You are on page 1of 38

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi Regional Barru

2.1.1 Geomorfologi Regional

Kabupaten Barru dan sekitarnya merupakan pegunungan dan pada

umumnya terdapat di daerah bagian timur,wilayah bagian barat merupakan

pedataran yang relativ sempit dan dibatasi oleh selat makasar. Daerah ini

menyempit ke Utara dan dibatasi oleh perbukitan dengan pola struktur yang

rumit,kemudian di sebelah selatan dibatasi oleh pegunungan yang disusun oleh

Batugamping.

Proses Geomorfologi merupakan perubahan yang dialami oleh permukaan

bumi baik secara fisik secara fisik maupun kimia (THORNBURY 1954) penyebab

dari proses perubahan tersebut dapat dibagi atas 2 golongan yaitu :

1. Tenaga Eksogen

Tenaga ini bersifat merusak,dapat berupa angina,suhu,dan air.Dengan

adanya tenaga Eksogen dapat terjadi proses denudasi berupa

erosi,pelapukan,dan degradasi.

2. Tenaga Endogen

Tenaga ini cenderung untuk membangun,dapat berupa gempa,gaya-gaya

pembentuk struktur dan vulkanisme akibat dari adanya tenaga endogen

maka dapat terbentuk struktur gunung api dan agradasi.

99
Dengan adanya tenaga-tenaga tersebut diatas maka terbentuknya bentang

alam dengan kenampakan yang berbeda satu sama lainnya sesuai dengan tenaga

yang mempengaruhi pembentukannya.

Kenampakan bentang alam di daerah Barru umumnya merupakan daerah

perbukitan dan pegunungan dimana puncaknya sudah nampak meruncing dan

sebagian lagi nampak membulat.Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik

masing-masing batuannya.Pengaruh struktur dan tingkat perkembangan erosi

yang telah berlangsung dan akhirnya menghasilkan kenampakan bentang alam

seperti yang nampak sekarang ini.

Berdasarkan hal tersebut diatas maka pengelompokan satuan morfologi di

daerah Barru dapat dibagi berdasarkan pada struktur geologi dan batuan

penyusunnya serta proses geomorfologi yang mempengaruhi bentuk permukaan

bumi yang nampak sekarang pembagian satuan morfologi adalah sebagai berikut :

1. Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua.

2. Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu

3. Satuan Morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua

Penamaan satuan morfologi ini didasarkan atas struktur geologi yang lebih

dominant terdapat pada daerah tersebut dan memberikan pengaruh terhadap

pembentukan bentang alamnya.

Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua

Satuan morfologi perbukitan Gawir sesar Aledjang-Buludua mempunyai sudut

kemiringan lereng antara 5-20 %.Satuan morfologi ini umumnya membentuk jalur

10
gawir sesar turun,menempati daerah-daerah bagian utara daerah penelitian yang

memanjang dari dusun Galungsalawe,Bale,Ampela,dan Buludua dibagian timur.

Permukaan gawir sesar ini menghadap ke Selatan dimana permukaan gawirnya

telah mengalami proses erosi lebih lanjut yang ditandai dengan adanya gerakan

tanah berupa landslide di Aledjang yang akibatnya material-material hasil erosi

tersebut diendapkan pada dasar tebing.Kenampakan morfologi akibat pengaruh

sesar dapat pula terlihat pada kenempakan permukaan gawir yang memotong

perlapisan batuan dilereng selatan B.Laposso.Kenampakan lainnya berupa ebing

yang terjal dengan dasar-dasar lembah yang sempit dan landai dapat dijumpai

dibeberapa tempat disepanjang jalur morfologi gawir sesar ini.

Sungai yang mengalir pada daerah satuan morfologi ini adalah sungai

watu dengan beberaa anak sungai yang mengalir dari arah timur ke barat dengan

tipe genetic sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi ini

adalah Breksi,Batugamping,dan Napal.

Proses erosi yang bekerja pada daerah ini relative besar karena sifat

batuannya yang kurang resisten dan adanya aktivitas penduduk setempat yang

mengadakan pengolahan lahan untuk diguinakan sebagai daerah

permukiman,perkebunan,dan persawahan yang mempercepat terjadinya erosi.

Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Masula-B.Pitu

Penamaan satuan morfologi ini didasarkan pada proses geomorfologi serta

bentuk morfologi dan keadaan fisik batuan sebagai hasil dari aktivitas denudasi

yang terjadi dan dominant terdapat pada derah tersebutAktivitas denudasi berupa

11
proses pelapukan,erosi,dan longsoran merupakan kegiatan yang dapat merombak

dan membentuk permukaan bumi.

Satuan morfologi pegunungan denudasi B.Musula-B.Pitu menyabar

dibagian timur laut B.Laposso (931 m).Penyebaran satuan morfologi ini meliputi

beberapa daerah pegunungan yang memenjang dari arah barat ke timur yaitu

B.Matjekke (431 m),B.dua (938 m) danm B.Musula (819 m).B.Matonrong (903

m).B.Pitu (342 m),dan Kalukku (407 m) dengan sudut kemiringan antara 10-70 %

Terdapat bebrapa perbukitan disekitar B.Pitu,B.Masula,dan B.Matonrong dengan

arah penyebaran pegunungan bukit yang memanjang dari barat laut tenggara.

Aktivitas denudasi dipegunungan seperti B.dua memperlihatkan danya sisa-sisa

erosi dan pelapukan yang mengikis senagian pegunungan tersebut.Pada beberapa

tempat ditemukan adanya bukit-bukit kecil tumpul yang terbentuk akibat adanya

pengaruh erosi dan pelapukan dimana keadaan soil pada bagian puncak bukit

sangat tipis namun pada bagian lembah yang mempunyai soil yang tebal.

Sungai yang mengalir pada satuan morfologi ini adlah S.Birunga dengan

beberapa anak sungainya yang mempunyai pola aliran dentritik dengan tipe

genetik sungai Obsekuen.Satuan batuan yang menyusun satuan morfologi

pegunungan denudasi ini pada umumnya terdiri dari breksi vulkanik kecuali pada

daerah B.dua dan B.Matjekke batuan penyusunnya terdiri dari dari batuan beku

andesit dan diorite yang merupakan satuan intrusi bentuk sill.Satuan morfologi ini

sebagian digunakan oleh penduduk setempat sebagai daerah permukiman dan

persawahan.

12
A. Pola Aliran Sungai

Sungai yang mengalir didaerah ini adalah sungai watu yang terletak

didaerah barat laut dan mengalir dari arah timur ke barat dengan aliran

tang tidak teratur sungai-sungai tersebut mengalir pada satuan napal dan

breksi batugamping.Sungai urunga dengan beberapa anak sungainya

terdapat disebelah selatan dengan aliran tegak lurus dengan sungai

utama.Sungai umpung yang mengalir dari arah barat ke timur dan sungai

ule mengalir dari arah utara ke selatan.Sungai tersebut mengalir pada

satuan breksi vulkanik batugamping dan serpih.

Berdasarkan pada kenampakan dan data-data yang telah disebutkan maka

dapatlah disimpulkan bahwa pola aliran sungainya adalah aliran

rectangular dan dentritik.

B. Tipe Genetik Sungai.

Sungai-sungai yang mengalir didaerah Barru pada umumnya menunjukkan

aliran yang berlawanan dengan arah kemiringan perlapisan

batuan,sehingga dengan demikian dapat digolongkan sebagai sungai

dengan tipe aliran Obsekuen.

C. Kuantitas air sungai

Sungai-sungai yang terdapat di Barru termasuk jenis sungai periodic

dimana kuantitas airnya besar,pada musim hujan tetapi pada musim

kemarau airnya kecil atau kering.

13
D. Stadia Daerah

Daerah Barru umumnya memperlihatkan kenampakan bentang akam

berupa perbukitan dan pegunungan yang sebagian sudah tampak

meruncing dan setempat-setempat terjadi penggundulan pada bukit-

bukit.Bentuk lembah umumnya masih sempit dengan lereng terjal pada

proses erosi lebih lanjut.

Sebagian sungai nampak menempati dasar lembah dan relative lurus

dengan aliran yang tidak begitu deras,disamping itu pula dataran pedaratan

belum begitu meluas.

Berdasarkan pada kenampakan dari cirri-ciri bentang alam seperti yang

telah disebutkan maka dapatlah disimpulkan bahwa stadia daerah termasuk

dalam stadia muda manjelang Dewasa.

2.1.2 Stratigrafi Regional

Daerah Barru disusun oleh beberapa satuan batuan dan tersebar pada jenis

bentang alam yang berbeda atau berfariasi dan telah mengalami gangguan struktur

sehingga menyebabkan jurus dan kemiringan perlapisan batuan menjadi tidak

beraturan.Sebagian batuannya telah mengalami pelapukan dan peremukan hingga

nampak kurang segar terutama pada napal.

Pengelompokkan dan penamaan satuan batuan didasarakan atas cirri-ciri

fisik dilpangan, jenis batuan, posisi stratigrafi dan hubungan tektonik antar batuan

dapat dikorelasikan secara vertical maupun lateral dan dapat dipetakan dalam

skala 1 : 25.000.

14
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka satuan batuan dapat digolongkan

dalam 5 (lima) satuan,mulai dari satuan batuan yang muda sampai yang ke tertua

yaitu sebagai berikut :

1. Satuan batuan beku intrusi

2. Satuan breksi

3. Satuan napal

4. satuan breksi batugamping tonasa

5. Satuan batupasir mallawa

6. Satuan serpih balangbaru

Pembahasan lebih lanjut dari setiap satuan batuan dari yang tertua ke yang

termuda sebagai berikut :

A. Satuan serpih balangbaru

Penyebaran batuan ini tidak terlalau meluas yang menempati bagian

sungai umpung dengan arah umum perlapisan baratdaya-timur laut. Ciri

litologi berwarna segar ungu dan jika lapuk berwarna abu-abu dengan

tekstur klastik halus berukuran lempung, dan ketebalan perlapisan

berukuran antara 1-10 cm. Ukuran butir lempung dan struktur berlapis.

Lingkungan pengendapannya dari satuan serpih ini didasarkan ciri-ciri

litologi dimana dijmpai perlapisan tipis dengan ukuran butir lempung yang

menunjukkan lingkungan pengendapan tenang atau laut dalam.

Penentuan umur serpih diperkirakan berumur kapur termasuk dalam

formasi Balangbaru. Hubungan stratigrafi dengan litologi diatasnya adalah

tidak selaras.

15
B. Satuan batupasir Mallawa

Penamaan satuan batuan ini didasarkan atas dominasi dan pelemparan

batuan penyusunnya serta cirri-ciri litologi. Penyebaran satuan batupasir

ini meliputi bagian barat daerah Barru dengan arah umum perapisan

berarah Utara-Selatan. Kenampakan satuan batuan ini menunjukkan

adanya kesan perlapisan, dalam keadaan segar berwarna kuning

kecoklatan, tekstur klastik kasar, mengandung mineral kuarsa. Dalam

satuan ini terdapat angota-anggota berupa batupasir, konglomerat,

batulanau, batulempung dan napal.Dengan sisipan batubar berupa lensa.

Umur satuan batuan ini diperkirakan antar Paleosen sampai Eosen Bawah,

hubungan stratigrafi dengan satuan batuan dibawahnya adaklah tidak

selarasa dengan satuan batuan diatasnya.

C. Satuan breksi batugamping

Penamaan satuan batuan ini didasarakan pada dominasi dan pelemparan

batuan penyusunnya. Ciri litologi kompak dan keras serta bersifat

karbonatan. Batruan ini terdiri atas fragmen berupa sekis,glaukonit,kuarsit,

batugamping dan fosil serta matriks berupa lempung. Berdasarkan hal

tersebut diatas makasatuan batuan ini dinamakan satuan breksi

batugamping

Penyebaranm satuan ini meliputi sebelah barat alut dan sebagaian didaerah

Buludua, yang pada umumnya menempati daerah satuan morfologi

perbukitana gawir sesar Aleojang Buludua denga nsudut kemiringan

lereng antara 10-20 %. Arah umum perlapisan batau relatif berarah

16
baratlaut-tenggara dengan sudut kemiringan 25-37. ketebalan relative

satuan breksi batugaming adalah 264 m.

Kenampakan satuan breksi batugamping menunjukkan adanya kesan

perlapisan umum namun adapula yang terdapat dalam bentuk bongkahan.

Tebal lapisan antara 16-60 cm. berwarna putikh kekuning-kuningan dalam

keadaan segar dan lapuk berwarna abu-abu kehitaman. Klastik kasar

dengan sortasi jelek dan mengandung fosil,mineral glukonit,muskovit,dan

sekis.

Fosil yang dijumpai berupa foraminifera besar yaitu Nummulites

gizehensis TAMARCK dan Discocyline indopacticia GALLOWAY.

Berdasarkan cirri-ciri litologi dimana ada dijumpai perlapisan dengan tebal

yang berbeda, disusun oleh mineral mineral berbutier kasar dengan

pemilahan jelek dan kehadiran mineral glaukonit.

Penetuan umur dari satuan ini dari satuan ini didasarkan atas kandungan

fosil yang dijumpai antar Eosen Awal sampai Eosen Tengah. Hubungan

stratigrafi antar satuan breksi batugamping dengan satuan di bawahnya

adalah selaras adan menjemari denga nsatuan Batunapal yang tidak selaras

dengan breksi vulkaik yang berasda diatasnya. Satuan batuan ini

ternmasuk dalam formasi tonasa.

D. Satuan Napal

Penyebaran satuan ini meliputi daerah Galungsalawe, Bale, dan Ampele

dan sebagian terdapat di daerah timur laut.Sebagian dar isatuan batuan ini

menempati daerah satuan morfologi perbukitan sesar,gawir aledjang

17
buludua dan sebagian lagi terdapat pada daerah yang daerahnya relative

datar arah umum perlapisan batuan beraraha baratlaut-tenggara dengan

sudut kemiringan antara 23-840.

Kenampakan satuan napal menujukkan adanya perlapisan denga n

ketebalan anatar 25-50 cm. dalam keadaan segar, batuan ini berwarna

putih keabuan dan lapuk berwarna kuning keabuan, tekstur klastik.

Dari hasil analisa secara mikro paleontology dijumpai fosil foraminifera

plantonik yaitu Globigerina boweci HOLL dan Glubegeris indeks

FINLAY sedang fosil foraminifera bentonik yaitu Textularia agglutinans

D` ORBTONY. Berdasarkan kandungan fosi lini ditentukan lingkungan

pengendapanya yaitu pada inner neritik-middle neritik denga n kedalaman

0-100m, atau lingkungna laut dangkal(TIPSWORD & SITTZER 1975).

Umur satuan ini yaitu Eosen Tengah bagian bawah(POSTUMA 1970)

yang ditentukan dari kandungan fosilnya. Hubungan stratigrafi antara

satuan in derngan batuan yang ada disekitarnya yaitu ssatuan breksi

batugamping menjemari dan dengan satuan breksi vulkanik yang berada

diatatasnya adalah tidak selaras. Satuan ini termasuk dalam formasi

Tonasa

E. Satuan Breksi Vulkanik

Satuan breksi vulkanik penyebaranya meliputi beberapa pegunungan yaitu

B. laposso, B. masula, B. matonrong, B. Pitu, B. kaluku serta pemukiman

seperti menrong,parjiro adjenga,baitu,wuruwue dan litae ssebagian pula

tersingkap di daerah aliran sungai kampong Litae, satuan ini menempati

18
daerah satuan morfologi pegununga ndenudasi B. masula,B. pitu

denganarah perlapisan batuan umumnya barat laut timur tenggara denga

nsudut kemiringan antara 16 – 25 %.

Kenampakan dari satuan brekasi vulaknik ini menampakkan adanya

perlapisan denag nkletebalan lapisan antara 35-100 cm. Fragmen batuan

breksi vulkainik berupa batuan beku yaitu Basalt, andesit, matriks tufa

yang disemen oleh silica denga nsortasi buruk. Ukuran fragmen yaitu

antara 5-60 cm dan bentuk menyudut tanggung.

Pada satuan ini tidak dijumpai adanya fosil mikro dan makro sehingga

satuan ini disebandingkan dengan batuan vulkanik camba yang barumur

Miosen Tengah sampai Miosen Akhir. Hubungan stratigrafi dengan

batuan yang ada di atasnya maupun yang ada diaatasnya adalah tidak

selaras.

F. Satuan batuan beku intrusi

Satuan in terdiri dar idua anggota yaitu batuan diorite dan batuan andesit.

Batuan beku diorite penyebarannya meliputi daerah B. Matjekke dan

sebagian kecil terdapat disebelah selatan barat laut. Batuan ini menempati

daerah satuan morfologi pegunungan denudasi B.masula, B.pitu, dalam

keadaa segar batua ini berwarna abu-abu dengan struktur kompak,tekstur

faneritik dan bentuk kristal subhedral-anhedral ukuran mineral 1-2,3mm.

Penentuan umur batua ndiorit disebandingkan dengan hasil peneliti

terdahulu (RAB SUKAMTO 1982) yaitu berumur Miosen. Kenampakan

batuan ini dalam keadaan segara menampakkan warna abu-abu kehitaman,

19
struktur vasikuler,tekstur afanitik, komposisi mineral plagioklas,

hornblend. Umur batuan beku andesit ini adalah Miosen berdasarkan hasil

radiometri K/Ar terhadap mineral Hornblende.

2.1.3 Struktur Regional

Struktur geologi di daerah penelitian terdiri atas :

1. Struktur lipatan

2. Struktur sesar

1. Struktur lipatan

Struktur lipatan adalah suatu bentuk deformasi pada batuan sediment,batuan

vulkanik dan batuan metamorf yang memperlihatkan suatu bentuk yang

mbergelombang (MARI AND P. BTLLINGS 1979).

Struktur lipatan yang berkembang di daerah Barru adalah :

a. Struktur sinklin waruwue

Struktur sesar waruwue sebagian besar terletak dibagian memanjang dari

arah baratlaut ke tenggara dengansumbu lip;atana sekitar 10 km dan

mempunyai benatu kyan relative melengkung dan merupakan suat

usinklin asimetris. Satuan batuan yang menglami perlipatan adalah

satuan batu breksi vulkanik yang diperkirakan ikut pula terlipat adalah

satuan napal dan satuan breksi batugamping. Umur dari batuantersebut

adal;ah Eosen Awal – Miosen Akhir ingga diperkirakan bahwa struktur

sinklin waruwue terbentuk setelah Miosen Akhir.

20
b. Struktur sesar

Sesar merupakan suatu rekahan pada batuan yang telah mengalami

pergeseran sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang

berhadapan dan arahnya sejajar denga nbidang patahan (Sukendar Asikin

1979). Struktur sesar yang dijumpai pada daerah Barru bagia ntimur

antar lain :

1. Sesar normal bale

2. Sesar geser Aledjang

3. Sesar Geser Buludua

a. Sesar Normal Bale

Sesar normal terletak disebelah utara dengan panjang sesar

sekitar 250 m. sesar ini memanjang dari arah barat ke timur

melalui dusun Bale,Galunsawae dan Buludua diptong oleh sesar

geser Buludua. Bentuk sesar normal Bale ini relative melengkung

dimana blok bagian selatan ralatif bergerak turun terhadap blok

bagian utara satuan batuan yang tersesarkan terdiri dari satuan

napal dan breksi batugamping.

Berdasarkan pada umur batuan termuda yang dilalui satuan

napal dengan umur Eosen Tengah maka diperkirakan sesar

normal Bale terbentu ksetelah Eosen Tengah.

b. Sesar geser Aledjang

Sesar geser Aledjang terdapat adi sebelah barat laut dan

merupakan sesar geser yang bersifat dexiral. Sesar geser ini

21
mempunyai arah pergeseran relative ke timur laut-baratdaya

denga npanjang pergeseran sekitar 200 m. sesar geser ini

dicirikan oleh zona-zona hancuran batuan pada satuan napal yang

ditemukan pad alereng permukaan gawir di dusun Aledjang.

Berdasarkan pada umur batuan yang termuda yan gdilalui

maka diperkirakan bahwa sesar geser Aledjang terbentuk setelah

Miosen Akhir.

c. Sesar geser Buludua

Sesar geser Buludua terdapat disebelah baratlaut dan

merupakan sesar geser bersifat adextral. Sesar geser ini arah

pergeseranya relative berarah baratlaut, tenggara dengan panjang

pergeseran sekitar 2 km. satuan batuan yang dilaluinya terdiri atas

napal dan satuan breksi gampingan akibat adanya sesar ini banyak

ditemukan mata air disekitar daerah Bulubua.

Berdasarkan pada batuan termuda yang dilauinya yaitu

satuan breksi vulkanik maka diperkirakan sesar ini terbentuk

setelah Miosen Akhir

2.2 Proses pemfosilan

2.2.1 Pengertian fosil

Fosil = Jejak / sisa kehidupan baik langsung / tidak langsung terawetkan

dalam lapisan kulit bumi, terjadi secara alami dan mempunyai umur geologi ( >

500.000 tahun ). Fosil dalam “Paleontologi” terbagi menjadi 2 jenis, yaitu :

22
a. Fosil Makro/besar (Macrofossil) dapat dilihat dengan mata biasa

(megaskopis)

b. Fosil Mikro/kecil (Microfossil) hanya dapat dilihat dengan bantuan alat

mikroskop (mikroskopis)

Dilihat dari asal kata fosil berasal dari bahasa latin, yaitu Fossilis, yang berarti

menggali dan/ sesuatu yang diambil dari dalam tanah/batuan .

Fosilisasi : Semua proses yang melibatkan penimbunan hewan atau tumbuhan

dalam sedimen, yang terakumulasi & mengalami pengawetan seluruh maupun

sebagian tubuhnya serta pada jejak- jejaknya.

Jenis Fosil

 Organisme itu sendiri

Tipe pertama ini adalah binatangnya itu sendiri yang

terawetkan/tersimpan. Dapat beruba tulangnya, daun- nya, cangkangnya,

dan hampir semua yang tersimpan ini adalah bagian dari tubuhnya yang

“keras”. Dapat juga berupa binatangnya yang secara lengkap (utuh)

tersipan. misalnya Fosil Mammoth yang terawetkan karena es, ataupun

serangga yang terjebak dalam amber (getah tumbuhan). Petrified wood

atau fosil kayu dan juga mammoths yang terbekukan, and juga mungkin

anda pernah lihat dalam filem berupa binatang serangga yang tersimpan

dalam amber atau getah tumbuhan. Semua ini biasa saja berupa asli

binatang yang tersimpan

23
Gmbr.2.1 fosil jejak dan filum Coelenterata

 Sisa-sisa aktifitasnya

Secara mudah pembentukan fosil ini dapat melalui beberapa jalan, antara

lain seperti yang terlihat dibawah ini. Fosil sisa aktifitasnya sering juga

disebut dengan Trace Fosil (Fosil jejak), karena yang terlihat hanyalah

sisa-sisa aktifitasnya. Jadi ada kemungkinan fosil itu bukan bagian dari

tubuh binatang atau tumbuhan itu sendiri.Penyimpanan atau pengawetan

fosil cangkang ini dapat berupa cetakan. Namun cetakan tersebut dapat

pula berupa cetakan bagian dalam (internal mould) dicirikan bentuk

permukaan yang halus, atau external mould dengan ciri permukaan yang

kasar. Keduanya bukan binatangnya yang tersiman, tetapi hanyalah

cetakan dari binatang atau organisme itu

Gmbr.2.2 Track and Trails

24
 Sistem Pengawetan Fosil

Gmbr. 2.3 Sistem Pengawetan Fosil

Gambar diatas menunjukkan bagaimana sebuah cangkang dapat terekam.

Pada gambar paling atas menunjukkan sebuah cangkangdan potongan dari

sebuah cangkang doble (bivalve) dipotong melintang

Gmbr2.4 Macam-macam pengawetan

Syarat - Syarat Terbentuknya Fosil :

1. Mempunyai bagian yang keras

2. Segera terhindar dari proses-proses kimia (oksidasi & reduksi)

25
3. Tidak menjadi mangsa binatang lain

4. Terendapkan pada batuan yang berbutir halus>>> agar tidak larut

5. Terawetkan dalam batuan sedimen

6. Terawetkan dalam waktu geologi (minimal 500.000 tahun)

Proses Yang Mempengaruhi Terbentuknya Fosil

a. Histometabasis : Penggantian sebagian tubuh fosil tumbuhan dengan

pengisian mineral lain (cth : silika) dimana fosil tersebut diendapkan

b. Permineralisasi

c. Histometabasis pada binatang

d. Rekristalisasi : Berubahnya seluruh/sebagian tubuh fosil akibat P & T

yang tinggi, sehingga molekul-molekul dari tubuh fosil (non-kristalin)

akan mengikat agregat tubuh fosil itu sendiri menjadi kristalin

e. Replacement/Mineralisasi/Petrifikasi : Penggantian seluruh bagian fosil

dengan mineral lain

f. Dehydrasi/Leaching/Pelarutan

g. Mold/Depression : Fosil berongga dan terisi mineral lempung

h. Trail & Track

Trail = cetakan/jejak-jejak kehidupan binatang purba yang menimbulkan

kenampakan yang lebih halus

Track = sama dengan trail, namun ukurannya lebih besar

Burrow = lubang-lubang tempat tinggal yang ditinggalkan binatang purba

26
Ketedapatan Fosil

a. Batuan Beku

Pada batuan beku tidak akan dijumpai fosil karena batuan beku terbentuk

dr hasil pembekuan magma, shg tdk mungkin tdp fosil.

b. Batuan Sedimen

Batuan sedimen sangat baik untuk pengendapan organisme, shg akan

banyak terkandung fosil di dalam batuan sedimen tsb

c. Batuan Metamorf

Pada batuan metamorf, masih mungkin dijumpai, namun sedikit sekali &

umumnya fosil tsb telah hancur bahkan telah hilang oleh proses

metamorfisme

Gmbr.2.5 lingkungan sedimen

Dari batuan sedimen, hewan-hewan dapat tersimpan dengan baik

Terutama pada batuan sedimen yang berbutir halus. Kemungkinan kecil fosil

terdapat pada batuan metamorf

27
2.3 Karakteristik Invertebrate

2.3.1 Filum Porifera

Binatang golongan Metazoa, bentuk seperti vas, silinder, bulat, seluruh

dinding cangkangnya berpori, pada umumnya hidup di dasar laut secara benthos,

Golongan binatang ini mulai muncul pada zaman Kambrium hingga sekarang,

jarang dijumpai fosil-fosilnya dalam keadaan utuh , lebih sering spiculanya.

Berikut gambar bagian-bagian Porifera :

Gmbr.2.6 Filum Porifera

Sistem Saluran Porifera

Gmbr.2.7 sistem saluran Porifera

Bagian Morfologi

28
Porous : Lubang

Ferre : Membawa

Metazoa : Bersel Banyak

Ostia : Lubang Pada Dinding Yang Berfungsi Sebagai Mulut

Spongocoel : Saluran Yang Mengalirkan Air Dari Luar Ke Dalam

Osculum : Mengeluarkan Air

Dinding Sponsa

Epidermis / ectodrem dinding luar

Endoderm / gastroderm terdiri dari choanocyte / sel berflagel.

Ruang antara Ectoderm dan Endoderm berisi mesenchyme . Didalam

mesenchyme terdapat amoebactes ( mengangkut makanan dan

Mengeluarkan kotoran )

Sistem Saluran Porifera

Sycon : Endoderm hanya melapisi bagian dalam saluran radier

Ascon : Endoderm hanya melapisi dinding spongocoel

Leucon : Endoderm hanya melapisi bagian dalam saluran yang

bercabang

Rhagon : Endoderm hanya melapisi ruangan tertentu

Spicula adalah tubuh peguat sponsa, terbagi atas :

Monoaxon : Menyerupai jarum halus

Triaxon : Memiliki 3 sumbu yang membentuk sudut sama besar,

umumnyamemiliki 6 jarum

29
Tetraxon : Terdiri 4 jarum yg membentuk sudut sama besar, 3 jarum

diantaranya terletak dalam satu bidang, sedang satu jarum tegak lurus terhadap

bidang

Polyaxon : Terdiri dari banyak jarum, terpencar kadang menyerupai bintang

Beberapa contoh spicula

Gmbr.2.8 Morfologi filum Porifera

Klasifikasi

Berdasarkan bentuk dan komposisi rangka dibagi 4 kelas:

1. Kelas Calcarea : komposisi gamping

Berdasarkan sistem salurannya dibagi 2 ordo :

a. Ordo Homocoela : sistem saluran ascon : Leucosolenia

b. Ordo Heterocoela : sistem saluran cycon dan leucon : Girtyocoella ,

Tremacysta,Eudea

2. Kelas Hyalospongia/Hexatinellid : komposisi gelas / silika

Berdasarkan bentuk rangkaian spikulanya dibagi menjadi 2 ordo:

30
a. Ordo Lyssacina : Bentuk spikula jalinan memancar : Hyalonema,

Hydnoceras, Euplectella

b. Ordo Dictyonina : Bentuk jalinan serabut yang beraturan : Dyctionine,

Ventricullites

3. Kelas Demospongia : Komposisi dari spongin / kombinasi dengan silica

Berdasarkan rangkaian spikulanya dibagi menjadi 6 ordo :

a. Ordo Tetractinellida

b. Ordo Monaxonida

c. Ordo Keratosa

d. Ordo Lithistida

e. Ordo Mixospongia

f. Ordo Heteractinellida

4. Kelas Pleospongia : komposisi gampingan

Berdasarkan bentuk dan susunan dindingnya terbagi menjadi 2 sub kelas:

a. Sub kelas Monocyata : Bentuk kerucut, dinding tunggal : Monocyathus

b. Sub kelas Archaeocyata : Bentuk kerucut, dinding ganda :

Archaeocyatellus, Acheocyatid

2.3.2 Filum Mollusca

Mollusca (dalam bahasa latin, molluscus = lunak) merupakan hewan yang

bertubuh lunak.Tubuhnya lunak dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga

yang tidak bercangkang.Hewan ini tergolong triploblastik selomata.

Ciri-ciri Mollusca:

31
 Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.

 Habitatnya di ait maupun darat

 Merupakan hewan triploblastik selomata.

 Struktur tubuhnya simetri bilateral.

 Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.

 Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf

 Organ ekskresi berupa nefridia

 Memiliki radula (lidah bergigi)

 Hidup secara heterotrof

 Reproduksi secara seksual

Ciri tubuh Mollusca

 Molusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

Kaki

Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang

berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah

termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.

Massa Viseral

Massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam

massa viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan

reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.

Mantel

Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel

membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga

32
mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang

ekskresi dan anus.

Sistem syaraf Mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini

mengelilingi esofagus dengan serabut saraf yang menyebar. Sistem pencernaan

mollusca sudah terbilang lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan

anus. Mollusca juga memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan

makanan. Lidah bergerigi itu disebut radula. Mollusca yang hidup di air bernafas

dengan insang yang berada pada rongga mantel.

1. Cara hidup Mollusca : Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan

organisme lain. Misalnya ganggan, ikan, ataupun mollusca lainnya.

2. Habitat Mollusca : Mollusca hidup di air maupun di darat. Mollusca yang

hidup di air contohnya sotong dan gurita. Sedangkan yang hidup di darat

contohnya Siput.

3. Reproduksi Mollusca : Mollusca bereproduksi secara seksual. pada

umumnya organ reproduksi jantan dan betina pada umumnya terpisah

pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis siput tertentu

ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara internal

ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang

menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.

4. Klasifikasi Mollusca

Mollusca merupakan filum terbesar dari kingdom animalia.Molluska

dibedakan menurut tipe kaki, posisi kaki, dan tipe cangkang, yaitu

Gastropoda, Pelecypoda, Cephalopoda, Schapopoda , dan Amphineura.

33
a. Gastropoda

Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki) adalah

kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau

kakinya.Misalnya, siput air (Lymnaea sp.), remis (Corbicula javanica),

dan bekicot (Achatia fulica).Hewan ini memiliki ciri khas berkaki

lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya.Gastropoda bergerak

lambat menggunakan kakinya. Gastropoda darat terdiri dari sepasang

tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek.Pada ujung tentakel

panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan

terang.Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba

dan pembau.Gastropoda akuatik bernapas dengan insang, sedangkan

Gastropoda darat bernapas menggunakan rongga mantel.

b. Pelecypoda

Pelecypoda diidentefikasikan sebagai kerang (Anadara sp.), tiram

mutiara (Pinctada margaritifera dan Pinctada mertinsis), kerang

raksasa (Tridacna sp.), dan kerang hijau (Mytilus viridis). Pelecypoda

memiliki ciri khas, yaitu kaki berbentuk pipih seperti kapak.Kaki

Pelecypoda dapat dijulurkan dan digunakan untuk melekat atau

menggali pasir dan lumpur.Pelecypoda ada yang hidup menetap dan

membenamkan diri di dasar perairan.Pelecypoda mampu melekat pada

bebatuan, cangkang hewan lain, atau perahu karena mensekresikan zat

perekat.

Pelecypoda memiliki dua buah cangkang pipih yang setangkup

34
sehingga disebut juga Bivalvia.Kedua cangkang pada bagian tengah

dorsal dihubungkan oleh jaringan ikat (ligamen) yang berfungsi seperti

engsel untuk membuka dan menutup cangkang dengan cara

mengencangkan dan mengendurkan otot.Cangkang tersusun dari

lapisan periostrakum, prismatik, dan nakreas.Pada tiram mutiara, jika

di antara mantel dan cangkangnya masuk benda asing seperti pasir,

lama-kelamaan akan terbentuk mutiara.Mutiara terbentuk karena benda

asing tersebut terbungkus oleh hasil sekresi palisan cangkang

nakreas.Pelecypoda tidak memiliki kepala.Mulutnya terdapat pada

rongga mantel, dilengkapi dengan labial palpus. Pelecypoda tidak

memiliki rahang atau radula.Maka makanannya berupa hewan kecil

seperti protozoa, diatom, dan sejenis lainnya.Insang Pelecypoda

berbentuk lembaran sehingga hewan ini disebut juga

Lamellibranchiata (dalam bahasa latin, lamella = lembaran, branchia =

insang).Lembaran insang dalam rongga mantel menyaring makanan

dari air yang masuk kedalam rongga mantel melalui sifon

(corong).Sistem saraf

Pelecypoda terdiri dari tiga pasang ganglion yang saling berhubungan.

Tiga ganglion tersebut adalah ganglion anterior, ganglion pedal, dan

ganglion posterior. Reproduksi Pelecypoda terjadi secara seksual.

Organ seksual terpisah pada masing-masing individu.Fertilisasi terjadi

secara internal maupun eksternal.Pembuahan menghasilkan zigot yang

kemudian akan menjadi larva.

35
c. Cephalopoda

Cephalopoda (dalam bahasa latin, chepalo = kepala, podos = kaki)

merupakan Mollusca yang memiliki kaki di kepala. Anggota

Cephalopoda misalnya sotong (Sepia officinalis), cumi-cumi (loligo

sp.), dan gurita (Octopus sp.). Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut

dengan merayap atau berenang di dasar laut. Makananya berupa

kepiting atau invertebrata lainnya.Sebagai hewan pemangsa, hampir

semua Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang. Kebanyakan

Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta.

Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam

yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika

hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya.

Cephalopoda memiliki kaki berupa tentakel yang berfungsi untuk

menangkap mangsanya. Cephalopoda memiliki sistem saraf yang

berpusat di kepalanya menyerupai otak. Untuk reproduksi hewan ini

berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi

berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secra internal dan

menghasilkan telur.

d. Amphineura

Saat ini sudah dibedakan menjadi 3 kelas, yaitu:

1. Aplacophora (tidak bercangkang)

2. Monoplacophora (bercangkang tunggal/satu sisi)

3. Polyplacophora.

36
Hewan ini memiliki ciri-ciri, yaitu cangkangnya memiliki susunan

yang bertumpuk-tumpuk seperti susunan genting, hidupnya melekat di

dasar perairan. Pada mulutnya dilengkapi dengan lidah parut atau

radula. Contohnya adalah Chiton.

e. Schapopoda

Hewan ini hidupnya ada di dasar perairan atau terpendam dalam pasir

atau lumpur. Contoh spesiesnya adalah Dentalium vulgare.

Cangkang hewan ini mirip dengan bentuk gading namun memiliki

ujung yang terbuka

Peran mollusca bagi manusia

Umumnya mollusca menguntungkan bagi manusia, namun ada pula yang

merugikan.Peran mollusca yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

Sumber makanan berprotein tinggi, misalnya tiram batu (Aemaea sp.), kerang

(Anadara sp.), kerang hijau (Mytilus viridis), Tridacna sp., sotong (Sepia sp.)

cumi-cumi (Loligo sp.), remis (Corbicula javanica), dan bekicot (Achatina fulica).

Perhiasan, misalnya tiram mutiara (Pinctada margaritifera). Hiasan dan kancing,

misalnya dari cangkang tiram batu, Nautilus, dan tiram mutiara. Bahan baku

teraso, misalnya cangkang Tridacna sp.

Mollusca yang merugikan bagi manusia, misalnya bekicot dan keong sawah yang

merupakan hama dari tanaman. Siput air adalah perantara cacing Fasciola

hepatica.

37
Gmbr.2.9 Gmbr Filum Mollusca

Gambar : (a) kerang, (b) siput, (c) cumi-cumi

II.3 3 Phylum Coelentarata

Coelenterata berasal dari Bahasa Yunani (koilos + enteron = usus). Jadi

Coelenterata adalah hewan yang mempunyai rongga yang berfungsi sama dengan

usus pada vertebrta tingkat tinggi yaitu rongga gastrovaskuler. Coelentarata

merupakan golongan hewan diploblastik, karena tubuhnya secara essensial hanya

tersusun atas dua lapisan sel, yaitu ektodermis (epidermis) dan gastrodermis

(endodermis). Diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan non seluler disebut

mesoglea, dan pada lapisan ini tersebar sel-sel saraf. Pada lapisan ektodermis

terdapat sel knidoblast. Di dalam knidoblast terdapat nematokist (paling banyak

pada tentakel) yaitu alat yang berfungsi untuk melumpuhkan dan

mempertahankan diri dari musuhnya, disebut juga alat penyengat.

Coelenterata berasal dari kata Yunani yaitu koilos dan enteron = usus.

Coelenterata adalah hewan yang mempunyai rongga yang berfungsi sma seperti

usus pada vertebrata tinggi yaitu rongga gastrovaskuler. Dinding tubuhnya secara

essensial hanya terdiri dari 2 jaringan, yaitu lapisan epidermis dan lapisan

gastrodermis atau endodermis. Hampir semua Coelenterata hidup di laut tetapi

beberapa di antaranya hidup di air tawar. Ada beberapa yang hidup bebas, tetapi

beberapa terikat pada suatu objek.

38
Ciri-ciri umum dari hewan ini adalah:

1. Bentuk tubuh biasanya simetri radial.

2. Tubuh bersel banyak dan bentuknya simetris radial.

3. Tidak memiliki kepala, pangkal tubuh berbentuk cakram, lubang mulut

dikelilingi tentakel.

4. Coelenterata belum memiliki alat peredaran darah, pernafasan dan ekskresi

5. Sifat jenisnya hermaprodit.

6. Bentuk Tubuh Coelentarat :

a. Setiap hewan Coelentarata mempunyai rongga gastrovaskuler. Rongga

gastrovaskuler Coelentarata bercabang-cabang yang dipisahkan oleh

septum/penyekat dan belum mempunyai anus.

b. Tubuh tidak bersegmen, diploblastik.

c. Rongga tubuh berfungsi sebagai alat pernafasan.

d. Rangka disusun oleh zat kapur atau zat tanduk.

7. Habitat umumnya dilaut, tetapi ada juga yang di air tawar. Hampir semua

coelenterata hidup di laut, tetapi beberapa diantaranya hidup di air tawar.

Ada beberapa hidup bebas, tetapi beberapa terikat pada suatu obyek.

8. Mempunyai 2 bentuk stadium / fase hidup, yaitu:

a. Stadium Polip

Adalah bentuk kehidupan Coelentarata yang menempel pada tempat

hidupnya (hidup melekat pada suatu subtrat pada bagian basal dan

bagian distalnya bebas). Tubuh berbentuk silindris, bagian proximal

melekat dan bagian distal mempunyai mulut yang dikelilingi tentakel.

39
Polip yang membentuk koloni memiliki beberapa macam bentuk

(polimorfisme). Misalnya yang berbeda fungsinya yakni ada polip

untuk pembiakan yang menghasilkan medusa (gonozoid) dan polip

untuk makan yakni gastrozoid.

b. Medusa

Adalah bentuk ubur-ubur seperti payung/parasut atau seperti lonceng

yang dapat berenang bebas, terapung dalam air.

9. Reproduksi atau perkembangbiakan dapat dilakukan secara aseksual

dengan membentuk tunas pada polip dan seksual dan penyatuan

spermatozoa dan sel telur pada bagia medusa.

Klasifikasi Coelentarata

Filum Coelentarata dibagi menjadi 3 kelas, yaitu kelas Hydrozoa, Scyphozoa dan

Anthozoa.

1. Kelas Hydrozoa

Kebanyakan hidup di laut dan berkoloni (berkelompok), kadang-kadang

hidup soliter (terpisah), dan ada yang hidup di air tawar. Siklus hidup

meliputi 2 bentuk, yaitu polip dan medusa. Rongga gastrovaskuler tidak

dilengkapi dengan stomedium. Hydrozoa yang soliter mempunyai bentuk

polip, sedangkan yang berkoloni dengan bentuk polip dominan dan

beberapa jenis membentuk medusa. Contoh Hydra sp., Physalia pelagica,

dan Obellia.

2. Kelas Scypozoa (Skyphos = cawan; zoon = binatang)Scypozoa dikenal

sebagai true medusa atau Jellyfish. Fase polip mereduksi, sedangkan fase

40
medusa dominan dan berukuarn besar, terapaung atau melekat pada suatu

objek. Bentuk tubuh Scyphozoa menyerupai mangkuk atau cawan,

sehingga sering disebut ubur-ubur mangkuk. Umbrella pada tepinya ada

incisura dan umumnya bagian tepi terbagi menjadi 8 lobi. Pada tiap

incisura ada alat indera yang disebut tentaculosyt atau rhopalia. Contoh

hewan kelas ini adalah Aurellia aurita, berupa medusa berukuran garis

tengah 7 – 10 mm, dengan pinggiran berlekuk-lekuk 8 buah. Hewan ini

banyak terdapat di sepanjang pantai. Seperti Obelia, Aurellia juga

mengalami pergiliran keturunan seksual dan aseksual. Aurellia memiliki

alat kelamin yang terpisah pada individu jantan dan betina. Pembuahan

ovum oleh sperma secara internal di dalam tubuh individu betina. Hasil

pembuahan adalah zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia

disebut planula. Planula akan berenang dan menempel pada tempat yang

sesuai. Setelah menempel, silia dilepaskan dan planula tumbuh menjadi

polip muda disebut skifistoma. Skifistoma kemudian membentuk tunas-

tunas lateral sehingga Aurellia tampak seperti tumpukan piring dan disebut

strobilasi. Kuncup dewasa paling atas akan melepaskan diri dan menjadi

medusa muda disebut Efira. Selanjutnya efira berkembang menjadi

medusa dewasa. Daur hidup Aurellia dapat diamati di bawah ini.

3. Kelas Anthozoa

Anthozoa berasal darikata Anthos = bunga, zoon = binatang. Anthozoa

berarti hewan yang bentuknya seperti bunga atau hewan bunga. Hidup di

laut, soliter atau berkoloni. Anggota kelas ini merupakan polip yang

41
menetap dengan melekatkan diri pada substrat yang terdapat di dasar laut.

Fase medusanya mereduksi. Bila dibandingkan, polip Anthozoa berbeda

dengan polip pada Hydrozoa. Kelas Anthozoa meliputi Mawar Laut

(Anemon Laut) dan Koral (Karang). Contoh: Fungia sp. (kerang

cendawan), Favites sp., Acropora sp., Tubipora musica, Galaxea sp.,

Atipathes sp. (akar bahar), Gorgonia sp.

2.3.4 Filum Brachiopoda

Berasal dari bahasa latin : Bracchium : lengan (arm) dan Poda : kaki (foot).

Artinya hewan ini merupakan suatu kesatuan tubuh yang difungsikan sebagai kaki

& lengan. Phylum ini merupakan salah satu phylum kecil dari benthic

invertebrates Hingga saat ini terdapat sekitar 300 spesies dari phylum ini yang

mampu bertahan & sekitar 30.000 fosilnya telah dinamai

Kehidupan Phylum Brachiopoda

a. Hidup do air laut >> benthos secyl

b. Ada yang hidup di air tawar, namun sangat jarang

c. Mampu hidup pada kedalaman hingga 5.600 m secara benthos secyl.

Genus Lingula hanya hidup pada daerah tropis/hangat dengan kedalaman

maksimal 40 m

Brachiopoda modern memiliki ukuran cangkang rata-rata dari 5 mm hingga 8 cm

Kehadiran rekaman kehidupannya sangat terkait dengan proses Bioconose &

Thanathoconose

Klasifikasi Phylum Brachiopoda

42
1. Klas Articulata/Pygocaulina. Cangkang atas & bawah (valve)

dihubungkan dengan otot dan terdapat selaput & gigi

2. Klas Inarticulata/Gastrocaulina. Cangkang atas & bawah (valve) tidak

dihubungkan dengan otot dan terdapat socket dan gigi yang dihubungkan

dengan selaput pengikat

Articulata Inarticulata

Morfologi Brachiopoda

Bagian Dalam Tubuh Brachiopoda

43
Gmbr.1.10Gmbr Filum Brachiopoda

Valve Brachiopoda

Berbagai bentuk valve brachiopoda

Fosil Brachiopoda & Kegunaannya dalam Geologi

44
Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil indeks (index fossils)

untuk strata pada suatu wilayah yang luas

Contoh fosil dari phylum ini :

Neospirifer condor, from Bolivia.

Contoh kegunaan fosil brachiopoda dalam geologi :

Brachiopoda dari Klas Inarticulata ; Genus Lingula merupakan penciri dari jenis

brachiopoda yang paling tua, yaitu Lower Cambrian. Jenis ini ditemukan pada

batuan Lower Cambrian dengan kisaran umur 550 juta tahun yang lalu

Secara garis besar, jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang

hidup pada Masa Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk

penentuan umur batuan sebagai Index Fossils. Rekaman Phylum Brachiopoda

Dalam Kurun Waktu Geologi

Phylum Brachiopoda (Cambrian-Recent)

Class Inarticulata (Cambrian-Recent)

45
Class Articulata (Cambrian-Recent)

Order Orthida (Cambrian-Permian)

Order Strophomenida (Ordovician-Jurassic)

Order Pentamerida (Cambrian-Devonian)

Order Rhynchonellida (Ordovician-Recent)

Order Spiriferida (Ordovician-Jurassic)

Order Terebratulida (Devonian-Recent)

46

You might also like