You are on page 1of 9

PENYEBAB DAN MODUS PRAKTIK

TRANSAKSI POLITIK DALAM PEMILU


DAN PEMILIHAN
SRI BUDI EKO WARDANI
[Departemen Ilmu Politik FISIP Universitas Indonesia]
Program Desa Peduli Pemilu & Pemilihan KPU RI
5 Oktober 2021
Perubahan Sistem Pemilu dan
Perilaku Transaksional dalam Politik
■ Sistem pemilu proposional terbuka yang diterapkan sejak Pemilu 2009 membawa perubahan
dramatis pada hubungan representasi politik (kandidat/wakil – pemilih/konstituen).
– Pemilih yang (dapat) memilih langsung caleg pada surat suara merupakan terobosan
besar bagi partisipasi pemilih setelah mengalami mobilisasi selama era Orde Baru.
– Caleg harus turun langsung menemui calon pemilih di daerah pemilihan untuk
mengampanyekan diri dan program kerjanya.
– Konsekuensi pada biaya politik yang dibutuhkan tiap caleg. Biaya politik caleg untuk
kampanye menjadi beban yang ditanggung caleg, dan kebanyakan tanpa dukungan
partai politik.
■ Konsekuensi: Fase pemilu, setelah pemilu, hingga pemilu berikutnya menjadi fase yang harus
dikelola oleh wakil di dapilnya agar dapat mempertahankan kepentingan politiknya (terpilih
kembali). Siklus pemilu tersebut berdampak pada perilaku transaksional dalam politik.

2
PEMILU = SARANA WARGA/PEMILIH
MENTRANSAKSIKAN ALOKASI DAN DISTRIBUSI
SUMBER DAYA KEPADA KANDIDAT

•Warga
PEMILU • Warga mengawasi
merumuskan •mentransaksikan pemerintahan dan
aspirasi & aspirasi kepada proses kebijakan
kepentingan kandidat yang disusun oleh
•Menentukan pilihan wakil terpilih
politik
•Mengawasi proses

PRA PASCA
pemilu

3
PARTISIPASI WARGA: POLITIS, TETAPI TIDAK
BERPARTAI POLITIK
■ Masyarakat makin mampu berperilaku dan bertindak POLITIS
dalam masa pemilu, tetapi tidak berminat aktif berpartai politik.
Ada keengganan masuk partai politik karena minim insentif
sosial-ekonomi-politik dengan menjadi bagian dari partai politik.
■ Politisi makin pragmatis untuk kepentingan kemenangan
elektoral – partai dan individu -- tetapi tidak ideologis, tidak
memiliki basis sosial, bertumpu pada jaringan pendukung
(patronase).
■ Ruang ‘kosong’ adu gagasan substantif/program dalam politik
elektoral (program kandidat) kemudian diisi oleh isu-isu
sentimen primordial (agama, suku, ras), uang, barang, dan
koneksi/jaringan politik.

4
TRANSAKSI POLITIK DALAM PEMILU
DILIHAT DARI PELAKU
Peserta pemilu dan Peserta pemilu dan
penyelenggara pemilu pemilih
■ Transaksi yang melibatkan antara ■ Transaksi yang melibatkan antara
peserta pemilu (kandidat) dengan peserta pemilu (kandidat) dengan
penyelenggara pemilu. pemilih.
■ Modus: suap untuk mengubah ■ Modus: vote buying, kontrak politik
suara di form rekap, manipulasi
■ Tujuan: kandidat untuk perolehan
form dukungan, mobilisasi pemilih
suara; pemilih untuk pemenuhan
■ Tujuan: kemenangan kandidat kepentingan/aspirasi.
BENTUK TRANSAKSI POLITIK
(menurut Susan Stokes, 2013)

Klientelisme Bias Partisan


■ Partai politik/politisi/kandidat ■ Partai politik/politisi/kandidat
menawarkan bantuan material mengalirkan bantuan
pada seseorang atau sekelompok materi/program pembangunan
orang dengan imbalan dukungan pada daerah-daerah konstituennya
suara atau dukugan politik. untuk mencari simpati pada masa
pemilu.
■ Vote buying (jual beli suara),
patronase (tukar menukar ■ Diskriminatif karena program
sumberdaya untuk dukungan pembangunan dinikmati oleh basis
politik( konstituen partai /wakil.
TRANSAKSIONAL DAN REKAYASA DALAM
KEPENTINGAN ELEKTORAL
Sistem Pemilu Proporsional Terbuka dengan Sistem Kepartaian multipartai,
keterpilihan caleg berdasarkan suara terbanyak kompetitif, pragmatis, tidak ideologis

Kelangsungan kepentingan elektoral partai politik


bertumpu pada: WAKIL

Hubungan rekayasa Dibentuk oleh wakil, dasar kesukarelaan,


dan transaksional tidak afiliasi pada parpol, jaringan
melalui jaringan patronase, merekayasa kehadiran
JARINGAN PENDUKUNG
pendukung konstituen untuk alokasi dan distribusi
sumber daya

Akses pada informasi pemilu, minim


pendidikan politik, rentan dimanipulasi, fokus
PEMILIH/KONSTITUEN pada kepentingan jangka pendek, mobilisasi
melalui jaringan pendukung
7
TRANSAKSI POLITIK DALAM
SIKLUS PEMILU: pergeseran peran Transaksi politik
dapat
berlangsung
Sebelum Saat Setelah terus menerus
Periode
Pemilu Pemilu Pemilu mengikuti siklus
pemilu. Warga
berubah peran
Peran Pendukung Pemilih Konstituen dari pemilih –
konstituen –
pemilih.
Pendidikan
Target Target suara Suara (vote) Aspirasi politik bagi
warga harus
kontinu, dua
Bergeser dari Bergeser pemilih arah, dan
pendukung ke pemilih ke konstituen konten sesuai
dengan siklus
tersebut.

8
Apa yang bisa dilakukan?
PENDIDIKAN POLITIK YANG MEMAMPUKAN
WARGA DALAM MENTRANSAKSIKAN
SECARA PROGRAMATIK ASPIRASI MEREKA
KEPADA KANDIDAT/POLITISI
• Dapat
mengidentifika
si aspirasi
MAMPU • Mampu mengawasi
jalannya
warga, dan • Mampu pemerintahan dan
membuat mengorganisasi program sesuai
daftar aspirasi warga untuk kontrak politik
bertemu kandidat
dalam membuat
TAHU kontrak politik
AWASI

You might also like