You are on page 1of 5

Siapakah Luqman?

“Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmah kepada Luqman.” (QS. Luqman: 12).

Luqman adalah seorang lelaki yang dikaruniai hikmah oleh Allah berupa ilmu, agama dan
kebenaran dalam ucapan. Dia memberi fatwa sebelum Dawud diutus dan sempat menjumpai
masanya. Lalu Lukman menimba ilmu dari Nabi Dawud dan meninggalkan fatwanya sendiri.

Mujahid berkata,”Luqman adalah seorang budak hitam dari Habasyah, tebal kedua bibirnya,
dan lebar kedua telapak kakinya. Pada suatu hari ketika dia duduk di majelis sedang
berceramah kepada orang banyak, datanglah seorang lelaki menemuinya, lalu bertanya,
‘Bukankah engkau yang tadi menggembala kambing di tempat ini dan itu?’ Luqman
menjawab, ‘Benar.’ Lelaki itu bertanya, ‘Lalu apa yang menghantarkanmu sampai pada
kedudukan terhormat seperti yang kulihat sekarang ini?’ Luqman menjawab, ‘Benar dalam
berbicara dan diam terhadap hal-hal yang bukan menjadi urusanku.’”

1. Nasihat Agar Tidak Musyrik kepada Allah SWT


Disebutkan kisahnya oleh firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 13) Artinya : “Dan (Ingatlah)
ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).
Lukman berpesan kepada anaknya sebagai orang yang paling disayanginya dan paling berhak
mendapat pemberian paling utama dari pengetahuannya. Oleh karena itulah, Lukman dalam
nasihat pertamanya berpesan agar anaknya menyembah Allah semata, tidak
mempersekutukan-Nya dengan dengan sesuatu pun seraya memperingatkan kepadanya :
(QS.Luqman [31]: 13) Artinya : “…Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Yakni syirik adalah
dosa yang paling besar. Sehubungan dengan hal ini, Bukhari telah meriwayatkan hadits melalui
‘Abdullah ibn Mas’ud ra, ‫ حدث نا ال بخاري ق ال‬،‫ حدث نا ق ت ي بة‬،‫ عن جري ر‬،‫ عن األع مش‬،‫ ع ل قمة عن إب راه يم‬،‫ن ع‬
‫ ع بد‬، ‫ هللا ر ضي هللا‬،‫ق ال ع نه‬: ‫ن زل ت ل ما‬: ‫ْما لملل َم ا لمنَما النيِينل‬ َ ِ‫ ِإي لمانل ََ َم يل َلب‬،‫م َل ِم‬
َ ِ‫ص لى هللا ر ْمل أ صحاب ع لى يل ك شق ب‬
َ
‫ ع ل يه هال ل‬،‫مق ال ما م ْ لم‬: ‫م ْ لم ع ل يه هللا ص لى هللا ر ْمل ف قال ب م لم؟ إي مان ه يللبي ل م أي نا‬: “‫ ل يي إن ه‬،‫ب ياك‬
‫ل قمان ق مل إل ى ت ْمع أ ال‬: ‫اّلل ت َ َش ِر َك ال بَنل ني يلا‬ ْ ِ ‫م َل َم ال‬
ِ ‫ش َركل ِإ نن ِب ن‬ َ ‫ع ِمي َم لل‬ ‫ ل‬Artinya : “Al-Bukhari berkata, telah
menerangkan kepada kami Qutaibah, (kata Qutaibah) telah menerangkan kepada kami Jarir,
dari al-A’masy, dari Ibrahim, dari ’Alqamah, dari ‘Abdullah ibn Mas’ud ra ia berkata, Ketika turun
ayat :‘Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman,’ hal itu sangatlah memberatkan para sahabat, mereka berkata, ‘Siapakah diantara
kami yang tidak mencampuradukkan keimanannya dengan kedzaliman?.’ Maka Rasulullah
SAW bersabda, ‘Sesungguhnya bukanlah demikian (pengertiannya seperti yang kalian
katakan), tidakkah kalian pernah mendengar ucapan Lukman: Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar
kezaliman yang besar.‘” (Bukhari jilid II : 1995 : 287). Syirik di sini diungkapkan dengan
perbuatan zalim. Mereka mencampur-adukkan iman mereka dengan kezaliman, yakni dengan
kemusyrikan. Selanjutnya, Lukman mengiringinya dengan pesan lain, yaitu agar anaknya
menyembah Allah SWT semata dan berbakti kepada kedua orang tua sebagaimana disebutkan
dalam firman-Nya, (QS.al-Isra [17]: 23) Artinya : “Dan Tuhanmu Telah memerintahkan supaya
kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu
dengan sebaik-baiknya. jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, Maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada
keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 284). Dan memang
Allah SWT sering menggandengkan keduanya dalam al-Qur’an. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 428-
429). Penulis tidak memasukkan ayat 14 dan 15 dari Qur’an surat Luqman sebagai wasiat
Lukman al-Hakim kepada anaknya karena memperhatikan tekstual ayat tersebut tidak
menggambarkan bahwa ayat tersebut adalah ucapan Lukam kepada anaknya, walau demikian
tetap kedua ayat tersebut menjadi nasihat bagi anak dari Lukman al-Hakim dan anak dari orang
tua muslim lainnya. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 14-15) Artinya : “ Dan kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah
kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan
pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah
kamu kerjakan.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412).

2. Nasihat Agar Memegang Teguh Ketauhidan


Disebutkan oleh firman-Nya, (QS.Luqman [31]: 16) Artinya : “(Luqman berkata): “Hai anakku,
Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di
langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya).
Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI :
2005 : 412). Seandainya amal sekecil dzarrah (biji kecil) itu dibentengi dan ditutupi berada
dalam batu besar yang membisu atau hilang dan lenyap di kawasan langit dan bumi, maka
sesungguhnya Allah SWT pasti akan membalasnya. Demikianlah karena sesungguhnya Allah
pasti akan membalasnya. Demikianlah karena sesungguhnya Allah, tiada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi-Nya dan tiada sebutir dzarrah pun, baik yang ada di langit maupun di bumi,
terhalang dari penglihatan-Nya. Oleh sebab itulah disebutkan oleh firman-Nya, (QS.Luqman
[31]:13) Artinya : “Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan
Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Lathiifun, Maha Halus pengetahuan-Nya, sehingga segala
sesuatu tiada yang tersembunyi betapa pun lembut dan halusnya. Khabiirun, Maha Mengetahui
langkah-langkah semut sekecil apa pun yang ada di kegelapan malam yang sangat pekat. (Ibnu
Katsir jilid III : 1990 : 428-429). Jamaal ‘Abdul Rahman mengutip pemaparan al-Qurthubi,
diceritakan bahwa anak Lukman al-Hakim bertanya kepada ayahnya tentang sebutir biji yang
jatuh ke dasar laut, apakah Allah mengetahuinya? Maka Lukman menjawabnya dengan
mengulangi jawaban semula yang disebutkan dalam firman-Nya,(QS.Luqman [31]: 16) Artinya
: “(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi,
dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya
(membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.” (Al-Qur’an dan
Terjemah Depag RI : 2005 : 412). (Jamaal ‘Abdul Rahman : 2005 : 341-342).
3. Nasihat Agar Mendirikan Shalat
Lukman al-Hakim terus-menerus memberikan pengarahan kepada anaknya dalam pesan
selanjutnya. Kisahnya disebutkan oleh firman-Nya, (QS.31:17) Artinya : “Hai anakku, Dirikanlah
shalat….“ (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). ‘Aqimish-shalaata, dirikanlah shalat,
lengkap dengan batasan-batasan, fardhu-fardhu, dan waktu-waktunya. (Ibnu Katsir jilid III :
1990 : 430).

4. Nasihat Agar Memiliki Keberanian Memerintah kepada Kebaikan


Pesan Lukman al-Hakim yang keempat adalah agar anaknya memiliki keberanian untuk
memerintah manusia untuk berbuat baik. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17) Artinya
: “…dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI :
2005 : 412).

5. Nasihat Agar Memiliki Keberanian Mencegah Kemungkaran


Pesan Lukman al-Hakim yang kelima adalah agar anaknya memiliki keberanian untuk
mencegah orang-orang yang berada di sekitarnya berbuat kemungkaran. Firman Allah SWT,
(QS.Luqman [31]: 17) Artinya :“…dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar….” (Al-
Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Terhadap pesan Lukman al-Hakim yang keempat
dan kelima kepada anaknya di atas, Ibnu Katsir memberikan keterangan, Wa’mur bi’l-ma’ruufi
wanha ‘ani’l-mungkar, perintahkanlah perkara yang baik dan cegahlah perkara yang munkar
menurut batas kemampuan dan jerih payahmu. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430).

6. Nasihat Agar Bersabar Terhadap Musibah yang Menimpa


Pesan Lukman al-Hakim yang keenam adalah agar anaknya bersabar terhadap musibah yang
menimpa. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17) Artinya : “…dan bersabarlah terhadap apa
yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah).” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Karena sesungguhnya untuk
merealisasikan amar ma’ruf dan nahyi mungkar, pelakunya pasti akan mendapat gangguan dari
orang lain. Oleh karena itulah, dalam pesan selanjutnya Lukman memerintahkan kepada
anaknya untuk bersabar. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 17) Artinya : “… Sesungguhnya
yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Al-Qur’an dan Terjemah
Depag RI : 2005 : 412). Yakni bersikap sabar dalam memhhadapi gangguan manusia termasuk
hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430). Menurut pendapat
lain, Lukman memerintahkan kepada anaknya bersabar dalam menghadapi berbagai macam
kesulitan hidup di dunia, seperti berbagai macam penyakit dan sebagainya, dan tidak sampai
ketidak sabarannya menghadapi hal tersebut akan menjerumuskannya ke dalam perbuatan
durhaka terhadap Allah SWT. pendapat ini cukup baik karena pengertiannya bersifat
menyeluruh. Demikianlah menurut al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya. Menurut makna
lahiriahnya, hanya Allah yang lebih mengetahui, bahwa firman-Nya, (QS.Luqman [31]: 17
Artinya : “… Sesungguhnya yang demikian itu….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 :
412). Isyarat yang terkandung di dalamnya menuunjukan kepada sikap mengerjakan shalat,
menunaikan amaar ma’ruf dan nahyi mungkar, serta bersabar menghadapi ganguan dan
musibah, semuanya termasuk hal-hal yang diwajibkan oleh Allah SWT. (Jamaal ‘Abdul Rahman
: 2005 : 342-343).
7. Nasihat Agar Tidak Bersikap Sombong terhadap Orang Lain
Pesan Lukman al-Hakim yang ketujuh adalah agar anaknya jangan memalingkan muka dari
manusia karena sombong, merasa diri paling tinggi derajatnya dari orang lain. Firman Allah
SWT, (QS.Luqman [31]: 18) Artinya : “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong)….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Ash-Sha’r artinya
berpaling. Makna asalnya adalah suatu penyakit yang menyerang tengkuk unta atau bagian
kepalanya sehingga persendian lehernya terlepas dari kepalanya, kemudian diserupakanlah
dengan seorang lelaki yang bersikap sombong. (Sayyid Qutb : 1992 : 2790). Ibnu Abbas ra
menafsirkan firman Allah SWT, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia
(karena sombong)….” yakni janganlah engkau bersikap sombong dengan meremehkan hamba-
hamba Allah dan memalingkan mukamu dari mereka bila mereka berbicara denganmu. (Ath-
Thabari jilid XXI : 1988 : 74). Makna yang dimaksud ialah hadapkanlah wajahmu ke arah
mereka dengan penampilan yang simpatik dan menawan. Apabila orang yang paling muda di
antara mereka berbicara denganmu, dengarkanlah ucapannya sampai dia menghentikan
penbicaraannya. Demikianlah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. (Jamaal ‘Abdul
Rahman : 2005 : 344).

8. Nasihat Agar Tidak Angkuh dalam Menjalani Hidup


Pesan Lukman al-Hakim yang kedelapan adalah agar anaknya tidak angkuh dalam menjalani
hidup. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 18) Artinya : “…dan janganlah kamu berjalan di
muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong
lagi membanggakan diri.” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Berjalan di muka
bumi dengan angkuh, ialah cara berjalan dengan langkah yang angkuh dan sombong dan
enggan untuk bercampur gaul dengan orang lain (disebabkan kesombongannya itu). Cara
berjalan yang maupun Khalik (Allah SWT) atapun makhluk (manusia) sama-sama tidak
menyukainya. Cara berjalan yang sombong adalah indikasi akan lupa dirinya seorang hamba
kepada Dzat Allah SWT (yang hanya Dia yang berhak untuk sombong). (Sayyid Qutb : 1992 :
2790). Manusia menjalani hidup diantaranya dengan berjalan menelusuri relung-relung
kehidupan setiap harinya. Lukman al-Hakim mengajarkan kepada anaknya untuk tetap tawadlu’
(rendah hati) dan tidak takabbur (sombong) diantanya dengan menekankan agar dalam cara
berjalan tidak berjalan dengan angkuh dan sombong.

9. Nasihat Agar Menyederhanakan Cara Berjalan


Pesan Lukman al-Hakim yang kesembilan adalah agar anaknya menyederhanakan cara
berjalan. Nasihat kesembilan ini berserta nasihat ketujuh, kedelapan dan kesepuluh adalah
sama-sama menekankan untuk tidak berlaku sombong dan menanamkan sifat tawadlu’ kepada
anak. Setelah Lukman al-Hakim memperingatkan anaknya agar waspada terhadap akhlaq yang
tercela dengan nasihat ketujuh dan kedelapannya, dia lalu menggambarkan kepadanya akhlaq
mulia yang harus dikenakannya. Firman Allah SWT, (QS.Luqman [31]: 19) Artinya : “Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan….” (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 :
412). Waqsid fii masyika, Yakni berjalanlah dengan cara jalan yang pertengahan, tidak dengan
langkah yang lambat dan tidak pula dengan langkah yang terlalu cepat, namun dengan langkah
yang pertengahan antara lambat dan cepat. (Ibnu Katsir jilid III : 1990 : 430). Nasihat Lukman
al-Hakim yang kesembilan ini adalah sesuai dengan salah satu sifat ‘Ibaadu’r-
Rahmaan (hamba-hamba yang baik dari Tuhan yang Maha Penyayang). Firman Allah SWT,
(QS.al-Furqan [25]: 63) Artinya : “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil
menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” (Al-
Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 365).

10. Nasihat Agar Melunakkan Suara


Nasihat Lukman yang terakhir kepada anaknya yang terdapat dalam Qur’an surat Luqman
adalah agar anaknya melunakkan suara dalam berbicara dengan orang lain. Firman Allah SWT,
(QS.Luqman [31]: 19) Artinya : “…Dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai. (Al-Qur’an dan Terjemah Depag RI : 2005 : 412). Menurut Ibnu abbas
ra, waghdud min shautik, yakni rendahkanlah suarmu dan janganlah bersuara dengan keras
(tanpa alasan yang baik). (Al-Fairuzabadi : tt : 345). Menurut al-Maraghi, waghdud min
shautik, yakni kurangilah dari nada suara dan ringkaslah dalam berbicara, dan janganlah
meninggikan suaramu ketika tidak ada keperluan apapun untuk meninggikannya, karena hal itu
adalah tindakan yang dipaksakan oleh yang berbicara dan dapat mengganggu diri dan
pemahaman orang lain. (Al-Maraghi : 1974 : 86).

You might also like