You are on page 1of 14

MAKALAH

Teori Konseling Psikoanalisis

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Teknik Konseling I

Dosen Pengampu:

Dra. Nurhasanah, M. Pd.

195911181986032002

Oleh:

Aliyyah Zahra
2304202312122072
Intan Cawati 2304202314121218

PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Karena berkat rahmat dan
karunianya, penulis dapat menyelesaikan makalah Teori dan Teknik Konseling ini
dengan tepat waktu. Adapun judul makalah ini adalah “Teori Konseling Psikoanalisis”

Apresiasi disanjungkan kepada pihak-pihak yang terlibat dan membantu dalam


penyusunan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada Ibu Dra. Nurhasanah M.Pd
selaku dosen pengajar mata kuliah Teori dan Teknik Konseling yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk merangkup dan menjabarkan materi mengenai Teori
Konseling Psikoanalilis, serta telah memberikan referensi bahan ajar seputar Teori dan
Teknik Konseling dan kerangka materinya.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, dengan keterbatasan wawasan dan
bahan literasi penulis, maka dari itu diperlukanlah saran dan kritik yang membangun
sebagai preferensi penulis dalam mengevaluasi materi dan studi observasi yang
dilakukan. Diakhir, penulis berharap makalah ini dapat menjadi penunjang wawasan dan
dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Semoga dapat menggugah, sekian dan terima kasih.

Banda Aceh, 22 Agustus 2023

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar..........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................5
1.1 Latar Belakang Masalah..................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................6
2.1 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis...................................................................6
2.2 Dinamika Kepribadian....................................................................................6
2.3 Tujuan dan Proses Konseling..........................................................................8
2.3.1 Tujuan Konseling.....................................................................................8
2.3.2 Proses Konseling......................................................................................8
2.4 Peran dan Fungsi Konselor......................................................................8
2.4.1 Peran Konseling.......................................................................................8
2.4.2 Fungsi Konselor.......................................................................................9
2.5 Teknik-Teknik dan Prosedur Konseling.................................................10
2.5.1 Teknik Konseling...................................................................................10
2.5.2 Prosedur Konseling................................................................................11
BAB III PENUTUP.................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................14

i
BAB I

PENDAHULUA

1.1 Latar Belakang Masalah

Banyak yang mengatakan bahwa psikoanalisa merupakan suatu hal yang unik sekaligus
paradoksial. psikoanalisa juga merupakan sistem yang paling dikenal luas meskipun tidak
dipahami secara universal. Tetapi disisi lain psikoanalisa juga banyak berpengaruh pada bidang
lain diluar ilmu psikologi.Memang konsep psikoanalisa berkembang bukan dari psikologi tetapi
dari ilmu kedokteran tentang penyakit jiwa. meskipun begitu, konsep ini banyak dipakai tidak
hanya dalam bidang psikologi tetapi juga di bidang yang lainnya.

Di awal perkembangannya, psikoanalisa merupakan sebuah konsep yang revolusioner


karena pada saat itu dunia ilmu pengetahuan sedang ramai memperbincangkan tentang teori
darwin. Dan teori ini telah membuat manusia mempunyai jiwa yang dianggap tidak lebih dari
salah satu anggota dari seluruh dunia hewan. Padahal manusia merupakan makhluk yang
komplek yang bisa dipelajari baik fisik maupun jiwanya.Ketika itu perkembangan ilmu alam
sedang sangat pesat dan penemuan teori teori baru sedang mengalami kemajuan sehingga karena
setiap bidang disiplin ilmu mempunyai pengaruh terhadap bidang ilmu lainnya, maka sigmund
freud pun mengembangkan teorinya yang revolusioner di masanya.

Berbagai masalah yang dimiliki manusia khususnya secara psikis, tentu saja memiliki
penyelesaian yang berbeda-beda. Untuk menyelesaikannya pun memerlukan ketepaatan dalam
menggambil teknik yang digunakan seorang konselor atau psikolog. Namun puluhan bahkan
ratusan teknik mungkin digunakan semua secara sekaligus. Maka sangat diperlukannya
penentuan teknik yang akan dipakai. Teknik itu merupakan satu cara konselor atau psikolog
dalam melakukan prosess pendekatan terhadap pihak klien berdasarkan sikap, masalah yang
dihadapi, dan berbagai hal lainnya yang harus dipahami para konselor atau psikolog secara teori
untuk kemudian dipraktekkan di lapangan. Dalam pemecahan masalah yang berhubngan dengan
psikologis, ada banyak pendekatan-pendekatan yang berguna untuk keselarasan problem solving
yang akan diberikanseorang konselor atau psikolog dalam membantu kliennya. Beberapa

4
pendekatan dalam konseling yaitu pendekatanpsikoanalisis, eksistensial-humanitis, client-
centered, terapigestalt, terapi rasional-emotif, terapi realitas dan pendekataneklektik. Dalam
makalah ini, hanya akan diuraikan tentangpendekatan psikoanalisis secara lebih mendetail.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan teori konseling psikoanalisis?
2. Apa yang dimaksud dinamika kepribadian?
3. Apa saja tujuan dan proses konseling?
4. Apa saja fungsi dan peran konselor?
5. Apa saja teknik-teknik dan prosedur konseling?
6. Apa saja keterbatasan terhadap teori psikoanalisis

1.3 Tujuan
1. Untuk konsep utama teori psikoanalisis
2. Untuk mengetahui tentang dinamika kepribadian
3. Untuk mengetahui tujuan dan proses konseling
4. Untuk mengetahui Fungsi dan peran konselor.
5. Untuk mengetahui teknik-teknik konseling
6. Untuk mengetahui keterbatasan terhadap teori psikoananlisis

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Teori Psikoanalisis
Psikoanalisis merupakan salah satu mazhab psikologi yang diperkenalkan oleh
Sigmund Freud sebagai tokoh utama yang mengembangkan teori ini. Psikoanalisis
merupakan suatu metode penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.
Menurut Eldido Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana
ketidaksadaran memainkan peran sentral. Psikoanalisis ditemukan dalam usaha untuk
menyembuhkan pasien-pasien histeria. Baru kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan
teoritis dari penemuannya di bidang praktis. Dari hasil penelitian yang dilakukannya
kemudian lahir asumsi-asumsi tentang perilaku manusia.
Corey mengatakan bahwa psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul
dalam psikologi khususnya yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku
neurotik, kemudian disusul oleh behaviorisme dan humanitis.
Pada kemunculannya, teori Freud ini banyak mengundang kontroversi, eksplorasi,
penelitian dan dijadikan landasan berpijak bagi aliran lain yang muncul kemudian.
Mulanya Freud menggunakan teknik hipnosis untuk menangani pasiennya. Tetapi teknik
ini ternyata tidak dapat digunakan pada semua pasien.
Dalam perkembangannya, Freud menggunakan teknik asosiasi bebas (free
association) yang kemudian menjadi dasar dari psikoanalisis. Teknik ini ditemukan ketika
Freud melihat beberapa pasiennya tidak dapat dihipnotis atau tidak memberi tanggapan
terhadap sugesti atau pertanyaan yang mengungkap permasalahan klien. Selanjutnya,
Freud mengembangkan lagi teknik baru yang dikenal sebagai analisis mimpi.
Menurut Willis, pengertian psikoanalisis meliputi tiga aspek penting yaitu :
1. Sebagai metode penelitian proses-proses psikis
2. Teknik untuk mengobati gangguan-gangguan psikis
3. Sebagai teori kepribadian
Letak keunggulan psikoanalisis dalam konseling menurut Freud adalah sangat efektif untuk
menyembuhkan klien atau pasien yang histeria, cemas, obsesi neurosis. Namun demikian
kasus-kasus sehari-hari dapat juga digunakan pendekatan psikoanalisis ini untuk mengatasinya.
2.2 Dinamika Kepribadian
Freud sangat terpengaruh oleh filsafat determinisme dan positivisme abad ke –19
dan menganggap organisme manusia sebagai suatu energi yang kompleks. Energi yang di
peroleh dari makanan (energi fisik). Berdasarkan hukum penyimpangan (conservation of

6
energi) energi tidak dapat hilang, tetapi dapat berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat
yang lain. Energi fisik dapat berubah menjadi energi psikis. Jembatan antar energi tubuh
dengan kepribadian ialah id beserta insting – instingnya.
a. Insting, menjadi sumber energi psikis dalam mengarahkan tindakannya memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. Freud mengelompokkan insting atas dua jenis yakni
insting hidup dan insting mati. Bentuk energi dimana insting-insting hidup beroperasi
disebut libido. Yang paling utama insting libido ialah insting seksual. Insting-insting
hidup yang lainnya adalah lapar dan haus.
b. Kecemasan, yaitu perasaan kekhawatiran karena keinginan dan tuntunan internal tidak
terpenuhi dengan sebaiknya. Freud mengemukakan ada tiga bentuk kecemasan, antara
lain :
1) Kecemasan realitas (reality anxity), takut akan bahaya yang datang dari luar.
Kecemasan ini bersumber dari ego.
2) Kecemasan neurosis (neurotic anxity), khawatir tidak mampu mengatasi atau
menekan keinginan-keinginan primitifnya. Kecemasan ini bersumber dari id.
3) Kecemasan moral (moral anxity), kecemasan akibat dari rasa bersalah dan
ketakutan dihukum oleh nilai-nilai dalam hati nuraninya. Kecemasan ini bersumber
dari super ego.
c. Mekanisme pertahanan ego
Cara individu menghindari kecemasan biasanya dilakukan dengan mekanisme
pertahanan ego (ego defense mechanism). Di antara contoh bentuk mekanisme
pertahanan ego antara lain :
1) Represi, melupakan isi kesadaran yang traumatis. Contoh : seorang korban tsunami
di Aceh berusaha melupakan peristiwa tersebut.
2) Proyeksi, mengalamatkan pikiran, perasaan, motif yang tidak diterimanya kepada
orang lain. Contoh : seseorang mengatakan bahwa kegagalannya dalam ujian karena
teman sebangkunya yang berisik.
3) Introyeksi, menanamkan nilai-nilai dan standar yang dimiliki orang lain ke dalam
dirinya sendiri. Contoh : seorang anak senang berkelahi karena selalu melihat kedua
orang tuanya berkelahi.
4) Regresi, tindakan melangkah mundur secara tidak sadar ke fase perkembangan
yang terdahulu dimana tuntutan tugas perkembangannya tidak terlalu besar. Contoh :
anak berusia 10 tahun yang kembali minta digendong ketika adiknya lahir.

7
2.3 Tujuan dan Proses Konseling

2.3.1 Tujuan Konseling


Adapun tujuan konseling psikoanalisis yaitu:
1. Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus tentang mekanisme
penyesuaian dirinya.
2. Membentuk Kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal-
hal yang tidak disadari menjadi sadar kembali.
3. Menata kembali struktur watak dan kepribadian klien.
4. Khatarsis, yaitu usaha pelepasan kesan-kesan yang selalu mendesak dari bawah sadar
klien

2.3.2 Proses Konseling


Proses konseling yang dikemukakan dalam urutan fase-fase konseling dapat diikuti
sebagai berikut;
a. Membina hubungan konseling yang terjadi pada tahap awal konseling.
b. Tahap krisis bagi klien yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya,
dan melakukan tranferensi.
c. Tilikan terhadap masa lalu klien terutama pada masa anak-anak.
d. Pengembangan resistensi untuk pemahaman diri.
e. Pengembangan hubungan transferensi klien dengan konselor.
f. Melanjiutkan lagi hal-hal yang resistensi.
g. Menutup wawancara konseling.

Konseli menceritakan kepada konselor sesuatu yang selama ini belum pernah
diceritakan, yakni kebenciannya pada setiap laki-laki. Pembicaraan awal ini dinilai sudah cukup
baik bagi langkah selanjutnya, karena klien sudah melepaskan represi yang selama ini dipendam.
Disini konselor membangun hubungan kerja dengan klien, dan banyak mendengar dan
menafsirkan. Konselor perlu mengorganisasikan proses terapeutik dalam konteks pemahaman
terhadap struktur kepribadian.
Konselor mencoba menyoroti kurangnya perhatian dari bapaknya dengan analisis dan penafsiran
transferensi yang mendorong klien untuk mengalamatkan pada analisis urusan yang tak
selesai yakni klien tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah kepada anaknya yang pada
waktu itu klien berusia 3,5 tahun sudah harus ditinggalkan orang tuanya, ayahnya pergi kerja
sebagai nahkoda yang berlayar selama berbulan-bulan, sedangkan ibunya meninggal karena
kecelakaan pada usia klien masih balita. Kurangnya pemberian kasih sayang seorang ayah
8
kepada anaknya, dan perhatian sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang emosional anak.
Analisis transferensi dapat memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa
lampau yang tetap dipertahankannya sehingga sekarang menghambat pertumbuhan
emosionalnya. Maka posisi konselor disini menjadi pengganti bapak dari klien yang
berpengaruh dalam kehidupan klien. Setelah proses terapeutik ini, klien akan mengalami
kenyamanan dan merasakan kasih sayang dari orangtua (bapak) yang selama ini jarang dia
dapatkan, dan diharapkan klien.

2.4 Peran dan Fungsi Konselor


2.4.1 Peran Konseling
Menurut Baruth dan Robinson, peran adalah apa yang diharapkan dari posisi yang
dijalani seorang konselor dan persepsi dari orang lain terhadap posisi konselor tersebut.
Sedangkan peran konselor menurut Baruth dan Robinson adalah peran yang inheren ada dan
disandang oleh seseorang yang berfungsi sebagai konselor (Namora Lumongga Lubis,2011)
Ada banyak teori mengenai peran konselor, teori tersebut bermacam-macam sesuai
dengan asumsi tingkah laku serta tujuan yang akan dicapai oleh seorang konselor. Dalam
pandangan Rogers, koselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan
masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan
pada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan, dan persepsinya, dan konselor
merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien. Selain itu peran konselor menurut Rogers
adalah fasilitator dan reflektor. Disebut fasilitator karena konselor memfasilitasi atau
mengakomodasi konseli mencapai pemahaman diri. Disebut reflektor karena konselor
mengklarifikasi dan memantulkan kembali kepada klien perasaan dan sikap yang
diekspresikannya terhadap konselor sebagai representasi orang lain. (Robert L. Gibson,
Marianne H. Mitchell. 2011) Agar peran ini dapat dipertahankan dan tujuan konseling dapat
dicapai, maka konselor perlu menciptakan iklim atau kondisi yang mampu menumbuhkan
hubungan konseling. Kondisi konseling ini menurut Rogers satu keharusan dan cukup memadai
untuk pertumbuhan, sehingga dia menyebutnya sebagai necessary and sufficient conditions for
therapiutic change (latipun. 2015)

2.4.2 Fungsi Konselor


Fungsi Bimbingan Konseling Puzzle jigsaw heart on brain, mental health concept, world autism
awareness day
1. Fungsi Pemahaman
Bimbingan konseling membantu para siswa dalam lebih memahami siapa dan
9
bagaimana kondisi dirinya, hingga membuat mampu mengenali potensi yang ada dalam
diri dan potensi dari lingkungan yang ditempati.
2. Fungsi Pengembangan
Membantu peserta didik dalam mengembangkan apa yang menjadi potensi diri,
bermanfaat untuk masa depan. Karena dalam menemukan pengembangan diri,
bimbingan konseling adanya proses yang sistematis dengan fasilitas pendukung yang
menciptakan lingkungan tetap kondusif.
3. Fungsi Preventif
Memberi antisipasi terhadap berbagai macam permasalahan, hal ini mungkin bisa
terjadi dan dialami oleh siswa. Setelahnya yang dilakukan adalah upaya dalam
mencegah kemungkinan tersebut terwujud.
4. Fungsi Fasilitasi
Bimbingan konseling bisa memberi berbagai kemudahan kepada para siswa, dalam
mencapai pertumbuhan dan perkembangan semaksimal dan optimal mungkin. Selain
itu juga seimbang dalam keseluruhan aspek dari dalam diri siswa.

2.5 Teknik-Teknik dan Prosedur Konseling


2.5.1 Teknik Konseling

Teknik spesifik yang digunakan Freud dalam psikoterapi adalah asosiasi bebas,
interpretasi mimpi, analisis transference, dan analisis resistensi.
1. Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas maksudnya teknik yang memberikan kebebasan kepada klien untuk
mengemukakan segenap perasaan dan pikirannya yang terlintas pada benak klien, baik
yang menyenangkan maupun tidak. Asosiasi ini untuk memudahkan konselor terhadap
dinamika psikologis yang terjadi padanya, sehingga dapat membimbing klien menyadari
pengalaman-pengalaman ketidaksadarannya, dan membuat hubungan-hubungan
kecemasannya saat ini dengan pengalaman masa lampau.
2. Interpretasi Mimpi
Interpretasi mimpi merupakan teknik dimana klien mengemukakan segenap
mimpinya kepada terapis, karena fungsi mimpi adalah ekspresi segenap kebutuhan,
dorongan, keinginan yang tidak disadari akan direpresi dan termanifes dalam mimpi.
Interpretasi mimpi maksudnya klien diajak konselor untuk menafsirkan mimpi-mimpi
yang tersirat dalam mimpi yang berhubungan dengan dorongan ketidaksadarannya.
3. Analisis Tranferensi

1
Transferensi merupakan bentuk pengalihan segenap pengalaman masa lalunya dalam
hubungannya orang-orang berpengaruh kepada terapis di saat konseling. Dalam
transferensi ini akan muncul perasaan benci, ketakutan, kecemasan dan sebagainya yang
selama ini ditekan di ungkapkan kembali, dengan sasaran konselor sebagai objeknya.
Dalam konteks ini konselor melakukan analisis pengalaman klien dimasa kecilnya,
terutama hal-hal yang menghambat perkembangan kepribadiannya. Dengan analisis
transferensi diharapkan klien dapat mengatasi problem yang dihadapi hingga saat ini.
4. Analisis Resistensi
Resistensi merupakan sikap dan tindakan klien untuk menolak berlangsungnya terapi
atau mengungkpkan hal-hal yang menimbulkan kecemasan. Perilaku ini dilakukan sebagai
bentuk pertahanan diri. Dalam konseling, konselor membantu klien mengenali alasan-
alasan klien melakukan resisitensi sebaiknya dimulai dari hal-hal yang sangat tampak
untuk menghindari penolakan atas interpretasi konselor.
Teknik-teknik spesifik ini tidak biasa dilakukan dalam hubungan konseling, tetapi lebih
banyak digunakan dalam psikoterapi dalm membantu pasien yang mengalami psikopatologis.

2.5.2 Prosedur Konseling

Arlow salah seorang penganut psikoanalisis mengemukakan bahwa konseling


dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu tahap pembukaan, pembukaan transferensi, bekerja
melalui transferensi, dan pemecahan transferensi.
1) Tahap pembukaan
Tahap pembukaan konseling ini terjadi pada permulaan interview hingga masalah klien
ditetapkan. Terdapat dua bagian pada tahap ini, yaitu (1) disepakati tentang struktur situasi
analisis yang menyangkut tanggung jawab konselor dank lien (2) bagian kedua dimulai dengan
klien menyimpulkan posisinya, sementara konselor terus mempelajari dan memahami dinamika
konflik-konflik ketidaksadaran yang dialami klien. Pada tahap ini klien menyatakan tentang
dirinya dan konselor mengamati dan merekam untuk referensi tahap berikutnya.
2) Pengembangan Transferensi
Perkembangan dan analisis transferensi merupakan inti dalam psikoanalisis. Pada fase ini
perasaan klien mulai ditunjukan kepada konselor, yang dianggap sebagai orang yang telah
menguasainya di masa lalunya (significant figure persona). Pada tahap ini konselor harus
menjaga jangan sampai kontratransferensi, yaitu tranferensi balik yang dilakukan koselor kepada
klien karena konselor memiliki perasaan-perasannya yang tidak terpecahkan. Konstratranferensi

1
ini jangan sampai mengganggu hubungan konseling danbercampur dengan analisis tranferensi
klien.
3) Resolusi Transferensi
Tujuan pada tahap ini adalah memecahkan perilaku neurotik klien yang ditujukan kepada
konselor sepanjang hubungan konseling. Konseling juga mulai mengembangkan sepanjang
hubungan konseling. Konselor juga mulai mengembangkan hubungan yang dapat meningkatkan
kemandirian pada klien dan menghindari adanya ketergantungan klien kepada konselornya.
Jika klien dan konselor berkeyakinan bahwa transferensi bekerja terus, konseling dapat diakhiri
untuk diakhiri maka konselor dapat mengikuti tranferensi itu untuk mengembangkan secara
objektif sehingga tercapai otonomi klien.

2.6. Keterbatasan terhadap teori psikoanalisis


Seperti halnya dengan teori lainnya dalam psikologi, teori psikoanalisis yang cukup
populer digunakan oleh para konselor juga memiliki nilai negatif yang harus dipahami dengan
baik agar dapat mengatasinya. Berikuti beberapa contoh kelebihan yang dimiliki oleh teori
psikoanalisis dalam penjelasan di bawah ini.

1) Teknik dan penekanan yang dilakukan terkadang terlalu merendahkan martabat manusia
meskipun tidak selalu disadari dengan baik.
2) Terlalu menekankan pada masa lalu sehingga seolah olah tanggung jawab individu
menjadi berkurang meskipun maksudnya tidak demikian.
3) Perilaku seseorang ditentukan oleh Energi psikis adalah teori yang maish meragukan dan
kerap kali psikoanalisis meminimalkan rasional.
4) Efisiensi waktu yang biaya yang kurang baik jika teori psikoanalisis di terapkan. Hal ini
dikarenakan untuk mengali masa lalu dan membantu pasien menemukan kemampuan
dirinya tidaklah cukup dengan hanya satu atau dua kali pertemuan saja melainkan lebih dari
itu.
5) Dapat menimbulkan kebosanan dan kelelahan pada pasien karena proses yang cukup
panjang dan tidak segera menemukan keinginan yang diharapkan.

BAB III
1
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Psikoanalisis merupakan penyembuhan yang bersifat psikologis dengan cara-cara fisik.


Psikoanalisis merupakan psikologi ketidaksadaran, perhatiaannya tertuju ke arah motivasi, emosi
konflik, neurotik, mimpi-mimpi dan sifat sifat karateristik. Teori ini lebih mengedapankan agar
seorang konselor mampu menggali pengalaman yang terjadi pada seorang klien sehingga dapat
merekontruksi kepribadian konseling tersebut.

Adapun teknik-teknik dasar konseling psikoanalisa adalah sebagai berikut:

1. Asosiasi bebas
2. Interpresasi
3. Analisis mimpi
4. Anailis dan interpretasi tranferensi
5. Analisis dan risestensi
Manusia pada hakekatnya bersifat biologis,tidak rasional,tidak sosial dan destruktif terhadap
dirinya dan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1
Al-Marhumy, Nurrohman Ibnusuny. “Pendekatan Psikoanalisis Dalam Konseling”
ibnusuny.blogspot.com, 19 Juni 2010
http://ibnusuny.blogspot.com/2010/06/pendekatan- psikoanalisis-dalam.html
diakses 29 Agustus 2023
Latipun, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press, 2001
Lubis, Namora Lamongga, M.Sc,2011. Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori dan
Praktik., Jakarta : Kencana.

You might also like