You are on page 1of 15

87

Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Efusi Pleura

Firdha Rozak1. Hertuida Clara2


1,2
Departemen Keperawatan Medikal Bedah, Akademi Keperawatan Pasar Rebo
Email : clarahertuida@gmail.com

Abstrak
Efusi pleura merupakan penumpukan cairan pada rongga pleura. Cairan pleura merembes secara terus
menerus ke dalam rongga dada yang membatasi pleura parietalis dan diserap kembali oleh kapiler dan
sistem limfatik pleura visceralis. Efusi pleura memiliki prevalensi 320 kasus per 100.000 orang dengan
etiologi berbeda. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan proses
keperawatan. Hasil Asuhan keperawatan dilakukan pada pasien dengan efusi pleura. Hasil pengkajian yang
didapat pasien mengatakan batuk tetapi sulit mengeluarkan dahaknya, nafasnya seperti terhambat dan tidak
lega, tampak adanya retraksi dinding dada tidak simetris, bunyi nafas ronchi di dada kiri. Tujuan tercapai,
masalah teratasi dihari ke 3. Simpulan Penyakit efusi pleura yang dialami pasien disebabkan oleh
permeabilitas kapiler, misalnya pada kejadian infeksi dan trauma sehingga mengakibatkan terjadi
penyebaran tuberkulosis dari paru, oleh karena itu tidak semua masalah keperawatan dapat teratasi.

kata kunci : asuhan keperawatan, efusi pleura

Abstract

Background Pleural effusion is a buildup of fluid in the pleural cavity. Pleural fluid leaks continuously into
the chest cavity that lines the parietal pleura and is reabsorbed by the capillaries and the lymphatic system
of the visceral pleura. Pleural effusion has a prevalence of 320 cases per 100,000 people with different
etiologies. Method A descriptive research design was used in this study with a nursing process approach.
Result Nursing process was applied into patients with pleural effusion. The results of the assessment
obtained by the patient said that he coughed but had difficulty expelling phlegm, his breath seemed to be
obstructed and not relieved, there was an asymmetrical chest wall retraction, rhonchi breath sounds in the
left chest. The goal is achieved, the problem is resolved on day 3. Conclusion Patient's pleural effusion is
caused by capillary permeability, for example in the incidence of infection and trauma, resulting in the
spread of tuberculosis from the lungs, therefore not all nursing problems can be resolved.
Keywords: Nursing Care, Pleural Effusion

Pendahuluan

Menurut World Health Organization tahun sedangkan di Amerika Serikat


WHO (2018), efusi pleura merupakan terjadi kasus efusi pleura 1,5 juta dengan
suatu gejala penyakit yang dapat multikausal seperti pneumonia, gagal
mengancam jiwa penderitanya, di negara jantung, emboli paru, kanker dan
- negara industri. Efusi pleura memiliki sebagainya (Rubins, 2013). Secara
prevalensi 320 kasus per 100.000 orang geografis penyakit ini terdapat di seluruh
dengan etiologi berbeda yang juga akan dunia, bahkan menjadi problema utama
mempengaruhi penyebarannya setiap

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


88

di negara-negara yang sedang Melihat proses penyakit efusi pleura,


berkembang termasuk Indonesia. perawat sebagai salah satu tenaga medis
yang memberikan pelayanan utama
Efusi pleura terjadi pada 30 % penderita memiliki peranan penting dalam
TB paru dan merupakan penyebab menangani pasien dengan efusi pleura
morbiditas terbesar akibat TB ekstra paru. secara promotif, preventif, kuratif, dan
Penderita dengan efusi pleura banyak rehabilitatif. Secara promotif seorang
ditemui pada kelompok umur 44 - 49 perawat berperan sebagai pendidik untuk
tahun keatas, serta lebih banyak terjadi memberikan pendidikan kesehatan yang
pada laki-laki (54,7%) dibandingkan meliputi dari membahas tentang
perempuan (45,3%). Tingginya insiden pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
efusi pleura disebabkan oleh TB paru dan komplikasi, pencegahan dan cara
Tumor paru. Prevalensi penyakit efusi pengobatan efusi pleura kepada
pleura di Indonesia mencapai 2,7% komponen masyarakat yang masih sehat
(Kemenkes, 2015). Berdasarkan data dan belum menderita sakit. Secara
yang diperoleh dibagian rekam medik preventif dengan menganjurkan pasien
pravelensi penyakit paru di RSUD untuk tidak merokok dan tidak minum –
Chasbullah Abdul Madjid Kota Bekasi minum beralkohol untuk mencegah
selama 3 bulan terakhir pada data yang komplikasi berlanjut. Secara kuratif salah
tersedia rawat inap pada bulan di bulan satu peran yang dimiliki seorang perawat
Desember 2021, Januari 2022 dan yaitu dilakukannya secara kolaboratif
Februari 2022 menunjukkan bahwa efusi dengan tenaga medis lainnya yaitu
pleura menjadi salah satu dari penyakit melakukan drainase jika terdapat
10 besar dan masuk ke 7 besar penyakit akumulasi cairan di rongga pleura
rawat inap dengan persentase dengan pemasangan Water Seal
penambahan kasus baru terbanyak yaitu Drainage (WSD), pemberian diuretik,
dibulan Desember 164 (16 %) dan terjadi terapi oksigen sesuai dengan kebutuhan
peningkatan kembali dibulan Januari dan pengobatan ke rumah sakit dan
2022 165 (16,1%) dan terjadi penurunan Sedangkan upaya rehabilitatif yaitu
di bulan Februari 146 (14,3%) dan ada 31 melakukan pengecekan kembali kondisi
(21,2%) penyakit paru. atau melakukan kontrol tentang
kesehatannya di rumah sakit atau tenaga

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


89

kesehatan disini perawat berupaya gagal jantung, penurunan tekanan


membantu memulihkan kesehatan pasien onkotik kapiler, misalnya gagal ginjal
dengan melibatkan keluarga pasien atau gangguan hati, peningkatan
dalam melakukan perawatan luka setelah permeabilitas kapiler, misalnya pada
pasien di rumah. Tujuan dari penelitian kejadian infeksi dan trauma, gangguan
ini adalah untuk mendapatkan fungsi limfatik, misalnya pada obstrukti
pengalaman secara nyata dalam limfatik yang disebabkan oleh tumor atau
memberikan asuhan keperawatan. kanker.
Menurut Black and Hawks (2014), efusi
pleura merupakan penumpukan cairan Menurut DiGiulio (2014), penyebab efusi
pada rongga pleura. Cairan pleura pleura yaitu terjadinya akumulasi cairan
normalnya merembes secara terus yang abnormal di dalam sekat pleura
menerus ke dalam rongga dada dari antara parietal dan visceral pleura pada
kapiler-kapiler yang membatasi pleura paru – paru. Cairan mungkin cairan
parietalis dan diserap ulang oleh kapiler serosa, darah (hemothorak), nanah
dan sistem limfatik pleura viseralis. (empyema). Penyebab efusi pleura
Ketika pleura mengalami inflamasi atau bervariasi meliputi gagal jantung
terkena penyakit atau cedera, udara atau kongestif, gagal ginjal, penyakit
cairan dapat berkumpul dalam rongga berbahaya atau mematikan, lupus
pleura dan membatasi ekspansi paru, erythematosis, infarktus paru – paru,
gerakan paru serta mengganggu ventilasi infeksi, atau trauma, dapat juga terjadi
pernapasan. Kondisi apapun yang akibat komplikasi paska operasi.
mengganggu sekresi atau drainase dari Menurut Bilotta (2014) ada tiga
cairan ini akan menyebabkan efusi pleura penyebab efusi pleura yaitu efusi pleura
(LeMone, 2019). transudat disebabkan oleh penyakit
kardiovaskular, penyakit hati, penyakit
Menurut Black and Hawks (2014) ginjal, dan hipoproteinemia, efusi pleura
Penyebab terjadinya efusi pleura dapat eksudat disebabkan oleh infeksi pada
disebabkan oleh beberapa faktor yang pleura, terjadinya inflamasi pleura, serta
dikelompokkan dalam empat kategori keganasan pada pleura, empiema
utama yaitu peningkatan tekanan disebabkan oleh infeksi paru, abses paru,
hidrostatik sistemik, misalnya pada kasus

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


90

luka yang terinfeksi, infeksi intra garis melengkung (garis Ellis Damoiseu)
abdomen dan pembedahan toraks. (Black and Hawks, 2014). Terdapat lagi
gejala yang dapat muncul pada efusi
Manifestasi klinik dari efusi pleura pleura yaitu nyeri dada yang terasa tajam
bergantung dari penyakit yang mendasari tidak menjalar, nyeri ini makin
terjadinya akumulasi cairan. Pada memburuk saat klien menghirup nafas.
Pneunomia gejala yang muncul adalah Saat dilakukan pengkajian fisik didapati
demam, menggigil dan nyeri dada penurunan gerakan dada pada sisi
pleuretik (Smelzer & Bare, 2014). mengalami efusi, pasien dapat
Dengan adanya cairan yang lebih dari mengalami penurunan berat badan.
normal akan menganggu ekspansi paru, (Lewis et.al, 2017). Menurut Setiati
pasien akan mengalami dispnea terutama (2015), komplikasi efusi pleura bisa
saat melakukan aktivitas dan batuk menyebabkan fibrothoraks, atelektasis,
kering non produktif hal ini disebabkan fibrosis, kolaps paru, empiema.
karena iritasi bronkial atau pergeseran
mediastrium. Pemeriksaan taktil Penatalaksanaan efusi pleura menurut
premitus juga akan menurun, perkusi Madiarti, Devi, dkk (2022), antara lain
pada daerah paru terdengar tumpul pemberian terapi yaitu menganjurkan
(dullness), demam, menggigil, dan nyeri tirah baring, thorakosentesis, chest tube,
dada pleuritis (pneumonia), panas tinggi pleural drain, pleudesis, operasi atau
(kokus), subfebril (tuberkulosis), banyak pembedahan untuk mengeluarkan cairan,
keringat, batuk, deviasi trachea menjauhi pemberian antibiotik, insersi selang dada,
tempat yang sakit dapat terjadi jika ada pleurodesis, Water seal drainage (WSD),
penumpukan cairan pleural yang memberikan diit tinggi kalori, aktivitas
signifikan, pemeriksaan fisik dalam sesuai toleransi.
keadaan berbaring dan duduk akan
berlainan karena cairan akan berpindah Diagnosa keperawatan yang dapat
tempat. Bagian yang sakit akan kurang muncul pada kasus efusi pleura menurut
bergerak dalam pernapasan, fremitus Black and Hawks (2014), adalah:
melemah (raba dan vokal), pada perkusi 1. Bersihan jalan nafas yang tidak
didapati daerah pekak, dalam keadaan efektif berhubungan dengan
duduk permukaan cairan membentuk

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


91

peningkatan sekresi dan penurunan fowler tinggi, memonitor bunyi nafas


efektivitas batuk karena nyeri. tambahan.
2. Pola nafas yang tidak efektif yang b. Bantu klien batuk dan bernafas dalam
berhubungan dengan hipoventilasi, tiap 1 atau 2 jam (saat terbangun)
nyeri dan penurunan energi. selama 24 hingga 48 jam paska
3. Nyeri akut berhubungan dengan operasi.
prosedur bedah. c. Bantu pasien mengeluarkan dahak
4. Gangguan mobilitas fisik dengan fisioterapi dada, dan setelah
berhubungan dengan nyeri, diseksi itu instruksikan klien untuk
otot, posisi yang terbatas, dan selang mengambil nafas dalam secara
dada atau selang WSD. perlahan dan menahannya selama 3
5. Intoleransi aktivitas berhubungan detik, kemudian hembuskan, ambil
dengan kesulitan menjaga nafas kedua dan kemudian sambil
oksigenisasi karena nyeri dan menghembuskan, lalu ambil nafas lagi
penurunan volume paru. kemudian melakukan batuk dengan
keras dua kali.
Berikut adalah satu contoh konsep d. Jika bisa jadwalkan sesi batuk dan
perencanaan keperawatan menurut Black pernapasan dalam pada waktu – waktu
and Hawks (2014), untuk diagnosa obat nyeri masih efektif. Periksa suara
keperawatan bersihan jalan nafas tidak nafas sebelum dan sesudah batuk.
efektif berhubungan dengan peningkatan e. Berikan dukungan dan yakinkan :
sekresi dan penurunan efektivitas batuk jelaskan bahwa latihan nafas tidak
karena nyeri. Kriteria hasil : Pasien akan merusak paru atau jahitan,
akan menunjukkan bersihan jalan nafas dengan tangan tahan daerah insisi
efekif, dibuktikan dengan suara nafas selama batuk dan bernafas dalam,
bersih, batuk efektif, dan pertukaran gas berikan air hangat untuk diminum,
yang baik di paru – paru. jaga kadar hidrasi dan kelembapan
udara dengan baik, monitor hasil dari
Intervensi keperawatan rontgen dada.
a. Setelah tanda – tanda vital stabil,
posisikan klien pada semi fowler atau

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


92

Metode Penelitian rencana tindakan untuk mengatasi


Penelitian ini menggunakan metode studi masalah keperawatan yang muncul,
kasus dengan pendekatan proses kemudian peneliti melaksanakan
keperawatan dimana peneliti mengelola tindakan keperawatan atau implementasi
satu pasien. Pengambilan sampling keperawatan sesuai dengan rencana
menggunakan teknik purposive sampling. keperawatan yang telah disusun.
Penelitian di lakukan di RSUD Bekasi Tahapan terakhir adalah peneliti
pada bulan Maret tahun 2022. melakukan evaluasi keperawatan dimana
Pengumpulan data dilakukan melalui dalam tahap ini peneliti melakukan
wawancara pada pasien dan keluarga, penilaian terhadap asuhan keperawatan
observasi, pemeriksaan fisik dan studi yang telah dilakukan
dokumentasi. Instrumen penelitian yang
digunakan adalah format pengkajian Hasil Penelitian
medikal bedah, dengan alat bantu Dari hasil pengkajian didapatkan data
sphygmomanometer, stetoskop, sebagai berikut pasien dengan identitas
termometer. Ny I, jenis kelamin perempuan, berusia
38 tahun. Pasien beragama Islam dan
Pendekatan proses keperawatan di berasal dari suku bangsa Betawi, status
lakukan melalui 5 (lima) tahapan yaitu perkawinan pasien sudah menikah.
Pengkajian, Diagnosa keperawatan, Pendidikan terakhir pasien SLTA. Dalam
Perencanaan, Implementasi dan Evaluasi. keseharian pasien menggunakan bahasa
Adapun tahapan dalam pengkajian yaitu Indonesia. Pekerjaan pasien saat ini
peneliti melakukan pengumpulan data sebagai ibu rumah tangga. Pasien saat ini
melalui wawancara dengan pasien, tinggal di Jl. Bintara RT 13 RW 02
keluarga pasien dan perawat diruangan, No.13 Bekasi Barat. Sumber biaya untuk
kemudian melakukan pemeriksaan fisik pelayanan kesehatan pasien adalah BPJS,
dan pengambilan data dari catatan atau sumber informasi dalam pengkajian ini
status medis pasien. Setelah itu peneliti didapatkan dari pasien dan keluarga.
menegakkan diagnosa keperawatan
dengan terlebih dahulu melakukan Resume
analisis data yang diperoleh. Tahapan Pasien bernama Ny I, Pada tanggal 11
berikutnya adalah peneliti menyusun maret pukul 14.00 WIB pasien dibawa ke

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


93

IGD RSUD dr.Chasbullah Abdulmadjid laboratorium leukosit 76.000 ribu/ul (5 –


Bekasi oleh keluarga dengan keluhan 10 ribu/ul) HB : 11,9 g/dl (12 - 14 g/dl),
sesak nafas 1 minggu, batuk tidak trombosit 545 ribu/ul (150 - 400 ribu/ul),
sembuh - sembuh, demam naik turun, hematokrit 37,5 % (37 - 47 %), AST
riwayat Sc 1 bulan lalu, hasil (SGOT) : 31 U/L (≤ 37 u/l mikro per
pemeriksaan fisik keadaan umum sedang, liter), ALT (SGDT) : 19 U/L (≤ 41 u/l) ,
kesadaran composmentis, Tekanan darah: hasil swab nasofaring negatif,
130 / 70 mmHg, Nadi: 92 x permenit, pemeriksaan EKG, Pemeriksaan HbsAg
RR: 26 x permenit, saturasi: 91 %, Suhu: non reaktif, Anti HIV non reaktif. Pasien
37,5°C, Masalah keperawatan yang mendapatkan obat Lasik injeksi 2x1 (IV),
muncul yaitu Pola nafas tidak efektif. Pro TB 1 x 3 tablet (PO), Meropenem
Tindakan yang telah dilakukan antara 2x1 gram (IV), Heparin 2 x 5000 unit/ml
lain memberikan posisi semi fowler, (IV), Bisoprolol 1 x 5 mg tablet (PO).
dipasangkan oksigen nasal kanul 5 lpm, Masalah keperawatan Pola nafas tidak
pemeriksaan EKG dan PCR (-), pasien efektif . Evaluasi belum teratasi.
diberikan cairan infus RL 20 Tpm,
diberikan obat Lasik injeksi 2 x 1 10 mg Pemeriksaan Penunjang
(IV), meropenem 2 x 1 gr (IV), Pemeriksaan Radiologi yaitu thorak PA
bisoprolol 2 x 1 5 mg (PO), Heparin 2 x suspek masa paru sinistra, atelektasis
1 5000 unit/ml. Evaluasi pasien paru atas dextra dengan klasifikasi (post
dipindahkan ke ruang Sakura pada Tb paru), penebalan pleura dextra. Hasil
tanggal 12 Maret 2022 jam 08.50 wib laboratorium leukosit 76.000 ribu/ul (5 –
keadaan umum sedang, pasien mengeluh 10 ribu/ul) HB : 11,9 g/dl (12 - 14 g/dl),
masih sesak Tekanan darah 130/80 AST (SGOT) : 31 U/L (≤ 37 u/l mikro
mmHg, nadi : 90 x/menit, suhu : 36,5 °C, per liter), ALT (SGDT) : 19 U/L (≤ 41
RR: 28 menit, Sp02 : 91%. Tindakan u/l).
keperawatan observasi tanda – tanda
vital, observasi tetesan infus RL 20 Tpm, Data fokus
berikan posisi semi fowler, memberikan Data Subyek
oksigen Non rebreathing mask 8 lpm, Pasien mengatakan mengeluh nyeri
merencanakan pemasangan WSD hari ini dibagian dada yang terpasang WSD,
12 Maret 2022 yaitu jam 09.30. Hasil pasien mengatakan nyeri saat bergerak

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


94

nyerinya timbul selama 10 menit, pasien dada tidak simetris, bunyi nafas ronchi
mengatakan sakitnya seperti tertekan disebelah dada bagian kiri, tampak
benda berat, menyebar hingga bagian kebutuhan sehari – hari dibantu, pasien
perut sebelah kiri atas, dengan skala terlihat meringis.
nyeri 4. Pasien mengatakan mual dan
muntah saat makan, ada sariawan di Diagnosa keperawatan
mulutnya, pasien mengatakan nafsu Setelah dikumpulkan dan dianalisa, maka
makan menurun hanya dua sendok saja dapat dirumuskan, beberapa diagnosis
atau ¼ porsi, mulutnya terasa pahit, berat keperawatan adapun diagnosis tersebut
badan menurun turun dari 60 kg menjadi disusun berdasarkan prioritas sebagai
55 kg, pasien mengatakan belum BAB berikut:
selama lima hari, pasien mengatakan 1. Bersihan jalan nafas berhubungan dengan
hanya minum sedikit saja hanya 2 aqua sekresi yang tertahan ditandai dengan
gelas dalam sehari, pasien mengatakan pasien mengatakan batuk tetapi sulit
jarang makan buah, pasien mengatakan mengeluarkan dahaknya, pasien
batuk tetapi sulit mengeluarkan mengatakan nafasnya seperti terhambat
sputumnya, pasien mengatakan nafasnya dan tidak lega, tampak adanya retraksi
sepeti terhambat dan tidak lega, pasien dinding dada tidak simetris, bunyi nafas
mengatakan kesulitan bergerak karena ronchi di dada kiri.
terpasang WSD. 2. Risiko defisit nutrisi dibuktikan dengan
kurangnya asupan sekunder akibat mual
Data Obyektif dan muntah ditandai dengan pasien
Tampak pasien terpasang WSD dibagian mengatakan mual dan muntah saat
dada sebelah kiri bagian bawah, cairan makan, pasien mengatakan ada sariawan
yang keluar 400 cc dalam 24 jam dimulutnya, pasien mengatakan nafsu
berwarna merah, tampak pasien bibirnya makan menurun hanya makan 2 sendok
kering, IMT : 22,5, terlihat jumlah makan, pasien mengatakan mulutnya
muntah 150 ml, HB : 11,9 g/dl, tampak pahit, pasien mengatakan BB turun dari
pasien lemas, dan perut kembung, 60 kg menjadi 55 kg, tampak pasien
tercium bau keringat, tampak gigi pasien lemas, tampak jumlah muntah 150 cc,
kuning, tampak tidak pernah ganti baju, IMT : 22,5, HB: 11,9 g/dl.
tampak ada retraksi dinding dada dan

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


95

3. Risiko penyebaran Infeksi berhubungan karena terpasang WSD, tampak pasien


dengan pertahanan primer tidak adekuat ; lemas, tampak pasien kebutuhan sehari –
Prosedur invasif pemasangan WSD sehari dibantu, terpasang WSD di bagian
ditandai dengan pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri bagian bawah.
diarea pemasangan WSD, terpasang WSD 7. Defisit perawatan diri berhubungan
di bagian dada sebelah kiri bagian bawah, dengan kelemahan terpasang WSD
leukosit 76.000 ribu/ul. ditandai dengan pasien mengatakan
4. Nyeri dada akut berhubungan dengan belum mandi, sikat gigi selama 5 hari,
Agen pencedera fisik prosedur invasif tercium bau keringat, tampak pasien
WSD ditandai dengan pasien mengatakan giginya kuning, tampak pasien tidak
mengeluh nyeri dibagian dada yang pernah ganti baju.
terpasang WSD, pasien mengatakan nyeri
Perencanaan
saat bergerak nyerinya timbul selama 10
1. Bersihan jalan nafas berhubungan
menit, pasien mengatakan sakitnya
dengan sekresi yang tertahan ditandai
seperti tertekan benda berat, pasien
dengan pasien mengatakan batuk tetapi
mengatakan sakitnya menyebar hingga
sulit mengeluarkan dahaknya, pasien
bagian perut sebelah kiri atas, pasien
mengatakan nafasnya seperti terhambat
mengatakan skala nyeri 4, tampak pasien
dan tidak lega, tampak adanya retraksi
meringis.
dinding dada tidak simetris, bunyi nafas
5. Konstipasi berhubungan dengan
ronchi di dada kiri.
ketidakcukupan asupan serat dan cairan
Tujuannya setelah dilakukan tindakan
ditandai dengan pasien mengatakan
keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
belum BAB selama 5 hari, Pasien
bersihan jalan nafas teratasi dengan
mengatakan belum BAB selama 5 hari,
kriteria hasil pasien bisa mengeluarkan
pasien mengatakan hanya minum sedikit
dahaknya, nafas pasien lega dan tidak
air saja hanya 2 aqua gelas dalam sehari,
terhambat, suara vesikuler, retraksi
pasien mengatakan jarang makan buah,
dinding dada simetris, RR : 12 – 20 x/
tampak perut pasien kembung, bising
menit.
usus 8 x / menit.
6. Hambatan mobilitas fisik berhubungan
dengan terpasang WSD ditandai dengan
pasien mengatakan kesulitan bergerak

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


96

Intervensi dengan baik, monitor hasil dari


Mandiri rontgen dada.
a. Setelah tanda – tanda vital stabil, Kolaborasi
posisikan klien pada semi fowler atau a. Pemberian obat antibiotik Pro TB 4 1
fowler tinggi, memonitor bunyi nafas x 3 tablet (PO)
tambahan.
b. Bantu klien batuk dan bernafas dalam Implementasi
tiap 1 atau 2 jam (saat terbangun) Hari Kamis, 17 Maret 2022
selama 24 hingga 48 jam paska Pada jam 08.00 memberikan obat
operasi antibiotik Rs:- Ro: telah diberikan obat
c. Bantu pasien mengeluarkan dahak Pro TB 1 x 3 tablet (PO). Pada jam 08.15
dengan fisioterapi dada, dan setelah memonitor bunyi nafas tambahan Rs:
itu instruksikan klien untuk pasien mengatakan nafasnya sudah lega
mengambil nafas dalam secara Ro: RR: 20 x/menit, tidak memakai otot
perlahan dan menahannya selama 3 bantu nafas, tampak tidak pakai
detik, kemudian hembuskan, ambil pernapasan cuping hidung, tampak WSD
nafas kedua dan kemudian sambil sudah dilepas, tampak produksi WSD 0,
menghembuskan, lalu ambil nafas lagi terdengar bunyi vesikuler, pasien sudah
kemudian melakukan batuk dengan bisa mengeluarkan dahak, tampak
keras dua kali. retraksi dinding dada simetris. Pada jam
d. Jika bisa jadwalkan sesi batuk dan 10.00 memonitor bunyi nafas tambahan
pernapasan dalam pada waktu – waktu Rs: pasien mengatakan nafasnya sudah
obat nyeri masih efektif tidak ada hambatan Ro: RR: 18 x/menit,
e. Periksa suara nafas sebelum dan tampak tidak memakai otot bantu nafas,
sesudah batuk. Berikan dukungan dan tampak tidak ada nafas cuping hidung,
yakinkan : jelaskan bahwa latihan terdengar bunyi vesikuler.
nafas tidak akan merusak paru atau
jahitan, dengan tangan tahan daerah Evaluasi
insisi selama batuk dan bernafas Hari Kamis, 17 Maret 2022
dalam, berikan air hangat / air putih Jam 12.00 WIB
untuk diminum 2000 ml / hari, jaga Subjektif : Pasien mengatakan
kadar hidrasi dan kelembapan udara nafasnya sudah lega

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


97

Objektif : RR : 20 x/menit, tampak tidak kesenjangan karena sama dengan kasus.


memakai otot bantu nafas, tampak tidak komplikasi terjadi pada kasus adanya
pakai pernapasan cuping hidung, tampak atelektasis dari hasil CT Scan thorak
WSD sudah dilepas, tampak produksi bahwa paru bagian atas dextra dengan
WSD 0, terdengar bunyi vesikuler, klasifikasi (post TB paru) adanya
tampak pasien sudah bisa mengeluarkan penebalan pleura dextra dan suspek
dahak, tampak retraksi dinding dada massa paru sinistra. Pemeriksaan
simetris, RR: 18 x/menit diagnostik yang ada pada kasus dan
Analisa : Tujuan tercapai, masalah sudah sesuai dengan teori yaitu
teratasi pemeriksaan radiologi, pemeriksaan
Planning : Intervensi dihentikan. laboratorium, pengukuran fungsi paru.
Sedangkan pemeriksaan penunjang yang
Pembahasan tidak dilakukan pada kasus yaitu Biopsi
Pengkajian Keperawatan pleura, pemeriksaan tersebut tidak
Pembahasan kesenjangan terkait dilakukan karena tidak adanya instruksi
pengkajian meliputi etiologi, manifestasi dokter.
klinik, komplikasi, pemeriksaan
penunjang, dan penatalaksanaan medis. Penatalaksanaan medis yang sesuai
etiologi yang ada pada kasus dan sesuai antara teori dengan kasus antara lain tirah
dengan teori yaitu peningkatan baring, pemberian antibiotik meropenem
permeabilitas kapiler, misalnya pada 2 x 1 500 mg (PO), Insersi selang dada,
kejadian infeksi dan trauma akibatnya Water seal drainage (WSD),
terjadi komplikasi penyebaran Memberikan diit tinggi kalori aktivitas,
tuberkulosis dari paru. Hal ini dibuktikan sesuai toleransi. Sedangkan
dengan hasil pemeriksaan rontgen thorax penatalaksanaan medis pada teori yang
yang dilakukan pada tanggal 12 Maret tidak sesuai dengan kasus yaitu
2022 yaitu berkesan suspek massa paru Pleurodesis dan Thorakosentesis tidak
sinistra, atelektasis paru atas dextra dilakukan karena tidak ada instruksi
dengan klasifikasi (post TB paru) dan dokter.
adanya penebalan dextra. Manifestasi
klinik yang ada pada kasus dan sudah
sesuai dengan teori tidak ada

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


98

Diagnosa hidung. Sedangkan intoleransi aktivitas


Dari 5 (lima) diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan kesulitan menjaga
ada pada teori, 3 (tiga) diagnosa oksigenisasi karena nyeri dan penurunan
keperawatan yang muncul pada kasus volume paru yaitu ketidakcukupan energi
yaitu bersihan jalan nafas berhubungan psikologis, atau fisiologis untuk
dengan sekresi yang tertahan, nyeri dada mempertahankan atau menyelesaikan
akut berhubungan dengan agen aktivitas kehidupan sehari – sehari yang
pencedera fisik prosedur invasif WSD, ingin dilakukan merasa tidak nyaman
Hambatan mobilitas fisik berhubungan saat beraktivitas karena saat beraktivitas
dengan terpasang WSD. Sedangkan 2 nafas terasa sesak dan mudah lelah.
(dua) diagnosa keperawatan pada teori
yang tidak muncul pada kasus yaitu pola Perencanaan
nafas yang tidak efektif yang Dari 7 (tujuh) diagnosa yang muncul
berhubungan dengan hipoventilasi, nyeri dalam kasus, ditentukan diagnosa
dan penurunan energi merupakan suatu prioritas yaitu bersihan jalan nafas
keadaan dimana inspirasi dan ekspirasi berhubungan dengan sekresi yang
yang tidak memberikan ventilasi yang tertahan. Hal ini sesuai dengan teori
adekuat, sedangkan pasien saat dikaji hirarki Maslow bahwa kebutuhan yang
tidak mengalami depresi pusat paling mendasar dibutuhkan manusia
pernapasan, tidak ada hambatan upaya yaitu kebutuhan fisiologis dalam hal ini
nafas (nyeri saat bernafas, kelemahan yaitu kebutuhan oksigenasi. Pada
otot pernapasan), deformitas dinding diagnosa risiko defisit nutrisi dibuktikan
dada, deformitas tulang dada, posisi dengan kurangnya asupan sekunder
tubuh yang menghambat ekspansi paru, akibat mual dan muntah, risiko
sindrom hipoventilasi, tanda dan penyebaran Infeksi berhubungan dengan
gejalanya dispnea, tidak menggunakan pertahanan primer tidak adekuat ;
otot bantu pernapasan, fase ekspirasi prosedur invasif pemasangan WSD.
memanjang, tidak ada pola nafas Nyeri dada akut berhubungan dengan
abnormal (takipnea, bradipnea, agen pencedera fisik prosedur invasif
hiperventilasi, kussmaul dan cheyne- WSD adanya proses infeksi atau
stokes) tetapi hanya terdengar suara inflamasi, rasa aman dan nyaman dan
ronchi, dan tidak ada pernapasan cuping diagnosa hambatan mobilitas fisik

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


99

berhubungan dengan terpasang WSD berhubungan dengan kelemahan


penurunan kekuatan atau ketahanan, terpasang WSD. Risiko defisit nutrisi
nyeri atau ketidaknyamanan, terapi dibuktikan dengan kurangnya asupan
pembatasan atau tirah baring, rencana sekunder akibat mual dan muntah. Risiko
tindakan pada kasus sudah sesuai dengan penyebaran Infeksi berhubungan dengan
teori berdasarkan buku sumber Doenges, pertahanan primer tidak adekuat ;
sehingga tidak ada kesenjangan antara Prosedur invasif pemasangan WSD.
teori dan praktik. Pada diagnosa Dalam tahap ini penulis tidak
Konstipasi berhubungan dengan menemukan kesenjangan antara teori dan
ketidakcukupan asupan serat dan cairan, kasus.
Defisit perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan terpasang WSD. Evaluasi
Perencanaan tindakan tidak ada pada Evaluasi adalah tahap terakhir dari proses
teori, sehingga penulis membuat keperawatan untuk menilai keberhasilan
perencanaan mengacu pada buku sumber asuhan keperawatan dari tindakan yang
Doenges. diberikan. Pada kasus terdapat 7 (tujuh)
diagnosa keperawatan yang diangkat
Implementasi oleh penulis selama 3 (tiga) hari dimulai
Implementasi merupakan penyelesaian dari tanggal 15 - 17 Maret 2022. Dari 7
tindakan keperawatan untuk mencapai (tujuh) diagnosa keperawatan yang
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya ditegakkan terdapat 7 (tujuh) diagnosa
dan menilai pencapaian atau kemajuan keperawatan yang telah teratasi semua.
kriteria hasil pada diagnosa keperawatan
pada diagnosa keperawatan bersihan Simpulan
jalan nafas berhubungan dengan sekresi Dari hasil pengkajian keperawatan,
yang tertahan. Nyeri dada akut penyakit efusi pleura yang dialami klien
berhubungan dengan Agen pencedera disebabkan oleh permeabilitas kapiler,
fisik prosedur invasif WSD. Konstipasi misalnya pada kejadian infeksi dan
berhubungan dengan ketidakcukupan trauma sehingga mengakibatkan terjadi
asupan serat dan cairan. Hambatan penyebaran tuberkulosis dari paru.
mobilitas fisik berhubungan dengan Manifestasi klinik yang ada pada kasus
terpasang WSD. Defisit perawatan diri dan sudah sesuai dengan teori tidak ada

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


100

kesenjangan. Komplikasi yang ada pada defisit perawatan diri berhubungan


kasus komplikasi terjadi adanya dengan kelemahan terpasang WSD, risiko
atelektasis dari hasil CT Scan thorak defisit nutrisi dibuktikan dengan
bahwa paru bagian atas dextra dengan kurangnya asupan sekunder akibat mual
klasifikasi (post TB paru) adanya dan muntah, risiko penyebaran Infeksi
penebalan pleura dextra dan suspek berhubungan dengan pertahanan primer
massa paru sinistra. Pemeriksaan tidak adekuat ; Prosedur invasif
penunjang yang terdapat pada teori pemasangan WSD. Penulis menggunakan
namun tidak dilakukan pada kasus buku sumber Doenges (2018) untuk
meliputi, biopsi pleura. Penatalaksanaan menyusun perencanaannya, pada tahap
medis yang terdapat pada teori namun perencanaan keperawatan yang disusun
tidak dilakukan pada kasus yaitu pada dasarnya sudah sama dengan teori.
pleurodesis, thorakosentesis.
Pada tahap pelaksanaan keperawatan
Dalam tinjauan teori ada 5 (Lima) tidak terdapat kesenjangan antara teori
diagnosa keperawatan, 3 (tiga) dan kasus. Intervensi keperawatan yang
diantaranya sudah sesuai dan muncul terdapat pada teori telah sesuai dengan
pada kasus, sedangkan diagnosa kasus dan telah dilakukan pada tahap
keperawatan yang terdapat pada teori implementasi keperawatan. Pada tahap
namun tidak ada pada kasus adalah pola evaluasi keperawatan, dari 7 (tujuh)
nafas yang tidak efektif yang diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
berhubungan dengan hipoventilasi, nyeri
dan penurunan energi, Intoleransi Daftar Pustaka
aktivitas berhubungan dengan kesulitan Annisa Fitrah., Umara dkk. (2021).
Keperawatan medikal bedah sistem
menjaga oksigenisasi karena nyeri dan
respirasi. Jakarta : Yayasan Kita Penulis.
penurunan volume paru, Kurangnya
Berman.A., Snyder.S.J., Frandsen., G.
pengetahuan berhubungan dengan
(2016). Kozier & Erb’s fundamentals of
perawatan mandiri setelah pemulangan. nursing : concepts, process, and practice
(tenth edition). New York: Pearson
Untuk diagnosa keperawatan yang ada
Education. Inc
pada kasus namun tidak ada pada teori Bilotta, Kimberly, A, J. (2014). Kapita
selekta penyakit : dengan implikasi
yaitu konstipasi berhubungan dengan
keperawatan edisi 2. Jakarta: EGC
ketidakcukupan asupan serat dan cairan,

Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080


101

Black., J.,M & Hawks., J.H. (2014). clinical problems. Edition 9th . Kanada:
Keperawatan medikal bedah manajemen Elsevier
klinis untuk hasil yang diharapkan.
Singapore : Elsevier. Ni Ketut Kardiyudiani, Brigitta Ayu
Susanti.(2019). Keperawatan medikal
Devi, Mediarti, dkk. (2022). Ilmu bedah i. Yogyakarta: Pustaka Baru
keperawatan medikal bedah dan gawat
darurat. Bandung : Media Sains Potter, Anne. (2017). Fundamental of
Indonesia nursing, 9e, volume 2 yang mengandung
unit 6 – 7. Singapura : Elsevier
DiGiulio Mary, Donna Jackson, Jim Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
Keogh. (2014). Keperawatan medikal (2013). Badan Penelitian dan
bedah, ed. i. Yogyakarta: Rapha Pengembangan
publishing Diunduh pada tanggal 6 Mei
2022 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas).
(2018). Badan Penelitian dan
Doenges., Marilynn. (2018). Rencana Pengembangan
asuhan keperawatan : pedoman asuhan
pasien anak-dewasa. ed. 9, volume Rubins, J. (2013). Pleural Efussion.
2 .Jakarta : EGC Diakses pada tanggal 19 Juli 2021
melalui
Kemenkes RI. (2015). Profil kesehatan http://emedicine.medscape.com/article/2
indonesia. Jakarta: Kemenkes RI. 99959-overview.

Kesehatan Kementerian RI tahun (2018). Siregar., Deborah. (2021). Pengantar


www.depkes.go.id Diunduh 5 april 2022 proses keperawatan konsep, teori, dan
aplikasi. Medan: Yayasan kita menulis
Kesehatan Kementerian RI. (2013) Siti, Setiati. (2015). Buku Ajar Ilmu
Diakses: 25 Maret 2022, dari Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta :
http://www.depkes.go.id/resources/down Interna Publishing
load/general/Hasil%20Riskesdas%20
Smeltzer, Susan, C. (2014). Keperawatan
LeMone, Priscilla dkk. (2019). Buku Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Ajar Medikal Bedah Gangguan Respirasi.
Jakarta : EGC Waught, Anne dan Allison Grant.(2014).
Anatomy and physiology in health and
Lestari, L. T., FeRReira, D., & Aini, F. Q. Illness 12 th Editon. British : Elsevier
(2020). Sosialisasi Pentingnya Toleransi
Terhadap Perbedaan Pendapat Di Desa Yunita.(2018). Study Kasus Gangguan
Simorejo Kepohbaru Bojonegoro. Jurnal Pola Napas Tindakan Efektif pada Pasien
Pengabdian Masyarakat: Bakti Kita, 1(2), Efusi Pleura. Jurnal Terpadu Ilmu
1-4.http://www.e- Kesehatan. vol.7, No.2 Hal:101-
jurnal.unisda.ac.id/index.php/baktikita/ar 221.https://www.journal.unipdu.ac.id/ind
ticle/view/2491 Diunduh tanggal 5 mei ex.php/edunursing/article/vie w/2 333
2022 Diunduh pada tanggal 6 Mei 2022

Lewis,et.al. 2014. Medical surgical


nursing : assessment and management of
Buletin Kesehatan Vol.6 No.1 Januari-Juli 2022 E-ISSN:2746-5810 ISSN: 2614-8080

You might also like