You are on page 1of 56

LAPORAN PRIMER

PRAKTIK PROFESI NERS


SCREENING PTM (HIPERTENSI) DALAM KEGIATAN KEAGAMAAN
DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS WAGIR KECAMATAN
WAGIR KABUPATEN MALANG

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Departemen Keperawatan Primer)

Disusun Oleh Kelompok 456 :

1. Khusnul Dwiyanti 6. Melania Jelina

2. Lu’lu’ Luthfiatun 7. Melisa Syane Tualena

Ulinnuha 8. Mersa Sapitri

3. Maria Goretti Mikku Ate 9. Muhammad Adhar

4. Maria Noviana Kii 10. Nadia Sri Wunu

5. Martina Eva Susanti 11. Naomi Bela Wawo

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2023

i
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK PROFESI NERS DEPARTEMEN KEPERAWATAN PRIMER


DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS WAGIR KECAMATAN
WAGIR KABUPATEN MALANG

Mengetahui,

Ketua Kelompok

Lu’lu’ Luthfiatun Ulinnuha

Disetujui,

CI Institusi UNITRI CI Lahan PKM Wagir

Arie Jefry K.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB. Sunarmi, S.Kep.,Ns

Kepala Program Studi Profesi Ners UNITRI

Rachmat Chusnul Choeron, S.Kep.,Ns.,M.Kep

ii
LEMBAR PENGESAHAN

PRAKTIK PROFESI NERS DEPARTEMEN KEPERAWATAN PRIMER


DI WILAYAH KERJA UPT. PUSKESMAS WAGIR KECAMATAN
WAGIR KABUPATEN MALANG

Mengetahui,

Ketua Kelompok

Lu’lu’ Luthfiatun Ulinnuha

Disetujui,

CI Institusi UNITRI CI Lahan PKM Wagir

Arie Jefry K.,S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.MB. Siska Dewi Arini, S.Kep.,Ns

Kepala Program Studi Profesi Ners UNITRI

Rachmat Chusnul Choeron, S.Kep.,Ns.,M.Kep

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, Segala puji syukur kami panjatan kehadirat


Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan laporan primer yang berjudul “Laporan Primer
Praktik Profesi Ners, Screening PTM (Hipertensi) Dalam Kegiatan Keagamaan
Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Wagir Kecamatan Wagir Kabupaten Malang”.
Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas kelompok
departemen keperawatan primer praktik profesi ners Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang angkatan 2022/2023.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih


yang sebesar besarnya atas segala bimbingan, pengarahan, saran, bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak dari awal hingga akhir. Maka dari itu dengan segala
kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar – besarnya kepada :

1. Bpk. Rachmat Chusnul Choeron, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku kepala program


studi profesi ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
2. Bpk. Arie Jefry Ka’arayeno, S.Kep., Ns.,M.Kep.,Sp.MB selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu memberikan arahan dan
bimbingan.
3. Ibu dr. Siti Haryanti selaku kepala UPT Puskesmas Wagir
4. Bpk. Dimas Kurniawan,S.Kep. , Ibu Sunarmi,S.Kep,Ns. dan Ibu Siska Dewi
Arini, S.Kep.,Ns. selaku pembimbing lahan yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan arahan dan bimbangan

Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari sempurna, hal
ini disebabkan oleh beberapa kendala seperti waktu dan sumber bacaan yang kami
dapatkan. Untuk itu saran dan kritikan diharapkan guna kesempurnaan laporan ini
dan semoga bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

Malang, 30 September 2023

iv
DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………………………………….…....i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….……..ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………….…..…iv
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......…v
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….......1
A. Latar Belakang…………………………………………………………………1
B. Manfaat………………………………………………………………………...3
C. Tujuan………………………………………………………………………….3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………...5
A. Konsep Dasar Keperawatan Primer……………………………………………5
B. Konsep Dasar Hipertensi………………………………………………………6
C. Konsep Dasar Screening PTM……………………………………………...…
10
BAB III PROGRAM
KEGIATAN……………………………………………..24
A. Deskripsi Kegiatan……………………………………………………..……..24
B. Sasaran Peserta…………………………………………………………..……25
C. Tempat Kegiatan………………………………………………………………
25
D. Waktu Kegiatan……………………………………………………………….26
BAB IV HASIL DAN
PEMBAHASAN………………………………………..28
A. Ketercapaian Program……………………………………………………..….28
B. Upaya Perbaikan…………………………………………………………...….31
BAB V PENUTUP……………………………………………….……………...32
A. Kesimpulan……………………………………………………………………
32
B. Saran…………………………………………………………………………..33

v
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...34
LAMPIRAN……………………………………………………………………..35

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali tidak
terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya ditemukan
dalam tahap lanjut sehingga sulit disembuhkan dan berakhir dengan kecacatan
atau kematian dini. Keadaan ini menimbulkan beban pembiayaan yang besar
bagi penderita, keluarga dan negara. PTM ini dapat dicegah melalui
pengendalian faktor risiko, yaitu merokok, kurang aktifitas fisik, diet yang
tidak sehat, dan konsumsi alkohol. Peningkatan kesadaran, dan kepedulian
masyarakat terhadap faktor risiko PTM sangat penting dalam pengendalian
PTM (Kemenkes RI, 2009 dalam Fuadah dkk, 2018).
Insiden dan prevalensi PTM diperkirakan terjadi peningkatan secara cepat
pada abad ke-21. Ini merupakan tantangan utama masalah kesehatan di masa
yang akan datang. Pada tahun 2020 PTM akan menyebabkan 73% kematian
dan 60% seluruh kesakitan di dunia. Salah satu PTM yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini adalah hipertensi. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan diantara sepuluh
besar penyakit tidak menular, penyakit hipertensi menempati urutan kedua
(Fuadah dkk, 2018 dalam Gea, 2023).
Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah di atas nilai normal, dengan nilai sistolik >140 mmHg dan
diastolik > 90 mmHg (kriteria Join National Committee) (JNC VII, 2007
dalam Fuadah dkk, 2018). Hipertensi saat ini dikenal dengan istilah “silent
kiler” karena tak jarang ditemukan gejala yang tidak jelas. Orang – orang akan
tersadar memiliki penyakit hipertensi ketika gejala yang dirasakan semakin
parah dan memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan (Gea, 2023).
World Health Organization(WHO) mengestimasikan saat ini prevalensi
hipertensi secara global 22% dari total penduduk dunia dan salah satu
target global adalah menurunkan prevalensi hipertensi sebesar 33% antara

1
tahun 2010 dan 2030. Prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27% terdapat
di wilayah Afrika dan Asia Tenggara berada di posisi ke – 3 dengan
prevalensi sebesar 25% terhadap keseluruhan total penduduk.
Diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat hipertensi
dan komplikasinya (WHO, 2021 dalam Gea, 2023). Menurut data Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022, jumlah estimasi penderita
hipertensi yang berusia ≥ 15 tahun di Provinsi Jawa Timur sekitar 11.686.430
penduduk, dengan proporsi laki – laki 48,8% dan perempuan 51,2%. Adapun
data hipertensi di Kota Malang terdapat 41.591 (9,53%) kasus dari 689.675
penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2021 dalam Jannah, 2023).
Sedangkan hasil screening PTM (hipertensi) yang dilakukan oleh UPT
Puskesmas Wagir pada tahun 2023 ini yang dimulai dari tanggal 01 Januari
2023 – 16 September 2023 didapatkan sebanyak 6.221 orang (22,8%) dari
target 27.188 orang (100%), dengan proporsi laki – laki sebanyak 2.520
(40,5%) dan perempuan sebanyak 3.701 (59,5 %), dengan kriteria usia < 15
tahun sebanyak 16 orang (0,2%) dan > 15 tahun sebanyak 6.205 (99,8%) dan
dengan persebaran disetiap desa diantaranya Sidorahayu 1.586 orang (26,0%),
Sitirejo 895 orang (14,4%), Parangargo 322 orang (5,2%), Pandanrejo 162
orang (3,0%), Petungsewu 301 orang (4,9%), Sumbersuko 667 orang (11,0%),
Mendalanwangi 312 orang (5,0%), Pandanlandung 462 orang (7,4%),
Sukodadi 519 orang (8,3%), Dalisodo 205 orang (3,3%), Gondanwangi 377
orang (6,1%) dan Jedong 331 orang (5,4%).
Dari prevalensi diatas UPT. Puskesmas Wagir telah melakukan upaya
menurunkan dan mengendalikan angka kejadian hipertensi diwilayah kerja
UPT Puskesmas Wagir yaitu dengan program posbindu (pos binaan terpadu),
posyandu (pos pelayanan terpadu), kunjungan ponkesdes (pondok kesehatan
desa), poli umum, kegiatan ormas (organisasi kemasyarakatan) dan deteksi
dini faktor resiko PTM. Namun dalam pelaksanaan program – program
tersebut UPT Puskesmas Wagir masih terdapat kendala yaitu kehadiran
peserta kurang / tidak sesuai sasaran dan banyaknya data yang belum diproses
kedalam sistem pendataan.

2
Dari permasalahan diatas mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana
Tunggadewi Malang angkatan 2022/2023 yang sedang praktik keperawatan
primer di UPT Puskesmas Wagir berperan dalam membantu meningkatkan
program yang sudah ada dengan inovasi baru yang bertujuan untuk
meningkatkan daya ungkit pencapaian PTM diwilayah kerja UPT Puskesmas
Wagir dengan harapan derajat kesehatan masyarakat wilayah UPT Puskesmas
Wagir meningkat.

B. MANFAAT
1. Bagi mahasiswa
Untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa tentang faktor
resiko deteksi dini PTM (Hipertensi) dengan diaplikasikannya program
kegiatan lama dengan inovasi baru
2. Bagi masyarakat
Untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
3. Bagi isntitusi lahan praktik
Sebagai masukan adanya program lama dengan inovasi baru dalam upaya
meningkatkan minat masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan.serta untuk
meningkatkan daya ungkit pencapaian PTM diwilayah kerja UPT
Puskesmas Wagir
4. Bagi institusi pendidikan
Sebagai tolak ukur keberhasilan mahasiswa Program Studi Profesi Ners
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
tahun ajaran 2022/2023.

C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Mengetahui dan mengaplikasikan program kegiatan deteksi dini faktor
resiko PTM dengan inovasi baru pada masyarakat di wilayah kerja UPT
Puskesmas Wagir.
2. Tujuan khusus
a Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan primer.

3
b Untuk mengetahui konsep dasar screening PTM.
c Untuk mengetahui konsep dasar hipertensi.
d Untuk merencakan dan mengaplikasikan program kegiatan deteksi dini
faktor resiko PTM dengan inovasi baru pada masyarakat diwilayah
kerja UPT Puskesmas Wagir

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN PRIMER


1. Konsep Pelayanan Primer
Pelayanan Kesehatan Dasar atau yang disebut juga dengan primary
health care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang
menggunakan metoda dan teknologi praktis, ilmiah, dan sosial serta
dapat diterima dan diikuti sepenuhnya oleh masyarakat, keluarga, dan
individu dengan biaya yang terjangkau. PHC diselenggarakan
berdasarkan kesepakatan World Health Assembly (WHA) yang
menetapkan Health for all by the year 2000. PHC menekankan
partisipasi penuh dari masyarakat sehingga menetapkan biaya yang
rendah dan terjangkau oleh masyarakat dan negara agar mampu
memelihara pembangunannya secara mandir
2. Prinsip – Prinsip Dasar
Pelayanan Kesehatan Dasar atau primary health care (PHC)
ditekan pada pemerataan upaya kesehatan, ditekankan pada pelayanan
yang bersifat preventif dan menggunakan teknologi tepat guna.
Pelayanan Kesehatan Dasar atau primary health care (PHC)
melibatkan peran serta masyarakat serta melibatkan kerja sama lintas
sektoral. Untuk melaksanakan prinsip-prinsip tersebut, maka
pelayanan kesehatan hendaknya diselenggarakan secara menyeluruh
dan terintegrasi. Pelayanan kesehatan yang menyeluruh meliputi
pelayanan kuratif (pengobatan), preventif (pencegahan), promotif
(peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan).
3. Ciri – ciri pelayanan primer
a Terorganisasi
b Progresif
c Berkesinambungan
d Mencakup beberapa aspek
e Intim dengan masyarakat

5
f Berorientasi kepada keluarga
g Meliputi kesehatan individu dan masyarakat

B. KONSEP DASAR SCREENING PTM


1. Definisi Screening
Screening adalah pemeriksaan kesehatan untuk mengetahui apakah
seseorang berisiko lebih tinggi mengalami suatu masalah kesehatan.
Bagi wanita, ada beberapa screening kesehatan yang perlu dilakukan
untuk mengetahui kemungkinan risiko terhadap penyakit tertentu.
2. Tujuan Screening
Screening membantu untuk deteksi dini, monitoring dan tindak
lanjut dini faktor resiko penyakit tidak menular secara mandiri dan
berkesinambungan. Menurut Kementrian Kesehatan RI (2020)
screening PTM bertujuan sebagai upaya kesehatan asyarakat (UKM)
yang berorientasi kepada upaya promotif dan preventif dalam
pengendalian penyakit tidak menular (PTM).
3. Manfaat Screening
a Bisa mengetahui kondisi kesehatan ·
b Dapat segera mendapat tindakan ·
c Sebagai info tambahan dalam profil kesehatan.
4. Definisi PTM
PTM (Penyakit Tidak Menular) merupakan penyakit kronik atau
kondisi medis yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke
individu lainnya. PTM saat ini merupakan masalah serius dan masih
mendapat perhatian khusus dibidang kesehatan karena menjadi
penyumbang terbesar penyebab kematian secara global maupun
nasional. Prevalensi PTM terus meningkat dan telah mengancam sejak
usia muda. Menurut laporan World Health Organization (2017),
penyakit tidak menular menyebabkan 40 juta atau sekitar 70% dari 56
juta kematian di dunia di tahun 2015 dan sekitar 52% kematian usia
<70 tahun. Indonesia saat ini sedang mengalami double burden
penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular sekaligus.

6
Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes mellitus,
kanker, dan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) (Rensta RI Tahun
2015-2019).
Penyakit Tidak (PTM) merupakan masalah kesehatan yang sangat
penting. Secara global, WHO memperkirakan PTM menyebabkan
sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Perubahan
pola struktur masyarakat dari agraris ke industri dan perubahan pola
gaya hidup dan sosial ekonomi masyarakat diduga sebagai hal yang
melatarbelakangi peningkatan prevalensi Penyakit Tidak Menular
(PTM). Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular
(PTM) yang sangat berbahaya. Hipertensi adalah suatu kondisi dimana
pembuluh darah adanya peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari
140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.
Peningkatan tekanan darah yang berlangsung cukup lama (persisten)
dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) bila tidak
terdeteksi secara dini dan mendapat pengobatan (Yulanda &
Lisiswanti, 2017). Kejadian hipertensi di seluruh dunia mencapai
hampir lebih dari 1,3 milyar orang dimana 31% menggambarkan
jumlah penduduk dewasa di dunia yang mengalami peningkatan
sebesar 5,1% lebih besar dibanding prevalensi global pada tahun 2000-
2010 (Arum, 2019). Kasus hipertensi global sebesar 22% dari total
populasi dunia. Prevalensi kejadian hipertensi tertinggi berada di
benua Afrika 27% dan terendah di benua amerika 18%, sedangkan di
asia tenggara berada diposisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi sebesar
25% (Cheng, et al 2020).
Tekanan darah tinggi atau hipertensi dianggap bermasalah apabila
bersifat persisten. Beberapa faktor yang mempengaruhi besar resiko
hipertensi adalah faktor usia, genetika, aktivitas fisik, stress, dan
kepatuhan minum obat (Keshri, 2017). Tekanan darah yang tinggi
umumnya meningkatkan resiko terjadinya komplikasi seperti penyakit
jantung, gagal jantung kongestif, stroke, gangguan penglihatan dan

7
penyakit ginjal. Hipertensi yang tidak diobati akan mempengaruhi
semua sistem organ dan akhirnya memperpendek harapan hidup
(Oktaria, dkk 2023). Untuk memperkecil angka penderita PTM maka
dilakukanlah kegiatan screning PTM yang mana dilakukan
pemeriksaan seperti pengukuran tekanan darah, gula darah sewaktu,
indeks massa tubuh dan lain-lain dapat dilakukan secara mandiri oleh
setiap orang, namun masih banyak pula yang memerlukan bantuan
melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu).(Kementerian Kesehatan
RI, 2019).
5. Karakterikstik PTM
Penyakit tidak menular (PTM) memiliki karakteristik khusus, yaitu:
a Tidak melalui rantai penularan tertentu
Rantai penularan penyakit ialah rangkaian sejumlah faktor yang
memungkinkan proses penularan suatu penyakit dapat berlangsung
yang terdiri atas sumber penyakit (reservoir), pintu keluar agen
penyakit, media penularan, serta pintu masuk agen penyakit.
Namun penyakit tidak menular (PTM) tidak memiliki rantai
penularan tersebut, karena penyebab PTM tidak dapat berpindah
dari satu orang ke orang yang lain, hal ini karena penyebab PTM
bukanlah satu patogen tertentu melainkan banyak faktor seperti
gaya hidup dan perubahan demografi.
b Masa inkubasi panjang
Masa inkubasi ialah waktu yang diperlukan dari saat masuknya
patogen (penyebab penyakit) ke dalam tubuh, hingga mulai
menimbulkan gejala pertama kali. Sebagian besar penyakit
menular memiliki masa inkubasi yang cepat karena patogen
penyakit ini ialah mikroorganisme yang akan mengalami
perkembangbiakan yang cepat dalam tubuh. Sedangkan penyakit
tidak menular membutuhkan waktu yang lama karena patogen
PTM bukan mikroorganisme sehingga paparan sangat tergantung
pada kadar dan lama paparan hingga menimbulkan efek pada
tubuh. Contohnya, sebuah penelitian menunjukkan bahwa

8
kelompok populasi yang memulai merokok pada usia 18 tahun
dengan rata-rata konsumsi 20 batang rokok/hari akan mengalami
kanker paru-paru 20 tahun kemudian.
c Berlangsungnya penyakit berlarut-larut
Penyakit tidak menular muncul sebagai respon tubuh terhadap
paparan yang merusak sistem kerja tubuh, proses ini bersifat
irreversible sehingga saat seseorang menderita PTM misalnya
diabetes atau hipertensi maka sulit untuk kembali normal dan
pasien akan menderita penyakit tersebut selama bertahun-tahun,
sehingga yang bisa dilakukan ialah mengendalikan proses
perkembangan penyakit agar tidak bertambah parah atau bahkan
mengalami komplikasi
d Kesulitan mendiagnosis
Penyakit tidak menular disebut juga sebagai silent killer karena
tidak menunjukkan gejala yang spesifik dan sering disalahartikan
sebagai gejala penyakit umum sehingga terlambat untuk
mendapatkan pengobatan, misalnya gejala awal kanker darah
(leukemia) penderita akan sering mengalami kelelahan dan terlihat
pucat, gejala ini mirip dengan gejala anemia sehingga biasanya
hanya ditangani dengan pemberian tablet penambah darah, padahal
bisa saja kanker telah mencapai stadium lanjutan.
e Gangguan Fungsional (Disabilitas)
Dampak lain yang ditimbulkan oleh penyakit tidak menular ialah
penurunan kualitas hidup penderita. Beberapa PTM menyerang
sistem saraf dan sistem gerak tubuh sehingga akan membatasi
aktivitas penderita dan akhirnya harus bergantung kepada orang
lain.
f Incurability
Sebagian besar penyakit tidak menular belum dapat disembuhkan
karena kerusakan sistem tubuh yang bersifat permanen, sehingga
perawatan yang diberikan hanya untuk mengurangi rasa nyeri dan
menghambat proses perkembangan penyakit. Misalnya pada pasien

9
kanker diberikan obat yang dapat menghambat perkembangan sel
kanker.

g Multikausal
Penyakit tidak menular disebabkan oleh beberapa faktor yang
meningkatkan kecenderungan individu untuk mendapatkan
penyakit yang kemudian disebut sebagai faktor risiko. Faktor risiko
dapat saling beriteraksi dan bergabung bersama-sama dan
memberikan kontribusi bagi hadirnya penyakit pada level individu
atau pada populasi secara keseluruhan. Berdasarkan berbagai
penelitian yang dilakukan oleh WHO, faktor risiko utama PTM
ialah faktor perilaku misalnya konsumsi rokok, alkohol, makanan
tidak sehat, dan aktifitas fisik yang kurang, kemudian faktor risiko
biologi seperti kelebihan berat badan atau obesitas, peningkatan
gula darah, lemak darah yang abnormal, jenis kelamin, usia, etnis,
serta adanya riwayat PTM di keluarga. Dari sekian banyak faktor
risiko tersebut, beberapa diantaranya masih dapat diubah
(modifiable risk factor) yakni faktor perilaku (konsumsi rokok,
alkohol, makanan, dan aktifitas fisik), dan faktor yang sudah tidak
dapat diubah (non-modifiable risk factor) yakni usia, jenis kelamin,
etnis dan riwayat keluarga.

C. KONSEP DASAR HIPERTENSI


1. Pengertian Hipertensi
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten
dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg (Lemone, 2017). Hipertensi adalah suatu keadaan
ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas) dan
angka kematian (mortalitas) (Aspiani, 2019). Hipertensi adalah suatu
kondisi saat nilai tekanan sistolik ≥ 140 mmHg atau nilai tekanan
diastolik ≥ 90 mmHg (Garnadi, 2020). sedangkan menurut (Safira,

10
2019) hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali
pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor
risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam
mempertahankan tekanan darah secara normal. Hipertensi adalah
meningkatnya tekanan darah arteri yang persisten (Bangun, 2018).
2. Etiologi
Menurut Aspiani (2019) pada umumnya hipertensi tidak mampu
menyebabkan yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon
peningkatan curah jantung atau peningkatan tekanan perifer. Akan
tetapi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
a Genetik : respons neurologi terhadap stres atau kelainan eksresi
atau transportasi Na
b Obesitas : terkait dengan tingkat insulin yang tinggi yang
mengakibatkan tekanan darah meningkat
c Stres karena lingkungan
d Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tua
serta penyempitan pembuluh darah.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2020 )
a Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang
tidak diketahui penyebabnya.
b Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakit lain. Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90%
penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya disebabkan oleh
hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan
beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Factor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan

11
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika
orang tuanya adalah penderita hipertensi.

2) Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi
adalah umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ),
jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras
( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
3) Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya
hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari
30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh
lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan
( ephedrine, prednison, epineprin ). Jika klien secara neurologis
masih baik, nyeri akan selalu mengiringi fraktur, intensitas dan
keparahan dari nyeri akan berbeda pada masing-masing klien.
Nyeri biasanya terus-menerus , meningkat jika fraktur
dimobilisasi. Hal ini terjadi karena spasme otot, fragmen
fraktur yang bertindihan atau cedera pada struktur sekitarnya.
3. Faktor Risiko
Menurut Lemone (2017) faktor risiko yang dapat dimodifikasi
antara lain
a Asupan kalium, kalsium, dan magnesium rendah
Pola makan tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko
timbulnya penyakit pembuluh darah dan hipertensi. Pola makan
tidak sehat yang dimaksud adalah pola makan tinggi garam, tinggi
asupan lemak jenuh, tinggi kolesterol, dan kaya akan energi.
Apabila kemampuan tubuh membuang natrium terganggu, maka
asupan natrium yang tinggi akan meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, komsumsi lemak jenuh dan kolesterol menyebabkan

12
penyempitan dan pengerasan pembuluh darah. Alhasil, kebiasaan-
kebiasaan itulah yang menyebabkan hipertensi.
b Stres fisik dan psikis
Tuntutan pekerjaan yang tinggi merupakan hal umum yang paling
sering terjadi pada masyarakat modern. Adanya stres yang besar
dan menahun akan memicu timbulnya berbagai keluhan dan
penyakit. Orang-orang yang setiap harinya bekerja dengan tingkat
stres yang tinggi akan beresiko mengidap hipertensi di kemudian
hari.
c Kurangnya aktifitas fisik
Kehidupan modern telah menjebak banyak orang untuk masuk ke
dalam kehidupan yang tidak sehat. Waktu berjalan terasa begitu
cepat dan menyulitkan kita mencari kesempatan untuk berolahraga.
Masyarakat modern semakin jarang menggerakkan badan. Selain
itu, semakin banyak kemudahan yang ditawarkan membuat malas
untuk jalan kaki. Kurangnya aktifitas fisik menyebabkan jantung
tidak terlatih, pembuluh darah kaku, sirkulasi darah tidak mengalir
dengan lancar, dan menyebabkan kegemukan.
d Kegemukan dan Obesitas
Kegemukan dan obesitas akan memperberat kerja jantung untuk
memompa darah, organ-organ vital lain juga mendapatkan beban
akibat banyaknya timbunan lemak di dalam tubuh. Akhirnya,
semua kondisi tersebut saling terkait menimbulkan hipertensi dan
penyakit lain.
e Komsumsi alkohol berlebihan
Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain:
a Faktor genetik
Genetik atau biasa disebut sebagai faktor keturunan. Jika ada di
antara keluarga yang mempunyai hipertensi , hal tersebut
membuka peluang untuk menderita hipertensi semakin besar.
b Usia

13
Pertambahan usia akan meningkatkan resiko hipertensi pada
seseorang. Kejadian hipertensi lebih sering terjadi pada kelompok
lansia (lanjut usia). Resiko hipertensi meningkat seiring dengan
bertambahnya usia, terutama pada pria di atas usia 45 tahun atau
wanita berusia diatas 55 tahun.

4. Tanda Dan Gejala


Gejala klinis yang dialami oleh para penderita hipertensi biasanya
berupa : pusing, mudah marah, telinga berdengung, sesak nafas, rasa
berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan mimisan
(jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakkan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada
menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang
khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi
sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma
peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi
(hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan.
Sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi
bertahun-tahun berupa nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang
disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah
intracranial. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun
selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan
perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan),
penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil
(edema pada diskus optikus). Gejala lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, tengkuk
terasa pegal dan lain – lain (Muttaqin, 2019) .
5. Patofisiologi

14
Patofisiologi hipertensi masih dipenuhi ketidakpastian sejumlah
kecil pasien (antara 2% dan 5%) memiliki penyakit dasar ginjal atau
adrenal yang menyebabkan peningkatan tekanan darah. Namun, belum
ada penyebab tunggal yang dapat diidentifikasi dan kondisi inilah yang
disebut sebagai “hipertensi esensial”. Sejumlah mekanisme fisiologis
terlibat dalam pengaturan tekanan darah normal, kemudian dapat turut
berperan dalam terjadi hipertensi esensial.
Beberapa faktor yang saling berhubungan turut serta menyebabkan
peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi dan peran mereka
berbeda pada setiap individu. Di mana faktor-faktor yang telah
dipelajari secara intensif adalah asupan garam, obesitas, dan resistensi
insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatis. Pada
beberapa tahun ke belakang faktor lainnya yang telah dievaluasi
termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada perubahan
endotellin dan nitrat oksida).
Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla otak. Dari pusat
vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang berlanjur ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk implus yang bergerak melalui saraf simpatis
ke ganglia simpatis. Pada titik ini neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion
ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya neurofinefrin
mengakibatkan kontraksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan, dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh
darah terhadap rangsangan vasokontriktor. Individu dengan hipertensi
sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan
jelas mengapa hal itu terjadi.
Pada saat bersamaan di mana saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respon rangsangan emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang yang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi.

15
Medulla adrenal mengsekresi epinefren yang menyebabkan
vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresikan kortisol dan steroid
lainnya yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh
darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan aliran darah ke ginjal
menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, satu
vasokontriktol kuat yang pada gilirannya merangsang sekresi
aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler.
Perubahan struktrul dan fungsional pada pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah yang dipompa oleh jantung
(volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Friedman, 2020).
6. Klasifikasi
Menurut Aspiani (2019) klasifikasi hipertensi yaitu sebagai berikut :
Tabel Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Tekanan Darah


Darah Diastolik
Sistolik

Optimal < 120 mmHg < 80 mmHg

Normal 120-129 mmHg 80-84 mmHg

High normal 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Grade 1 (ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg

Grade 2 (sedang) 160-179 mmhg 100-109 mmHg

Grade 3 (berat) 180-209 mmHg 100-119mmHg

16
Grade 4 (sangat >210 mmHg > 120 mmHg
berat)

a Jenis Hipertensi
Menurut Lemone (2017) mengemukakan berbagai jenis hipertensi
antara lain :

1) Hipertensi Primer
Hipertensi Primer, juga disebut sebagai hipertensi ensensial,
adalah tekanan darah sistemik yang naik secara persisten.
Hipertensi yang terjadi tanpa adanya kondisi atau penyakit
penyebab disebut sebagai hipertensi primer. Berdasarkan
penelitian, sebagian besar masyarakat mengidap hipertensi
jenis ini meski tidak disebabkan adanya kondisi atau penyakit,
tetapi ada beberapa faktor risiko penyebab gangguan
kemampuan tubuh untuk mengatur tekanan darah.
2) Hipertensi Sekunder
Hipertensi Sekunder adalah kenaikan tekanan darah yang
terjadi akibat proses dasar yang dapat diidentifikasi. Hanya
sedikit kasus hipertensi yang terdeteksi akibat penyakit atau
kondisi tertentu, misalnya hipertensi yang terjadi karena adanya
penyakit ginjal, kelainan hormon (penyakit endokrin), penyakit
jantung, dan penyakit pembuluh darah. Penanganan pada
pengidap hipertensi sekunder tidak hanya menurunkan tekanan
darah, tetapi harus disertai dengan terapi kondisi atau terapi
penyakit penyebab.
7. Penatalaksanaan
a Penatalakasanaan Medis
Menurut Aspiani (2019) penatalaksanaan hipertensi yaitu dengan
terapi farmakologi dan non farmakologi sebagai berikut:
1) Farmakologi
a) Golongan diuretik

17
Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang
diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu
ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium
melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan
kalium atau obat penahan kalium. Diuretik sangat efektif
pada orang kulit hitam, lanjut usia, kegemukan, penderita
gagal ginjal atau penyakit ginjal menahun.
b) Penghambat adrenergik
Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker
labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan
adalah beta-blocker, yang efektif diberikan kepada
penderita usia muda, penderita yang pernah mengalami
serangan jantung, penderita dengan denyut jantung yang
cepat, angina pektoris (nyeri dada), sakit kepala migren.
c) ACE-inhibitor
Angiotensin convertin enzyme inhibitor (ACE – inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri. Obat ini efektif diberikan kepada orang
kulit putih, usia muda, penderita gagal jantung, penderita
dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh
penyakit ginjal menahun atau penyakit ginjal diabetik, pria
yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat
yang lain.
d) Angiotensin-II-Bloker

18
Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE –
inhibito .
e) Antagonis kalsium
Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh
darah dengan mekanisme yang benar-benar berbeda. Sangat
efektif diberikan kepada orang kulit hitam, lanjut usia,
penderita angina pektoris (nyeri dada), denyut jantung yang
cepat, sakit kepala migren
f) Vasodilator langsung
Vasodilatasi langsung menyebabkan melebarnya pembuluh
darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan
sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
g) Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)
Hipertensi maligna memerlukan obat yang menurunkan
tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat yang
bisa menurunkan tekanan darah dengan cepat dan sebagian
besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah)
yaitu obat diazoxide, nitroprusside, nitroglycerin, dan
labetalol.
b Penatalaksanaan Keperawatan
1) Terapi non farmakologis
Menurut Aspiani (2019) mengemukakan berbagai
penatalaksanaan antara lain :
a) Pengaturan diet
Berbagai studi menunjukkan bahwa diet dan pola hidup
sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala
gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi
ventrikel kiri.
Beberapa diet yang dianjurkan :
 Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan
tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan

19
pengurangan komsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat
berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan
natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara
dengan 3-6 gram garam perhari.
 Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah
tetapi mekanismenya belum jelas.
 Diet kaya buah dan sayur.
 Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya
jantung koroner.
b) Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas pada sebagian orang, dengan cara
menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah,
kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan
volume sekuncup.
c) Olahraga
Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda
bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah dan
memperbaiki keadaan jantung. Olahraga isotonik juga
dapat meningkatkan fungsi endotel, vasodilatasi perifer,
dan mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur
selama 30 menit sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu
sangat dianjurkan untuk menurunkan tekanan darah.
d) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat
Berhenti merokok dan tidak mengkomsumsi alkohol,
penting untuk mengurangi jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke berbagai
organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
e) Melakukan terapi komplementer, diantaranya :
 Senam ergonomik
Senam ergonomic adalah suatu Teknik senam untuk
mengembalikan atau membetulkan posisi dan

20
kelenturan sistem saraf dan aliran darah,
memaksimalkan suplai oksigen ke otak
 Terapi Relaksasi Progresif
Relaksasi merupakan salah satu teknik pengelolaan diri
yang didasarkan pada kerja sistem syaraf simpatis dan
parasimpatis

 Terapi Musik
Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam
menggunakan musik dan elemen-elemen musik oleh
seseorang yang ahli di bidang untuk meningkatkan,
memelihara, memperbaiki kesehatan mental, fisik,
emosi, dan spiritual
 Yoga
Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang
memusatkan seluruh pikiran untuk mengontrol panca
indranya dan tubuhnya secara keseluruhan.
 Senam Aerobik
Senam aerobik adalah olahraga kesehatan bertingkat
sasaran III (memelihara dan meningkatkan kapasitas
aerobiknya) yang wujudnya gerakan-gerakan senam
 Hipnoterapi
Mengontrol alam bawah sadar untuk membuat tubuh
rileks dan melatihnya terus-menerus di bawah
bimbingan seseorang ahli, dapat membantu
menurunkan tekanan darah tinggi
 Aromaterapi
adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang
menggunakan minyak esensial untuk memberikan
kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah
aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks

21
sehingga menurunkan aktifitas vasokontriksi pembuluh
darah, aliran darah menjadi lancar dan menurunkan
tekanan darah
2) Makanan yang dianjurkan
a) Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo
dan melinjonya.
b) Buah-buahan kecuali buah Durian.
c) Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti ikan
kakap dan tuna.
d) Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu
dan diutamakan putih telurnya saja.
e) Daging ayam (kecuali kulit, jerohan, dan otak) karena
mengandung lemak.
3) Makanan yang perlu dihindari
a) Makanan yang diawetkan seperti ,akanan kaleng, mie
instant, minuman kaleng.
b) Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging
kambing.
c) Makanan berlemak dan bersantan tinggi, serta makanan
yang terlalu asin.
8. Komplikasi
a Stroke
Stroke dapat terjadi akibat hemoragi akibat tekanan darah tinggi di
otak, atau akibat embolus yang terlepas dari pembuluh selain otak
yang terpajan tekanan tinggi. Stroke dapat terjadi pada hipertensi
kronis apabila arteri yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi
dan penebalan, sehingga aliran darah ke otak yang diperdarahi
berkurang. Arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat
melemah sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya
aneurisma.
b Infark Miokard

22
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang
aterosklerotik tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium
atau apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah
melewati pembuluh darah. Pada hipertensi kronis dan hipertrofi
ventrikel, kebutuhan oksigen miokardium mungkin tidak dapat
dipenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang menyebabkan
infark. Demikian juga, hipertrofi ventrikel dapat menyebabkan
perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga
terjadi distrimia, hipoksia jantung, dan peningkatan risiko
pembentukan bekuan.
c Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat
tekanan tinggi pada kapiler glomerulus ginjal. Dengan rusaknya
glomerulus, aliran darah ke nefron akan terganggu dan dapat
berlanjut menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya
membran glomerulus, protein akan keluar melalui urine sehingga
tekanan osmotik koloid plasma akan berkurang dan menyebabkan
edema, yang sering dijumpai pada hipertensi kronis.
d Ensefalopati (kerusakan otak)
Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi, terutama pada
hipertensi maligna (hipertensi yang meningkat cepat dan
berbahaya). Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini
menyebabkan peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan
ke ruang interstisial di seluruh susunan saraf pusat. Neuron di
sekitarnya kolaps dan terjadi koma serta kematian
e Gagal Jantung
Gagal Jantung, menyebabkan cairan darah tidak dapat bersirkulasi
dengan baik dan menyebabkan gejala penumpukan cairan berupa
pembengkakan jantung dan sesak. Cairan di dalam tubuh akan
menumpuk dan tidak dapat bersirkulasi dengan baik. Cairan yang
menumpuk di tubuh dapat turun ke kaki saat berdiri dan
menimbulkan gejala bengkak pada kaki. Apabila tidur

23
menyebabkan cairan menumpuk ke rongga paru dan menimbulkan
gejala sesak atau menyebabkan kelopak mata tampak sembab saat
bangun tidur (Ardiansyah, 2012) .

24
BAB III
PROGRAM KEGIATAN

A. DESKRIPSI KEGIATAN
1. Program kegiatan
Tema : Deteksi dini faktor resiko PTM
Judul : Screening PTM (Hipertensi) dalam kegiatan keagamaan
Tujuan :
a Meningkatkan daya ungkit pencapaian PTM diwilayah kerja PKM
Wagir
b Upaya kesehatan asyarakat (UKM) yang berorientasi kepada upaya
promotif dan preventif dalam pengendalian penyakit tidak menular
(PTM).
2. Deskripsi kegiatan
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang 2022/2023 membuat program lama dengan inovasi baru yaitu
melakukan kegiatan screening PTM (hiprtensi) dalam kegiatan
keagamaan masyarakat. Kegiatan keagamaan masyarakat yang di
maksud misalnya seperti tahlilan, sholawatan, khataman, sholat jum’at,
dll bagi Umat Islam, sembahyang, dll bagi Umat Hindu, kebaktian
umum, kebaktian rumah tangga, dll bagi Umat Kristiani dan lainnya di
berbagai Desa yang mencakup wilayah kerja UPT Puskesmas Wagir.
Setelah itu bersama dengan tenaga kesehatan Desa dan kader – kader
Desa memasukkan data masyarakat yang sudah dilakukan screening
PTM (hipertensi) dalam sistem pendataan.
3. Kelebihan dan kekurangan program kegiatan
a Kelebihan
Kelebihan program ini yaitu efektif dan efisien. Artinya program
ini menghemat tenaga, biaya dan waktu. Dalam hal ini, tenaga
kesehatan tidak perlu membuat kegiatan khusus untuk
mengumpulkan masyarakat, membuat surat undangan dan sudah

25
pasti banyak masyarakat yang hadir. Sehingga kedepannya
program ini dapat mempermudah tenaga kesehatan yang bertugas.
b Kekurangan
Kekurangan program ini yaitu tenaga kesehatan kedepannya harus
bersiap meluangkan waktu khusus (diluar jam kerja). Hal tersebut
dikarenakan banyaknya kegiatan keagamaan diberbagai Desa
dengan waktu pelaksanaan yang berbeda - beda misalnya seperti
kegiatan tahlilan yang dilaksanakan dimalam hari.

B. SASARAN PESERTA
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang 2022/2023 membuat program lama dengan inovasi baru yaitu
melakukan kegiatan screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan
keagamaan masyarakat. Sasaran kegiatan tersebut yaitu seluruh
masyarakat di wilayah kerja UPT Puskesmas Wagir. Namun dalam
implementasi kegiatan mahasiswa memilih masyarakat dibeberapa Desa
yaitu masyarakat desa Pandanrejo, Petungsewu dan Sumbersuko, Kec.
Wagir, Kab. Malang. Hal tersebut dikarenakan Desa – Desa tersebut
prevalensi masyarakat yang telah dilakukan screening PTM masih jauh
dari Desa lain.

C. TEMPAT KEGIATAN
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang 2022/2023 membuat program lama dengan inovasi baru yaitu
melakukan kegiatan screening PTM dalam kegiatan keagamaan
masyarakat yang dilakukan di tiga desa yaitu :
1. Desa Pandanrejo, Kec. Wagir, Kab. Malang
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan sholawatan yang di
laksanakan di lapangan Perum Pandanrejo Regency
b Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan tahlilan perempuan
yang di dilaksanakan di rumah – rumah warga

26
c Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan khataman al qur’an
yang di laksankaan di tempat ibadah (Masjid)
2. Desa Petungsewu, Kec. Wagir, Kab. Malang
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan sembahyang (Umat
Hindu) yang dilaksanakan di rumah warga
b Screening PTM (hipertensi) dalam tahlilan perempuan yang
dilaksanakan di rumah warga
3. Desa Sumbersuko, Kec. Wagir, Kab. Malang
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan 3 S (sambang,
sambung, sholawat) yang dilaksanakan di tempat ibadah (Masjid).

D. WAKTU KEGIATAN
Mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi
Malang 2022/2023 membuat program lama dengan inovasi baru yaitu
melakukan kegiatan screening PTM dalam kegiatan keagamaan
masyarakat yang dilakukan pada minggu ke 2 – minggu ke 3 (18
September 2023 – 29 September 2023) praktik departemen keperawatan
primer.
1. Desa Pandanrejo, Kec. Wagir, Kab. Malang
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan sholawatan
dilaksankan pada tanggal 21 September 2023, pukul 19.00 WIB –
selesai
b Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan tahlilan perempuan
dilaksanakan pada tanggal 22 september 2023, pukul 14.00 WIB –
selesai
c Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan tahlilan perempuan
dilaksanakan pada tanggal 22 september 2023, pukul 18.00 WIB –
selesai
d Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan khataman al qur’an
dilaksanakan pada tanggal 22 september 2023, pukul 18.00 WIB –
selesai
2. Desa Petungsewu, Kec. Wagir, Kab. Malang

27
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan sembahyang (Umat
Hindu) dilaksankan pada tanggal 26 September 2023, pukul 20.00
WIB – selesai.
b Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan tahlilan perempuan
yang dilaksanakan pada tanggal 29 September 2023, pukul 14.00
WIB – selesai
3. Desa Sumbersuko, Kec. Wagir, Kab. Malang
a Screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan 3 S (sambang,
sambung, sholawat) dilaksankan pada tanggal 22 September 2023,
pukul 18.00 WIB – selesai.

28
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Ketercapaian Program
1. Hasil program kegiatan
Tabel sebelum dan sesudah dilakukan screening PTM (hipertensi)
dalam kegiatan keagamaan di Desa Pandanrejo

Screening PTM HT Desa


Pandanrejo
700 634
600
500
400
300
200 162
100
0
sebelum sesudah

Tabel 1. Screening PTM HT Desa Pandanrejo


Berdasarkan tabel 1 diatas, didapatkan bahwa sebelum dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Pandanrejo tanggal 01 – 01 – 2023 sampai 16 – 09 – 2023 didapatkan
162 orang mengalami hipertensi, sedangkan setelah dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Pandanrejo tanggal 18 – 09 – 2023 sampai 29 – 09 – 2023 didapatkan
634 orang mengalami hipertensi. Artinya dilakukannya screening PTM
(hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di 4 kegiatan dalam waktu 2
minggu meningkatkan daya ungkit pencapaian screening PTM
(hipertensi) sebanyak 472 orang.

29
Tabel sebelum dan sesudah dilakukan screening PTM (hipertensi)
dalam kegiatan keagamaan di Desa Petungsewu

Screening PTM HT Desa


Petungsewu
1200
1000 1109

800
600
400
200 301

0
sebelum sesudah

Tabel 2. Screening PTM HT Desa Petungsewu


Berdasarkan tabel 2 diatas, didapatkan bahwa sebelum dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Petungsewu tanggal 01 – 01 – 2023 sampai 16 – 09 – 2023 didapatkan
301 orang mengalami hipertensi, sedangkan setelah dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Petungsewu tanggal 18 – 09 – 2023 sampai 29 – 09 – 2023 didapatkan
1109 orang mengalami hipertensi. Artinya dilakukannya screening
PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di 2 kegiatan dalam
waktu 2 minggu meningkatkan daya ungkit pencapaian screening PTM
(hipertensi) sebanyak 808 orang.

Tabel sebelum dan sesudah dilakukan screening PTM (hipertensi)


dalam kegiatan keagamaan di Desa Sumbersuko

30
Screening PTM HT Desa
Sumbersuko
710 704
700
690
680
670 667
660
650
640
sebelum sesudah

Tabel 3. Screening PTM HT Desa Sumbersuko


Berdasarkan tabel 3 diatas, didapatkan bahwa sebelum dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Sumbersuko tanggal 01 – 01 – 2023 sampai 16 – 09 – 2023 didapatkan
667 orang mengalami hipertensi, sedangkan setelah dilakukan
screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di Desa
Sumbersuko tanggal 18 – 09 – 2023 sampai 29 – 09 – 2023 didapatkan
704 orang mengalami hipertensi. Artinya dilakukannya screening PTM
(hipertensi) dalam kegiatan keagamaan di 1 kegiatan dalam waktu 2
minggu meningkatkan daya ungkit pencapaian screening PTM
(hipertensi) sebanyak 37 orang.
2. Pembahasan
Setelah dilakukan kegiatan screening PTM (hipertensi) dalam
kegiatan keagamaan di Wilayah UPT Puskesmas Wagir Khususnya di
Desa Pandanrejo, Petungsewudan Sumbersuko oleh mahasiswa profesi
Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang angkatan
2022/2023 pada minggu ke 2 – minggu ke 3 (18 September 2023 – 29
September 2023) praktik departemen keperawatan primer didapatkan
hasil daya ungkit pencapaian screening PTM (hipertensi) diwilayah
kerja UPT Puskesmas Wagir meningkat dibuktikan dengan tabel 1, 2
dan 3 sebelum dan sesudah dilakukannya screening PTM (hipertensi)
dalam kegiatan keagamaan.

31
Pelaksanaan kegiatan screening PTM (hipertensi) dalam kegiatan
keagamaan terbukti efektif dan efisien. Hal tersebut karena tenaga
kesehatan dapat menghemat tenaga, waktu serta biaya dalam
pelaksanaan kegiatan. Tenaga kesehatan tidak perlu membuat kegiatan
khusus untuk mengumpulkan masyarakat, membuat surat undangan
dan lainnya namun sudah pasti banyak masyarakat yang hadir.
Adapun kendala atau masalah yang di temukan dari masyarakat
mengapa selama ini masyarakat tidak / kurang berminat melakukan
cek kesehatan yaitu beberapa masyarakat mengatakan tidak ingin
memeriksa kesehatan dikarenakan takut terhadap jarum suntik. Selain
itu, beberapa masyarakat juga mengatakan kesibukannya sehari – hari
sebagai pegawai pabrik yang bekerja dipagi hari – sore hari tidak
memungkinkan untuk mengikuti program – program kesehatan yang
ada dilingkungannya seperti posyandu.
B. Upaya Perbaikan
Untuk kedepannya dalam pelaksanaan screening PTM (hipertensi)
dalam kegiatan keagamaan tenaga kesehatan hendaknya melakukan
pendidikan kesehatan tentang PTM dengan berbagai media yang mudah
dipahami oleh masyarakat seperti poster, leflet dan lainnya dengan
harapan tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang PTM
meningat, sehingga masyarakat rajin melakukan pemeriksaan kesehatan
secara berkala.

32
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi
masalah kesehatan utama di Indonesia. Prevalensi hipertensi di Indonesia
tiap tahun terus meningkat. UPT Puskesmas Wagir telah melaksanakan
berbagai program salah satunya program dinas kesehatan yaitu deteksi dini
faktor resiko PTM. Namun, hasil screening PTM (hipertensi) yang
dilakukan oleh UPT Puskesmas Wagir pada tahun 2023 ini yang dimulai
dari tanggal 01 Januari 2023 – 16 September 2023 didapatkan sebanyak
6.221 orang (22,8%) dari target 27.188 orang (100%). Sehingga
mahasiswa Profesi Ners Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang
angkatan 2022/2023 membuat program lama dengan inovasi baru untuk
meningkatkan daya ungkit pencapaian PTM diwilayah kerja UPT
Puskesmas Wagir yaitu Screening PTM (Hipertensi) Dalam Kegiatan
Keagamaan.
Bersama dengan tenaga kesehatan UPT Puskesmas Wagir dan
tenaga kesehatan desa, mahasiswa melaksanakan kegiatan Screening PTM
(Hipertensi) Dalam Kegiatan Keagamaan. yang dilaksanakan pada
minggu ke 2 – minggu ke 3 (18 September 2023 - 29 September 2023)
praktik departemen keperawatan primer.
Hasil evaluasi setelah kegiatan tersebut didapatkan daya ungkit
pencapaian PTM (hipertensi) diwilayah kerja UPT Puskesmas Wagir
meningkat. Adapun kendala atau masalah yang di temukan dari
masyarakat mengapa selama ini masyarakat tidak / kurang berminat
melakukan cek kesehatan yaitu beberapa masyarakat mengatakan tidak
ingin memeriksa kesehatan dikarenakan takut terhadap jarum suntik.
Selain itu, beberapa masyarakat juga mengatakan kesibukannya sehari –
hari sebagai pegawai pabrik yang bekerja dipagi hari – sore hari tidak
memungkinkan untuk mengikuti program – program kesehatan yang ada
dilingkungannya seperti posyandu. Sehingga program kegiatan Screening

33
PTM (Hipertensi) Dalam Kegiatan Keagamaan merupakan program
kegiatan yang tepat untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
diwilayah kerja UPT Puskesmas Wagir.

B. SARAN
1. Untuk Lahan Praktik
Untuk meningkatkan minat dan pengetahuan masyarakat di bidang
kesehatan, diperlukan sumber informasi yang baik dan hal ini dapat
dicapai dengan melaksanakan pendidikan kesehatan. Dan untuk
meningkatkan daya ungkit pencapaian PTM (hipertensi) diwilayah
kerja UPT Puskesmas Wagir hendaknya tenaga kesehatan UPT
Puskesmas Wagir melakukan dan / melanjutkan proram kegiatan
Screening PTM (Hipertensi) Dalam Kegiatan Keagamaan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
2. Untuk masyarakat
Diharapkan masyarakat rajin melakukan pemeriksaan kesehatan secara
berkala, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan status kesehatan,
dan menurunkan angka morbiditas.

34
DAFTAR PUSTAKA

Arum, Y. T. G. (2019) ” Hipertensi Pada Penduduk Usia Produktif (15-64


Tahun)” HIGEIA (Journal Of Public Health Research And Development).
Cheng, H.-M., Lin, H.-J., Wang, T.-D., & Chen, C.-H. (2020). Asian
Management Of Hypertension: Current Status, Home Blood Pressure,
And Specific Concerns In Taiwan. The Journal Of Clinical Hypertension,
22(3), 511–514. Https://Doi.Org/Https://Doi.Org/10.1111/Jch.13747
Fuadah, D. Z., & Rahayu, N. F. (2018). Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu
(POSBINDU) Penyakit Tidak Menular (PTM) Pada Penderita
Hipertensi. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal Of Ners And
Midwifery), 5(1), 020-028.
Gea, R. P., Luthfi, A., Apriza, N., & Kep, M. (2023). EFEKTIVITAS TERAPI
RENDAM KAKI AIR JAHE MERAH HANGAT DENGAN AIR JAHE
GAJAH HANGAT TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH
PADA PENDERITA HIPERTENSI. SEHAT: Jurnal Kesehatan
Terpadu, 2(1).
Jannah, M. Z. (2023). Hubungan Antara Obesitas Dengan Kejadian Hipertensi
Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lansia Desa Ngampel, Kecamatan
Balong, Kabupaten Ponorogo (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo).
Kementrian Kesehatan RI, 2022, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2022, Jakarta,
Kementrian Kesehatan RI.
RENSTRA. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, No.
HK.02.02/MENKES/52/2015. Jakarta. 2015.
Sahputri, S. E. B., Irawati, A. D., & Azzahra, T. D. (2023). EVALUASI
EFEKTIVITAS ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT INAP
HIPERTENSI DENGAN DIABETES MELITUS DI RSU DHARMA
HUSADA. Jurnal Keperawatan, 16(2), 23-31.
World Health Organization. Noncommunicable Disease Progress Monitor, 2017.
World Health Organization, 2017
Yulanda, G., & Lisiswanti, R. (2017). Penatalaksanaan Hipertensi Primer.
Majority Volume 6, 25-33.

35
LAMPIRAN - LAMPIRAN
STRUKTUR ORGANISASI
KELOMPOK 456 DEPARTEMEN KEPERAWATAN PRIMER
PROFESI NERS UNITRI

Ketua
Lu’lu’ Luthfiatun U.

Wakil Ketua
Muhammad Adhar

Sekertaris
Bendahara
Khusnul Dwiyanti
Mersa Sapitri Maria Noviana Kii

Sie Konsumsi Sie Acara


Sie Perlengkapan Sie Dokumentasi
Nadia Sri Unu Naomi Bela Wawo
Martina Eva Susanti Melania Jelina
Melisa Syane T Maria Goretti Mikku Ate
36
Keterangan :
1. Ketua
Bertanggung jawab jalannya pelaksanaan semua kegiatan saat profesi keperawatan primer
2. Wakil Ketua
Membantu ketua bertanggung jawab jalannya pelaksanaan semua kegiatan saat profesi keperawatan primer
3. Sekertaris
Mencatat semua pelaksanaan kegiatan saat profesi, mengedit dan mengumpulkan makalah kelompok/ jurnal kelompok / dan
lainnya serta mempersiapkan segala administrasi selama kegiatan saat profesi.
4. Bendahara
Memanage keuangan di organisasi
5. Sie Konsumsi
Menyiapkan konsumsi saat pelaksanaan kegiatan saat profesi.
6. Sie Perlengkapan
Menyiapkan tempat, ruangan, LCD dan sebagainya saat pelaksanaan kegiatan saat profesi
7. Sie Acara
Menyiapkan prosesi pelaksanaan kegiatan saat profesi seperti membuat surat undangan dan lainnya , serta bekerja sama dengan
sekertaris menyiapkan makalah/ PPT dan lainnya.
8. Sie Dokumentasi
Mendokumentasikan semua kegiatan saat profesi.

37
TIMELINE
DEPARTEMEN KEPERAWATAN PRIMER
KELOMPOK 456 PROFESI NERS 2022/2023
DI UPT PUSKESMAS WAGIR

September 2023
No
Kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
.
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
Orientasi Dan Bimbingan
1 Departemen
2 Dinas Di Poli
3 Dinas Di IGD + UKS
4 Dinas Di Ponkesdes
Persiapan + Perencanaan Program
5 Kegiatan
6 Implementasi Program Kegiatan
7 Seminar Program Kegiatan

38
DAFTAR HADIR KEGIATAN

39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar 1. Screening PTM Gambar 2. Screening PTM

Gambar 3. Screening PTM Gambar 4. Screening PTM

Gambar 5. Screening PTM Gambar 6. Screening PTM

49
Gambar 7. Screening PTM Gambar 8. Screening PTM

Gambar 9. Screening PTM Gambar 11. Screening PTM

Gambar 11. Screening PTM Gambar 12. Screening PTM

50

You might also like