Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan pleura merembes secara terus
menerus ke dalam rongga dada yang membatasi pleura parietalis dan diserap kembali oleh kapiler dan
sistem limfatik pleura visceralis. Efusi pleura memiliki prevalensi 320 kasus per 100.000 orang dengan
etiologi berbeda. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses
keperawatan. Hasil Asuhan keperawatan dilakukan pada pasien dengan efusi pleura. Hasil pengkajian yang
didapat pasien mengatakan batuk tetapi sulit mengeluarkan dahaknya, nafasnya seperti terhambat dan tidak
lega, tampak adanya retraksi dinding dada tidak simetris, bunyi nafas ronchi di dada kiri. Tujuan tercapai,
masalah teratasi dihari ke 3. Simpulan Penyakit efusi pleura yang dialami pasien disebabkan oleh
permeabilitas kapiler, misalnya pada kejadian infeksi dan trauma sehingga mengakibatkan terjadi
penyebaran tuberkulosis dari paru, oleh karena itu tidak semua masalah keperawatan dapat teratasi.
Abstract
Background Pleural effusion is a buildup of fluid in the pleural cavity. Pleural fluid leaks continuously into
the chest cavity that lines the parietal pleura and is reabsorbed by the capillaries and the lymphatic system
of the visceral pleura. Pleural effusion has a prevalence of 320 cases per 100,000 people with different
etiologies. Method A descriptive research design was used in this study with a nursing process approach.
Result Nursing process was applied into patients with pleural effusion. The results of the assessment
obtained by the patient said that he coughed but had difficulty expelling phlegm, his breath seemed to be
obstructed and not relieved, there was an asymmetrical chest wall retraction, rhonchi breath sounds in the
left chest. The goal is achieved, the problem is resolved on day 3. Conclusion Patient's pleural effusion is
caused by capillary permeability, for example in the incidence of infection and trauma, resulting in the
spread of tuberculosis from the lungs, therefore not all nursing problems can be resolved.
Keywords: Nursing Care, Pleural Effusion
Pendahuluan
luka yang terinfeksi, infeksi intra garis melengkung (garis Ellis Damoiseu)
abdomen dan pembedahan toraks. (Black and Hawks, 2014). Terdapat lagi
gejala yang dapat muncul pada efusi
Manifestasi klinik dari efusi pleura pleura yaitu nyeri dada yang terasa tajam
bergantung dari penyakit yang mendasari tidak menjalar, nyeri ini makin
terjadinya akumulasi cairan. Pada memburuk saat klien menghirup nafas.
Pneunomia gejala yang muncul adalah Saat dilakukan pengkajian fisik didapati
demam, menggigil dan nyeri dada penurunan gerakan dada pada sisi
pleuretik (Smelzer & Bare, 2014). mengalami efusi, pasien dapat
Dengan adanya cairan yang lebih dari mengalami penurunan berat badan.
normal akan menganggu ekspansi paru, (Lewis et.al, 2017). Menurut Setiati
pasien akan mengalami dispnea terutama (2015), komplikasi efusi pleura bisa
saat melakukan aktivitas dan batuk menyebabkan fibrothoraks, atelektasis,
kering non produktif hal ini disebabkan fibrosis, kolaps paru, empiema.
karena iritasi bronkial atau pergeseran
mediastrium. Pemeriksaan taktil Penatalaksanaan efusi pleura menurut
premitus juga akan menurun, perkusi Madiarti, Devi, dkk (2022), antara lain
pada daerah paru terdengar tumpul pemberian terapi yaitu menganjurkan
(dullness), demam, menggigil, dan nyeri tirah baring, thorakosentesis, chest tube,
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi pleural drain, pleudesis, operasi atau
(kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak pembedahan untuk mengeluarkan cairan,
keringat, batuk, deviasi trachea menjauhi pemberian antibiotik, insersi selang dada,
tempat yang sakit dapat terjadi jika ada pleurodesis, Water seal drainage (WSD),
penumpukan cairan pleural yang memberikan diit tinggi kalori, aktivitas
signifikan, pemeriksaan fisik dalam sesuai toleransi.
keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan karena cairan akan berpindah Diagnosa keperawatan yang dapat
tempat. Bagian yang sakit akan kurang muncul pada kasus efusi pleura menurut
bergerak dalam pernapasan, fremitus Black and Hawks (2014), adalah:
melemah (raba dan vokal), pada perkusi 1. Bersihan jalan nafas yang tidak
didapati daerah pekak, dalam keadaan efektif berhubungan dengan
duduk permukaan cairan membentuk
nyerinya timbul selama 10 menit, pasien dada tidak simetris, bunyi nafas ronchi
mengatakan sakitnya seperti tertekan disebelah dada bagian kiri, tampak
benda berat, menyebar hingga bagian kebutuhan sehari – hari dibantu, pasien
perut sebelah kiri atas, dengan skala terlihat meringis.
nyeri 4. Pasien mengatakan mual dan
muntah saat makan, ada sariawan di Diagnosa keperawatan
mulutnya, pasien mengatakan nafsu Setelah dikumpulkan dan dianalisa, maka
makan menurun hanya dua sendok saja dapat dirumuskan, beberapa diagnosis
atau ¼ porsi, mulutnya terasa pahit, berat keperawatan adapun diagnosis tersebut
badan menurun turun dari 60 kg menjadi disusun berdasarkan prioritas sebagai
55 kg, pasien mengatakan belum BAB berikut:
selama lima hari, pasien mengatakan 1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan
hanya minum sedikit saja hanya 2 aqua sekresi yang tertahan ditandai dengan
gelas dalam sehari, pasien mengatakan pasien mengatakan batuk tetapi sulit
jarang makan buah, pasien mengatakan mengeluarkan dahaknya, pasien
batuk tetapi sulit mengeluarkan mengatakan nafasnya seperti terhambat
sputumnya, pasien mengatakan nafasnya dan tidak lega, tampak adanya retraksi
sepeti terhambat dan tidak lega, pasien dinding dada tidak simetris, bunyi nafas
mengatakan kesulitan bergerak karena ronchi di dada kiri.
terpasang WSD. 2. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan
kurangnya asupan sekunder akibat mual
Data Obyektif dan muntah ditandai dengan pasien
Tampak pasien terpasang WSD dibagian mengatakan mual dan muntah saat
dada sebelah kiri bagian bawah, cairan makan, pasien mengatakan ada sariawan
yang keluar 400 cc dalam 24 jam dimulutnya, pasien mengatakan nafsu
berwarna merah, tampak pasien bibirnya makan menurun hanya makan 2 sendok
kering, IMT : 22,5, terlihat jumlah makan, pasien mengatakan mulutnya
muntah 150 ml, HB : 11,9 g/dl, tampak pahit, pasien mengatakan BB turun dari
pasien lemas, dan perut kembung, 60 kg menjadi 55 kg, tampak pasien
tercium bau keringat, tampak gigi pasien lemas, tampak jumlah muntah 150 cc,
kuning, tampak tidak pernah ganti baju, IMT : 22,5, HB: 11,9 g/dl.
tampak ada retraksi dinding dada dan
Black., J.,M & Hawks., J.H. (2014). clinical problems. Edition 9th . Kanada:
Keperawatan medikal bedah manajemen Elsevier
klinis untuk hasil yang diharapkan.
Singapore : Elsevier. Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu
Susanti.(2019). Keperawatan medikal
Devi, Mediarti, dkk. (2022). Ilmu bedah i. Yogyakarta: Pustaka Baru
keperawatan medikal bedah dan gawat
darurat. Bandung : Media Sains Potter, Anne. (2017). Fundamental of
Indonesia nursing, 9e, volume 2 yang mengandung
unit 6 – 7. Singapura : Elsevier
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Keogh. (2014). Keperawatan medikal (2013). Badan Penelitian dan
bedah, ed. i. Yogyakarta: Rapha Pengembangan
publishing Diunduh pada tanggal 6 Mei
2022 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
(2018). Badan Penelitian dan
Doenges., Marilynn. (2018). Rencana Pengembangan
asuhan keperawatan : pedoman asuhan
pasien anak-dewasa. ed. 9, volume Rubins, J. (2013). Pleural Efussion.
2 .Jakarta : EGC Diakses pada tanggal 19 Juli 2021
melalui
Kemenkes RI. (2015). Profil kesehatan http://emedicine.medscape.com/article/2
indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. 99959-overview.