Professional Documents
Culture Documents
Teori Dan Teknik Konseling
Teori Dan Teknik Konseling
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Teknik Konseling I
Dosen Pengampu:
195911181986032002
Oleh:
Aliyyah Zahra
2304202312122072
Intan Cawati 2304202314121218
BANDA ACEH
2023
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Karena berkat rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah Teori dan Teknik Konseling ini
dengan tepat waktu. Adapun judul makalah ini adalah “Teori Konseling Psikoanalisis”
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dengan keterbatasan wawasan dan
bahan literasi penulis, maka dari itu diperlukanlah saran dan kritik yang membangun
sebagai preferensi penulis dalam mengevaluasi materi dan studi observasi yang
dilakukan. Diakhir, penulis berharap makalah ini dapat menjadi penunjang wawasan dan
dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Semoga dapat menggugah, sekian dan terima kasih.
Penulis
i
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis...................................................................6
2.2 Dinamika Kepribadian....................................................................................6
2.3 Tujuan dan Proses Konseling..........................................................................8
2.3.1 Tujuan Konseling.....................................................................................8
2.3.2 Proses Konseling......................................................................................8
2.4 Peran dan Fungsi Konselor......................................................................8
2.4.1 Peran Konseling.......................................................................................8
2.4.2 Fungsi Konselor.......................................................................................9
2.5 Teknik-Teknik dan Prosedur Konseling.................................................10
2.5.1 Teknik Konseling...................................................................................10
2.5.2 Prosedur Konseling................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14
i
BAB I
PENDAHULUA
Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan suatu hal yang unik sekaligus
paradoksial. psikoanalisa juga merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak
dipahami secara universal. Tetapi disisi lain psikoanalisa juga banyak berpengaruh pada bidang
lain diluar ilmu psikologi.Memang konsep psikoanalisa berkembang bukan dari psikologi tetapi
dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa. meskipun begitu, konsep ini banyak dipakai tidak
hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lainnya.
Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepaatan dalam
menggambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan
ratusan teknik mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya
penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan satu cara konselor atau psikolog
dalam melakukan prosess pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah yang
dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori
untuk kemudian dipraktekkan di lapangan. Dalam pemecahan masalah yang berhubngan dengan
psikologis, ada banyak pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving
yang akan diberikanseorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya. Beberapa
4
pendekatan dalam konseling yaitu pendekatanpsikoanalisis, eksistensial-humanitis, client-
centered, terapigestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekataneklektik. Dalam
makalah ini, hanya akan diuraikan tentangpendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail.
1.3 Tujuan
1. Untuk konsep utama teori psikoanalisis
2. Untuk mengetahui tentang dinamika kepribadian
3. Untuk mengetahui tujuan dan proses konseling
4. Untuk mengetahui Fungsi dan peran konselor.
5. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling
6. Untuk mengetahui keterbatasan terhadap teori psikoananlisis
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh
Sigmund Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis
merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.
Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya
kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul
dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku
neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,
penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian.
Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik
ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free
association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika
Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan
terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya,
Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk
menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian
kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.
2.2 Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke –19
dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di
peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of
6
energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh
dengan kepribadian ialah id beserta insting – instingnya.
a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni
insting hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi
disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting
hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.
b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara
lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar.
Kecemasan ini bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau
menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan
ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber
dari super ego.
c. Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan mekanisme
pertahanan ego (ego defense mechanism). Di antara contoh bentuk mekanisme
pertahanan ego antara lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang korban tsunami
di Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada
orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian karena
teman sebangkunya yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki orang lain ke dalam
dirinya sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi karena selalu melihat kedua
orang tuanya berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase perkembangan
yang terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh :
anak berusia 10 tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir.
7
2.3 Tujuan dan Proses Konseling
Konseli menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah
diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini dinilai sudah cukup
baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah melepaskan represi yang selama ini dipendam.
Disini konselor membangun hubungan kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan
menafsirkan. Konselor perlu mengorganisasikan proses terapeutik dalam konteks pemahaman
terhadap struktur kepribadian.
Konselor mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari bapaknya dengan analisis dan penafsiran
transferensi yang mendorong klien untuk mengalamatkan pada analisis urusan yang tak
selesai yakni klien tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang pada
waktu itu klien berusia 3,5 tahun sudah harus ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi kerja
sebagai nahkoda yang berlayar selama berbulan-bulan, sedangkan ibunya meninggal karena
kecelakaan pada usia klien masih balita. Kurangnya pemberian kasih sayang seorang ayah
8
kepada anaknya, dan perhatian sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang emosional anak.
Analisis transferensi dapat memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa
lampau yang tetap dipertahankannya sehingga sekarang menghambat pertumbuhan
emosionalnya. Maka posisi konselor disini menjadi pengganti bapak dari klien yang
berpengaruh dalam kehidupan klien. Setelah proses terapeutik ini, klien akan mengalami
kenyamanan dan merasakan kasih sayang dari orangtua (bapak) yang selama ini jarang dia
dapatkan, dan diharapkan klien.
Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi bebas,
interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi.
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk
mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik
yang menyenangkan maupun tidak. Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap
dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari
pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan
kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau.
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap
mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan,
dorongan, keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi.
Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi
yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3. Analisis Tranferensi
1
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam
hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam
transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang
selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya.
Dalam konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya,
terutama hal-hal yang menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis
transferensi diharapkan klien dapat mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi
atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai
bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-
alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak
untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih
banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien yang mengalami psikopatologis.
1
ini jangan sampai mengganggu hubungan konseling danbercampur dengan analisis tranferensi
klien.
3) Resolusi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurotik klien yang ditujukan kepada
konselor sepanjang hubungan konseling. Konseling juga mulai mengembangkan sepanjang
hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan
kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat diakhiri
untuk diakhiri maka konselor dapat mengikuti tranferensi itu untuk mengembangkan secara
objektif sehingga tercapai otonomi klien.
1) Teknik dan penekanan yang dilakukan terkadang terlalu merendahkan martabat manusia
meskipun tidak selalu disadari dengan baik.
2) Terlalu menekankan pada masa lalu sehingga seolah olah tanggung jawab individu
menjadi berkurang meskipun maksudnya tidak demikian.
3) Perilaku seseorang ditentukan oleh Energi psikis adalah teori yang maish meragukan dan
kerap kali psikoanalisis meminimalkan rasional.
4) Efisiensi waktu yang biaya yang kurang baik jika teori psikoanalisis di terapkan. Hal ini
dikarenakan untuk mengali masa lalu dan membantu pasien menemukan kemampuan
dirinya tidaklah cukup dengan hanya satu atau dua kali pertemuan saja melainkan lebih dari
itu.
5) Dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan pada pasien karena proses yang cukup
panjang dan tidak segera menemukan keinginan yang diharapkan.
BAB III
1
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Asosiasi bebas
2. Interpresasi
3. Analisis mimpi
4. Anailis dan interpretasi tranferensi
5. Analisis dan risestensi
Manusia pada hakekatnya bersifat biologis,tidak rasional,tidak sosial dan destruktif terhadap
dirinya dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
1
Al-Marhumy, Nurrohman Ibnusuny. “Pendekatan Psikoanalisis Dalam Konseling”
ibnusuny.blogspot.com, 19 Juni 2010
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan- psikoanalisis-dalam.html
diakses 29 Agustus 2023
Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2001
Lubis, Namora Lamongga, M.Sc,2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktik., Jakarta : Kencana.