You are on page 1of 12

MAKALAH

WUDU’, MANDI DAN TAYAMUM


Makalah ini ditujukan memenuhi tugas kelompok sebagai salah satu
persyaratan pada mata kuliah Fiqih

DOSEN PENGAMPU : Imam Ghozali, S.Hi., MH

Kelompok 3 :
Choirul Vicky E. 2341020003
Jeliansyah 2341020006

PMI B

PROGRAM STUDY PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah


SWT. atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang
berjudul “WUDU’, MANDI, DAN TAYAMUM” dapat kami selesaikan
dengan baik. Tim penulis berharap makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang suku bangsa, bagaimana
bisa terbentuk, dsb. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami
susun melalui beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui
media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua


pihak yang telah memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan
tugas makalah ini. Kepada kedua orang tua kami yang telah memberikan
banyak kontribusi bagi kami, dosen pembimbing kami, Bapak Imam
Ghozali, S.Hi., MH. Harapan kami, informasi dan materi yang terdapat
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna di
dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami
memohon kritik dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami
selanjutnya.,

Bandar Lampung, 2 Oktober 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2

A. WUDU’.............................................................................................. 2-5

B. MANDI .............................................................................................. 5-6

C. TAYAMUM ....................................................................................... 6-7

BAB III PENUTUP ..................................................................................... 8

A.Kesimpulan ......................................................................................... 8

B. Saran .................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LatarBelakang
Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu
bersuci batin (mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan lahir (bersih dari
kotoran dan hadast). Kebersihan dari kotoran cara menghilangkan dengan
menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah,
pakaian yang dipakai, dan pada badan seseorang. Sedangkan kebersihan
hadast dilakukan dengan kebersihan dari hadas dilakukan dengan
mengambil wudhu, bertayamum. dan mandi.

Dari masing-masing cara bersuci tersebut, memiliki ketentuan-


ketentuan yang harus diketahui dan ditaati. Namun kenyataanya, banyak di
antara kita yang memiliki banyak kekurangan tentang ketentuan-ketentuan
tersebut.

2. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud wudhu?
B. Apa syarat-syarat sahnya wudhu, fardu dan yang membatalkan wudhu dan
hal-hal yang diwajibkan dalam berwudhu?
C. Apa yang yang dimaksud dengan mandi?
D. Apa yang menyebabkan diwajibkannya mandi?
E. Apa yang dimaksud tayamum?
F. Apa penyebab diperbolehkan tayamum?

3. TujuanPenulisan
A. Mengetahui definisi wudhu, fardu wudhu, hal-hal yang membatalkan
wudhu dan yang wajib dilakukan dalam berwudhu.
B. Mengetahui definisi mandi dan sebab yang mewajibkan mandi.
C. Mengetahui ketentuan tayamum.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. WUDU’

1. Pengertian Wudu’

Wuḑu’ menurut bahasa: berarti kebersihan. Sedangkan menurut istilah


adalah: sifat yang nyata yang dilakukan dengan anggota badan tertentu, yang
dapat menghilangkan hadaś kecil yang ada hubungannya dengan şalat¹.

Menurut syara’, wudhu adalah membersihkan anggota tubuh tertentu


melalui suatu rangkaian aktivitas yang dimulai dengan niat, membasuh wajah,
kedua tangan dan kaki serta menyapu kepala. Sedangkan menurut Abu
Sangkan, wudhu adalah ibadah zikir yang merupakan sarana pembersihan jiwa,
yang dimulai dari sisi paling luar (fisik) sampai ke dalam rohaninya².

Perintah wuḑu’ diberikan kepada orang yang akan mengerjakan şalat, dan
menjadi salah satu dari syarat sahnya şalat.
Firman Allah dalam Q.S. 5 Al-Mȃidah: 6

‫س ُح ْوا بِ ُر ُء ْو ِس ُك ْم َوا َ ْر ُجلَكُ ْم اِلَى‬ ِ ِ‫ص ٰلوةِ فَا ْغ ِسلُ ْوا ُو ُج ْو َهكُ ْم َوا َ ْي ِديَكُ ْم اِلَى ْال َم َراف‬
َ ‫ق َو ْام‬ َّ ‫ٰيٰٓاَيُّ َها ال َّ ِذيْنَ ٰا َمنُ ْٰٓوا اِذَا قُ ْمت ُ ْم اِلَى ال‬
‫ْال َك ْعبَي ِْن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jika kamu hendak mengerjakan şalat,
maka basuhlah mukamu, dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu,
dan (basuh) kakimu sampai mata kaki.1

Hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Bukhari Muslim, Abu Dȃud dan Tirmizi
dan Abu Hurairah:

‫ رواه البخاري‬.ً‫ ال يقبل الصالة أحدكم إذا الحدث حتى يتوضا‬:‫عن ابي هريرة هللا أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ومسلم‬

Artinya: Tidak diterima şalat seseorang kamu apabila berhadaś sehingga ia


berwuḑu’.

1
Khoirul Abror, Fiqh Ibadah, (Bandar Lampung: Phoenix Publisher, 2019), hal. 35.
² Diah Kusumawardani, “Makna Wudu dalam Kehidupan menurut Al-Qur'an dan Hadis, Jurnal Riset Agama, Vol. 1,
No. 1, April 2022, hal. 110.
2
2. Fardu Wudu’

1) Niat.

2) Membasuh Muka.

3) Membasuh kedua Tangan sampai Siku.

4) Mengusap (menyapu) kepala.

5) Membasuh kaki serta kedua mata kaki.

6) Tertib dalam mengerjakan wudu.

3. Yang Membatalkan Wudu’

1) Keluar sesuatu dari salah satu dua jalan (qubul dan dubur) sama adakah yang
keluar itu yang biasa seperti buang air kecil, air besar, buang angin (kentut),
mażi, mani, wadi maupun yang tidak biasa, sama adakah berupa benda cair,
maupun benda padat.

Hal ini berdasarkan firman Allah Q.S. 5 Al-Mȃidah: 6:

. . .. . . ِ‫ا َ ْو َج ۤا َء ا َ َحد ٌ ِ ِّم ْن ُك ْم ِ ِّمنَ ْالغ َۤاىِٕط‬

Artinya: “…atau datang kepada salah seorang kamu buang air


kecil…”

2) Hilang akal disebabkan gila, pingsan atau mabuk karena candu (narkoba),
penyakit ayan (sawan) atau tidur nyenyak, hingga tidak ada kesadaran lagi;
hanya saja tehadap terminology tidur yang membatalkan wuḑu’ itu terjadi
perbedaan pendapat dikalangan ulama sehingga dapat dikelompokan kepada
tiga:

Pertama; mengatakan bahwa tidur itu membatalkan wuḑu‟, karenanya orang


yang berpendapat demikian mewajibkan wuḑu’ bagi orang yang tidur; baik
sedikit ataupun banyak;

Kedua; berpendapat bahwa tidur bukan merupakan hadas, karenanya tidak


wajib wuḑu‟ lantaran tidur, terkecuali bila diyakini ketika tidur itu
mengeluarkan hadas; dan kelompok.2

³ Khoirul Abror, Op.cit, hal. 43.


3
Ketiga; membedakan antara tidur yang sedikit dengan tidur yang banyak,
golongan ini mewajibkan wuḑu’ untuk tidur yang banyak, dan tidak untuk tidur
yang sedikit.

Menurut golongan Hanafiyah dan Syafi’iyah tidur yang membatalkan


wuḑu’ adalah tidur yang tidak tetap pada tempat duduknya, tidur yang
berbaring, dengan menyandarkan bahu; tidur yang demikian ini telah
menimbulkan kenyenyakan yang sangat memungkinkan batalnya wuḑu’,
seperti buang angin, akan tetapi apabila tidurnya itu dalam keadaan duduk yang
tetap tanpa menggoyahkan pinggulnya, tidaklah membatalkan wuḑu’nya.

3) Menyentuh Kemaluan tanpa ada lapis


Menyentuh kemaluan ini, berdasarkan Hadis Basrah binti Safwan yang
diriwayatkan oleh Al-Khamsah dan dinyatakan sah oleh Tirmidzi demikian
lafaznya:

•ْ ‫س ذَك ََرهُ فَ ْليَت ََوضَّأ‬ ِ َّ َ ‫ع ْن َها; – أ َ َّن َرسُو َل‬


َّ ‫ “ َم ْن َم‬:َ‫ّللَا – صلى هللا عليه وسلم – قَال‬ َّ َ ‫ي‬
َ ُ ‫ّللَا‬ ِ ‫ص ْف َوانَ َر‬
َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن بُس َْرة َ بِ ْن‬
َ ‫ت‬ َ ‫َو‬
‫رواه الخمسة وصححه الترميذي‬

Artinya: Dari Busrah binti Ṣafwan bahwa Nabi s.a.w bersabda: Siapa yang
menyentuh kemaluannya, maka janganlah ia şalat sampai ia berwuḑu’ lebih
dahulu.

Menurut riwayat Ahmad dan Nasa‟i dari Basrah, bahwa ia mendengar


Rasulullah s.a.w bersabda: “…hingga ia berwuḑu’ disebabkan menyentuh
kemaluan” hal ini mencakup baik kemaluan sendiri maupun kemaluan orang
lain. 3

4) Menyentuh Wanita

Para ulama’ berbeda pendapat tentang persentuhan kulit antara laki-laki dan
perempuan. Para ulama dalam 4 (empat) Mazhab memiliki pendapat berbeda
kami disini memilih 1 dari 4 pendapat tersebut yakni Imam Syafi'i menurut
pandangan kami lebih kuat dari 3 pendapat ulama Mazhab yang lain, “Mazhab
Syafi’i menyatakan bahwa seorang laki-laki yang menyentuh kulit isterinya
atau wanita lainnya yang bukan mahram dapat membatalkan wudhu', walau pun

⁴ ibid, hal. 46.


4
menyentuhnya tanpa diiring dengan syahwat dengan syarat tidak terdapat
penghalang antar kulit tersebut. Dikecualikan dari ini adalah menyentuh
rambut, kuku, gigi, atau menyentuh anak kecil yang belum menimbulkan
syahwat”.4

4. Hal Yang Wajib Dilakukan dengan Berwudu’

1) Membasuh muka, membasuh tangan sampai siku, mengusap (menyapu)


kepala, dan basuh kaki sampai mata kaki, pernyataan ini berdasarkan QS.
Al-Maidah: 6.

2) Melakukan Țawaf, sama halnya dengan melakukan şalat, karenanya harus


melakukan wuḑu’ bagi orang yang Țawaf.

3) Menyentuh Mushaf, Terhadap masalah ini, Imam Malik, Abu Hanifah dan
As-Syafi‟i berpendirian bahwa: wuḑu‟ merupakan syarat memegang
muşhaf

B. MANDI

1. Pengertian dan Dasar Hukumnya

Dimaksud dengan mandi ialah meratakan air yang suci pada seluruh badan
dengan disertai niat; sedangkan menurut istilah, Al-Jaziri dalam bukunya Al-
Fiqhu ’Ala Mazahib Al-Arba’ah mengemukakan bahwa mandi adalah:
menggunakan (mengalirkan) air yang suci untuk seluruh badan dengan cara yang
telah ditentukan oleh syara’.

Dasar Hukum ini disyari’atkannya mandi ini adalah firman Allah dalam QS. 5
Al-Maidah: 6

َّ ‫َواِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا‬


‫ط َّه ُر ْوا‬

Artinya: Jika kamu dalam keadaan junub (hadas besar), maka bersucilah.

2. Sebab yang Mewajibkan Mandi

1) Bersetubuh/Berhubungan Badan

2) Keluarnya darah Haiḑ dan Nifas

⁵ Muhammad Said, “BERSENTUHAN KULIT ANTARA LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN: Apakah Membatalkan
Wudhu’?, Sumsel.Kemenag, Juli 15, 2020, https://sumsel.kemenag.go.id/opini/view/.
5
3) Keluarnya Air Mani

4) Mati (Meninggal Dunia)

5) Orang Kafir Masuk Islam

C. TAYAMUM

1. Pengertian Tayamum
Tayamum secara etimologi berarti “menyengaja”; sedangkan
menurut pengertian terminology ialah: menyengaja tanah yang diusapkan
kemuka dan kedua tangan sebagai pengganti dari wuḑu’ dan mandi dengan
syarat yang telah ditentukan oleh syara’.

Tayamum ini secara tegas disyari‟atkan berdasarkan Al-Qur‟an dan Hadis;


Firman Allah dalam QS. An-Nisȃ‟ (4): 43

َ ِِّ‫سفَر ا َ ْو َج ۤا َء ا َ َحد ٌ ِِّم ْنكُ ْم ِِّم َن ْالغ َۤاىِٕطِ ا َ ْو ٰل َم ْست ُ ُم الن‬


‫س ۤا َء فَلَ ْم ت َِجد ُْوا َم ۤا ًء فَتَيَ َّم ُم ْوا‬ َ ‫ع ٰلى‬ ٰٓ ٰ ‫َوا ِْن كُ ْنت ُ ْم َّم ْر‬
َ ‫ضى ا َ ْو‬
.‫غفُ ْو ًر‬
َ ‫عفُ ًّوا‬ َ ٰ ‫س ُح ْوا بِ ُو ُج ْو ِهكُ ْم َوا َ ْي ِد ْيكُ ْم ا َِّن‬
َ َ‫ّللَا َكان‬ َ ‫ص ِع ْيدًا‬
ْ َ‫طيِِّبًا ف‬
َ ‫ام‬ َ
Artinya: Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang
padamu buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, jika kamu tidak
memperoleh air, maka bertayamumlah (sapulah muka dan kedua
tanganmu) dengan tanah yang bersih; Sesungguhnya Allah maha pema’af
lagi maha pengampun.

2. Sebab yang membolehkan Tayamum

1) Karena ketiadaan air

2) Tidak ada Kemampuan untuk menggunakan Air

3) Ditakutkan Kehilangan Harta jika mencari Air

4) Ditakutkan akan Habis Waktu Ṣalat 5

3. Benda yang digunakan untuk Tayamum

Bertayamum boleh dengan tanah yang suci (debu), begitu juga


dengan segala yang sejenis tanah seperti: pasir, batu, bata.

⁶ Khoirul Abror, Op.cit, hal. 60.


6
Ibnu Rusyd dalam bukunya Bidayatul Mujtahid menguraikan bahwa:
Para Puqaha telah sepakat tentang pelaksanaan tayamum itu bisa
dilaksanakan dengan menggunakan debu pepohonan yang baik Hanya saja
yang menjadi perbedaan mereka tentang benda-benda yang ada di bumi.

4. Yang membatalkan Tayamum

Adapun yang membatalkan tayamum adalah:

1) Semua yang membatalakan wuḑu’ dan mandi, karena tayamum


merupakan pengganti dari wuḑu’ dan mandi.

2) Hilangnya kesulitan yang membolehkan tayamum seperti sakit, karena


tidak mendapatkan air, dll. Artinya, bagi orang yang sakit itu telah dapat
memakainya, dan tidak lagi menyebabkan akan bertambah parah
penyakitnya, bila ia menggunakan air tersebut.

3) Habisnya waktu şalat, hal ini dimaksudkan bahwa tayamum itu


maksudnya dilakukan untuk şalat.6

⁷ Ibid, hal. 62.


7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sebelum melakukan ibadah shalat harus membersihkan tubuh dari


hadas kecil dan hadas besar, seperti melaksanakan ibadah wudhu’, mandi
dan tayammum. Wudhu’ adalah salah satu ibadah yang dilakukan dengan
cara mencuci sebahagian anggota tubuh dengan air dengan sarat dan rukun
sebagai syarat sah sholat yang dilaksanakan sebelum melaksanakan sholat
dan ibadah yang lainnya.
Mandi adalah mencuci seluruh tubuh dengan menggunakan air yang
disertai dengan rukun mandi.
Sedangkan tayammum adalah mengusapkan tanah ke sebagian
anggota tubuh (muka dan tangan) sebagai ganti wudhu’ yang dilakukan
karena adanya uzur bagi orang yang tidak dapat memakai air, yang
mempunyai sarat dan rukun.

B. Saran

Kami menyarankan bagi pembaca agar dapat memahami pengertian


wudhu, tayamum,dan mandi. landasan hukum wudhu, tayamum dan mandi
serta pembagian wudhu, tayamum dan mandi. Bagi pembaca lain yang
ingin mengetahui dan memahami lebih dalam lagi mengenai materi ini,
maka dapat menjadikan makalah ini sebagai referensi. Kami juga
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Abror, Khoirul. (2019). Fiqh Ibadah. Bandar Lampung: Phoenix Publisher

Kusumawardani, Diah. (2021). Makna Wudhu dalam Kehidupan menurut Al


Qur’an dan Hadis. Jurnal Riset Agama. Vol. 1, No. 1. hal. 110.

Said, Muhammad. (2020). “BERSENTUHAN KULIT ANTARA LAKI-LAKI


DAN PEREMPUAN: Apakah Membatalkan Wudhu’?. Kemenag Sumsel.
https://sumsel.kemenag.go.id/opini/view/.

You might also like