan yaitu pelanggaran etik ataupun
pelanggaran hukum. Bidan perlu mengetahui aspek hukum yang sebagai acuandasar
dalam memberikan pelayanan dan sebagai landasan dalam memberikan pelayanan
kebidanan.Tentunya dalam kasus-kasus pelayanan kebidanan tidak lepas dari hubungan
ber masyarakat untuk selalu memperhatikan moral dan etika berprilaku dalam
memberikan pelayanan agar risiko kelalaian dalam memberikan pelayanan dapat dicegah
dengan adanyahukum yang mengatur kebijakan dalam memberikan pelayanan. Jika tidak
diterapkan maka berlaku hukum pidana atau hukum perdata yang nantinya berupa
tuntutan akan pelayanan yang diberikan, apakah sesuai standar atau tida

2. Rumusan Masalah
1. Seberapa penting ilmu politik ?
2. Manfaat ilmu politik bagi tenaga kesehatan ?
3. Apa yang dimaksud dengan aspek legal dalam kebidanan?
4. Bagaimana aspek legal dalam kebidanan?
5. Apa yang dimaksud dengan regulasi kebidanan?
6. Bagaimana regulasi kebidanan dalam penerapannya?

3. Tujuan Rumusan Masalah


1. Mengetahui pentingnya ilmu politik
2. Mengetahui manfaat ilmu politik bagi tenaga kesehatan
3. Mengetahui definisi aspek legal dalam kebidanan?
4. Mengetahui aspek legal dalam kebidanan?
5. Mengetahui definisi regulasi kebidanan?
6. Mengetahui regulasi kebidanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Politik Dalam Asuhan Kebidanan


2.1.1 Pengertian Bidan

Bidan adalah salah satu petugas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Bidan telah diakui sebagai
sebuah profesi dan untuk dapat dikatakan sebagai seseorang yang bekerja profesional, maka
bidan harus dapat memahami sejauh mana peran dan fungsinya sebagai seorang bidan. Bidan
dalam menjalankan profesinya mempunyai peran dan fungsi yaitu pelaksana, pengelola,
pendidik dan peneliti.

Praktek profesional bidan yaitu suatu pelayanan kebidanan yang diberikan secara
profesional dan menyeluruh di pelayanan kesehatan diberikan kepada ibu dalam kurun waktu
masa reproduksi dan bayi baru lahir.

2.1.2 Pengertian Politik

Perkataan politik berasal dari bahasa Yunani yaitu Polistaia, Polis berarti kesatuan
masyarakat yang mengurus diri sendiri/berdiri sendiri (negara), sedangkan taia berarti urusan.
Dari segi kepentingan penggunaan, kata politik mempunyai arti yang berbeda-beda. Untuk
lebih memberikan pengertian arti politik disampaikan beberapa arti politik dari segi
kepentingan penggunaan, yaitu :

1. Dalam arti kepentingan umum (politics)


Politik dalam arti kepentingan umum atau segala usaha untuk kepentingan umum, baik
yang berada dibawah kekuasaan negara di Pusat maupun di Daerah, lazim disebut Politik
(Politics) yang artinya adalah suatu rangkaian azas/prinsip, keadaan serta jalan, cara dan
alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tertentu atau suatu keadaan yang kita
kehendaki disertai dengan jalan, cara dan alat yang akan kita gunakan untuk mencapai
keadaan yang kita inginkan.
2. Dalam arti kebijaksanaan (Policy)
Politik adalah penggunaan pertimbangan-pertimbangan tertentu yang yang dianggap
lebih menjamin terlaksananya suatu usaha, cita-cita/keinginan atau keadaan yang kita
kehendaki.
3. Jadi politik menurut kami adalah Suatu ilmu dan seni mengelola peran untuk mencapai
tujan yang dicapai.
2.2.3 Pengertian Kesehatan

Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek. Ini juga merupakan
tingkat fungsional dan atau efisiensi metabolisme organisme, sering secara implisit manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), mendefinisikan kesehatan didefinisikan sebagai
"keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit
atau kelemahan" .

Kesehatan adalah konsep yang positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta
kemampuan fisik. Secara keseluruhan kesehatan dicapai melalui kombinasi dari fisik, mental,
dan kesejahteraan sosial, yang, bersama-sama sering disebut sebagai "Segitiga Kesehatan" .

2.1.4 Pengertian Politik Kesehatan


Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan
masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam
sebuah wilayah atau negara. Untuk meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Kekuasaan
tersebut kelak digunakan untuk mendapat kewenangan yang diperlukan untuk mencapai cita-
cita dan tujuan. Oleh karena itu derajat kesehatan masyarakat yang diidamkan adalah
merupakan sebuah tujuan yang di inginkan seluruh rakyat banyak, maka derajat kesehatan
hendaknya diperjuangkan melalui sistem dan mekanisme politik.

2.1.5 Hubungan politik dan kesehatan

Politik kesehatan adalah kebijakan negara di bidang kesehatan. Yakni kebijakan publik
yang didasari oleh hak yang paling fundamental, yaitu sehat merupakan hak warga negara.
Sehingga dalam pengambilan keputusan politik khususnya kesehatan berpengaruh terhadap
kesehatan masyarakat sebaliknya politik juga dipengaruhi oleh kesehatan dimana jika derajat
kesehatan masyarakat meningkat maka akan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
2.1.6 Masalah politik dan kesehatan
Politik kesehatan merupakan upaya pembangunan masyarakat dalam bidang kesehatan.
Masalah politik dalam kesehatan adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan
dalam upaya pembangunan di bidang kesehatan. Saat ini, apa yang dipikirkan oleh ahli
kesehatan masyarakat sangat berbeda dengan apa yang dipikirkan oleh para pemimpin politik
dalam melihat pembangunan. Para ahli kesehatan masyarakat selalu memandang kesehatan
adalah utama dan satu satunya cara dalam mencapai kesejahteraan, kesehatan ibu dan anak
adalah prioritas, ketimpangan kaya dan miskin adalah sumber masalah kesehatan. kebijakan
dan politik kesehatan harus berbasis bukti dan pendekatan pencegahan penyakit adalah yang
utama. Sayangnya para pemimpin politik, tidak memandang sama dalam melihat persoalan
pembangunan kesehatan, keputusan-keputusan politik lebih didasari kepada hasil survey
popularitas dan prioritas pembangunan lebih kepada yang terlihat cepat di mata konstituen.
perbedaan masalah ini berakar dari para ahli kesehatan masyarakat yang enggan untuk
memahami masalah politik pembangunan, terutama pembangunan dalam bidang kesehatan.
Sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa masalah kesehatan adalah masalah politik.
Masalah kesehatan bukan lagi hanya berkaitan erat dengan tehnis medis, tetapi sudah
lebih jauh memasuki area-area yang bersifat social, ekonomi dan politik karena masalah
kesehatan merupakan masalah politik maka untuk memecahkannya diperlukan komitmen
politik. Namun, untuk memecahkan masalah tersebut ternyata tidaklah semudah
membalikkan telapak tangan. Disini aktor politik kesehatan belum mampu meyakinkan
bahwa kesehatan adalah investasi, sector produktif dan bukan sector konsumtif. Praktisi
kesehatan juga belum mampu memperlihatkan secara jelas di dalam mempengaruhi para
pemegang kebijakan tentang manfaat investasi bidang kesehatan yang dapatmenunjang
pembangunan bangsa.
Tidak ada batasan yang jelas siapa aktor politik kesehatan yang sesungguhnya, namun
dapat dikatakan bahwa aktor politik kesehatan adalah orang, lembaga atau profesi yang
berjuang untuk mewujudkan rakyat yang sehatdan sejahtera. Akan tetapi karena masalah
politik adalah masalah kesehatan, maka tentu saja tidak perlu semua aktor politik adalah
orang kesehatan atau orang dengan latar belakang kesehatan akan tetapi yang terpenting
adalah bagaimana para aktor politik mempunyai wawasan kesehatan.

2.1.7 Pengaruh Hubungan Politik Terhadap Kesehatan

Pada umumnya dapat dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacammacam


kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-
tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Pengambilan keputusan (decision
making) mengenai apakah yang menjadi tujuan dari sistem politik itu menyangkut seleksi
terhadap beberapa alternatif dan penyusunan skala prioritas dari tujuan-tujuan yang telah dipilih.
Sedangkan untuk melaksanakan tujuan-tujuan itu perlu ditentukan kebijakan-kebijakan umum
(public policies) yang menyangkut pengaturan dan pembagian (distribution) atau alokasi
(allocation) dari sumber-sumber (resources) yang ada.

Untuk bisa berperan aktif melaksanakan kebijakan-kebijakan itu, perlu dimiliki kekuasaan
(power) dan kewenangan (authority) yang akan digunakan baik untuk membina kerjasama
maupun untuk menyelesaikan konflik yang mungkin timbul dalam proses itu. Cara-cara yang
digunakan dapat bersifat meyakinkan (persuasive) dan jika perlu bersifat paksaan (coercion).
Tanpa unsur paksaan, kebijakan itu hanya merupakan perumusan keinginan (statement of intent)
belaka.

Dalam beberapa aspek kehidupan, manusia sering melakukan tindakan politik, baik politik
dagang, budaya, sosial, maupun dalam aspek kehidupan lainnya. Demikianlah politik selalu
menyangkut tujuan-tujuan dari seluruh masyarakat (public goals) dan bukan tujuan pribadi
seseorang (private goals). Politik menyangkut kegiatan berbagai kelompok, termasuk partai
politik dan kegiatan-kegiatan perseorangan (individu).
Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat kesehatan masyarakat
dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan yang dianut dalam sebuah wilayah
atau negara untuk menciptakan masyarakat dan lingkungan sehat secara keseluruhan. Untuk
meraih tujuan tersebut diperlukan kekuasaan. Dengan kekuasaan yang dimiliki, maka akan
melahirkan kebijakan yang pro rakyat untuk menjamin derajat kesehatan masyarakat itu sendiri.
Kebijakan pemerintah dapat terwujud dalam dua bentuk.

1. Peraturan pemerintah dalam bidang kesehatan meliputi undang-undang, peraturan


presiden, keputusan menteri, peraturan daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten
kota, dan peraturan lainnya.
2. Kebijakan pemerintah dalam bentuk program adalah segala aktifitas pemerintah baik
yang terencana maupun yang inside ntil dan semuanya bermuara pada peningkatan
kesehatan masyarakat, menjaga lingkungan dan masyarakat agar tetap sehat dan
sejahtera, baik fisik, jiwa, maupun sosial.
Oleh karena itu, untuk menciptakan kesehatan masyarakat yang prima maka
dibutuhkan berbagai peraturan yang menjadi pedoman bagi petugas kesehatan dan
masyarakat luas, sehingga suasana dan lingkungan sehat selalu tercipta. Di samping itu
pemerintah harus membuat program yang dapat menjadi stimulus bagi anggota
masyarakat untuk menciptakan lingkungan dan masyarakat sehat, baik jasmani, rohanio,
rohani, sosial serta memampukan masyarakat hidup produktif secara sosial ekonomi.
Kebijakan kesehatan yang juga berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan
penduduk adalah dengan menambah personel kesehatan baik yang terlibat dalam upaya
preventif maupun dalam tindakan kuratif. Tujuan kebijakan ini agar pelayanan kesehatan
tidak hanya dinikmati oleh golongan tertentu, namun juga bisa dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat yang membutuhkan pelayanan ini.
Contoh pengaruh politik terhadap kesehatan
1. Anggaran kesehatan
Karena sehat merupakan hak rakyat dan negara pun tak ingin rakyatnya sakit-sakitan,
diambillah keputusan politik yang juga sehat. Yaitu, anggaran untuk kesehatan rakyat
mendapatkan porsi yang sangat besar, karena negara tidak ingin rakyatnya sakit-
sakitan. Pemerintah bersama DPR. Membebani impor alat-alat kedokteran dengan
pajak yang sama untuk impor mobil mewah, juga keputusan politik.
2. UU Tembakau; Cukei rokok terus dinaikkan karena konsumsi rokok di Indonesia
semakin meningkat.

Biaya ekonomi dan sosial yang ditimbulkan akibat konsumsi tembakau terus
meningkat dan beban peningkatan ini sebagian besar ditanggung oleh masyarakat miskin.
Angka kerugian akibat rokok setiap tahun mencapai 200 juta dolar Amerika, sedangkan
angka kematian akibat penyakit yang diakibatkan merokok terus meningkat. Di
Indonesia, jumlah biaya konsumsi tembakau tahun 2005 yang meliputi biaya langsung di
tingkat rumah tangga dan biaya tidak langsung karena hilangnya produktifitas akibat
kematian dini, sakit dan kecacatan adalah US $ 18,5 Milyar atau Rp 167,1 Triliun.
Jumlah tersebut adalah sekitar 5 kali lipat lebih tinggi dari pemasukan cukai sebesar Rp
32,6 Triliun atau US$ 3,62 Milyar tahun 2005 (1US$ = Rp 8.500,-).

3. Program Pembatasan Waktu Iklan Rokok


Larangan iklan secara menyeluruh merupakan upaya untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat khususnya anak-anak dan remaja. Anak-anak dan
remaja merupakan sasaran utama produsen rokok. Diakui oleh industri rokok bahwa
anak-anak dan remaja merupakan aset bagi keberlangsungan industri rokok. Untuk itu
kebijakan larangan iklan rokok secara menyeluruh harus diterapkan untuk melindungi
anak dan remaja dari pencitraan produk tembakau yang menyesatkan.
Pelarangan iklan rokok menyeluruh (total ban) mencakup iklan, promosi dan
sponsorship yang meliputi pelarangan
a) iklan, baik langsung maupun tidak langsung di semua media massa.
b) promosi dalam berbagai bentuk, misalnya potongan harga, hadiah, peningkatan
citra perusahaan dengan menggunakan nama merek atau perusahaan dan .
c) sponsorship dalam bentuk pemberian beasiswa, pemberian bantuan untuk bidang
pendidikan, kebudayaan, olah raga, lingkungan hidup, dll.

4. Program Kesehatan Gratis di Gorontalo

Berdasarkan kemampuan sumber daya dan permasalahan bidang kesehatan, maka


dapat diproyeksikan pencapaian program sebagai berikut:
a. Program Promosi Kesehatan dan pemberdayaan Masyarakat; meningkatnya
persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat menjadi 60% .
b. Program Lingkungan Sehat; meningkatnya persentase keluarga menghuni rumah
yang memenuhi syarat kesehatan menjadi 75 %, persentase keluarga menggunakan
air bersih menjadi 85 %, persentase keluarga menggunakan jamban memenuhi syarat
kesehatan menjadi 80%, dan persentase tempat-tempat umum yang memenuhi syarat
kesehatan menjadi 80 %
c. Program Upaya Kesehatan Masyarakat ; Cakupan rawat jalan sebesar 15%,
Meningkatnya cakupan persalinan nakes menjadi 90%, Pelayanan antenatal (K4)
90%, kunjungan neonatus (KN2) 90%, dan cakupan kunjungan bayi menjadi 90 %,
pelayana kesehatan dasar bagi gakin di Puskesmas sebesar 100 %, Persentase
posyandu Purnama Mandiri 40 %, Tersedia dan beroperasinya Pos kesehatan desa di
tiap desa.
d. Program Upaya Kesehatan Perorangan; Cakupan rawat inap sebesar 1.5 %, Rumah
sakit yang melaksanakan pelayaan gawat darurat sebesar 90 %, jumlah rumah sakit
PONEK sebesar 75 % dan rumah sakit yang terakreditasi sebanyak 75 %,
terselenggaranya pelayanan kesehatan bagi Gakin di kelas III rumah saki sebesar 100
%.
2.2 Framework Aspek Legal Dan Regulasi Kebidanan

2.2.1 Definisi Aspek legal Dalam Pelayanan Kebidanan

Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiadiartikandengan membantu melayani


apa yang dibutuhkan oleh seseorang,selanjutnya menurut kamus besar Bahasa Indonesia, jika
dikaitkan dengan masalahkesehatan diartikan pelayanan yang diterima oleh sesorang dalam
hubungannyadengan pencegahan, diagnosis dan pengobatan suatu gangguan kesehatan
tertentu.

Menurut Ps. 1 UU Kesehatan No: 36 Th. 2009], dalam Ketentuan Umum,terdapat


pengertian pelayanan kesehatan yang lebih mengarahkan pada obyek pelayanan. Yaitu
pelayanan kesehatan yang ditujukan pada jenis upaya, meliputiupaya peningkatan (promotif)
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif).

Pengertian pelayanan kebidananan yang termuat dalam Kepmenkes. RI Nomor:


369/Menkes/SK/III/2007 tentang standart profesi bidan, PelayananKebidanan adalah bagian
integral dari sistem pelayanan kesehatan yang diberikanoleh bidan yang telah terdaftar
(teregister) yang dapat dilakukan secara mandiri,kolaborasi atau rujukan.Dari beberapa
pengertian tentang pelayanan kebidanan diatas maka dapat disimpulkan pelayanan kebidanan
adalah kegiatan membantu memenuhi kebutuhan seseorang atau pasien, oleh bidan, dalam
upaya kesehatan —(meliputi peningkatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan)— yang
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.

Sedangkan kata Legal sendiri berasal dari kataleggal (bahasa Belanda)yang artinya
adalah sah menurut undang-undang. Atau menurut kamus BahasaIndonesia, legal diartikan
sesuai dengan undang-undang atau hukum. Dari pengertian-pengertian diatas maka dapat
disimpulkan, pengertian Aspek Hukum Pelayanan Kebidanan adalah penggunaan Norma
hukum yang telah disahkanoleh badan yang ditugasi untuk itu menjadi sumber hukum yang
paling utama dansebagai dasar pelaksanaan kegiatan membantu memenuhi kebutuhan
seseorang atau pasien/kelompok masyarakat oleh Bidan dalam upaya peningkatan,
pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan.

2.2.2 Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan

a. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya Bidan dan Klien

b. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan


ygmerugikan/membahayakan orang lain

c. Menjaga privacy setiap individu

d. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya
e. Dengan etik kita mengatahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan
apaalasannya

f. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis suat
masalah

g.Menghasilkan tindakan yg benar

h. Mendapatkan informasi tenfang hal yg sebenarnya

i. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku/perilaku manusia antara baik, buruk, benar
atau salah sesuai dengan moral yg berlaku pada umumnya

j. Berhubungan dengans pengaturan hal-hal yg bersifat abstrak

k. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik

l. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik

m. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata cara di
dalam organisasi profesi

n. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya yg biasa
disebut kode etik profesi.

2.2.3 Hak Kewajiban Dan Tanggung Jawab

Hak dan kewajiban adalah hubungan timbal balik dalam kehidupan sosialsehari-hari.
Pasien memiliki hak terhadap bidan atas pelayanan yang diterimanya. Hak pasti berhubungan
dengan individu, yaitu pasien. Sedangkan bidan mempunyaikewajiban/keharusan untuk pasien,
jadi hak adalah sesuatu yang diterima oleh pasien.Sedang kewajiban adalah suatu yang diberikan
oleh bidan. Seharusnya juga ada hak yang harus diterima oleh bidan dan kewajiban yang harus
diberikan oleh pasien.

a. Hak Pasien

Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang dimiliki manusia sebagai pasien/klien:

1) Pasien berhak memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku
di rumah sakit atau instusi pelayanan kesehatan.

2) Pasien berhak atas pelayanan yang manusiawi, adil dan jujur.

3) Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan sesuai dengan profesi bidantanpa


diskriminasi.

4) Pasien berhak memilih bidan yang akan menolongnya sesuai dengankeinginannya.


5) Pasien berhak mendapatkan ;nformasi yang meliputi kehamilan, persalinan, nifasdan
bayinya yang baru dilahirkan.

6) Pasien berhak mendapat pendampingan suami atau keluarga selama proses persalinan
berlangsung.

7) Pasien berhak memilih dokter dan kelas perawatan seuai dengan keinginannya
dansesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah sakit.

8) Pasien berhak dirawat oleh dokter yang secara bebas menentukan pendapat kritisdan
pendapat etisnya tanpa campur tangan dad pihak luar.

9) Pasien berhak meminta konsultasi kepada dokter lain yang terdaftar di rumah
sakittersebut terhadap penyakit yang dideritanya,sepengatahuan dokter yang merawat.

10) Pasien berhak meminta atas privasi dan kerahasiaan penyakit yang dideritatermasuk
data-data medisnya.

11 ) Pasien berhak mendapat informasi yang meliputi:

a) Penyakit yang diderita

b) Tindakan kebidanan yang akan dilakukan

c) Alternatif terapi lainnya

d) Prognosisnya

e) Perkiraanbiaya pengobatan

12) Pasien berhak men yetujui/mem berikan izin atas tindakan yang akan dilakukanoleh
dokter sehubungan dengan penyakit yang dideritanya.

13) Pasien berhak menolak tindakan yang hendak dilakukan terhadap dirinya
danmengakhiri pengobatan serta perawatan atas tanggungjawab sendiri
sesuadahmemperoleh informasi yang jelas tentang penyakitnya.

14) Pasien berhak didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

15) Pasien berhak menjalankan ibadah sesuai agama/kepercayaan yang dianutnyaselama


hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

16) Pasien berhak atas keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan
dirumah sakit.

17) Pasien berhak menerima atau menolak bimbingan moril maupun spiritual.
18) Pasien berhak mendapatkan perlindungan hukum atas terjadinya kasusmal¬praktek

b. Kewajiban Bidan

1) Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit sesuai dengan hubungan hukumantara
bidan tersebut dengan rumah sakit bersalin dan sarana pelayanan dimana ia bekerja.

2) Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien.

3) Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit kepada dokter yang


mempunyaikemampuan dan keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien.

4) Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien untuk didampingi suami


ataukeluarga.

5) Bidan wajib memberikan kesempatan kepada pasien untuk menjalankan ibadahsesuai


dengan keyakinannya.

6) Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien.

7) Bidan wajib memberikan informasi yang akurat tentang tindakan yang akandilakukan
serta risiko yang mungkiri dapat timbul.

8) Bidan wajib meminta persetujuan tertulis (informed consent) atas tindakan yang akan
dilakukan.

9) Bidan wajib mendokumentasikan asuhan kebidanan yang diberikan.

10) Bidan wajib mengikuti perkembangan IPTEK dan menambah ilmu pengetahuannya
melalui pendidikan formal atau non formal.

11) Bidan wajib bekerja sama dengan profesi lain dan pihak yang terkait secra timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan.

Tujuan umum :

Agar pada bidan mengetahui tugas otonomi atau mandiri independen sesuaidengan hal
kewenangan berdasarkan undang-undang kesehatan yang berlaku.

Tujuan khusus :

a. Untuk mengkaji kebutuhan dan masalah kesehatan

b. Untuk menyusun rencana asuhan kebidanan

c. Untuk melaksanakan dokumentasi kebidanan


d. Untuk mengelola perawatan pasien sesuai dengan lingkup tanggung jawabnya.

e. Untuk berperan sebagai anggota tim Kesehatan

f. Untuk mengikuti perkembangan kebidanan melalui penelitian.

2.2.4 Aspek Legal

MENURUT IBI:

Adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang
telah diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai persyaratan yang berlaku,dicatat, diberi ijin secara
sah untuk menjalankan praktik.

KEPMENKES NOMOR 900/ MENKES/SK/ VII/2002 bab I pasal 1:

Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti program pendidikan bidandan lulus
ujian sesuai persyaratan yang berlaku.

MENURUT WHO:

Bidan adalah seseorang yang telah diakui secara regular dalam program pendidikan
kebidanan sebagaimana yang telah diakui skala yuridis, dimana iaditempatkan dan telah
menyelesaikan pendidikan kebidanan dan memperoleh izinmelaksanakan praktek kebidanan.

INTERNATIONAL CONFEDERATION of MIDWIFE:

Bidan adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan bidan yang diakui oleh
negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk melaksanakan praktek kebidanan di
negara itu.

2.2.5 Legislasi, Registrasi, dan Lisensi dalam kebidanan

Legislasi adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan perangkat


hukum yang sudah ada melalui serangkaian kegiatan sertifikasi (pengaturan kompetensi),
registrasi (pengaturan kewenangan), dan lisensi (pengaturan penyelenggaraan kewenangan)
Ketetapan hukum yang mengantur hak dan kewajiban seseorang yang berhubungan erat dengan
tindakan dan pengabdiannya. (IBI)Rencana yang sedang dijalankan oleh Ikatan Bidan Indonesia
(IBI) sekarang adalah dengan mengadakan uji kompetensi terhadap para bidan, minimalsekarang
para bidan yang membuka praktek atau memberikan pelayanan kebidanan harus memiliki ijasah
setara D3.Uji kompetensi yang dilakukan merupakan syarat wajib sebelum terjun kedunia kerja.

Uji kompetensi itu sekaligus merupakan alat ukur apakah tenagakesehatan tersebut layak
bekerja sesuai dengan keahliannya. Mengingat maraknyasekolah-sekolah ilmu kesehatan yang
terus tumbuh setiap tahunnya.Jika tidak lulus dalam uji kompetensi, jelas bidan tersebut tidak
bisamenjalankan profesinya. Karena syarat untuk berprofesi adalah memiliki surat izinyang
dikeluarkan setelah lulus uji kompetensi.

Tujuan legislasi adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang
telah diberikan. Bentuk perlindungan tersebut adalah meliputi :

a)Mempertahankan kualitas pelayanan

b)Memberi kewenangan

c)Menjamin perlindungan hukum

d)Meningkatkan p rofisionalisme

SIB adalah bukti Legislasi yang dikeluarkan oleh DEPKES yang menyatakan bahwa
bidan berhak menjalankan pekerjaan kebidanan .

Registrasi adalah sebuah proses dimana seorang tenaga profesi harus mendaftarkan
dirinya pada suatu badan tertentu secara periodic guna mendapatkan kewenangan dan hak untuk
melakukan tindakan profesionalnya setelah memenuhisyarat-syarat tertentu yang ditetapkan oleh
badan tesebut. Registrasi adalah proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuanterhaap
bidan, setelah dinyatakan memenuhi minimal kopetensi inti atau standar penampilan minimal
yang ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental mampumelaksanakan praktik profesinya.
(Registrasi menurut keputusan menteri Kesehatan republik indonesia nomor
900/MENKES/SK/VII/2002).

Dengan teregistrasinya seorang tenaga profesi, maka akan mendapatkanhaknya untuk ijin praktik
( lisensi ) setelah memenuhi beberapa persyaratanadministrasi untuk lisensi.

Tujuan Registrasi:

a) Meningkatkan keemampuan tenaga profesi dalam mengadopsi kemajuan ilmu


pengetahuan dan tehnologi yang berkembang pesat.

b) Meningkatkan mekanisme yang obyektif dan komprehensif dalam penyelesaiankasus


mal praktik

c) Mendata jumlah dan kategori melakukan praktik

Aplikasi proses regisrtasi dalam praktek kebidanan adalah sebagai berikut, bidan yang
baru

lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan kelengkapanregistrasi kepada kepala Dinas


Kesehatan Propinsi dimana institusi pendidikan berada guna memperoleh SIB ( surat ijin bidan )
selambat-lambatnya satu bulansetelah menerima Ijasah bidan. Kelengkapan registrasi menurut
Kepmenkes No.900/Menkes/SK/VII/2002 adalah meliputi: fotokopi ijasah bidan,
fotokopitranskrip nilai akademik, surat keterangan sehat dari dokter, pas foto sebanyak
2lembar.SIB berlaku selama 5 tahun dan dapat diperbaharui, serta merupakan dasar untuk
penerbitan lisensi praktik kebidanan atau SIPB ( surat ijin praktik bidan ).

SIB tidak berlaku lagi karena: dicabut atas dasas ketentuan perundang-undanganyang
berlaku, habis masa berlakunya dan tidak mendaftar ulang, dan atas permintaan sendiri.

2.2.6 Otonomi dalam Praktek Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan merupakan suatu hal yang penting dan di
tuntut dari suatu profesi, terutama profesi yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia,
adalah pertanggung jawaban dan tanggung guguat(accountability) atas semua tindakan yang
dilakukanya. Sehingga semua tindakanyang dilakukan oleh bidan harus berbasis kopetensi dan
didasari suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan suatu landasan hukum yang
mengatur batas- batas wewenang profesi yang bersangkutan.

Dengan adanya legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan memilikihak otonomi dan
mandiri untuk bertindak secara profesional yang dilandasikemampuan berfikir logis dan
sistematis serta bertindak sesuai standar profesi danetika profesi.

Praktik kebidanan merupakan inti dari berbagai kegiatan bidan dalam penyelenggaraan upaya
kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui:

a.Pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan

b.Pengembangan ilmu dan tekhnologi dalam kebidanan

c.Akreditasi

d.Sertifikasi

e.Registrasi

f.Uji kompetensi

g.Lisensi

Beberapa dasar dalam otonomi pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut:

a. Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktik bidan

b. Standar praktik kebidan

c. UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan

d. PP No. 32/Tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan


e. Kepmenkes 1277/Menkes/SK/XI/2001 tentang organisasi dan tata kerja Depkes

f. UU No. 22/1999 tentang Otonomi daerah

g. UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan

h. UU tentang aborsi, adopsi, bayi tabung, dan transplantasi

Pengaturan Pelayanan Kebidanan

Pengaturan yang terkait dengan kebidanan yaitu undang-undang nomor 36 tahun 2009tentang
kesehatan, undang-undang nomor 36 tahun 2014 tentang tenaga kesehatan.

Undang-yndang nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan. Keputusan menteri kesehatanNomor


369/MENKES/sk/III/2007 tentang standar profesi bidan dan keputusan Menteri.

Landasan Hukum praktik pelayanan kebidanan

a. Undang-undang kesehatan Nomor 23 tahun 1992 Menurut Undang-Undang Kesehatan


Nomer 23 tahum 1992 kewajiban tenaga kesehatan adalah mematuhi standar profesi
tenagakesehatan, menghormati hak pasien, menjaga kerahasiaan identitas dan kesehatan
pasien,memberikan informasi dan meminta persetujuan (Informed consent), dan
membuat sertamemelihara rekam medik. Standar profesi tenaga kesehatan adalah
pedoman yang harusdipergunakan oleh tenaga kesehatan sebagai petunjuk dalam
menjalankan profesinya secara baik. Hak tenaga kesehatan adalah memperoleh
perlindungan hukum melakukan tugasnyasesuai dengan profesi tenaga kesehatan serta
mendapat penghargaan.
b. Pertemuan Program Safe Motherhood dari negara-negara di wilayah SEARO/Asia
tenggaratahun 1995 tentang SPK Pada pertemuan ini disepakati bahwa kualitas pelayanan
kebidananyang diberikan kepada setiap ibu yang memerlukannya perlu diupayakan agar
memenuhistandar tertentu agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya, WHO
SEAROmengembangkan Standar Pelayanan KebidananStandar ini kemudian
diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia, khususnya untuk tingkat pelayanan dasar,
sebagai acuan pelayanandi tingkat masyarakat. Standar ini diberlakukan bagi semua
pelaksana kebidanan.
c. Pertemuan Program tingkat propinsi DIY tentang penerapan SPK 1999 Bidan
sebagaitenaga profesional merupakan ujung tombak dalam pemeriksaan kehamilan
seharusnyasesuai dengan prosedur standar pelayanan kebidanan yang telah ada yang telah
tertulis danditetapkan sesuai dengan kondisi di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(Dinkes DIY,1999).
d. Kep Menkes RI Nomor 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek
bidan.Pada BAB I yaitu tentang Ketentuan Umum pasal 1 ayat 6 yang berbunyi Standar
profesiadalah pedoman yang harus dipergunakan ebagai petunjuk dalam melaksanakan
profesisecara baik. Pelayanan kebidanan yang bermutu adalah pelayanan kebidanan yang
dapatmemuaskan setiap pemakai jasa pelayanan kebidanan serta penyelenggaraannya
sesuai kode etik dan standar pelayanan pofesi yang telah ditetapkan. Standar profesi pada
dasarnyamerupakan kesepakatan antar anggota profesi sendiri, sehingga bersifat wajib
menjadi pedoman dalam pelaksanaan setiap kegiatan profesi.
e. Kep Menkes RI Nomor 369/Menkes/SK/III/2007 Bidan Indonesia adalah : seorang
perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang di akui pemerintah dan organisasi
profesidiwilayah Negara Republik Indonesia seta memiliki kompetisi dan kualifikasi
untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan
praktik kebidanan. Pelayanan kebidanan adalah bagian integral dan system pelayanan
kesehatan yangdiberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregrister) yang dapat
dilakukan secara mandiri,kolaborasi, dan rujukan.
f. Peraturan Menkes RI Nomor HK. 02. 02/Menkes/149/2010 tentang Izin
danPenyelenggaraan Praktik Bidan Pada BAB I yaitu tentang Ketentuan Umumpada
pasal 1ayat 3 yang berbunyi Surat Izin Praktek Bidan yang selanjutnya disingkat SIPB
adalah buktitertulis yang diberikan kepada Bidan yang sudah memenuhi persyaratan
untuk menjalankan praktik kebidanan. Kemudian pasal 1 ayat 4 yang berbunyi Standar
adalah pedoman yangharus dipergunakan sebagai petunjuk dalam menjalankan profesi
yang meliputi standar pelayanan, standar profesi, dan standar operasional prosedur.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik dalam arti kepentingan umum adalah suatu rangkaian azas/prinsip,
keadaan serta jalan, cara dan alat yang akan digunakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau suatu keadaan yang kita kehendaki disertai dengan jalan, cara dan
alat yang akan kita gunakan untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Politik
memiliki pengaruh begitu besar terhadap kebijakan dan pengembangan di bidang
kesehatan. Politik Kesehatan adalah Ilmu dan seni untuk memperjuangkan derajat
kesehatan masyarakat dalam satu wilayah melalui sebuah sistem ketatanegaraan
yang dianut dalam sebuah wilayah atau negara . Politik kesehatan atau kebijakan
kesehatan memang akhirnya ditentukan oleh keputusan politik. Kalau kehidupan
politik di suatu Daerah tidak sehat, jangan harap kesehatan masyarakat di daerah
itu akan diurus dengan sehat pula. Politik yang sakit akan membiarkan rakyatnya
sakit. Kemiskinan ternyata ikut memperkeruh persoalan kesehatan.
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang menyelenggarakan
upayakesehatan. Hukum kesehatan yang terkait dengan etika profesi dan
pelanyanan kebidanan,antara lain :
a. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
b. Undang-undang No 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
c. Undang-undang No 4 Tahun 2019 Tentang Kebidanan
d. Permenkes RI Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
e. Bidan dalam menjalankan pelayanan wajib menaati kode etik bidan sesuai
dengan Kepmenkes RI Nomor HK.01.07/Menkes/320/2020 Tentang Standar
Profesi Bidan.
Dimana berdasarkan Undang-undang No.4 Tahun 2019 Tentang
Kebidanan,dijelaskan bahwa bidan yang boleh melakukan praktik mandiri adalah
bidan profesi yangtelah memiliki izin, sedangkan bidan vokasi atau dari D III
Kebidanan boleh melakukan pelayanan kebidanan di fasilitas kesehatan.
3.2 Saran
Demikian uraian materi tentang Politik dalam Kesehatan, Semoga
kebijakan-kebijakan politik kesehatan di indonesia bisa terlaksana dengan baik
dan semua rakyat Indonesia bisa menikmati haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan yang baik dan layak dan memiliki kesempatan yang sama
untuk mendapatkan jeminan kesehatan pemerintah. Seorang Bidan haruslah
memilki sikap profesionalisme yang berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, yang dapat memberikan jaminan bagi keselamatan
pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, serta berdampak terhadap
peningkatan kualitas pelayanan kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA

Aminullah, S, 2000, Peranan Legislator Dalam Upaya Meningkatkan Pembiayaan


Kesehatan di Indonesia .
Aminullah, S,2005, Peranan Anggota Muda IAKMI dalam Mendorong Lahirnya
VISI BARU KESEHATAN INDONESIA untuk mempercepat Pembangunan
Kesehatan Masyarakat.
Aminullah, S,2005, Komitmen Politik Oleh ”Aktor-Aktor” Politik Guna
Mewujudukan Indonesia Sehat 2010.
https://www.google.com/search?
q=framework+aspek+legal+dan+regulasi+kebidanan&oq=&gs_lcrp=EgZjaHJvb
WUqCQgAECMYJxjqAjIJCAAQIxgnGOoCMgkIARAjGCcY6gIyCQgCECMY
JxjqAjIJCAMQIxgnGOoCMgkIBBAjGCcY6gIyCQgFECMYJxjqAjIJCAYQIxg
nGOoCMgkIBxAjGCcY6gLSAQwxODM1MDgzOWowajeoAgiwAgE&sourcei
d=chrome&ie=UTF-8
https://www.informasibidan.com/2023/05/framework-aspek-legal-dan-
regulasi.html
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/633234/mod_resource/content/
1/6.%20Aspek%20Legal%20dan%20Legislasi.pdf
https://www.google.com/search?
q=politik+dalam+asuhan+kebidanan&oq=poli&gs_lcrp=EgZjaHJvbWUqBggAE
EUYOzIGCAAQRRg7MgYIARBFGDkyCQgCEAAYQxiKBTIJCAMQABhDG
IoFMgcIBBAAGIAEMgYIBRBFGDwyBggGEEUYPDIGCAcQRRg80gEINTA
0OGowajeoAgCwAgA&sourceid=chrome&ie=UTF-8

You might also like